Anda di halaman 1dari 14

TEKNOLOGI BAHAN

KAYU DAN PERKEMBANGANNYA DALAM KONSTRUKSI


SIPIL

Anggota Kelompok V
Muhamad Ilham (1804040015)
Jalaludin (1804040009)
Alviyah Aldamayani (1804040030)
Lukman (1804040004)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF
JUNI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terimakasih kepada anggota kelompok V yang telah berusaha dan bekerja keras dalam
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini selain diperuntukkan dalam pemenuhan tugas mata kuliah Teknologi Bahan juga
berguna dalam memberikan pemahaman dan menambah pengetahuan kepada pembaca
tentang Kayu dan Perkembangannya dalam Konstruksi Sipil ‘
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga saja makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR ISI

BAB I-PENDAHULUAN
Latar
Belakang…………………………………………………………………………………...
Rumusan Permasalahan….…………………………………………………………………

BAB II-PEMBAHASAN
A. Kayu dan perkembangannya dalam konstruksi sipil……………………………………1
1.1 Dasar penggunaan kayu…………...................................................................................1

1.2 Bagian-bagian penampang kayu......................................................................................2


1.3 Sifat-sifat kayu.................................................................................................................3
1.4 Keawetan kayu.................................................................................................................3
1.5 Sifat-sifat mekanik kayu..................................................................................................4
B. Macam pengguna kayu………………………………………………………………….4
C. Keuntungan kayu dan kerugian kayu untuk bahan kontruksi…………………………..6

D. Kayu Pada Konstruksi Bangunan……………………………………………………….7

BAB III-PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………………………......... 9
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….10
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan
kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan
lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan
pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan
kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta
macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan
penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu merupakan material struktural dan banyak disediakan oleh alam dan diminati di
beberapa daerah di Indonesia. Material utama pada bangunan tradisional Indonesia mayoritas
adalah kayu. Peminat kayu pada dunia konstruksi meningkat dalam beberapa dekade terakhir,
dari sisi arsitektur dinilai indah, mewah, penuh seni, dan nyaman sebagai tempat tinggal.
Bukan hanya untuk tempat tinggal, tetapi kayu masih digunakan untuk konstruksi gedung,
jembatan, bantalan kereta api dan lain – lain. juga menyatakan bahwa material kayu akan
selalu dibutuhkan manusia karena sifat utama yang dimiliki yaitu kayu merupakan kekayaan
alam (natural resources) yang tidak akan pernah habis, mudah dalam pemrosesan serta
memiliki sifat – sifat spesifik yang tidak dimiliki oleh bahan lain.
Selain keuntungan kayu di atas kayu juga mempunyai kekuatan yang tinggi (tekan sejajar
atau tegak lurus serat) dan berat yang rendah dibandingkan dengan konstuksi yang lainnya,
mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap pengaruh kimia (Chemical Attack), dan bersifat
isolator. Akan tetapi kayu juga mempunyai beberapa kekurangan yang disebabkan oleh
beberapa penyebab di antaranya adalah cendawan / jamur, bakteri, serangga pengerek (rayap),
dan pengausan mekanis. Kekurangan kayu lainnya yaitu sifat kurang homogen adanya cacat
kayu, mata kayu, sifat kurang awet, bisa memuai menyusut dengan perubahan kelembapan,
dan yang utama ialah kayu mudah terbakar. Tidak semua jenis kayu dapat dijadikan bahan
konstruksi. Penilaian terhadap kayu di bedakan atas kelas kuat dan kelas awetnya.
Rumusan Masalah

1. Perkembangan kayu dalam kontruksi Sipil


2. Keuntungan dan kerugian kayu untuk kontruksi bangunan
3. Kayu Pada kontruksi bangunan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kayu dan perkembangannya dalam konstruksi sipil

1.1 Dasar Penggunaan Kayu


Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama dikenal masyarakat,
didapatkan dari semacam tanaman yang tumbuh di alam dan dapat diperbaharui secara alami.
Faktor-faktor seperti kesederhanaan dalam pengerjaan, ringan, sesuai dengan lingkungan
(environmental compatibility) telah membuat kayu menjadi bahan konstruksi yang dikenal di
bidang konstruksi ringan (light construction).

Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya didasari oleh kekuatannya saja, akan
tetapi juga didasari oleh segi keindahannya. Secara alami kayu memiliki bermacam-macam
warna dan bentuk serat, sehingga untuk bangunan expose material kayu tidak banyak
memerlukan perlakuan tambahan. Pada perkembangan teknik penggunaan kayu struktural
perlu diperhatikan sifat- sifat dan jenis-jenis kayu serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan kayu, sambungan dan alat-alat penyambung serta keawetan kayu.
Keterbatasan penggunaan kayu selama ini terjadi dikarenakan keterbatasan kayu alami yang
lurus dan relative panjang sudah jarang didapatkan, serta kayu dengan tingkat kekuatan yang
tinggi sidah semakin berkurang. Oleh karena itu, maka teknologi sambungan dan komposit
material sangat penting pada perancangan struktur kayu.
1.2 Bagian-Bagian Penampang Kayu

Senyawa utama penyusun sel kayu dengan komposisinya adalah selulosa 50%, hemiselulosa
25%, lignin 25%. Sel-sel kayu kemudian secara kelompok membentuk pembuluh, parenkim
dan serat. Pembuluh memiliki bentuk seperti pipa yang berfungsi untuk saluran air dan zat
hara. Parenkim memiliki bentuk kotak, berdinding tipis dan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara hasil fotosintesis. Serat memiliki bentuk panjang langsing dan
berdinding tebal serta berfungsi sebagai penguat pohon. Kelompok-kelompok sel kayu
bergabung membentuk bagian/anatomi pohon. Sebatang pohon dipotong melintang akan
diperoleh secara kasar gambaran dan bagian-bagian kayu Pototngan melintang pohon kayu.
A = kulit luar
B = kulit dalam
C = cambium
D = kayu gubal
E = kayu teras
F = hati kayu
G = jari-jari kayu

1
Bagian luar kayu disebut kulit (bark) merupakan lapisan yang padat dan cukup kasar, bagian
kulit yang paling luar sudah mati dan berfungsi sebagai pelindung kayu terhadap serangan
dari luar (iklim, serangan serangga, dan jamur). Sedangkan kulit bagian dalam bersifat hidup
dan tipis yang berfungsi sebagai jalan zat yang mengandung gizi dari akar ke daun.
Pada bagian sebelah dalam kulit terdapat lapisan tipis yang disebut lapisan kambium, lapisan
ini merupakan jaringan yang tipis dan bening, berfungsi sebagai tempat pertumbuhan sel-sel
kayu.
Disebelah dalam lapisan kambium terdapat bagian kayu lunak yang berwarna keputih-putihan
disebut kayu gubal (sapwood), bagian ini merupakan kayu muda yang terdiri dari sel-sel yang
masih hidup, berfungsi sebagai pengantar zat-zat makanan dari akar menuju daun dan juga
sebagai tempat penyimpanan bahan makanan, mempunyai ketebalan ± 2 cm sampai 10 cm.

Se;anjutnya di sebelah dalam dari lapisan kayu gubal terdapat bagian kayu yang warnanya
lebih gelap disebut dengan kayu teras (heartwood), berfungsi sebagai penguat pohon karena
memiliki dinding sel yang lebih tebal dan kuat. Pada bagian ini tidak terdapat zat-zat
makanan, sehingga jika dipakai sebagai bahan konstruksi akan awet. Pertumbuhan sel-sel
kayu disertai dengan munculnya struktur seperti cincin yang disebut dengan cincin tahunan
(annual ring) yang dapat memperkirakan umur dari pohon kayu. Pohon kayu yang mengalami
pertumbuhan cepat akan memiliki cincin tahunan yang lebih besar bila dibandingkan dengan
pohon kayu yang memiliki pertumbuhan lambat. Pada bagian tengah batang ada inti (pith)
yang dikelilingi oleh sejumlah cincin tahunan.
I.3 Sifat-Sifat Kayu
Kayu merupakan bahan alam yang tidak homogen. Ketidak homogenan ini disebabkan oleh
pola pertumbuhan batang dan kondisi lingkungan pertumbuhan yang sering tidak sama. Oleh
karena itu , sifat-sifat fisik dan sifat-sifat mekanik pada arah longitudinal, radial dan
tangensial tidak sama. Kekuatan kayu pada arah longitudinal (X) lebih besar dibandingkan
dengan arah radial (R) ataupun tangensial (T) dan angka kembang susut pada arah
longitudinal lebih kecil dari pada arah radial maupun arah tangensial

Arah longitudinal, radian dan tangensial pohon kayu

2
1.4 Keawetan kayu
Kayu sebagai bahan konstruksi memiliki kelemahan, yaitu tentang keawetan, untuk
mencegah kerusakan kayu, perlu adanya pengawetan. Kerusakan kayu umumnya dikarenakan
adanya serangan serangga, serangan jamur dan perusak lain. Tujuan usaha pengawetan kayu,
adalah untuk menambah umur pakai kayu lebih lama terutama kayu yang dipakai sebagai
bahan bangunan (konstruksi), maupun sebagai perabot atau aksesoris.Metode
pengawetankayu yang sudah dikenal luas oleh penduduk kita merupakan seperti perendaman,
laburan, rendaman panas serta dingin, dan saat ini dikenal dengan juga sistem vacum.

Dalam dunia konstruksi dikenal istilah keawetan dan kekuatan, hal ini berhubungan dengan
kelas kayu. Oleh para ahli sesuai dengan hasil penelitian, berbagai macam kekuatan dan
keawetan biasanya berhubungan, dimana biasanya kayu keras dan kuat terhadap konstruksi
lebih awet dari kayu yang kurang kuat. Sebagi contoh kita ambil jenis kayu.
kelas awet satu, biasanya tahan terhadap basah, dan biasanya serangga seperti rayap jarang
mau memakannya, kayu ini dikenal seperti kayu jati, kayu sonokeling, kayu besi, dan lain
sebagainya. Berikut beberapa klasifikasi keawetan kayu.
1.5 Sifat Teknis dan Sifat Mekanik Kayu

• Sifat-sifat Teknis Kayu


sifat-sifat Teknis Kayu Yang dimaksud sifat teknis kayu adalah sifat-sifat kayu yang ada
sangkut pautnya dengan waktu kita mengerjakan kayu. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai
berikut :
Kualitas kerja kayu Kualitas kerja kayu menyangkut mudah tidaknya suatu jenis kayu
dikerjakan. Dalam memilih suatu jenis kayu untuk suatu tujuan tertentu, sifat mudah atau
sukar dikerjakan dapat merupakan faktor yang penting, terutama apabila digunakan alat-alat
ringan.

Pengembangan dan penyusutan Kembang susut kayu berbeda-beda tergantung dari masing-
masing jenis kayunya. Ada kayu yang kembang susutnya besar dan ada pula yang kecil.
Untuk semua jenis kayu, pada umumnya daya kembang susut dapat dibatasi atau diperkecil,
apabila kayu itu kering, dalam arti kadar kayu terbatas (tertentu besarnya). Kayu kering udara
dengan kadar air (15-18%) pada umumnya sudah stabil. Kayu mengembang bila mengisap air
dan sebaliknya.

Pelapukan kayu Kayu juga bersifat dapat melapuk. Untuk jenis-jeis kayu yang sangat tidak
tahan pelapukan, penggunaannya harus di bawah atap. Untuk kayu yang digunakan diluar,
dapat dipakai lapisan pelindung untuk mencegah pelapukan.

Keuletan kayu Keuletan kayu (fatigue resistance) ialah kemampuan kayu untuk memahan
beban ulangan, beban berbalik, dan beban getaran tanpa mengalami kerusakan.
Keteguhan kayu Keteguhan kayu ialah daya tahan kayu terhadap gaya-gaya dari luar. Gaya-
gaya tersebut adalah tekanan, tarikan, puntiran, gesekan, dan desakan. Besarnya keteguhan
ini berbeda-beda untuk tiap jenis kayu. Pada umumnya kayu dari golongan kelas kuat (I, II)

3
mempunyai keteguhan yang besar. Sebaliknya dari kelas kuat yang rendah (IV, V)
mempunyai keteguhan yang kecil (Moeljono, 1974).

• Sifat-sifat mekanik kayu


Kuat tarik sejajar serat

Elemen kontruksi yang menerima beban tarik dapat dengan mudah kita temukan pada
konstruksi rangka. Kuat tarik dapat dihitung dengan cara membagi beban tarik dengan luas
tampang (cross section). Kayu memiliki kuat tarik yang lebih besar pada arah panjang batang
(sejajar serat) dari pada arah radial (tegak lurus serat), sehingga pada konstruksi kayu harus
dihindari pembebanan tarik yang tegak lurus serat kayu. Kegagalan tarik memiliki
kecendrungan untuk bergerak melalui bagian yang lebih rendah kepadatannya (kayu
muda/gubal), tetapi berbentuk zig-zag pada kayu yang kepadatannya tinggi (kayu teras).
Apabila batang kayu ditarik dengan beban tarik tertentu, maka panjang batang kayu akan
bertambah. Regangan didefinisikan sebagai nilai banding antara pertambahan panjang dengan
panjang batang awal. Untuk regangan yang kecil biasanya terjadi secara linier-elastik,
sedangkan untuk nilai regangan yang besar terjadi secara nonlinier-nonelastik
Kuat tekan sejejar serat
Batang yang mengalami gaya tekan dijumpai pada konstruksi kuda-kuda dan elemen kolom
pada portal. Kuat tekan dapat diperoleh dengan cara membagi besar gaya tekan dengan luas
tampang batang. Menurut Koebler (1980), untuk batang yang memiliki panjang lebih dari 11
kali tebal batang, kegagalan tekan batang akan disertai dengan munculnya tekuk atau
buckling pada batang.

Menurut Somaji (1995), kuat tekan kayu pada arah tegak lurus serat berkisar antara 12%
sampai 18% dari kuat tekan sejajar serat.
B. Macam Penggunaan Kayu
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat
kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu yang
mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai
berikut :
1. Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang
tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara,
rasamala.
2. Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang.
Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.
3. Veneer mewah
4
Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru,
sonokembang.
4. Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah
dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin.
5. Lantai (parket)
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.
6. Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin.
7. Alat Olah Raga
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus
dan panjang, kaku, cukup awet.
Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling.
8. Alat Musik
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik.
Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.
9. Alat Gambar

Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.


Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.
10. Tong Kayu (Gentong)

Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.


Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.
11. Tiang Listrik dan Telepon

Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.
Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.
12. Patung dan Ukiran Kayu

Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna
gelap.

5
Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.
13. Korek Api

Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api), elastis
dan tidak mudah pecah (kotak).
Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus.
14. Pensil

Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah,
berserat lurus.
Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.

15. Moulding

Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku.
Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.
Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.

C. Keuntungan dan kerugian kayu sebagai bahan bangunan

Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya terdiri dari bahan kayu.
Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam
perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, Diantaranya adalah : rangka kuda-kuda, rangka dan
gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.
Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural,
sehingga penggunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut.
Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja.
Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur
menjadi bahan untuk memperindah bangunan (dekoratif).
Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya : pada daerah tertentu, dimana
secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan yang lain) peranan
kayu sebagai bahan struktur masih digunakan. Pada Gambar 1.3 ditampilkan bagian-bagian
kayu pada penampang lintang kayu gelondongan.

• Keutungan
- Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannyadengan menanam
kembali (Reboisasi).

- Mudah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannyaserta harga yang
relatif murah.

6
- Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
- Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan imia yang keras)cukup
tinggi/baik.
- Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga mempnyainilai dekoratif
yang indah/baik.

- Kedap suara.

• Kerugian/kekurangan
- Sifatnya kurang homogen.
- Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
- Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.

- Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.


- Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : matakayu dan pecah-pecah
- Agak mudah terbakar.
D. Kayu Pada Konstruksi Bangunan
a. Struktur rangka batang kayu umum digunakan pada bangunan rumah tinggal, perkantoran,
bangunan pertokoan, hingga jembatan. Rangka batang merupakan struktur rangka yang
disusun batang membentuk bangun segitiga dengan simpul / titik sambung, dapat menerima
beban struktur. Dengan susunan tersebut diperolehlah struktur yang relatif ringan dan kuat
pada bentangan yang lebih panjang. Pemakaian rangka batang untuk struktur kayu
memungkinkan terbentuknya ruang terbuka yang luas dan partisi/penyekat ruang dapat
dirubah tanpa harus mempertimbangkan integritas struktural dari bangunan. Alasan
penyelenggaaran rangka batang antara lain:
(1) Sangat bervariasibentuknya,
(2) Dapat menampilkan keindahan khusus,

(3) dapat melayani bentang relatif panjang,


(4) memungkinkan kemudahan penyelenggaraan sistem instalasi layanan bangunan, misal
listrik, plumbing, maupun langitlangit,

(5) kompatibel terhadap elemen struktur lain, misal beton, pasangan maupun baja.
b. Produk penyambung struktur rangka batang
Disamping digunakan penyambung tradisional, sambungan gigi, paku maupun baut,
penyambung plat fabrikasi telah banyak pula digunakan, lebih-lebih untuk rangka batang
fabrikasi. Produk alat sambung terakhir merupakan alat sambung yang dapat memberikan
konsistensi hasil sambungan baik kekuatan dan kemudahan penyelenggaraan secara masal.

7
Penyambung plat ini mengandalkan gigi dan tonjolan pada plat untuk memindahkan gaya
dari dan ke batang kayu yang disambung.
Rangka batang kayu lemah secara lateral, sehingga sangat mungkin mengalami deformasi
secara lateral yang merusak sambungan pada saat mobilisasi dan atau saat ereksi konstruksi.
Karenanya tata cara penyimpanan, mobilisasi hingga ereksi sangat memegang peranan
penting agar plat sambung tersebut berfungsi baik sebagai elemen penyambung struktur
rangka batang kayu. Untuk penyimpanan maupun penempatan, rangka batang kayu
seharusnya diletakkan secara rata dengan ganjal atau dengan cara berdiri dan dilengkapi
dengan penyokong.
c. Konstruksi Struktur jembatan kayu
Sebelum abad 20, kayu menjadi bahan bangunan utama bahkan sebagai bahan struktur jalan
kereta dan jembatan. Jembatan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah
terdiri dari abutment, tiang dan struktur lain untuk menyangga struktur atas yang terdiri dari
balok jembatan dan lantai jembatan.
Bentuk penyusun struktur dapat berupa kayu gelondong/log, kayu gergajian, hingga kayu
laminasi atau kayu buatan lainnya. Hingga produk glulam tersebar, ketersediaan ukuran kayu
menjadi kendala penyelenggaraan kayu untuk jembatam. Kalaupun ada, jembatan kayu
merupakan jembatan sementara dengan umur pakai dibawah 10 tahun.
Struktur kayu laminasi telah membantu kapabilitas bentangan struktur yang diperlukan untuk
jembatan. Gelegar laminasi ukuran 0.60 m x 1.80 m mampu mendukung suatu sistem deck
laminasi hingga bentangan 12 m – 30 m bahkan lebih. Balok laminasi dapat membentuk
suatu deck/ lantai jembatan yang solid dan jika dirangkai dengan batang tarik pengekang
dapat membentuk suatu deck laminasi bertegangan tarik. Kayu laminasi lengkung dapat
dipakai untuk memproduksi beragam jembatan yang indah.
d.Struktur pelengkung kayu

Struktur pelengkung kayu telah banyak diselenggarakan untuk mendapatkan ruang cukup
lapang pada bangunan tempat ibadah, bangunan rekreasi hingga hanggar terlebih saat
teknologi kayu laminasi/glulam ditemukan. Struktur ini disusun dari struktur tarikan di
bagian bawah dan struktur tekan di bagian pelengkung atas. Struktur bagian bawah bisa
berbentuk lengkung atau lurus. Jika lurus maka atap bangunan akan membentuk seperti
payung. Sedangkan jika bagian bawah lengkung simetris dan berpusat pada satu pusat, maka
atap dome akan menyerupai bola.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan dari perkembangan kayu untuk kontruksi sipil adalah, merupakan salah
satu bahan awal yang di gunakan manusia untuk membuat kontrusksi atau bangunan.
Dikarenakan bahannya yang mudah di temukan dan penggunaanya yang cukup mudah dan
sederhana. Kayu mempunyai sifat sifat diantaranya sifat fisik, sifat teknis dan sifat mekanik.
Penggunaan kayu mempunyai keuntungan dan kerugian diantaranya: keuntungan kayu yaitu;
mudah di dapat, mudah di gunakan, kekuatan cukup tinggi dan ringan, daya tahan terhadap
listrik, kedap suara. Namun di samping itu juga kayu memiliki kekurangan diantaranya:
Sifatnya kurang homogen, mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca, lendutan dapat terjadi pada
keadaan kelembaban tinggi, mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut, adanya cacat-
cacat bawaan dan cacat alam, seperti : matakayu dan pecah-pecah, agak mudah terbakar.

Saran
Dalam kontruksi bangunan penggunaan bahan banyak variasi jadi dalam penggunaan
bahan banyak pilihan tergantung, jenis banguan, kekuatan bagunan, dan budget yang ada.

9
Daftar Pustaka

Bambang Suryoatmono, Struktur Kayu, Fakultas Teknik, Universitas


Parahyangan, Bandung.
Danasasmita, E.Kosasih, Struktur Kayu I, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, UPI, 2004.
Danasasmita, E.Kosasih, Struktur Kayu II, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, UPI, 2004.
DPMB. Dirjen Cipta Karya, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, DPMB, Dirjen Cipta Karya,
DPUTL, 19
D.T Gunawan, Diktat Kuliah Konstruksi Kayu, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Parahyangan,
Bandung.
Felix Yap, K.H., Konstruksi Kayu, Bina Cipta, Bandung, 1965.
Frick, Heinz, Ilmu Konstruksi Kayu, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1977.

http://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._
PEND.TEKNIK_SIPIL/195306261981011-
E._KOSASIH_DANASASMITA/SK11.pdf&ved=2ahUKEwjl3vymtefpAhXN7nMBHSkjAr
YQFjAAegQlARAB&usg=AOvVaw1ECKCwBIY0S3rT9Q_zqGRA

10

Anda mungkin juga menyukai