3 MRK 2
Kelompok 3, oleh :
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Struktur Kayu mengenai Penggunaan Kayu
Sebagai Bekisting.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Bekisting
2.1.1. Pengertian
1. Bekisting Konvensional
3. Bekisting Modern
2.2.1. Pengertian
Kayu adalah material alam dari pohon yang sering dimanfaatkan untuk
kontruksi bangunan. Alasan mengapa kayu digunakan untuk kontruksi
bangunan adalah mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan kuat. Selain itu
untuk jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan masih mudah didapatkan.
Bahan bangunan tersebut sering digunakan untuk elemen-elemen struktur dan
arsitektur pada rumah tinggal seperti kuda-kuda, usuk, reng, pintu kayu,
jendela kayu dan sebagainya. Artikel dengan judul jenis-jenis kayu ini akan
menyajikan berbagai kayu yang sering dan umum digunakan pada bangunan.
Beberapa orang lebih menyukai rumah atau hunian dengan tema kayu
sehingga permintaan pasar mengenai jenis-jenis kayu masih tinggi. Selain
sebagai material terpasang, kayu juga digunakan untuk material pendukung
pekerjaan struktur pada bangunan gedung seperti pembuatan bekisting balok,
kolom, dan pelat. Beberapa material yang digunakan sebagai pendukung
pekerjaan struktur adalah kayu glugu, kruing, dan kayu jawa. Berikut ini akan
dijelaskan satu per satu jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan.
Bekisting kolom
Pada pemakaian papan cetakan dari kayu biasanya dipakai ukuran tebal 2-3
cm, sedangkan lebarnya 15-20 cm, itu digunakan pada pekerjaan yang sifatnya
un expose dan bervolume kecil, contoh : sloof, kolom praktis, ringbalk dll.
Sedangkan untuk pekerjaan yg sifatnya expose dan bervolume besar bekisting
menggunakan multipleks yang memiliki ketebalan 3-9mm. untuk gelagar acuan
biasanya ukuran kayuialah 3-7 cm.
Bekisting balok
Tiang-tiang acuan dari kayu, dulu banyak dipakai bentuk penampang balok
persegi empat atau bujur sangkar, tetapi sekarang banyak di pakai kayu yang
berpenampang bulat ( dolk ) dengan garis tengah 7 sampai 13 cm, juga bisa
menggunakan scalfolding yang terbuat dari besi.
Meskipun cetakan dan acuan di buat dari kayu yang murah, tetapi kayu harus
cukup baik dan tidak boleh terlalu basah, sebab kayu yang terlalu basah akan
mudah melengkung dan pecah. Kayu-kayu untuk cetakan dan acuan dapat
dipakai beberapa kali, tergantung dari mutu kayunya, mungkin juga hanya
dapat dipakai satu kali, bila mutu kayunya jelek.
Pembuatan suatu cetakan dan acuan, meskipun kelihatannya pekerjaan kasar,
tetapi harus dipenuhi persyaratan ketepatan ukuran dan keteguhan, sebab
cetakan dan acuan harus kuat, tidak berubah bentuk waktu dicor beton, mudah
dibongkar dan murah.
2.3.2. Bagian Bekisting Kayu
a) Cetakan
b) Gelagar balok
c) Gelagar untuk cetakan lantai / cetakan balok
d) Papan penjepit cetakan
Bagian perancah :
e) Tiang perancah
f) Baji
g) Landasan
Papan Cetakan
o Cetakan balok bisa terbuat dari papan maupun multipleks. Apabila acuannya
menggunakan papan maka perlu menyambung papan cetakan tersebut dengan
beberapa klem perangkai. Yang perlu diperhatikan adalah kerapatan dari
sambungan – sambungan yang dibuat, sehingga air semen tidak keluar melalui
celah – celah sambungan.
o Untuk mencegah bagian bawah bekisting terbuka saat beton dicor, harus
dibuatkan klem penjepit, dapat berupa papan ataupun balok kayu ukuran 5/7.
o Sedangkan untuk balok yang tingginya lebih dari 55 cm, pada cetakan samping
perlu ditahan untuk menahan lentur dan dibuatkan skor.
Tiang Perancah
o Acuan dapat menumpu pada satu tiang ataupun dua tiang, sesuai keperluannya.
Apabila menggunakan satu tiang maka perletakan tiang dipasang di tengah, dan
bila menggunakan dua tiang maka perletakannya pada bagian tepi.
o Jarak antar tiang arah memanjang dibuat sama dengan jarak klam perangkai,
sedang jarak antar tiang arah lebarnya tergantung dari lebar balok.
o Untuk perancah dari kayu untuk menyetel ketinggian, di bagian bawah tiang
perancah diberi baji, sehingga akan memudahkan menaik-turunkan ketinggian
yang ditentukan. Sedangkan bila perancah dari baja untuk menyetel ketinggian
sudah terdapat ulir yang berfungsi untuk menaik - turunkan ketinggian tiang
perancah. Agar tiang perancah tidak amblas ke dalam tanah dipakai papan alas.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Bisa jadi bekisting ini adalah jenis bekisting yang pertama kali dikenal.
Bekisting konvensional atau bekisting tradisional hanya mengandalkan triplek
dan kayu atau papan. Jenis papan yang dipakai biasanya adalah papan yang
tahan kelembaban. Papan bekisting dari kayu yang umum digunakan memiliki
ketebalan 2 cm sampai 3 cm dengan lebar 15 cm sampai 20 cm. Sementara itu
untuk ketebalan triplek bekisting sekitar 3 mm sampai 9 mm.
Kayu untuk bekisting hendaknya dipilih yang tidak terlalu basah dan
cukup baik supaya tidak mudah melengkung dan pecah. Dalam proses
pengerjaan, triplek dan papan dipasang di bagian struktur bangunan. Jika beton
sudah mencapai kekuatan yang cukup, triplek dan papan yang dipakai dalam
proses bekisting dilepas dan dibongkar satu per satu.
1. Bahan yang digunakan harus keras dan kuat menahan beban kesamping dan
beban dari atas.
2. Bahan yang digunakan harus seefisien mungkin sesuai dengan anggaran yang
tersedia.
3. Bahan yang digunakan aman bagi pekerja (tukang) dan mudah dalam
pengerjaannya.
4. Bahan yang digunakan diperlukan waktu yang tidak terlalu lama sehingga dapat
menghemat biaya tenaga kerja.
5. Khusus bekisting konvensional, gunakan bahan yang baru akan lebih baik
hasilnya.
6. Sistem pengerjaannya harus menggunakan tenaga ahli profesional agar
menghasilkan jenis pekerjaan yang berkualitas baik.
7. Mudah dibuka dan tidak lengket
8. Kedap air dan tidak mudah bocor
9. Bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisiting harus presisi
4.1. Kesimpulan
Dari tinjauan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa bekisting dengan kayu
memiliki banyak keuntungan, namun juga memiliki kekurangan. Sehingga
bisa dikatakan penggunaan kayu sebagai bekisting ini penting. Bukan berarti
dari kata "penting" disini memiliki makna harus selalu menggunakan kayu
sebagai bekisting. Melainkan, bisa dijadikan sebagai pertimbangan dalam
pengerjaan bekisting. Selain itu juga masih ada beberapa alternatif bahan lain
yang bisa dijadikan bekisting.
4.2. Saran
Pemasangan bekisting sebaiknya tidak melulu menggunakan kayu. Disamping
karena adanya alternatif bahan lain, hal ini ditujukan agar tetap adanya prinsip
ramah lingkungan dengan tidak banyak banyak menebang pohon untuk
dijadikan bekisting.