Di susun oleh :
Nim : 1804040030
Fakultas : Teknik
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itulah
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini. Dan semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
ii
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Material Kayu.........................................................................................................6
2.2 Sistim Struktur Kayu..............................................................................................7
2.3 Map Penelitian dan prospek penggunaan kayu rekayasa di Indonesia................8
2.4 SNI 7973 2013: Spesifikasi Disain untuk Konstruksi Kayu...................................9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Material kayu ramah lingkungan (green) dan bersumber dari alam yang tidak pernah
habis (sustainable) kurang dimanfaatkan untuk bahan bangunan. Kayu yang masih
muda dalam pertumbuhannya menyerap dan menyimpan banyak CO2 dan
menghasilkan O2. Kayu dalam prosesnya menjadi bahan bangunan paling rendah
konsumsi enerjinya karena hanya menggunakan enerji dari matahari, Forest Product
Laboratory, 2010, Kolb, 2008. Penggunaan bahan bangunan kayu di berbagai negara
sebagai bahan yang ramah lingkungan dan hemat enerji menyebabkan kemajuan
teknologi dalam bidang konstruksi kayu maju dengan sangat pesat.
Kayu mempunyai sifat ortotropik yang sangat berbeda dengan material lainnya,
mempunyai 3 buah sumbu, longitudinal, tangensial dan radial seperti Gambar 1.
Dibandingkan dengan material isotropik seperti beton dan baja, material kayu yang
merupakan material ortotropik mempunyai 3 buah modulus elastisitas, 3 buah modulus
geser dan 6 buah angka poisson. Karena merupakan material alam dengan 3 sumbu
tersebut kuat lentur, kuat tarik (sejajar) dan tegak-lurus serat), kuat tekan (sejajar dan
tegak-lurus serat), kuat geser mempunyai perbedaan kekuatan. Kuat tarik sejajar serat
adalah terkuat dan kuat tarik tegaklurus serat terlemah.
2
Selain kayu gergajian solid juga muncul berbagai macam produk kayu laminasi atau
komposit, mulai dari LVL, PSL, plywood OSB, particleboard dan fiberboard, seperti
pada Gambar 2. Produk–produk ini dapat digunakan baik sebagai elemen struktural
maupun non-struktural.
3
bangunan bertingkat yang seharusnya didisain tahan gempa (engineered building),
Wijanto et.al. 2010.
Peraturan konstruksi kayu. Pada bangunan kayu keruntuhan pada umumnya akibat
sambungan atau hubungan yang tidak memenuhi standar dan sistem strukturnya tidak
tahan gempa. Peraturan Kayu di Indonesia sangat ketinggalan jaman, sejak tahun 1961
Peraturan Kayu Indonesia (PKKI 1961) 52 tahun tidak mengalami perubahan. Beberapa
draft peraturan kayu tahun 1980, dan 2002 pernah dibuat sampai dengan terbitnya SNI
7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu. Saat ini peraturan-peraturan di luar
negeri menggunakan metode disain baik Load and Resistance Factor Design (LRFD)
maupun Alowable Stress Design (ASD), Breyer 2008. PKKI 1961 menggunakan cara
ASD lama. Pada SNI 7973:2013 yang mengadopsi NDS 2012, memuat baik
LRFD/DFBK dan ASD/DTI dan keduanya dapat digunakan dalam desain.
4
negeri pada negara-negara tersebut di atas pada umumnya adalah softwood atu kayu
berdaun jarum, sedangkan di daerah tropis atau Indonesia adalah hardwood atau kayu
berdaun lebar. Peraturan Kayu Indonesia yang baru SNI 7973:2013 sebagian besar
mengacu kepada peraturan luar negeri. Sifat-sifat kayu tropis yang umumnya hardwood
dapat berbeda dengan softwood sehingga peraturan dari luar negeri tidak dapat
diadopsi begitu saja. Penelitian mengenai sifat-sifat kayu tropis pada cara-cara atau
teori yang ada dalam SNI 7973:2013 sebagian telah dilakukan. Penyesuaian telah
dilakukan pada kuat acuan untuk kayu berdaun lebar pada SNI 7973:2013. Peralatan
dan dana yang besar dukungan dari industri dan pemerintah di luar negeri
menyebabkan perkembangan teknologi yang cepat dalam penelitian untuk menyiapkan
teknologi tepat guna dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan juga
pengurangan risiko bencana khususnya akibat gempa. Bangunan bertingkat rendah
dengan elemen-elemen struktur kayu rekayasa prafabrikasi (contoh pada Gambar 3)
telah menjadi solusi utama untuk bangunan perumahan.
Akhir-akhir ini penggunaan kayu laminasi silang (Cross Laminated Timber/ CLT)
sebagai dinding geser maupun lantai untuk bangunan tinggi banyak digunakan. CLT
menggunakan perekat untuk merangkaikan lapisan-lapisan papan atau balok kayu
menjadi suatu panel berukuran besar. Perekat di Indonesia masih termasuk mahal
5
harganya, sehingga penggunaan paku untuk merekatkan atau melaminasi papan-
papan menjadi satu kesatuan lebih murah dan mudah dilakukan. Dinding geser papan
kayu silang laminasi-paku merupakan salah satu pengembangan dibandingkan CLT
yang menggunakan perekat.
Sistem struktur balok dan kolom dengan kayu glulam, Kolb 2008.
6
Elemen dinding geser pada awal mulanya lebih banyak menggunakan rangka kayu
dengan lapisan penutup dari gipsum atau plywood. Perkembangan terakhir adalah
digunakannya papan kayu silang laminasi (Cross Laminated Timber / CLT). CLT ini
dapat direkayasa sehingga mempunyai kekuatan dan kekakuan yang mencukupi untuk
digunakan pada dinding geser bangunan bertingkat rendah, sedang maupun tinggi,
seperti terlihat pada Gambar 5. Bangunan bertingkat dari kayu tersebut pada umumnya
mempergunakan dinding geser sebagai penahan beban gravitasi selain penahan beban
lateral angin atau gempa.
Sistim struktur yang fleksibel untuk mengikuti bentuk arsitektur seperti Gambar 6 juga
dapat dibuat dengan kayu rekayasa seperti balok atau kolom glulam lengkung.
Demikian pulan dengan sistim sambungan mengalami perkembangan dari sambungan
konvensional menjadi seperti pada beberapa contoh :
7
Contoh macam sambungan
Road Map penelitian dari penulis pada bidang keteknikan kayu dimulai dengan
penelitian material mengenai sifat mekanik dan fisik kayu-kayu di Indonesia, yang
sebagian besar adalah hardwood (kayu berdaun lebar). Penelitian berlanjut pada
elemen-elemen struktur, mulai dari balok, kolom dan pelat. Khususnya mengenai
elemen struktur dinding geser kayu mulai kembali pada tahun 2011. Road map
penelitian diperlukan agar tujuan dan arah serta kegunaan penelitian dapat terwujud.
Akhir dari penelitian yang ada untuk jangka beberapa tahun ke depan adalah bangunan
bertingkat rendah dari kayu yang menggunakan data-data penelitian material, elemen-
elemen struktur balok, kolom, pelat lantai dan dinding geser untuk menghasilkan
bangunan kayu bertingkat rendah dengan dinding geser yang tahan gempa.
8
Road map berkelanjutan untuk penelitian material, elemen struktur dan bangunan dari
kayu
Perencanaan struktur kayu harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan
disamping efisien dari segi ekonomis. SNI 7973:2013 Spesifikasi disain untuk
konstruksi kayu telah mengatur tatacara disain struktur kayu tersebut. LRFD dan ASD
yang digunakan dalam NDS 2012 menjadi salah satu acuan untuk SNI 7973:2013.
Pertimbangan dan penyesuaian dilakukan untuk jenis kayu, iklim dan kondisi
lingkungan di Indonesia. Penelitian- penelitian juga masih perlu dilakukan untuk mengisi
kekurangan-kekurangan yang ada di dalam peraturan tersebut. Kuat acuan kayu telah
disesuaikan dengan jenis kayu dan kelembaban di Indonesia. Secara umum
perhitungan mekanika tidak mengalami perubahan, tetapi banyak faktor-faktor koreksi
yang berlaku baik untuk DTI maupun DFBK yang digunakan dalam disain, danakan
dijelaskan di bawah ini. Faktor ketahanan, faktor waktu dan faktor konversi format
digunakan hanya untuk DFBK.
Nilai kuat acuan. Walaupun ada dual concept dalam SNI 7973:2013, hanya satu nilai
acuan (DTI) yang dimuat dan dapat dipakai juga pada DFBK dengan faktor konversi
format, studi lebih lanjut masih diperlukan untuk nilai acuan tersebut. Tabel 4.2.1 di
bawah ini untuk nilai desain dan modulus elastisitas lentur acuan berdasarkan pada
data-data penelitian di Indonesia dan Tjondro 2009. Penentuan nilai E dapat dilakukan
secara mekanis dengan uji non destruktif.
Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI). Kayu mempunyai sifat mampu memikul
beban maksimum jauh lebih besar untuk durasi pembebanan pendek dibandingkan
9
dengan durasi pembebanan panjang. Nilai desain acuan berlaku untuk durasi beban
normal. Durasi beban normal merepresentasikan beban yang secara penuh
menimbulkan tegangan di suatu komponen struktur hingga mencapai nilai desain izin
dengan pemberian beban desain untuk durasi kumulatif kira-kira sepuluh tahun. Apabila
durasi kumulatif beban maksimum penuh tidak melebihi periode waktu yang ditentukan,
maka semua nilai desain acuan kecuali modulus elastisitas, E, modulus elastisitas
untuk stabilitas balok dan kolom, Emin, dan tekan tegak lurus serat, Fc┴, yang
didasarkan atas limit deformasi harus dikalikan dengan faktor durasi beban yang
sesuai, untuk memperhitungkan perubahan kekuatan kayu terhadap durasi beban.
Faktor layan basah, CM. Pada saat dimensi kayu digunakan dengan kandungan
kelembaban yang lebih dari 19% untuk perpanjangan periode waktu, maka nilai desain
akan dikalikan dengan Faktor layan basah yang sesuai. Ketika glulam struktural yang
digunakan memiliki kadar air 16% atau lebih, model desain harus dikalikan dengan
faktor kadar air yang berbeda.
10
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SNI 7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu masih memerlukan dan
penyempurnaan- penyempurnaan lebih lanjut yang sesuai dengan kondisi di Indonesia,
terutama kuat acuan yang berdasarkan pada penelitian sifat mekanik kayu-kayu
Indonesia. Kondisi umum kelembaban udara di Indonesia sebesar 15% dapat menjadi
acuan untuk dasar penentuan kuat kayu. Penelitian lebih lanjut kuat tumpu pasak/ baut
untuk hardwood juga diperlukan.
Grading dan legalitas dari produk kayu gergajian atau kayu rekayasa harus diterapkan.
Dengan adanya grading, kuat acuan akan mudah ditentukan dan lebih pasti dalam
perhitungan disain, disamping menjamin kualitas dan melindungi konsumen.
Sosialisasi SNI 7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu perlu dilakukan,
seperti halnya sosialisasi SNI untuk beton, baja dan gempa. Perhitungan dengan dasar
DTI maupun DFBK dengan berbagai adjustment factor perlu disosialisasikan
konsepnya, sehingga tidak menimbulkan kerancuan bagi para praktisi.
Bagian-bagian disain pada SNI 7973:2013 mengenai glulam, floor I joist, shearwall dan
fire resistance merupakan hal-hal yang baru yang juga harus dikenal oleh para praktisi
di Indonesia untuk menghadapi AEC (Asean Economic Community)
11
DAFTAR PUSTAKA
Aghayere, A. And Vigil, J. 2005. Structural Wood Design. John Wiley & Sons,
Inc.
American Society for Testing and Materials. (2010). ASTM D143-09: Standard
Methods of Testing Small Clear
Breyer, D.E. et al. 2007. Design of Wood Structures - ASD/LRFD, 6th ed.
McGraw-Hill.
Madison, Wisconsin.
12
Masalah Bangunan.
13