Anda di halaman 1dari 50

Sifat Kayu sebagai Material Konstruksi

Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak
disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu
cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah
dikerjakan disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang
dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah
lingkungan.
Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering kita jumpai
cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat
olah dari produk kayu. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan
terkait dengan ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air
yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut
api.
Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya (hygroscopic), dan dapat
mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Karenanya, kadar air kayu
merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika dimaksudkan menerima
beban, kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait
dengan arah beban dan pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan
yang berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya
sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu.
Ilustrasi kekuatan serat kayu dalam menerima beban dapat ditunjukkan pada Gambar 8.1.

Penebangan, Penggergajian dan Pengawetan

Produksi kayu gergajian (lumber), batang kayu segi empat panjang (balok) yang dipakai
untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan hutan tanaman industri.
Kayu gelondongan (log) hasil tebang diangkut ke pabrik penggergajian. Untuk menghasilkan
produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat teknologi penggergajian yang
harus diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan kayu saat pengeringan. Terdapat 3
metoda penggergajian, lurus (plain sawing), perempat bagian (quarter sawing) dan
penggergajian tipikal (typical sawing).
Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan kayu yang lebih dulu
terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu bagian dalam mengalami susut lebih kecil
dari kayu luar. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan
bentuk kurang berkualitas.

Pengeringan Kayu

Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200%-300%. Setelah ditebang kandungan
air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas atau air di luar serat
(free water) yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25%-35% kandungan
air. Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water). Kayu dapat di keringkan melalui
udara alam bebas selama beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln)
Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda-kuda
biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu
hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara
sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang
susut kayu dan kekuatannya.
Pengawetan Kayu

Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan dapat dilakukan
dengan cara merendam atau mencuci dengan maksud membersihkan zat makanan dalam
kayu agar tidak diserang hama. Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia
melalui perendaman dan cara coating atau pengecatan.

Cacat Kayu

Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat yang disebabkan karakter
tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak teraturan atau cacat yang umum adalah
mata kayu, yang merupakan sambungan cabang pada batang utama kayu. Mata kayu
ini kadang berbentuk lubang karena cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama
atau serangga. Cacat ini sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban
konstruksi.
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan penggergajian dan proses
pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak, crooking, bowing, twisting (baling),
cupping dan wane (tepian batang bulat) karena penggergajian yang terlalu dekat dengan
lingkaran luar kayu.

Penggolongan Produk Kayu di Pasaran


Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli umumnya berupa kayu
gergajian baik berupa balok maupun papan. Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa
vinir (veneer), papan lapis, triplek/plywood/multiplek dan bahkan kayu laminasi (glue
laminated timber).

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia

Secara singkat peraturan ini dimaksukan untuk memberikan acuan baku terkait dengan aturan
umum, aturan pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung
konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada buku tersebut
juga telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks sifat kayu dan klasifikasinya,
kekuatan dan keawetannya.

Klasifikasi Produk Kayu


Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik
terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat satuan
(berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan
kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang
merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau tidak)
arah-pola serat dan kelurusan batang. Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari
produk kayu.
Kayu mutu A
Kering udara < 15 %
Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
Miring arah serat maksimum adalah 1/7
Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/4 tebal kayu
Kayu mutu B
Kering udara 15%-30%
Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm
Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
Miring arah serat maksimum adalah 1/10
Retak arah radial maksimum tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5 tebal kayu
Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A
dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5)

Kelas Kuat Kayu

Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika menerima
beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena
struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan
yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan
berat kayu persatuan volume / berat jenis kayu. Ilustrasi arah kekuatan kayu
dapat ditunjukkan pada Gambar 8.7. dan Gambar 8.8.
Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat diterima per
satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan kayu
tegak lurus () serat yang masing- masing memilki besaran yang berbeda. Terdapat pula
dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk
perancangan konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka keamanan
sebesar 5-10. Dalam buku Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI-5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan ke
dalam klas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling lemah). Tabel 8.1, menunjukkan kelas
berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.

Kelas Awet

Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas awet I
(yang paling awet) V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud adalah
lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan perlakuan meliputi
pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman serangga.
Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan dalam Tabel 8.2.

Sistem Struktur dan Sambungan dalam Konstruksi


Kayu
Hampir semua sistem struktur yang menggunakan kayu sebagai material dasar dapat
dikelompokkan ke dalam elemen linear yang membentang dua arah. Susunan hirarki sistem
struktur ini adalah khusus.
RANGKA RINGAN.
Sistem struktur joists ringan pada Gambar 8.9(a) adalah konstruksi kayu yang paling banyak
digunakan pada saat ini. Sistem joists lanta terutama sangat berguna untuk beban hidup
ringan yang terdistribusi merata dan untuk bentang yang tidak besar. Kondisi demikian
umumnya dijumpai pada konstruksi rumah. Joists pada umumnya menggunakan
tumpuan sederhana karena untuk membuat tumpuan vang dapat menahan momen diperlukan
konstruksi khusus. Pada umumnya, lantai dianggap tidak monolit dengan joists kecuali
apabila digunakan konstruksi khusus yang menyatukannya.
Sistem tumpuan vertikal yang umum digunakan adalah dinding pemikul beban yang dapat
terbuat dari bata atau dari susunan elemen kayu (plywood). Dalam hal yang terakhir ini,
tahanan lateral pada susunan struktur secara keseluruhan terhadap beban horizontal diperoleh
dengan menyusun dinding berlapisan plywood yang berfungsi sebagai bidangbidang geser.
Struktur demikian pada umumnya dibatasi hanya sampai tiga atau empat lantai. Pembatasan
ini tidak hanya karena alasan kapasitas pikul bebannya, tetapi juga karena persyaratan
keamanan terhadap kebakaran yang umum diberikan pada peraturan-peraturan mengenai
gedung. Karena setiap elemen pada sistem struktur ini diletakkan di tempatnya secara
individual, maka banvak fleksibilitas dalam penggunaan sistem tersebut, termasuk juga dalam
merencanakan hubungan di antara elemen-elemennya.
ELEMEN KULIT BERTEGANGAN (STRESSED SKIN ELEMENTS).
Elemen kulit bertegangan tentu saja berkaitan dengan sistem joists standar [lihat Gambar
8.9(b)]. Pada elemen-elemen ini, kayu lapis disatukan dengan balok memanjang sehingga
sistem ini dapat. berlaku secara integral dalam molekul lentur. Dengan demikian, sistem yang
diperoleh akan bersifat sebagai plat.
Kekakuan sistem ini juga meningkat karena adanya penyatuan tersebut. Dengan demikian,
tinggi struktural akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem joist standar. Elemen kulit
bertegangan ini pada umumnya dibuat tidak di lokasi, dan dibawa ke lokasi sebagai modul-
modul. Kegunaannya akan semakin meningkat apabila modul-modul ini dapat dipakai secara
berulang. Elemen demikian dapat digunakan pada berbagai struktur, termasuk juga sistem
plat lipat berbentang besar.
BALOK BOKS.
Perilaku yang diberikan oleh kotak balok dari kayu lapis [lihat Gambar 8.9(c)]
memungkinkan penggunaannya untuk berbagai ukuran bentang dan kondisi pembebanan.
Sistem yang demikian sangat berguna pada situasi bentang besar atau apabila ada kondisi
beban yang khusus. Balok boks dapat secara efisien mempunyai bentang lebih besar
daripada balok homogen maupun balok berlapis. KONSTRUKSI KAYU BERAT Sebelum
sistem joists ringan banyak digunakan, sistem balok kayu berat dengan papan transversal
telah banyak digunakan [lihat Gambar 8.9(e)]. Balok kayu berlapisan sekarang banyak
digunakan sebagai alternatif dari balok homogen. Sistem demikian dapat mempunyai
kapasitas pikul beban dan bentang lebih besar daripada sistem joist. Sebagai contoh, dengan
balok berlapisan, bentang yang relatif besar adalah mungkin karena tinggi elemen struktur
dapat dengan mudah kita peroleh dengan menambah lapisan. Elemen demikian umumnya
bertumpuan sederhana, tetapi kita dapat juga memperoleh, tumpuan yang mampu memikul
momen dengan menggunakan konstruksi khusus.
RANGKA BATANG
Rangka batang kayu merupakan sistem berbentang satu arah yang paling banyak digunakan
karena dapat dengan mudah menggunakan banyak variasi dalam konfigurasi dan ukuran
batang. Rangka batang dapat dibuat tidak secara besar-besaran, tetapi dapat dibuat secara
khusus untuk kondisi beban dan bentang tertentu. Sekalipun demikian, kita juga.
membuat rangka batang secara besar-besaran (mass production). Rangka batang demikian
umumnya digunakan pada situasi bentang tidak besar dan beban ringan. Rangka batang
tnissed rafter pada Gambar 8.9(g) misalnya, banyak digunakan sebagai konstruksi atap pada
bangunan rumah. Sistem yang terlihat pada Gambar 8.9(b) analog dengan balok baja web
terbuka dan berguna untuk situasi bentang besar (khususnya untuk atap). Sistem penumpu
vertikal pada struktur ini umumnya berupa dinding batu atau kolom kayu. Tahanan terhadap
beban lateral pada struktur ini umumnya diperoleh dengan menggunakan dinding tersebut
sebagai bidang geser. Apabila bukan dinding, melainkan kolom yang digunakan,
pengekang (bracing) dapat pula digunakan untuk meningkatkan kestabilan struktur terhadap
beban lateral. Peningkatan kestabilan dengan menggunakan titik hubung kaku dapat saja
digunakan untuk struktur rendah, tetapi hal ini jarang dilakukan.
PLAT LIPAT DAN PANEL PELENGKUNG
Banyak struktur plat lengkung atau plat datar yang umumnya berupa elemen berbentang satu,
yang dapat dibuat dari kayu. Kebanyakan struktur tersebut menggunakan kayu lapis. Gambar
8.9(j) dan (k) mengilustrasikan dua contoh struktur itu.
PELENGKUNG
Bentuk pelengkung standar dapat dibuat dari kayu. Elemen berlapisan paling sering
digunakan. Hampir semua bentuk pelengkung dapat dibuat dengan menggunakan kayu.
Bentang yang relatif panjang dapat saja diperoleh. Struktur-struktur ini umumnya berguna
sebagai atap saja. Kebanyakan bersendi dua atau tiga, dan tidak dijepit.
LAMELLA
Konstruksi lamella merupakan suatu cara untuk membuat permukaan lengkung tunggal atau
ganda dari potongan-potongan kecil kayu [lihat Gambar 8.9(l)]. Konstruksi yang menarik ini
dapat digunakan untuk membuat permukaan silindris berbentang besar, juga untuk struktur
kubah. Sistem ini sangat banyak digunakan, terutama pada struktur atap.
UKURAN ELEMEN
Gambar 8.10 mengilustrasikan kira-kira batas-batas bentang untuk berbagai jenis struktur
kayu. Bentang "maksimum" yang diperlihatkan pada diagram ini bukanlah bentang
maksimum yang mungkin, melainkan batas bentang terbesar yang umum dijumpai. Batasan
bentang minimum menunjukkan bentang terkecil yang masih ekonomis. Juga
diperlihatkan kira-kira batas-batas tinggi untuk berbagai bentang setiap sistem. Angka yang
kecil menunjukkan tinggi minimum yang umum untuk sistem yang bersangkutan dan angka
lainnya menunjukkan tinggi maksimumnya. Tinggi sekitar L/20, misalnya, mengandung arti
bahwa elemen struktur yang bentangnya 16 ft (4,9 m) harus mempunyai tinggi sekitar 16
ft/20 = 0,8 ft (0,24 m).
Kolom kayu pada umumnya mempunyai perbandingan tebal terhadap tinggi (t/h) bervariasi
antara 1 : 25 untuk kolom yang dibebani tidak besar dan relatif pendek, atau sekitar 1 : 10
untuk kolom yang dibebani besar pada gedung bertingkat, Dinding yang dibuat dari elemen-
elemen kayu mempunyai perbandingan t/h bervariasi dari I : 30 sampai I : 15.

Produk Alat Sambung untuk Struktur Kayu

a) Alat Sambung Paku

Paku merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun struktur kayu.
Ini karena alat sambung ini cukup mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam berbagai
bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari panjang
paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku ditunjukkan pada Gambar 8.11.

terhadap karat dan noda. Dengan begitu tampilan paku dapat dipertahankan. Namun adanya
coating tersebut menyebabkan kuat cabut paku berkurang karena kehalusan coating tersebut.
Ujung Paku. Ujung paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya memiliki
kuat cabut yang lebih besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut sering menyebabkan
pecahnya kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat mengurangi pecah pada kayu, namun
karena ujung tumpung tersebut merusak serat, maka kuat cabut paku pun akan
berkurang pula.
Kepala paku. Kepala paku badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala benam (counter
sunk) umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kepala paku ini umumnya
sebanding dengan diameter paku. Paku kepala benam dimaksudkan untuk dipasang masuk
terbenam dalam kayu.
Pembenaman Paku. Paku yang dibenam dengan arah tegak lurus serat akan memiliki kuat
cabut yang lebih baik dari yang dibenam searah serat . Demikian halnya dengan pengaruh
kelembaban. Setelah dibenam dan mengalami perubahan kelembaban, paku umumnya
memiliki kuat cabut yang lebih besar dari pada dicabut langsung setelah pembenaman. Jarak
Pemasangan Paku. Jarak paku dengan ujung kayu, jarak antar kayu, dan jarak paku terhadap
tepi kayu harus diselenggarakan untuk mencegah pecahnya kayu. Secara umum, paku tak
diperkenankan dipasang kurang dari setengah tebal kayu terhadap tepi kayu, dan tak boleh
kurang dari tebal kayu terhadap ujung. Namun untuk paku yang lebih kecil dapat dipasang
kurang dari jarak tersebut.
Kuat cabut paku
Gaya cabut maksimum yang dapat ditahan oleh paku yang ditanam
tegak lurus terhadap serat dapat dihitung dengan pendekatan rumus berikut.
P = 54.12 G5/2 DL (Metric: kg)
P = 7.85 G5/2 DL (British: pound) (8.1)
Dimana : P = Gaya cabut paku maksimum
L = kedalaman paku dalam kayu (mm, inc.)
G = Berat jenis kayu pada kadar air 12 %
D = Diameter paku (mm, inch.)
Kuat lateral paku
Pada batang struktur, pemasangan paku umumnya dimaksudkan untuk menerima beban
beban tegak lurus/lateral terhadap panjang paku. Pemasangan alat sambung tersebut dapat
dijumpai pada struktur kuda-kuda papan kayu. Kuat lateral paku yang dipasang tegak lurus
serat dengan arah gaya lateral searah serat dapat didekati dengan rumus berikut
P = K D2 (8.2)
Dimana: P = Beban lateral per paku
D = Diameter paku
K = Koefisien yang tergantung dari karakteristik jenis kayu.
b) Alat sambung sekerup
Sekrup hampir memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi karena memiliki ulir maka memiliki
kuat cabut yang lebih baik dari paku. Terdapat tiga bentuk pokok sekerup yaitu sekerup
kepala datar, sekerup kepala oval dan sekerup kepala bundar. Dari tiga bentuk tersebut,
sekerup kepala datarlah yang paling banyak ada di pasaran. Sekerup kepala oval dan bundar
dipasang untuk maksud tampilanselera. Bagian utama sekerup terdiri dari kepala, bagian
benam, bagian ulir dan inti ulir. Diameter inti ulir biasanya adalah 2/3 dari diameter benam.
Sekerup dapat dibuat dari baja, alloy, maupun kuningan diberi lapisan/coating nikel, krom
atau cadmium.
Ragam produk sekerup dapat ditunjukkan pada Gambar 8.12 berikut.

Kuat Cabut Sekerup


Kuat cabut sekerup yang dipasang tegak lurus terhadap arah serat (Gambar 8.13) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
P = 108.25 G2 DL (Metric unit: Kg, cm )
P = 15.70 G2 DL (British unit: inchpound)
Dimana:
P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.),
L = Panjang tanam (mm,in.)
Kuat lateral sekerup
Kuat lateral sekerup yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral searah serat
dapat didekati dengan rumus yang sama dengan kuat lateral paku (persamaan 8.2)
Sekerup Lag (Lag Screw)
Sekerup lag, seperti sekerup namun memiliki ukuran yang lebih besar dan berkepala segi
delapan untuk engkol. Saat ini banyak dipakai karena kemudahan pemasangan pada batang
struktur kayu dibanding dengan sambungan bautmur. Umumnya sekerup lag ini berukuran
diameter dari 5.1 25.4 mm (0.2 1.0 inch) dan panjang dari 25.4 406 mm (1.0 16 inch).
Kuat Cabut Sekerup Lag.
Kuat cabut sekerup lag dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
P = 125.4 G3/2 D3/4L (Metric unit: Kg, cm )
P = 8,100 G3/2 D3/4L (British unit: inchpound) (8.4)
Dimana: P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.)
L = Panjang tanam (mm,in.)
Kuat lateral sekerup lag dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
P = c1 c2 K D2 (8.5)
Dimana: P= Beban lateral per sekerup
D= Diameter sekerup
K= Koefisien yang tergantung karakteristik jenis kayu
(lihat Tabel 8.4)
C1= Faktor pengali akibat ketebalan batang apit tersambung
C2= Faktor pengali akibat pembenamam sekrup lag
(lihat Tabel 8.6)

Konstruksi Sambungan Gigi

Walaupun sambungan ini sebenarnya malah memperlemah kayu, namun karena


kemudahannya, sambungan ini banyak diterapkan pada konstruksi kayu sederhana di
Indonesia utamanya untuk rangka kuda-kuda atap. Kekuatan sambungan ini mengandalkan
kekuatan geseran dan atau kuat tekan / tarik kayu pada penyelenggaraan
sambungan. Kekuatan tarikan atau tekanan pada sambungan bibir lurus di atas ditentukan
oleh geseran dan kuat desak tampang sambungan gigi. Dua kekuatan tersebut harus dipilih
yang paling lemah untuk persyaratan kekuatan struktur.
P geser = ijin a b (8.6)
Dimana : ijin = Kuat / tegangan geser ijin kayu tersambung
b = lebar kayu
a = panjang tampang tergeser
P desak = ijin b t (8.7)
Dimana : ijin = Kuat / tegangan ijin desak kayu tersambung
b = lebar kayu
t = tebal tampang terdesak

Hampir sama dengan sambungan gigi, sambungan baut tergantung desak baut pada kayu,
geser baut atau kayu. Desak baut sangat dipengaruhi oleh panjang kayu tersambung dan
panjang baut. Dengan panjangnya, maka terjadi lenturan baut yang menyebabkan desakan
batang baut pada kayu tidak merata. Berdasarkan NI-5 PKKI (1961) gaya per baut pada kelas
kayu tersambung dapat dihitung rumus sebagai berikut :
Kayu kelas I:
Sambungan tampang 1 untuk b = bmin / d = 4.8
S = 50 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 240 d2 (1 0.35 Sin )
Sambungan tampang 2 untuk b = bmin / d = 3.8
S = 125 d b3 (1 0.6 Sin )
S = 250 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 480 d2 (1 0.35 Sin )
Kayu kelas II:
Sambungan tampang 1 untuk b = bmin / d = 5.4
S = 40 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 215 d2 (1 0.35 Sin )
Sambungan tampang 2 untuk b = bmin / d = 4.3
S = 100 d b3 (1 0.6 Sin )
S = 200 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 430 d2 (1 0.35 Sin )
Kayu kelas III:
Sambungan tampang 1 untuk b = bmin / d = 6.8
S = 25 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 170 d2 (1 0.35 Sin )
Sambungan tampang 2 untuk b = bmin / d = 5.7
S = 60 d b3 (1 0.6 Sin )
S = 120 d b1 (1 0.6 Sin )
S = 340 d2 (1 0.35 Sin )
Dimana : S = Kekuatan per baut dalam kg
= Sudut arah gaya terhadap arah serat
b1 = Tebal kayu tepi (cm)
b3 = Tebal tengah (cm)
d = Diameter baut (cm)
Masing kelas kayu tersebut di ambil harga terkecil untuk mendapat jumlah baut dalam satu
sambungan. Untuk pemasangan baut, disyaratkan pula jarak antar baut dalam satu
sambungan. Dengan memperhatikan sketsa ilustrasi sambungan seperti Gambar 8.17,
ketentuan jarak baut utama yang sering digunakan dapat dikemukakan sebagai berikut.
Ilustrasi secara lengkap diterakan dalam PKKI NI (1961)

Jarak antar baut searah gaya dan serat = 5 baut


Jarak antar baut tegak lurus gaya dan serat = 3 baut
Jarak baut denga tepi kayu tegak lurus gaya dan serat = 2 baut
Jarak baut dengan ujung kayu searah gaya dan serat = 5 baut
Jarak antar baut searah gaya tegak lurus serat = 3 baut

Sambungan dengan cincin belah (Split Ring) dan plat geser

Produk alat sambung ini merupakan alat sambung yang memiliki perilaku lebih baik
dibanding alat sambung baut. Namun karena pemasangannya agak rumit dan memerlukan
peralatan mesin, alat sambung ini jarang diselenggarakan di Indonesia. Produk sambung ini
terdiri dari cincin dan dirangkai dengan baut.
Dalam penyambungan, alat ini mengandalkan kuat desak kayu ke arah sejajar maupun arah
tegak lurus serat. Seperti halnya alat sambung baut, jenis kayu yang disambung akan
memberikan kekuatan yang berbeda. Produk alat sambung ini memiliki sifat lebih baik dari
pada sambungan baut maupun paku. Ini karena alat sambung ini mendistribusikan gaya baik
tekan maupun tarik menjadi gaya desak kayu yang lebih merata dinading alat sambung baut
dan alat sambung paku.

Jumlah alat sambung yang dibutuhkan dalam satu sambungan dapat dihitung dengan
membagi kekuatan satu alat sambung pada jenis kayu tertentu. Tabel 8.7 menampilkan
besaran kekuatan per alat sambung terendah untuk pendekatan perhitungan.

Sambungan dengan Plat Logam (Metal Plate Conector)

Alat sambung ini sering disebut sebagai alat sambung rangka batang (truss). Alat sambung ini
menjadi populer untuk maksud menyambung struktur batang pada rangka batang, rangka
usuk (rafter) atau sambungan batang struktur berupa papan kayu. Plat sambung umumnya
berupa plat baja ringan yang digalvanis untuk menahan karat, dengan lebar/luasan tertentu
sehingga dapat menahan beban pada kayu tersambung.
Prinsip alat sambungan ini memindahkan beban melalui gerigi, tonjolan (plug) dan paku yang
ada pada plat. Jenis produk ini ditunjukkan pada Gambar 8.21. Untuk pemasangan plat,
menanam gerigi dalam kayu tersambung, memerlukan alat penekan hidrolis atau penekan lain
yang menghasilkan gaya besar.
setempat atau pondasi dinding menerus dari bahan pasangan batu atau beton. Pemasangan
kolom kayu selain memerlukan jangkar (anchor) ke pondasi
diperlukan penyekat resapan dari tanah, baik berupa beton kedap atau pelat baja agar kayu
terhindar dari penyebab lapuk/busuk. Jika dipasang plat kaki keliling, harus terdapat lubang
pengering, untuk menjaga adanya air tertangkap pada kaki kolom tersebut. Terlebih jika
kolom tersebut berada diluar bangunan yang dapat terekspose dengan hujan
dan/atau kelembaban yang berlebihan. Kaki kolom sederhana dengan penahan hanya di dua
sisi seperti pada Gambar 8.23 sangat disarankan untuk memungkinkan adanya drainase pada
kaki kolom.
Kolom kayu dapat berupa kolom tunggal, kolom gabungan dan kolom dari produk kayu
laminasi seperti ditunjukkan pada Gambar 8.24. Kolom gabungan dapat disusun dari dua
batang kayu atau berupa papan yang membentuk bangun persegi. Bentuk lain adalah berupa
kolom dari kayu laminasi. Kayu Laminasi merupakan kayu buatan yang tersusun
dan direkatkan dari kayu tipis.

Batang struktur kolom dapat menerima beban dari balok, balok loteng, maupun beban rangka
atap. Untuk dapat menahan beban di atasnya dan terhindar dari tekuk sangat disarankan dan
sebisa mungkin menghindari pengurangan tampang efektif kolom. Sambungan gigi umumnya
mengurangi tampang efektif kolom yang relatif besar sehingga tidak disarankan
penggunaannya. Penggunaan klos sambung mungkin akan cukup baik, namun akan menjadi
mahal karena
menambah volume kayu yang tidak sedikit. Penyelenggaraan sambungan yang mendekati
ideal dapat menggunakan pelat sambung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.25.
Dengan penggunaaan alat sambung kolom dengan balok tersebut, pengurangan tampang
kolom yang terjadi hanya akibat lubang baut.

Konstruksi Balok
Pada bangunan gedung, struktur balok dapat berupa balok loteng balok atap, maupun
gording. Struktur balok kayu dapat berupa kayu solid gergajian, kayu laminasi, atau bentuk
kayu buatan lainnya. Untuk penyambungan, batang balok dengan balok perlu menghindari
sambungan yang menerima momen yang relatif besar. Karenanya sambungan
balok umumnya dilakukan tepat di atas struktur dudukan atau mendekati titik dudukan.
Dengan begitu momen yang terjadi pada sambungan relatif kecil.

Balok sering dibebani penggantung plafon atau komponen konstruksi lain di bawahnya. Agar
pembebanan tersebut tidak merusak struktur, pengantung dipasang di atas separoh tinggi
balok untuk menghindari sobek batang balok akibat pembebanan tersebut. Penyelenggaraan
beugel untuk penggantung sangat disarankan untuk maksud tersebut.
Pada dudukan dan sambungan antar balok secara tegak lurus, hindarkan pengurangan
tampang, sehingga bahaya sobek pada balok kayu tidak terjadi. Gambar 8.30 merupakan
contoh sambungan antara balok, balok anak lantai disambungkan pada balok utama/induk
dari kayu laminasi. Penyambung pada balok diletakkan di bagian atas untuk menghindari
sobek

Kayu merupakan bahan yang higroskopis, mudah mengembang atau menyusut oleh kadar air.
Pada pembuatan sambungan dengan bahan lain, misal plat baja, hindarkan sobek batang
struktur akibat sifat kembang dan susut kayu. Hal ini karena angka muai baja dan kayu saling
berkebalikan. Salah satu cara menghindari sobek akibat kembang dan susut kayu
adalah dengan cara memisah/memecah plat baja seperti yang ditunjukkan Gambar 8.31. Cara
lain adalah dengan membiarkan tampang bagian atas tidak terkekang, yakni dengan
menggunakan plat sadel seperti Gambar 8.32.

Konstruksi rangka batang kayu


Struktur rangka batang kayu umum digunakan pada bangunan rumah tinggal, perkantoran,
bangunan pertokoan, hingga jembatan. Rangka batang merupakan struktur rangka yang
disusun batang membentuk bangun segitiga dengan simpul / titik sambung, dapat menerima
beban struktur. Dengan susunan tersebut diperolehlah struktur yang relatif ringan dan
kuat pada bentangan yang lebih panjang. Pemakaian rangka batang untuk struktur kayu
memungkinkan terbentuknya ruang terbuka yang luas dan partisi/penyekat ruang
dapat dirubah tanpa harus mempertimbangkan integritas struktural dari bangunan. Alasan
penyelenggaaran rangka batang antara lain:
(1) Sangat bervariasibentuknya,
(2) Dapat menampilkan keindahan khusus,
(3) dapat melayani bentang relatif panjang,
(4) memungkinkan kemudahan penyelenggaraan sistem instalasi layanan bangunan, misal
listrik, plumbing, maupun langitlangit,
(5) kompatibel terhadap elemen struktur lain, misal beton, pasangan maupun baja.

Produk penyambung struktur rangka batang

Disamping digunakan penyambung tradisional, sambungan gigi, paku maupun baut,


penyambung plat fabrikasi telah banyak pula digunakan, lebih-lebih untuk rangka batang
fabrikasi. Produk alat sambung terakhir merupakan alat sambung yang dapat memberikan
konsistensi hasil sambungan baik kekuatan dan kemudahan penyelenggaraan secara
masal. Penyambung plat ini mengandalkan gigi dan tonjolan pada plat untuk memindahkan
gaya dari dan ke batang kayu yang disambung.
Gambar 8.35 merupakan contoh penggunaan plat sambung pada struktur rangka batang kayu.
Rangka batang kayu lemah secara lateral, sehingga sangat mungkin mengalami deformasi
secara lateral yang merusak sambungan pada saat mobilisasi dan atau saat ereksi konstruksi.
Karenanya tata cara penyimpanan, mobilisasi hingga ereksi sangat memegang peranan
penting agar plat sambung tersebut berfungsi baik sebagai elemen penyambung struktur
rangka batang kayu. Untuk penyimpanan maupun penempatan, rangka batang kayu
seharusnya diletakkan secara rata dengan ganjal atau dengan cara berdiri dan dilengkapi
dengan penyokong (Gambar 8.36).

Di negara maju, rangka batang kayu yang dibuat di pabrik telah dilengkapi dengan fasilitas
penggantung dilengkapi dengan petunjuk untuk mengangkat baik saat mobilisasi maupun saat
ereksi konstruksi. Terdapat beberapa cara, antara lain: sudut tali pengangkat < 60 derajat,
gunakan batang pembentang, pengaku rangka untuk panjang rangka lebih dari 18 meter. Cara
pengangkatan struktur rangka ditunjukkan pada Gambar 8.37 berikut:

Konstruksi Struktur jembatan kayu

Sebelum abad 20, kayu menjadi bahan bangunan utama bahkan sebagai bahan struktur jalan
kereta dan jembatan. Jembatan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah
terdiri dari abutment, tiang dan struktur lain untuk menyangga struktur atas yang terdiri dari
balok jembatan dan lantai jembatan.
Bentuk penyusun struktur dapat berupa kayu gelondong/log, kayu gergajian, hingga kayu
laminasi atau kayu buatan lainnya. Hingga produk glulam tersebar, ketersediaan ukuran kayu
menjadi kendala penyelenggaraan kayu untuk jembatam. Kalaupun ada, jembatan
kayu merupakan jembatan sementara dengan umur pakai dibawah 10 tahun.

Struktur kayu laminasi telah membantu kapabilitas bentangan struktur yang diperlukan untuk
jembatan. Gelegar laminasi ukuran 0.60 m x 1.80 m mampu mendukung suatu sistem deck
laminasi hingga bentangan 12 m 30 m bahkan lebih. Balok laminasi dapat membentuk
suatu deck/ lantai jembatan yang solid dan jika dirangkai dengan batang tarik
pengekang dapat membentuk suatu deck laminasi bertegangan tarik. Kayu laminasi lengkung
dapat dipakai untuk memproduksi beragam jembatan yang indah.

Struktur pelengkung kayu

Struktur pelengkung kayu telah banyak diselenggarakan untuk mendapatkan ruang cukup
lapang pada bangunan tempat ibadah, bangunan rekreasi hingga hanggar terlebih saat
teknologi kayu laminasi/glulam ditemukan. Struktur ini disusun dari struktur tarikan di
bagian bawah dan struktur tekan di bagian pelengkung atas. Struktur bagian bawah bisa
berbentuk lengkung atau lurus. Jika lurus maka atap bangunan akan membentuk seperti
payung. Sedangkan jika bagian bawah lengkung simetris dan berpusat pada satu pusat, maka
atap dome akan menyerupai bola.
Bentuk dan Kegunaan Kayu dalam Konstruksi

Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam
perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan
pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah: rangka kuda-kuda, rangka dan gelagar
jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.

Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural,
sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut.
Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja.
Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi
bahan pemerindah (dekoratif). Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya: pada daerah
tertentu, dimana secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan
yang lain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan.

Sebagai bahan struktur kayu mempunyai berbagai kekuatan, khususnya dalam :


1. Menahan Tarikan
Kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar arah serat, sedangkan
kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil dari pada sejajar serat.
2. Menahan Tekanan (Desak)
Kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar serat maupun tegak lurus serat,
misalnya sebagai bantalan kereta api. Daya tahan desak tegak lurus serat lebih kecil bila
dibandingkan dengan sejajar serat.
3. Menahan Lenturan
Besarnya daya tahan kayu terhadap lenturan tergantung pada jenis kayu, besarnya penampang
kayu, berat badan, lebar bentangan, sehingga dengan dapatnya kayu menaan lenturan maka
dapat menahan beban tetap maupun beban kejut/pukulan.

Sebagai bahan struktur kayu biasanya diperdagangkan dengan ukuran tertentu dan dipakai
dalam bentuk balok, papan, atau bentangan bulat, (berdasarkan SK-SNI-03-2445-1991).
Berikut ini adalah dimensi-dimensi kayu yang ada di pasaran.
------------------------------------------------------------------------------------
1. Dimensi Balok
a) Untuk kuda-kuda / batang struktur (cm) : 8 x (8, 10, 12, 15, 18); dan 10 x (10, 12, 15, 18).
b) Balok antar tiang (cm): 4 x (6, 8); 6 x (8, 12, 15); dan 8 x (12, 15, 18), 10 x (12, 15).
c) Untuk kusen pintu dan jendela (cm): 6 x (10, 12, 13, 15); dan 8 x (10, 12, 15).
d) Balok langit (cm): 8 x (12, 15, 18, 20); dan 10 x (15, 18, 20).
e) Tiang balok (cm): 8 x (8, 10, 12); 10 x (10, 12); dan 12 x (12, 15).
------------------------------------------------------------------------------------
2. Dimensi Reng dan Kaso
a) 2 x 3;
b) 2,5 x (3,4,6,8, 10, 12);
c) 3,5 x (3,4,6,8,10,12,15);
d) 5 x (7,8,10,12,13,15,18,20,22,25)
------------------------------------------------------------------------------------
3. Dimensi Lis dan Jalusi
a) 1 x (1,3,4,5, 6, 8)
b) 1,5 x (3,4,5,6,8,10,12,15,18,20,22)
c) 2 x (4, 5,6,8, 10, 12)
------------------------------------------------------------------------------------
4. Dimensi Papan kayu
a) 2 x (15, 18,20,22,25)
b) 3 x (18,20,22,25,30)
c) 4 x (18,20,22,25)

MENGENAL TIPE SAMBUNGAN DAN HUBUNGAN KAYU YANG


SERING DIJUMPAI DI DUNIA KONSTRUKSI

Sabtu, Februari 08, 2014 Adi Atmadilaga 2 comments


Udah lama banget gak nulis blog, liat-liat tugas kuliah dulu jadi pengen nulis lagi. Sekedar
berbagi lagi nih masalah seputar kayu. Dulu jaman kuliah suka dikasih tugas menggambar
detail sambungan kayu di kertas kalkir. Walau mungkin sekarang udah jarang ya kita temuin
gambar manual di kalkir, karna udah banyak banget software-softwar gambar seperti
AutoCad, ArchiCad, Google Scetch, dan software-sofftware grafis lainnya. Ditambah lagi
sekarang sudah menjamur konstruksi Baja ringan yang lagi populer sekarang, jadi atap
rumah, balok atap dan atap balkon sudah banyak yang beralih menggunakan rangka baja
ringan, karna menghitung segi awet dan kecepatan pekerjaan. Apalagi di jaman bangunan
minimalis sekarang, sepertinya penggunaan kayu untuk konstruksi mulai berkurang. Tapi
tetep kok masih banyak juga yang menggunakan konstruksi kayu.

Langsung aja deh ke materi, berikut beberapa tipe sambungan dan hubungan kayu:

SAMBUNGAN KAYU
1. Sambungan bibir lurus

Merupakan jenis sambungan yang paling sederhana, kekuatan sambungan lemah karena
masing-masing ditakik separo, sehingga digunakan untuk batang yang seluruh permukaannya
tertahan (contoh balok tembok/murplat). Sambungan diperkuat dengan paku atau baut.

Jenis sambungan BIBIR LURUS ini biasanya digunakan untuk penyambungan kayu pada
arah memanjang. (biasanya digunakan untuk kayu balok pada konstruksi bangunan ).
2. Sambungan kait lurus

Jenis sambungan ini digunakan apabila ada gaya tarik yang timbul pada batang, dan seluruh
permukaan batang tertahan. Sambungan diperkuat dengan paku atau baut.

3. Sambungan lurus miring

Sambungan ini digunakan untuk menyambung gording yang dipikul oleh kuda-kuda. Letak
didekatkan kuda-kuda, bukan bibir penutup.

4. Sambungan kait miring

Hampir sama dengan bibir miring, sambungan digunakan jika gaya tarik bekerja pada batang.
5. Sambungan Takikan Mulut Ikan

Type sambungan TAKIKAN LURUS MULUT IKAN ini biasa digunakan pada balok kayu
dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

6. Sambungan memanjang kunci sesisi

Jenis sambungan ini digunakan untuk konstruksi kuda-kuda baik balok tarik maupun kaki
kuda-kuda, karena menghasilkan kekuatan tarik maupun desak yang baik.

Letak pengunci pada balok tarik berada diatas, sedangkan pada pada kaki kuda-kuda berada
di atas.

Pengunci akan menyebabkan momen sekunder pada sambungan, oleh karena tidak
diperkenankan menggunakan sambungan miring.
7. Sambungan memanjang kunci jepit

Sambungan kunci jepit dapat menetralisir momen sekunder yang terjadi pada sambungan
kunci sesisi. Kekuatan yang dihasilkan lebih baik, namun kurang tepat digunakan untuk
kuda-kuda.

8. Sambungan memanjang tegak lurus

Digunakan untuk tiang-tiang tinggi, yang dimensinya sulit didapatkan di pasaran.

9. Sambungan Kayu Melebar Lidah dan Alur


Type sambungan kayu melebar jenis LIDAH DAN ALUR ini biasa digunakan pada jenis
kayu melebar untuk konstruksi lantai dan konstruksi dinding. Untuk detailnya silakah lihat
gambat berikut.

10. Sambungan Takikan Lurus Rangkap

Type sambungan TAKIKAN LURUS RANGKAP ini biasa digunakan pada balok kayu
dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

11. Sambungan Kayu Purus dan Lobang dengan Gigi Tegak

Type sambungan kayu PURUS DAN LOBANG DENGAN GIGI TEGAK ini biasa
digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambar
berikut.
HUBUNGAN KAYU
Macam-macam hubungan kayu:

- Hubungan penyiku
- Hubungan kayu silang/lintang
- Hubungan pen lobang
- Hubungan kayu serong

Langsung aja ya liat gambarnya,


- Hubungan penyiku

- Hubungan silang dan lintang

Hubungan silang, digunakan untuk menghubungkan kayu yang saling silang (vertikal dan
horisontal). Sambungan lintang digunakan untuk pemasangan bubungan/nok.
Hubungan Pen Lobang

Hubungan Pen lobang, digunakan untuk hubungan ambang atas dengan tiang daun pintu.

Hubungan Serong

Hubungan serong, digunakan untuk hubungan antara kaki kuda-kuda dengan balok tarik.
Posted in Arsitektur, Essay
Bangunan bukan hanya merupakan sebuah benda yang dapat dipamerkan
oleh pemiliknya, tapi juga merupakan tempat bernaung, bertdeuh dan
beraktivitas. Terlebih lagi sebagian besar aktivitas sehari-hari kita lakukan
di dalam ruang. Dengan pentingnya ruang sebagai bagian dari bangunan
itu sendiri maka pantaslah kita harus teliti dalam memilih material dan
bahan bangunan yang baik dan sesuai dengan kondisi iklim di mana
bangunan itu akan berdiri. Kayu merupakan salah satu bahan bangunan
yang berasala dari alam dan sangat sering digunakan.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat


sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang
sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain
karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap
jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat
kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk
tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita
inginkan. Selanjutnya akan dibahas mengenai sifat kayu, keuntungan dan
kelemahannya serta cara penggunaan atau sambungannya.

A. APA ITU KAYU?

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang
tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu
untuk suatu tujuan pemakaian. Mengetahui sifat-sifat dari kayu ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan
sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam
penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih
kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.

Sebagai bahan konstruksi bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak


dipakai
sebelum orang mengenal beton dan baja. Dalam pemakaiannya kayu
tersebut harus
memenuhi syarat : mampu menahan bermacam-macam beban yang
bekerja dengan
aman dalam jangka waktu yang direncanakan; mempunyai ketahanan
dan keawetan yang memadai melebihi umur pakainya; serta mempunyai
ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan pemakainnya dalam
konstruksi.

Salah satu kendala yang ada pada pemakaian kayu hutan tanaman atau
hutan
rakyat adalah ukuran dan mutu kayu yang dihasilkan sangat bervariasi
sehingga pemakai seringkali merasa kesulitan dalam memilih jenis dan
ukuran yang akan dipakai. Oleh karena itu perlu adanya upaya lain yaitu
pemasyarakatan/pengenalan jenis dan ukuran kayu yang dihasilkan dari
hutan rakyat tersebut.

B. APA SAJA SIFAT-SIFAT KAYU?

Ada banyak sekali jenis-jenis kayu. Dalam konstruksi dan pemakaian


kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan seseorang harus benar-
benar mengetahui dan memahami sifat-sifat serta jenis-jenis kayu yang
biasa digunakan sebagai konstruksi bangunan itu sendiri.

Kayu memiliki kelebihan sebagai berikut:


1. Mudah didapatkan di toko-toko material.
2. Banyak dikuasai oleh tukang lokal.
3. Bahan kayu dapat dibentuk, dipotong, dan digunakan secara fleksibel.

Kelebihan-kelebihan dari kayu sebagai bahan konstruksi bangunan itu


sendiri tentu memberikan keuntungan bagi kita sendiri, namun dibalik
kelebihan-kelebihannya itu kayu juga memiliki kekurangan-kekurangan.
Berikut kekurangan dari kayu:
1. Mudah terbakar, dan dapat dimakan rayap.
2. Dapat mengembang dan menyusup.
3. Bentang atap dengan konstruksi kayu seringkali terbatas karena
ukuran kayu di pasaran adalah 4 meter.
4. Harga kayu semakin lama semakin mahal karena semakin
berkurangnya stok kayu dari alam.

Berikut sifat-sifat kayu secara kimiawi:


1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan
susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan
hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat
yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial
dan tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat
menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat
perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar
terutama dalam keadaan kering.

Berikut sifat-sifat kayu secara fisik:


1. Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar
air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus
dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar
antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani).
Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat
pula.
2. Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur
perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu
tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan
unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada
saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya
kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
3. Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi
warna dalam kayu yang berbeda-beda.
4. Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya,
kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim
dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu
bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
5. Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang
pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu,
serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
6. Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba
permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba
tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air,
kadar zat ekstraktif dalam kayu.
7. Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan
untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu
benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat
penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
8. Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat,
tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola
gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
9. Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin
lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai
tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi
kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut
kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
10. Kayu memiliki sifat sendiri terhadap suara:
a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan
erat dengan elastisitas kayu.
b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang
suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu
banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola
dll).
11. Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan
untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan
sumber panas.
12. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran
listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar
air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali,
sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka
daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.

C. Sifat-sifat kayu secara mekanik:


1. Kekuatan tarik kayu:
a. Kekuatan tarik kayu sejajar dengan arah serat.
b. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah
serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan
tarik sejajar arah serat.
2. Kekuatan tekan kayu:
a. Kekuatan tekan kayu sejajar dengan arah serat.
b. Pada semua kayu, kekuatan tegak lurus serat lebih kecil daripada
kekuatan kompresi sejajar arah serat.
3. Kekuatan geser kayu:
a. Kekuatan geser kayu sejajar dengan arah serat kayu.
b. Kekuatan geser kayu tegak lurus arah serat.
c. Kekuatan geser miring.
4. Kekuatan lentur kayu:
a. Kekuatan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara perlahan-lahan.
b. Kekuatan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
5. Kekakuan kayu:
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk
atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus
elastisitas.
6. Keuletan kayu:
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang
relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-
tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta
mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian.
7. Kekerasan kayu:
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat
takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan,
kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap
pengausan kayu.
8. Kekuatan belah kayu:
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah
sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya
keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran
(patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah
radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau
sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2.
a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,
pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga
perusak kayu.
b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Prosiding PPI Standardisasi melakukan penelitian pada tahun 2009
tentang kadar air dan kerapatan serat kayu. Kadar air kering udara
berkisar antara 11.46-17.18%.
Berdasarkan klasifikasi kerapatan kayu, maka kayu sengon, sengon buto,
suren,
mindi dan tata tergolong kayu yang ringan (0.24-0.56 g/cm3) sedangkan
sisanya tergolong kelas sedang (0.56-0.72 g/cm3).

A. PENGGUNAAN KAYU SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI DAN


MATERIAL BANGUNAN

1. Kayu sebagai konstruksi bangunan


Sampai abad ke-20 sebagian besar dari hampir semua bangunan
perumahan dan
struktur bangunan komersial dibangun dari kayu. Karena masih
berlimpahnya sumber kayu menyebakan hampir semua struktur
bangunan perumahan, jembatan, bangunan komersial ringan, pabrik dan
tiang menggunakan kayu solid. Sekarang bangunan tersebut lebih banyak
menggunakan bahan kayu struktural yang lebih modern. Misalnya lantai,
dinding, atap untuk konstruksi ringan umumnya dibuat dari papan kayu
atau panel kayu.
Kayu untuk keperluan bangunan umumnya dari kelas kuat I, II dan III
dengan rasio kekuatan terhadap berat yang cukup tinggi, serta
mempunyai kelas awet I atau II. Bila dari kelas awet III atau di
bawahnya, maka kayu tersebut harus diawetkan terlebih dahulu.

Penggunaan kayu gergajian secara konvensional untuk bahan


bangunan hanya
terbatas untuk dimensi tertentu dan tidak bisa digunakan untuk
konstruksi bangunan yang memerlukan bentangan yang lebar dan tinggi.
Untuk mendapatkan kayu dengan bentangan dan ukuran yang besar
sangat sulit, karena bentang dan ukuran terbesar sesuai dengan ukuran
pohonnya. Untuk mengatasi hal itu perlu dibuat balok glulam yaitu
gabungan dua atau lebih papan kayu gergajian yang direkat dengan
menggunakan perekat tertentu dengan arah serat kayunya sejajar satu
sama lain.

2. Lantai (Flooring)
Lantai kayu atau mozaik parquet flooring sangat disukai karena selain
berksesan setetis yang kental, juga memberikan kesan hangat pada
ruangan. Untuk Hardwood atau kayu daun lebar sangat disukai dan sering
digunakan. Untuk keperluan lantai diperlukan kayu dengan kekerasan
tinggi, beberapa industri mensyaratkan kayu untuk lantai dipilih kayu
yang bercorak indah, kelas kuat I-III dan kelas awet I-II.

3. Dinding
Untuk dinding bagian luar (eksterior) selain digunakan papan kayu, saat
ini lebih
umum digunakan kayu lapis eksterior, flakeboard atau papan partikel
eksterior.
Sedangkan untuk dinding di bagian dalam ruangan (interior) tidak
diperlukan
persyaratan yang tinggi. Untuk pembuatan dinding, selain diperlukan
kayu yang
bercorak indah, juga kayu yang stabil dan awet, untuk berbagai keperluan
dipersyaratkan mampu meredam suara (isolator).
a. Kayu gergajian
Kayu gergajian yang telah dicoba dibuat untuk partisi dinding antara lain
kayu karet, mindi, kelapa dan mangium. Partisi dinding yang dibuat dari
kayu karet yang diawetkan dengan boron menunjukkan penampilan yang
mirip dengan ramin. Sedangkan yang dibuat dari kayu mangium
menunjukkan menampilan seperti jati.
b. Kayu lapis
Kayu lapis indah yang dibuat dari venir mangium, tusam, mindi dan
mimba dapat digunakan untuk dinding dengan penampilan yang cukup
bagus.
c. Papan mineral
Papan mineral seperti papan gypsum dan papan mineral. Papan semen
yang dibuat dari kayu karet, jeungjing ternyata dapat digunakan untuk
pembuatan dinding bangunan yang tahan lama.

B. BAGAIMANA BENTUK SAMBUNGAN YANG BISA DITERAPKAN


PADA KAYU?
Berikut merupakan jenis-jenis sambungan pada kayu:
a. Sambungan bibir lurus

b. Sambungan miring

A. JENIS DIMENSI KAYU DI PASARAN


Ukuran kayu rakyat dalam bentuk kayu gergajian bervariasi untuk setiap
jenis kayu tertentu seperti kayu mahoni yang biasanya dipakai sebagai
bahan mebel, kayu buah sebagai bahan kayu pertukangan dan
konstruksi. Hal ini mungkin ini disebabkan oleh kurangnya informasi
mengenai pemanfaatan kayu rakyat yang sesuai dengan tujuan
pemakaian atau jenis peralatan yang dimiliki atau dipakai sangat
sederhana.
Kayu yang digergaji yang umumnya berasal dari hutan rakyat,
berdiameter kecil dengan mutu batang yang kurang bagus (bengkok dan
porsi gubalnya tinggi).

KESIMPULAN

1. Kayu merupakan bahan bangunan memiliki banyak kelebihan untuk


digunakan sebagai material dan konstruksi bangunan karena mudah
ditemukan dan mudah dibentuk sesuai keperluan.
2. Kayu memiliki kuat tarik dan kuat lentur serta kekuatannya yang lain
yang cukup baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
3. Kayu memiliki beberapa jenis sambungan yang dapat diterapkan
untuk kayu sebagai bahan konstruksi bangunan.
4. Kayu memiliki tekstur yang khas yang dapat dimanfaatkan.
Berdasarkan kelas mutunya, kayu karet, tata dan tusam dapat
dimanfaatkan untuk bahan bangunan struktural, sedangkan yang lain
dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan non struktural.
Kayu yang diteliti baik yang berasal dari hutan tanaman (HTI) maupun
dari tanaman rakyat tergolong kelas kuat III-V, hanya karet dan gmelina
tergolongkelas kuat II-III.

KAYU, MUNGKIN DAN HAMPIR PASTI SETIAP HARI KITA MELIHAT YANG NAMANYA KAYU. MULAI
DARI MEJA, KURSI, PINTU, RANGKA ATAP, DAN MASIH BANYAK LAGI BENDA YANG
MENGGUNAKAN KAYU SEBAGAI BAHAN PEMBUATANNYA. MESKI SAAT INI SUDAH ADA BAHAN
ALTERNATIF PENGGANTI KAYU, MISALKAN SAJA BAJA, BESI, PLASTIK, DAN LAIN SEBAGAINYA,
NAMUN KAYU MASIHLAH MENJADI BAHAN YANG PALING BANYAK DIPERGUNAKAN.

DIBANDINGKAN DENGAN MATERIAL LAIN, KAYU MEMILIKI BEBERAPA KELEBIHAN, DIANTARANYA


ADALAH:

o Kayu mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai keinginan, misalkan saja

untuk ukiran, desain kusen, dll. Selain itu, kayu juga mudah untuk dipaku, dibaut, dan direkatkan
o Kualitas kayu bisa dilihat secara visual, misalkan saja bila terjadi cacat kayu dapat

diketahui secara kasat mata.


o Kayu lebih tahan terhadap tekanan dan lenturan.

o Dengan adanya bermacam jenis kayu, maka kayu memiliki tekstur yang baik dan indah.

o Kayu memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung dan sifat

resonansinya.
o Kayu dapat diubah menjadi bentuk pulp (bubur kayu), dan bisa diolah untuk dijadikan

bahan produk lainnya, misal untuk bahan baku pembuatan kertas.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan material kayu diantaranya adalah:

o Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam kondisi kering.
o Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa penggunaan kayu hanya

menjadi limbah.
o Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa menutup secara

keselurahan karena terbatasnya diameter kayu. Biasanya untuk menyikapi hal ini kayu harus

disambung atau diperlebar/perbesar.


o Kayu mudah diserang oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau serangga lainnya.

o Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu. Kayu yang belum

kering biasanya masih mengalami penyusutan atau perubahan bentuk, oleh karena itu kayu harus

dikeringkan sebelum digunakan.


o Kayu bersifat higroskopis, dan sensitif terhadap kelembaban.

Demikian beberapa kelebihan dan kelemahan dari kayu, mungkin masih ada kelebihan dan

kekurangan lainnya, bila dirasa masih kurang lengkap, Anda bisa menambahkan dari referensi

lainnya. Semoga bermanfaat.

Mengenal Jenis dan Ciri Kayu untuk Bahan Konstruksi,Kayu merupakan salah satu material
bahan bangunan yang sering digunakan dalam konstruksi. Setiap kayu memiliki sifat dan ciri
tersendiri baik dalam segi keindahan serat, kadar air, keawetan, berat jenis, kerapatan, dan kekuatan.

Maka dalam memilih kayu yang akan dipergunakan ada baiknya kita mengenal Jenis dan Ciri Kayu
Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi. Selain agar kita dapat mengetahui kayu yang
cocok dengan kriteria dan spesifikasi yang kita inginkan, tentunya juga agar kita tidak tertipu dengan
jenis-jenis kayu lainnya.

MACAM-MACAM KAYU UNTUK BAHAN KONSTRUKSI

KAYU JATI

Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang
stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan
bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan
terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri.
Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.

Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan
tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di
Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang
sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah
pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.

Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang
ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu
jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain
melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai
estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.

KAYU MERBAU

Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif
pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau
coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis
terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas
Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau
coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing
dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau
termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian
/ Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.

KAYU BANGKIRE/YELLOW BALAU

Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas Awet
I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah
muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole.
Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole
ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan
untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan
terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior
seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan
tropis di pulau Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah
disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal
lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat
kemerahan.

KAYU KAMPER

kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau.
Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang halus
dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak
segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan
berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu
lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak
ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan
kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.

KAYU KELAPA

Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa
yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti
dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari
pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan
alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak
juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh
subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat
gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.

KAYU MERANTI MERAH

Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda
pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak
begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu
dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau
kalimantan

KAYU KARET

Botanical Name: Hevea brasiliensis

Family Name: Euphorbiaceae

Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di
daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India
namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya
termasuk tanah Jawa.

Warna Kayu
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika
sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan
hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.

Densitas
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3
dalam level kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai
substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi

KAYU GELAM

Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu,


Kayu bakar, pagar, atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal
dan dipakai sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai
untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif
untuk bahan penyerap.

KAYU ULIN

Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya.
Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh
secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter
samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap
dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu),
papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang
memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.

KAYU AKASIA

Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya
cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai
20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur
diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang
susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta
berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati
untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.
Demikian mengenai materi Mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan
Konstruksi semoga bermanfaat untuk anda semuanya.

Konstruksi Kayu

Pengertian dan Sifat Kayu


Kayu mempunyai beberapa kegunaan bagi kehidupan manusia, salah
satunya adalah dijadikan sebagai bahan bangunan dalam pembuatan suatu
bangunan. Kayu banyak digunakan dalam bangunan-bangunan sederhana dan
dalam konstruksi kuda-kuda untuk atap. Digunakannya kayu untuk bangunan
disebabkan karena kayu mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan bahan lain
seperti baja, antaran lain karena kayu mempunyai berat volume yang lebih ringan,
harga yang lebih murah, mudah diperoleh terutama di Indonesia yang masih
mempunyai kawasan hutan yang luas, dan dapat memberikan kenampakan luar
yang indah.
Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang. Diperkirakan
pada abad abad yang akan datang kayu masih akan selalu dibutuhkan. Dari segi
manfaat bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat sifat utama yang
menyebabkan kayu selalu dibutuhkan manusia.
Sifat sifat utama bahan bangunan kayu dapat diuraikan sebagai berikut.

Kayu merupakan kekayaan alam yang tidak akan habis habisnya jika
dikelola/diusahakan dengan baik.

Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang
lain.

Kayu mempunyai sifat sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan lain
buatan manusia. Misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet, tahan terhadap
pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan
berbagai sifat lainya.

Jenis jenis kayu yang digunakan pada umumnya disesuaikan dengan fungsi
dari komponen rumah yang bersangkutan. Dimana komponen rumah adalah bagian
bagian yang menyusun sebuah rumah, seperti lantai, dinding, pintu, jendela, plafon,
dan lain lain. (Abdurachman; 1980, Barly dan Abdurrohim; 1982).
Pemilihan dan penggunaan kayu untuk satu tujuan pemakaian, memerlukan
pengetahuan dari sifat sifat kayu tersebut dan yang umum adalah : berat jenis, kelas
awet dan kelas kuat. Pengetahuan sifat sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis
kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga
dapat ditentukan kemungkinan substansi oleh jenis kayu lain, apabila jenis kayu
tersebut sulit didapat secara kontinyu atau harganya lebih mahal (Anonimius; 1979).
Menurut Soekotjo (1977), kayu untuk perumahan biasanya dalam bentuk:

1. Untuk kerangka rumah

2. Atap

3. Dinding

Konstruksi Atap Kayu


Konstruksi atap adalah bagian paling atas dan suatu bangunan,
permasalahan konstruksi atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi,
bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya.
Pengaruh lingkungan luar terhadap atap menentukan pilihan penyelesaian
yang baik terhadap suhu ( sinar matahari ), cuaca ( air hujan dan kelembaban
udara), serta keamanan terhadap kebakaran (petir dan bunga api) sehingga atap
harus memenuhi kebutuhan terhadap keamanan dan kenyamanan.
Konstruksi atap rangka kayu adalah suatu konstruksi yang berfungsi bagai
penahan beban penutup atap, yang melindungi penghuni rumah dan panas
matahari, angin dan air hujan, yang strukturnya terbuat dan rangka kayu.
Konstruksi atap rangka kayu memiliki elemen-elemen sebagai berikut :
Kuda-kuda merupakan penopang (iga-iga) yang menyalurkan gaya tekan,
sedangkan balok dasar pada kuda - kuda yang berfunfsi sebagai penahan dasar
gaya tarik, serta tiang tengah (ander) yang mendukung balok bubungan (molo) dan
menerima gaya tekan.
Gording merupakan sebagai penyangga kasau (usuk) tenletak pada kuda
penopang dibutuhkanjikajarak antara bantalan dan bubungan> 2 m.
Kasau / Usuk merupakan balok melintang di atas balok dinding (bantalan),
gording, dan bubungan serta berfungsi sebagai penyangga reng. Ujung bawah
kasau diteruskan menonjol pada dinding rumah ke luar, membentuk lebar tritisan
yang dikehendaki.
Reng merupakan bilah yang melintang di atas kasau dan berfungsi sebagai
tempat menempatkan posisi genteng, sedangkan ring balok diletakkan di bagian
puncak dinding dan berfungsi sebagai pendukung balok kuda-kuda.
Listplank Tirisan terbuat dari papan tegak yang dipasang pada ujung bawah
kasau sebagai pengikat ujung kasau. Listplank harus dilindungi terhadap cucuran air
hujan dan terhadap panas matahari agar tidak cepat lapuk.
Konstruk rangka batang konstruksi rangka yang terletak pada sebuah bidang
dan saling dihubungkan degan sendi pada ujungnya, sehingga membentuk suatu
bagian bangunan yang terdiri dan segitiga-segitiga.
Pelapis atap merupakan lapisan kedap air biasanya terbuat dari seng, plastik,
plat semen berserat yang biasanya diletakkan di atas kasau, Sedangkan penutup
atap nerupakan lapisan kedap terhadap resapan air hujan yang sering digunakan
dari bahan ijuk, rumbia, genteng, plat semen berserat, atau seng bergelombang.
Pada konstruksi kuda-kuda, terutama yang berkonstruksi kayu, kemiringan
dan bentuk atap sangat dipengaruhi prinsip konstruktif dan bentuk konstruksi atap
kayu.

Gambar : Konstrksi rangka kuda kuda


Perhitungan serta perencanaan konstruksi kayu harus mengindahkan :

1. Perhitungan konstruksi harus didasarkan atas pengetahuan ilmu gaya

2. Muatan yang ditetapkan seperti :

o Muatan tetap, seperti beban bergerak yang bersifat tetap atau terus-
menerus, berat sendiri, tekanan tanah, tekanan air dan sebagainya.

o Muatan tidak tetap, seperti beban bergerak tidak tetap, beban orang
berkumpul dan sebagainya.

o Tegangan-tegangan yang diperkenankan untuk kayu


Material Kayu merupakan salah satu bahan konstruksi yang mempunyai berat
jenis ringan dan proses pengerjaannya dapat dilakukan dengan mudah dan
peralatan yang sederhana. Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara
sempurna sehingga tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu. Untuk mengetahui
kualitas kayu secara visual sudah sejak lama dipergunakan oleh masyarakat kita.
Beberapa parameter visual yang dapat diamati pada kayu dan berhubungan erat
dengan kekuatan adalah lebar cincin tahunan, kemiringan serat, mata kayu,
keberadaan jamur atau serangga perusak kayu, dan retak. Apabila si pengamat
tidak mempunyai keahlian dan pengalaman, maka pemilihan kelas kuat kayu akan
lama dan hasilnyapun menjadi tidak reliable (mengandung banyak keraguan) untuk
itu dilakukan pemilahan dengan menggunakan pengujian sifat mekanik untuk
mengetahui kekuatan lentur, kekuatan tarik, dan kekuatan tekan. Adapun Dasar
Perencanaan Konstruksi Kayu dalam buku ini ddasarkan dengan Standart SNI-5
2002 yaitu tentang Tata Cara Perencanaan Konstruksi kayu. Dalam perencanaan itu
meliputi, Perencanaan batang Tarik, Perencanaan tekan, pengenalan alat sambung
kayu. Analisis sambungan paku, Analisis sambungan paku, Analisis sambungan baut
dan Analisis sambungan takikan. Semoga buku ini dapat menjadi pegangan dan
referensi mahasiswa, dosen dan enginer dalam menyusun perancangan konstruksi
kayu.

Anda mungkin juga menyukai