Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak
disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu
cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah
dikerjakan disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang
dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah
lingkungan.
Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering kita jumpai
cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat
olah dari produk kayu. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan
terkait dengan ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air
yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut
api.
Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya (hygroscopic), dan dapat
mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Karenanya, kadar air kayu
merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika dimaksudkan menerima
beban, kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait
dengan arah beban dan pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan
yang berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya
sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu.
Ilustrasi kekuatan serat kayu dalam menerima beban dapat ditunjukkan pada Gambar 8.1.
Produksi kayu gergajian (lumber), batang kayu segi empat panjang (balok) yang dipakai
untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan hutan tanaman industri.
Kayu gelondongan (log) hasil tebang diangkut ke pabrik penggergajian. Untuk menghasilkan
produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat teknologi penggergajian yang
harus diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan kayu saat pengeringan. Terdapat 3
metoda penggergajian, lurus (plain sawing), perempat bagian (quarter sawing) dan
penggergajian tipikal (typical sawing).
Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan kayu yang lebih dulu
terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu bagian dalam mengalami susut lebih kecil
dari kayu luar. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan
bentuk kurang berkualitas.
Pengeringan Kayu
Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200%-300%. Setelah ditebang kandungan
air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas atau air di luar serat
(free water) yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25%-35% kandungan
air. Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water). Kayu dapat di keringkan melalui
udara alam bebas selama beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln)
Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda-kuda
biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu
hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara
sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang
susut kayu dan kekuatannya.
Pengawetan Kayu
Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan dapat dilakukan
dengan cara merendam atau mencuci dengan maksud membersihkan zat makanan dalam
kayu agar tidak diserang hama. Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia
melalui perendaman dan cara coating atau pengecatan.
Cacat Kayu
Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat yang disebabkan karakter
tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak teraturan atau cacat yang umum adalah
mata kayu, yang merupakan sambungan cabang pada batang utama kayu. Mata kayu
ini kadang berbentuk lubang karena cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama
atau serangga. Cacat ini sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban
konstruksi.
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan penggergajian dan proses
pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak, crooking, bowing, twisting (baling),
cupping dan wane (tepian batang bulat) karena penggergajian yang terlalu dekat dengan
lingkaran luar kayu.
Secara singkat peraturan ini dimaksukan untuk memberikan acuan baku terkait dengan aturan
umum, aturan pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung
konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada buku tersebut
juga telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks sifat kayu dan klasifikasinya,
kekuatan dan keawetannya.
Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika menerima
beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena
struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan
yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan
berat kayu persatuan volume / berat jenis kayu. Ilustrasi arah kekuatan kayu
dapat ditunjukkan pada Gambar 8.7. dan Gambar 8.8.
Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat diterima per
satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan kayu
tegak lurus () serat yang masing- masing memilki besaran yang berbeda. Terdapat pula
dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk
perancangan konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka keamanan
sebesar 5-10. Dalam buku Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI-5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan ke
dalam klas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling lemah). Tabel 8.1, menunjukkan kelas
berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.
Kelas Awet
Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas awet I
(yang paling awet) V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud adalah
lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan perlakuan meliputi
pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman serangga.
Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan dalam Tabel 8.2.
Paku merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun struktur kayu.
Ini karena alat sambung ini cukup mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam berbagai
bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari panjang
paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku ditunjukkan pada Gambar 8.11.
terhadap karat dan noda. Dengan begitu tampilan paku dapat dipertahankan. Namun adanya
coating tersebut menyebabkan kuat cabut paku berkurang karena kehalusan coating tersebut.
Ujung Paku. Ujung paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya memiliki
kuat cabut yang lebih besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut sering menyebabkan
pecahnya kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat mengurangi pecah pada kayu, namun
karena ujung tumpung tersebut merusak serat, maka kuat cabut paku pun akan
berkurang pula.
Kepala paku. Kepala paku badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala benam (counter
sunk) umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kepala paku ini umumnya
sebanding dengan diameter paku. Paku kepala benam dimaksudkan untuk dipasang masuk
terbenam dalam kayu.
Pembenaman Paku. Paku yang dibenam dengan arah tegak lurus serat akan memiliki kuat
cabut yang lebih baik dari yang dibenam searah serat . Demikian halnya dengan pengaruh
kelembaban. Setelah dibenam dan mengalami perubahan kelembaban, paku umumnya
memiliki kuat cabut yang lebih besar dari pada dicabut langsung setelah pembenaman. Jarak
Pemasangan Paku. Jarak paku dengan ujung kayu, jarak antar kayu, dan jarak paku terhadap
tepi kayu harus diselenggarakan untuk mencegah pecahnya kayu. Secara umum, paku tak
diperkenankan dipasang kurang dari setengah tebal kayu terhadap tepi kayu, dan tak boleh
kurang dari tebal kayu terhadap ujung. Namun untuk paku yang lebih kecil dapat dipasang
kurang dari jarak tersebut.
Kuat cabut paku
Gaya cabut maksimum yang dapat ditahan oleh paku yang ditanam
tegak lurus terhadap serat dapat dihitung dengan pendekatan rumus berikut.
P = 54.12 G5/2 DL (Metric: kg)
P = 7.85 G5/2 DL (British: pound) (8.1)
Dimana : P = Gaya cabut paku maksimum
L = kedalaman paku dalam kayu (mm, inc.)
G = Berat jenis kayu pada kadar air 12 %
D = Diameter paku (mm, inch.)
Kuat lateral paku
Pada batang struktur, pemasangan paku umumnya dimaksudkan untuk menerima beban
beban tegak lurus/lateral terhadap panjang paku. Pemasangan alat sambung tersebut dapat
dijumpai pada struktur kuda-kuda papan kayu. Kuat lateral paku yang dipasang tegak lurus
serat dengan arah gaya lateral searah serat dapat didekati dengan rumus berikut
P = K D2 (8.2)
Dimana: P = Beban lateral per paku
D = Diameter paku
K = Koefisien yang tergantung dari karakteristik jenis kayu.
b) Alat sambung sekerup
Sekrup hampir memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi karena memiliki ulir maka memiliki
kuat cabut yang lebih baik dari paku. Terdapat tiga bentuk pokok sekerup yaitu sekerup
kepala datar, sekerup kepala oval dan sekerup kepala bundar. Dari tiga bentuk tersebut,
sekerup kepala datarlah yang paling banyak ada di pasaran. Sekerup kepala oval dan bundar
dipasang untuk maksud tampilanselera. Bagian utama sekerup terdiri dari kepala, bagian
benam, bagian ulir dan inti ulir. Diameter inti ulir biasanya adalah 2/3 dari diameter benam.
Sekerup dapat dibuat dari baja, alloy, maupun kuningan diberi lapisan/coating nikel, krom
atau cadmium.
Ragam produk sekerup dapat ditunjukkan pada Gambar 8.12 berikut.
Hampir sama dengan sambungan gigi, sambungan baut tergantung desak baut pada kayu,
geser baut atau kayu. Desak baut sangat dipengaruhi oleh panjang kayu tersambung dan
panjang baut. Dengan panjangnya, maka terjadi lenturan baut yang menyebabkan desakan
batang baut pada kayu tidak merata. Berdasarkan NI-5 PKKI (1961) gaya per baut pada kelas
kayu tersambung dapat dihitung rumus sebagai berikut :
Kayu kelas I:
Sambungan tampang 1 untuk b = bmin / d = 4.8
S = 50 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 240 d2 (1 0.35 Sin )
Sambungan tampang 2 untuk b = bmin / d = 3.8
S = 125 d b3 (1 0.6 Sin )
S = 250 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 480 d2 (1 0.35 Sin )
Kayu kelas II:
Sambungan tampang 1 untuk b = bmin / d = 5.4
S = 40 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 215 d2 (1 0.35 Sin )
Sambungan tampang 2 untuk b = bmin / d = 4.3
S = 100 d b3 (1 0.6 Sin )
S = 200 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 430 d2 (1 0.35 Sin )
Kayu kelas III:
Sambungan tampang 1 untuk b = bmin / d = 6.8
S = 25 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 170 d2 (1 0.35 Sin )
Sambungan tampang 2 untuk b = bmin / d = 5.7
S = 60 d b3 (1 0.6 Sin )
S = 120 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 340 d2 (1 0.35 Sin )
Dimana : S = Kekuatan per baut dalam kg
= Sudut arah gaya terhadap arah serat
b1 = Tebal kayu tepi (cm)
b3 = Tebal tengah (cm)
d = Diameter baut (cm)
Masing kelas kayu tersebut di ambil harga terkecil untuk mendapat jumlah baut dalam satu
sambungan. Untuk pemasangan baut, disyaratkan pula jarak antar baut dalam satu
sambungan. Dengan memperhatikan sketsa ilustrasi sambungan seperti Gambar 8.17,
ketentuan jarak baut utama yang sering digunakan dapat dikemukakan sebagai berikut.
Ilustrasi secara lengkap diterakan dalam PKKI NI (1961)
Produk alat sambung ini merupakan alat sambung yang memiliki perilaku lebih baik
dibanding alat sambung baut. Namun karena pemasangannya agak rumit dan memerlukan
peralatan mesin, alat sambung ini jarang diselenggarakan di Indonesia. Produk sambung ini
terdiri dari cincin dan dirangkai dengan baut.
Dalam penyambungan, alat ini mengandalkan kuat desak kayu ke arah sejajar maupun arah
tegak lurus serat. Seperti halnya alat sambung baut, jenis kayu yang disambung akan
memberikan kekuatan yang berbeda. Produk alat sambung ini memiliki sifat lebih baik dari
pada sambungan baut maupun paku. Ini karena alat sambung ini mendistribusikan gaya baik
tekan maupun tarik menjadi gaya desak kayu yang lebih merata dinading alat sambung baut
dan alat sambung paku.
Jumlah alat sambung yang dibutuhkan dalam satu sambungan dapat dihitung dengan
membagi kekuatan satu alat sambung pada jenis kayu tertentu. Tabel 8.7 menampilkan
besaran kekuatan per alat sambung terendah untuk pendekatan perhitungan.
Alat sambung ini sering disebut sebagai alat sambung rangka batang (truss). Alat sambung ini
menjadi populer untuk maksud menyambung struktur batang pada rangka batang, rangka
usuk (rafter) atau sambungan batang struktur berupa papan kayu. Plat sambung umumnya
berupa plat baja ringan yang digalvanis untuk menahan karat, dengan lebar/luasan tertentu
sehingga dapat menahan beban pada kayu tersambung.
Prinsip alat sambungan ini memindahkan beban melalui gerigi, tonjolan (plug) dan paku yang
ada pada plat. Jenis produk ini ditunjukkan pada Gambar 8.21. Untuk pemasangan plat,
menanam gerigi dalam kayu tersambung, memerlukan alat penekan hidrolis atau penekan lain
yang menghasilkan gaya besar.
setempat atau pondasi dinding menerus dari bahan pasangan batu atau beton. Pemasangan
kolom kayu selain memerlukan jangkar (anchor) ke pondasi
diperlukan penyekat resapan dari tanah, baik berupa beton kedap atau pelat baja agar kayu
terhindar dari penyebab lapuk/busuk. Jika dipasang plat kaki keliling, harus terdapat lubang
pengering, untuk menjaga adanya air tertangkap pada kaki kolom tersebut. Terlebih jika
kolom tersebut berada diluar bangunan yang dapat terekspose dengan hujan
dan/atau kelembaban yang berlebihan. Kaki kolom sederhana dengan penahan hanya di dua
sisi seperti pada Gambar 8.23 sangat disarankan untuk memungkinkan adanya drainase pada
kaki kolom.
Kolom kayu dapat berupa kolom tunggal, kolom gabungan dan kolom dari produk kayu
laminasi seperti ditunjukkan pada Gambar 8.24. Kolom gabungan dapat disusun dari dua
batang kayu atau berupa papan yang membentuk bangun persegi. Bentuk lain adalah berupa
kolom dari kayu laminasi. Kayu Laminasi merupakan kayu buatan yang tersusun
dan direkatkan dari kayu tipis.
Batang struktur kolom dapat menerima beban dari balok, balok loteng, maupun beban rangka
atap. Untuk dapat menahan beban di atasnya dan terhindar dari tekuk sangat disarankan dan
sebisa mungkin menghindari pengurangan tampang efektif kolom. Sambungan gigi umumnya
mengurangi tampang efektif kolom yang relatif besar sehingga tidak disarankan
penggunaannya. Penggunaan klos sambung mungkin akan cukup baik, namun akan menjadi
mahal karena
menambah volume kayu yang tidak sedikit. Penyelenggaraan sambungan yang mendekati
ideal dapat menggunakan pelat sambung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.25.
Dengan penggunaaan alat sambung kolom dengan balok tersebut, pengurangan tampang
kolom yang terjadi hanya akibat lubang baut.
Konstruksi Balok
Pada bangunan gedung, struktur balok dapat berupa balok loteng balok atap, maupun
gording. Struktur balok kayu dapat berupa kayu solid gergajian, kayu laminasi, atau bentuk
kayu buatan lainnya. Untuk penyambungan, batang balok dengan balok perlu menghindari
sambungan yang menerima momen yang relatif besar. Karenanya sambungan
balok umumnya dilakukan tepat di atas struktur dudukan atau mendekati titik dudukan.
Dengan begitu momen yang terjadi pada sambungan relatif kecil.
Balok sering dibebani penggantung plafon atau komponen konstruksi lain di bawahnya. Agar
pembebanan tersebut tidak merusak struktur, pengantung dipasang di atas separoh tinggi
balok untuk menghindari sobek batang balok akibat pembebanan tersebut. Penyelenggaraan
beugel untuk penggantung sangat disarankan untuk maksud tersebut.
Pada dudukan dan sambungan antar balok secara tegak lurus, hindarkan pengurangan
tampang, sehingga bahaya sobek pada balok kayu tidak terjadi. Gambar 8.30 merupakan
contoh sambungan antara balok, balok anak lantai disambungkan pada balok utama/induk
dari kayu laminasi. Penyambung pada balok diletakkan di bagian atas untuk menghindari
sobek
Kayu merupakan bahan yang higroskopis, mudah mengembang atau menyusut oleh kadar air.
Pada pembuatan sambungan dengan bahan lain, misal plat baja, hindarkan sobek batang
struktur akibat sifat kembang dan susut kayu. Hal ini karena angka muai baja dan kayu saling
berkebalikan. Salah satu cara menghindari sobek akibat kembang dan susut kayu
adalah dengan cara memisah/memecah plat baja seperti yang ditunjukkan Gambar 8.31. Cara
lain adalah dengan membiarkan tampang bagian atas tidak terkekang, yakni dengan
menggunakan plat sadel seperti Gambar 8.32.
Di negara maju, rangka batang kayu yang dibuat di pabrik telah dilengkapi dengan fasilitas
penggantung dilengkapi dengan petunjuk untuk mengangkat baik saat mobilisasi maupun saat
ereksi konstruksi. Terdapat beberapa cara, antara lain: sudut tali pengangkat < 60 derajat,
gunakan batang pembentang, pengaku rangka untuk panjang rangka lebih dari 18 meter. Cara
pengangkatan struktur rangka ditunjukkan pada Gambar 8.37 berikut:
Sebelum abad 20, kayu menjadi bahan bangunan utama bahkan sebagai bahan struktur jalan
kereta dan jembatan. Jembatan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah
terdiri dari abutment, tiang dan struktur lain untuk menyangga struktur atas yang terdiri dari
balok jembatan dan lantai jembatan.
Bentuk penyusun struktur dapat berupa kayu gelondong/log, kayu gergajian, hingga kayu
laminasi atau kayu buatan lainnya. Hingga produk glulam tersebar, ketersediaan ukuran kayu
menjadi kendala penyelenggaraan kayu untuk jembatam. Kalaupun ada, jembatan
kayu merupakan jembatan sementara dengan umur pakai dibawah 10 tahun.
Struktur kayu laminasi telah membantu kapabilitas bentangan struktur yang diperlukan untuk
jembatan. Gelegar laminasi ukuran 0.60 m x 1.80 m mampu mendukung suatu sistem deck
laminasi hingga bentangan 12 m 30 m bahkan lebih. Balok laminasi dapat membentuk
suatu deck/ lantai jembatan yang solid dan jika dirangkai dengan batang tarik
pengekang dapat membentuk suatu deck laminasi bertegangan tarik. Kayu laminasi lengkung
dapat dipakai untuk memproduksi beragam jembatan yang indah.
Struktur pelengkung kayu telah banyak diselenggarakan untuk mendapatkan ruang cukup
lapang pada bangunan tempat ibadah, bangunan rekreasi hingga hanggar terlebih saat
teknologi kayu laminasi/glulam ditemukan. Struktur ini disusun dari struktur tarikan di
bagian bawah dan struktur tekan di bagian pelengkung atas. Struktur bagian bawah bisa
berbentuk lengkung atau lurus. Jika lurus maka atap bangunan akan membentuk seperti
payung. Sedangkan jika bagian bawah lengkung simetris dan berpusat pada satu pusat, maka
atap dome akan menyerupai bola.
Bentuk dan Kegunaan Kayu dalam Konstruksi
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam
perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan
pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah: rangka kuda-kuda, rangka dan gelagar
jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.
Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural,
sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut.
Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja.
Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi
bahan pemerindah (dekoratif). Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya: pada daerah
tertentu, dimana secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan
yang lain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan.
Sebagai bahan struktur kayu biasanya diperdagangkan dengan ukuran tertentu dan dipakai
dalam bentuk balok, papan, atau bentangan bulat, (berdasarkan SK-SNI-03-2445-1991).
Berikut ini adalah dimensi-dimensi kayu yang ada di pasaran.
------------------------------------------------------------------------------------
1. Dimensi Balok
a) Untuk kuda-kuda / batang struktur (cm) : 8 x (8, 10, 12, 15, 18); dan 10 x (10, 12, 15, 18).
b) Balok antar tiang (cm): 4 x (6, 8); 6 x (8, 12, 15); dan 8 x (12, 15, 18), 10 x (12, 15).
c) Untuk kusen pintu dan jendela (cm): 6 x (10, 12, 13, 15); dan 8 x (10, 12, 15).
d) Balok langit (cm): 8 x (12, 15, 18, 20); dan 10 x (15, 18, 20).
e) Tiang balok (cm): 8 x (8, 10, 12); 10 x (10, 12); dan 12 x (12, 15).
------------------------------------------------------------------------------------
2. Dimensi Reng dan Kaso
a) 2 x 3;
b) 2,5 x (3,4,6,8, 10, 12);
c) 3,5 x (3,4,6,8,10,12,15);
d) 5 x (7,8,10,12,13,15,18,20,22,25)
------------------------------------------------------------------------------------
3. Dimensi Lis dan Jalusi
a) 1 x (1,3,4,5, 6, 8)
b) 1,5 x (3,4,5,6,8,10,12,15,18,20,22)
c) 2 x (4, 5,6,8, 10, 12)
------------------------------------------------------------------------------------
4. Dimensi Papan kayu
a) 2 x (15, 18,20,22,25)
b) 3 x (18,20,22,25,30)
c) 4 x (18,20,22,25)
Langsung aja deh ke materi, berikut beberapa tipe sambungan dan hubungan kayu:
SAMBUNGAN KAYU
1. Sambungan bibir lurus
Merupakan jenis sambungan yang paling sederhana, kekuatan sambungan lemah karena
masing-masing ditakik separo, sehingga digunakan untuk batang yang seluruh permukaannya
tertahan (contoh balok tembok/murplat). Sambungan diperkuat dengan paku atau baut.
Jenis sambungan BIBIR LURUS ini biasanya digunakan untuk penyambungan kayu pada
arah memanjang. (biasanya digunakan untuk kayu balok pada konstruksi bangunan ).
2. Sambungan kait lurus
Jenis sambungan ini digunakan apabila ada gaya tarik yang timbul pada batang, dan seluruh
permukaan batang tertahan. Sambungan diperkuat dengan paku atau baut.
Sambungan ini digunakan untuk menyambung gording yang dipikul oleh kuda-kuda. Letak
didekatkan kuda-kuda, bukan bibir penutup.
Hampir sama dengan bibir miring, sambungan digunakan jika gaya tarik bekerja pada batang.
5. Sambungan Takikan Mulut Ikan
Type sambungan TAKIKAN LURUS MULUT IKAN ini biasa digunakan pada balok kayu
dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.
Jenis sambungan ini digunakan untuk konstruksi kuda-kuda baik balok tarik maupun kaki
kuda-kuda, karena menghasilkan kekuatan tarik maupun desak yang baik.
Letak pengunci pada balok tarik berada diatas, sedangkan pada pada kaki kuda-kuda berada
di atas.
Pengunci akan menyebabkan momen sekunder pada sambungan, oleh karena tidak
diperkenankan menggunakan sambungan miring.
7. Sambungan memanjang kunci jepit
Sambungan kunci jepit dapat menetralisir momen sekunder yang terjadi pada sambungan
kunci sesisi. Kekuatan yang dihasilkan lebih baik, namun kurang tepat digunakan untuk
kuda-kuda.
Type sambungan TAKIKAN LURUS RANGKAP ini biasa digunakan pada balok kayu
dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.
Type sambungan kayu PURUS DAN LOBANG DENGAN GIGI TEGAK ini biasa
digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambar
berikut.
HUBUNGAN KAYU
Macam-macam hubungan kayu:
- Hubungan penyiku
- Hubungan kayu silang/lintang
- Hubungan pen lobang
- Hubungan kayu serong
Hubungan silang, digunakan untuk menghubungkan kayu yang saling silang (vertikal dan
horisontal). Sambungan lintang digunakan untuk pemasangan bubungan/nok.
Hubungan Pen Lobang
Hubungan Pen lobang, digunakan untuk hubungan ambang atas dengan tiang daun pintu.
Hubungan Serong
Hubungan serong, digunakan untuk hubungan antara kaki kuda-kuda dengan balok tarik.
Posted in Arsitektur, Essay
Bangunan bukan hanya merupakan sebuah benda yang dapat dipamerkan
oleh pemiliknya, tapi juga merupakan tempat bernaung, bertdeuh dan
beraktivitas. Terlebih lagi sebagian besar aktivitas sehari-hari kita lakukan
di dalam ruang. Dengan pentingnya ruang sebagai bagian dari bangunan
itu sendiri maka pantaslah kita harus teliti dalam memilih material dan
bahan bangunan yang baik dan sesuai dengan kondisi iklim di mana
bangunan itu akan berdiri. Kayu merupakan salah satu bahan bangunan
yang berasala dari alam dan sangat sering digunakan.
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang
tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu
untuk suatu tujuan pemakaian. Mengetahui sifat-sifat dari kayu ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan
sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam
penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih
kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Salah satu kendala yang ada pada pemakaian kayu hutan tanaman atau
hutan
rakyat adalah ukuran dan mutu kayu yang dihasilkan sangat bervariasi
sehingga pemakai seringkali merasa kesulitan dalam memilih jenis dan
ukuran yang akan dipakai. Oleh karena itu perlu adanya upaya lain yaitu
pemasyarakatan/pengenalan jenis dan ukuran kayu yang dihasilkan dari
hutan rakyat tersebut.
2. Lantai (Flooring)
Lantai kayu atau mozaik parquet flooring sangat disukai karena selain
berksesan setetis yang kental, juga memberikan kesan hangat pada
ruangan. Untuk Hardwood atau kayu daun lebar sangat disukai dan sering
digunakan. Untuk keperluan lantai diperlukan kayu dengan kekerasan
tinggi, beberapa industri mensyaratkan kayu untuk lantai dipilih kayu
yang bercorak indah, kelas kuat I-III dan kelas awet I-II.
3. Dinding
Untuk dinding bagian luar (eksterior) selain digunakan papan kayu, saat
ini lebih
umum digunakan kayu lapis eksterior, flakeboard atau papan partikel
eksterior.
Sedangkan untuk dinding di bagian dalam ruangan (interior) tidak
diperlukan
persyaratan yang tinggi. Untuk pembuatan dinding, selain diperlukan
kayu yang
bercorak indah, juga kayu yang stabil dan awet, untuk berbagai keperluan
dipersyaratkan mampu meredam suara (isolator).
a. Kayu gergajian
Kayu gergajian yang telah dicoba dibuat untuk partisi dinding antara lain
kayu karet, mindi, kelapa dan mangium. Partisi dinding yang dibuat dari
kayu karet yang diawetkan dengan boron menunjukkan penampilan yang
mirip dengan ramin. Sedangkan yang dibuat dari kayu mangium
menunjukkan menampilan seperti jati.
b. Kayu lapis
Kayu lapis indah yang dibuat dari venir mangium, tusam, mindi dan
mimba dapat digunakan untuk dinding dengan penampilan yang cukup
bagus.
c. Papan mineral
Papan mineral seperti papan gypsum dan papan mineral. Papan semen
yang dibuat dari kayu karet, jeungjing ternyata dapat digunakan untuk
pembuatan dinding bangunan yang tahan lama.
b. Sambungan miring
KESIMPULAN
KAYU, MUNGKIN DAN HAMPIR PASTI SETIAP HARI KITA MELIHAT YANG NAMANYA KAYU. MULAI
DARI MEJA, KURSI, PINTU, RANGKA ATAP, DAN MASIH BANYAK LAGI BENDA YANG
MENGGUNAKAN KAYU SEBAGAI BAHAN PEMBUATANNYA. MESKI SAAT INI SUDAH ADA BAHAN
ALTERNATIF PENGGANTI KAYU, MISALKAN SAJA BAJA, BESI, PLASTIK, DAN LAIN SEBAGAINYA,
NAMUN KAYU MASIHLAH MENJADI BAHAN YANG PALING BANYAK DIPERGUNAKAN.
o Kayu mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai keinginan, misalkan saja
untuk ukiran, desain kusen, dll. Selain itu, kayu juga mudah untuk dipaku, dibaut, dan direkatkan
o Kualitas kayu bisa dilihat secara visual, misalkan saja bila terjadi cacat kayu dapat
o Dengan adanya bermacam jenis kayu, maka kayu memiliki tekstur yang baik dan indah.
o Kayu memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung dan sifat
resonansinya.
o Kayu dapat diubah menjadi bentuk pulp (bubur kayu), dan bisa diolah untuk dijadikan
o Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam kondisi kering.
o Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa penggunaan kayu hanya
menjadi limbah.
o Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa menutup secara
keselurahan karena terbatasnya diameter kayu. Biasanya untuk menyikapi hal ini kayu harus
o Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu. Kayu yang belum
kering biasanya masih mengalami penyusutan atau perubahan bentuk, oleh karena itu kayu harus
Demikian beberapa kelebihan dan kelemahan dari kayu, mungkin masih ada kelebihan dan
kekurangan lainnya, bila dirasa masih kurang lengkap, Anda bisa menambahkan dari referensi
Mengenal Jenis dan Ciri Kayu untuk Bahan Konstruksi,Kayu merupakan salah satu material
bahan bangunan yang sering digunakan dalam konstruksi. Setiap kayu memiliki sifat dan ciri
tersendiri baik dalam segi keindahan serat, kadar air, keawetan, berat jenis, kerapatan, dan kekuatan.
Maka dalam memilih kayu yang akan dipergunakan ada baiknya kita mengenal Jenis dan Ciri Kayu
Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi. Selain agar kita dapat mengetahui kayu yang
cocok dengan kriteria dan spesifikasi yang kita inginkan, tentunya juga agar kita tidak tertipu dengan
jenis-jenis kayu lainnya.
KAYU JATI
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang
stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan
bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan
terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri.
Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan
tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di
Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang
sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah
pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang
ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu
jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain
melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai
estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
KAYU MERBAU
Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif
pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau
coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis
terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas
Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau
coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing
dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau
termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian
/ Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas Awet
I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah
muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole.
Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole
ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan
untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan
terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior
seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan
tropis di pulau Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah
disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal
lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat
kemerahan.
KAYU KAMPER
kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau.
Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang halus
dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak
segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan
berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu
lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak
ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan
kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.
KAYU KELAPA
Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa
yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti
dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari
pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan
alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak
juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh
subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat
gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.
Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda
pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak
begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu
dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau
kalimantan
KAYU KARET
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di
daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India
namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya
termasuk tanah Jawa.
Warna Kayu
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika
sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan
hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Densitas
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3
dalam level kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai
substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi
KAYU GELAM
KAYU ULIN
Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya.
Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh
secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter
samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap
dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu),
papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang
memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
KAYU AKASIA
Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya
cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai
20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur
diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang
susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta
berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati
untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.
Demikian mengenai materi Mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan
Konstruksi semoga bermanfaat untuk anda semuanya.
Konstruksi Kayu
Kayu merupakan kekayaan alam yang tidak akan habis habisnya jika
dikelola/diusahakan dengan baik.
Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang
lain.
Kayu mempunyai sifat sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan lain
buatan manusia. Misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet, tahan terhadap
pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan
berbagai sifat lainya.
Jenis jenis kayu yang digunakan pada umumnya disesuaikan dengan fungsi
dari komponen rumah yang bersangkutan. Dimana komponen rumah adalah bagian
bagian yang menyusun sebuah rumah, seperti lantai, dinding, pintu, jendela, plafon,
dan lain lain. (Abdurachman; 1980, Barly dan Abdurrohim; 1982).
Pemilihan dan penggunaan kayu untuk satu tujuan pemakaian, memerlukan
pengetahuan dari sifat sifat kayu tersebut dan yang umum adalah : berat jenis, kelas
awet dan kelas kuat. Pengetahuan sifat sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis
kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga
dapat ditentukan kemungkinan substansi oleh jenis kayu lain, apabila jenis kayu
tersebut sulit didapat secara kontinyu atau harganya lebih mahal (Anonimius; 1979).
Menurut Soekotjo (1977), kayu untuk perumahan biasanya dalam bentuk:
2. Atap
3. Dinding
o Muatan tetap, seperti beban bergerak yang bersifat tetap atau terus-
menerus, berat sendiri, tekanan tanah, tekanan air dan sebagainya.
o Muatan tidak tetap, seperti beban bergerak tidak tetap, beban orang
berkumpul dan sebagainya.