Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pengetahuan Dasar Kayu, Teknik Pengeringan dan Pengawetan Kayu,


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Kayu

DISUSUN OLEH
1. Aydil Safitri
2. Nabilla Arnia
3. Husnatul Hayati
4. Delfiero Okta Fino

DOSEN PENGAMPU :
Mulyati, S. T., M.T

Progam Studi
Teknologi Rekayasa Bangunan Gedung
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Padang
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan
bahan bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan
maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun
bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan –
disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang
dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan
ramah lingkungan.
Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu.
Sering kita jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses
tumbuh maupun kesalahan akibat olah dari produk kayu. Dibanding dengan bahan
beton dan baja, kayu memiliki kekurangan terkait dengan ketahanan-keawetan.
Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air yang berlebihan, lapuk
karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kayu dan Kekuatan Serat kayu dalam menerima beban
Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya
(hygroscopic), dan dapat mengembang dan menyusut sesuai kandungan air
tersebut. Karenanya, kadar air kayu merupakan salah satu syarat kualitas produk
kayu gergajian. Jika dimaksudkan menerima beban, kayu memiliki karakter
kekuatan yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban
dan pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang
berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima
gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah
serat kayu. Ilustrasi kekuatan serat kayu dalam menerima beban dapat ditunjukkan
pada Gambar 8.1.

2.1.1 Penebangan, Penggergajian dan Pengawetan


Produksi kayu gergajian (lumber), batang kayu segi empat panjang (balok)
yang dipakai untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan
hutan tanaman industri. Kayu gelondongan (log) hasil tebang diangkut ke pabrik
penggergajian. Untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang baik dan efisien
terdapat teknologi penggergajian yang harus diketahui dalam kaitannya dengan
penyusutan kayu saat pengeringan. Terdapat 3 metoda penggergajian, lurus (plain
sawing), perempat bagian (quarter sawing) dan penggergajian tipikal (typical
sawing).

3
Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan kayu yang
lebih dulu terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu bagian dalam
mengalami susut lebih kecil dari kayu luar. Tanpa memperhitungkan susut
tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan bentuk kurang berkualitas.

2.1.2 Pengeringan Kayu


Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200% - 300%. Setelah
ditebang kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya
air bebas atau air di luar serat (free water) yang menguap. Penguapan ini masih
menyisakan 25% - 35% kandungan air. Selanjutnya penguapan air dalam serat
(bound water). Kayu dapat di keringkan melalui udara alam bebas selama
beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln). Kayu dapat
dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda - kuda
biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air
kayu hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh
kelembaban udara sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan
mempengaruhi kembang susut kayu dan kekuatannya.

4
2.1.3 Pengawetan Kayu
Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan
dapat dilakukan dengan cara merendam atau mencuci dengan maksud
membersihkan zat makanan dalam kayu agar tidak diserang hama. Sedangkan
cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia melalui perendaman dan cara
coating atau pengecatan.

2.1.4 Cacat Kayu


Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat yang
disebabkan karakter tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak
teraturan atau cacat yang umum adalah mata kayu, yang merupakan sambungan
cabang pada batang utama kayu. Mata kayu ini kadang berbentuk lubang karena
cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama atau serangga. Cacat ini
sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban konstruksi.

5
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan
penggergajian dan proses pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak,
crooking, bowing, twisting (baling), cupping dan wane (tepian batang bulat)
karena penggergajian yang terlalu dekat dengan lingkaran luar kayu.

6
2.2 Penggolongan Produk Kayu di Pasaran
Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli umumnya
berupa kayu gergajian baik berupa balok maupun papan. Sedangkan produk kayu
buatan dapat merupa vinir (veneer), papan lapis, triplek/plywood/multiplek dan
bahkan kayu laminasi (glue laminated timber).

2.2.1 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia


Secara singkat peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan baku
terkait dengan aturan umum, aturan pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan,
sambungan dan alat sambung konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan
dan persyaratannya. Pada buku tersebut juga telah dicantumkan jenis dan nama
kayu Indonesia, indeks sifat kayu dan klasifikasinya, kekuatan dan keawetannya.

2.2.2 Klasifikasi Produk Kayu


Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan.
Secara fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya
memiliki berat satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik
lain adalah terkait dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di
perdagangan A, B dan C yang merupakan penggolongan kayu secara visual terkait
dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah - pola serat dan kelurusan batang.
Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
 Kayu mutu kering udara
1. Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
2. Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3. Miring arah serat maksimum adalah 1/7
4. Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/4 tebal
kayu

 Kayu mutu kering udara 15% - 30%


1. Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm
2. Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3. Miring arah serat maksimum adalah 1/10
4. Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5 tebal
kayu

7
 Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan
dari mutu A dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5)

2.2.3 Kelas Kuat Kayu


Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat
jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak
lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat,
kayu umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat.
Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis
kayu. Ilustrasi arah kekuatan kayu dapat ditunjukkan pada Gambar 8.7. dan
Gambar 8.8.

8
Tabel 8.1, menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.

2.2.4 Kelas Awet


Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas
kelas awet I (yang paling awet) – V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu
dimaksud adalah lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur.
Sedangkan perlakuan meliputi pelapisan/tindakan lain agar kayu
terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman serangga. Tabel kelas awet dan
kondisinya dapat dikemukakan dalam Tabel 8.2.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Angka kekuatan kayu


dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat diterima per satuan luas.
Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan kayu
tegak lurus (⊥) serat yang masing - masing memilki besaran yang berbeda.
Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan
tegangan ijin untuk perancangan konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah
memperhitungkan angka keamanan sebesar 5 - 10. Dalam buku Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI - NI - 5) tahun 1961, kayu di Indonesia
diklasifikasikan ke dalam kelas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling
lemah).

10
DAFTAR PUSTAKA

Bambang suryoatmono, Struktur Kayu, Fakultas Teknik, Universitas


Parahyangan, Bandung.

Danasasmita, E.kosasih, Struktur Kayu 1, Fakultas pendidikan teknologi dan


kejuruan, UPI, 2004.

Susilohadi, Struktur Kayu, Teknik Sipil, Universitas Jenderal Ahmad Yani,


Bandung.

Felix Yap, K.H., Konstruksi Kayu, Bina Cipta, Bandung, 1965.

Frick, Heinz, Ilmu Konstruksi Kayu, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1977.

DPMB. Dirjen Cipta Karya, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, DPMB,


Dirjen Cipta Karya, DPUTL, 1978

Sadji, Konstruksi Kayu, fakultas Teknik sipil, Institut Teknologi 10 November,


Surabaya.

11

Anda mungkin juga menyukai