PERANCANGAN INTERIOR
A. PENDAHULUAN
Bila kita memperhatikan penataan setiap ruangan di dalam rumah kita, maka
ternyata ada hubungan antara Garis, Bentuk, Motif, Tekstur, Ruang, Warna,
Penerangan, Akustik, dan Bahan yang membentuk suatu komposisi sehingga
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Unsur-unsur tersebut merupakan unsur-unsur yang dipakai di dalam perancangan
interior. Setiap unsur menjadi bagian yang mendukung pembentukkan keseluruhan
ruang dalam. Oleh karena itu setiap unsur perlu dibahas, agar kita dapat mengerti
keseluruhannya.
Bila terdapat suatu masalah pada perancangan ruang dalam/interior dapat
dianalisa menurut masing-masing unsur tersebut, sehingga kita dapat dengan cepat
menemukan penyelesaian dalam desain interior.
B. PENYAJIAN
II.1 Garis
Unsur garis sangat kuat dalam menuntun mata kita menuju suatu arah tertentu
atau menuju titik tertentu. Garis bisa membangkitkan perasaan tertentu dan juga tipe
garis yang berlainan dapat menimbulkan perasaan yang berbeda pula. Hal ini sangatlah
penting untuk diingat dalam menciptakan suasana suatu ruangan.
Pada dasarnya ada dua macam Garis, yaitu Garis Lurus dan Garis Lengkung.
Garis Lurus bisa kita bagi lagi menjadi :
Garis Diagonal
13
1. Garis Vertikal
Garis Vertikal mengekspresikan kekuatan, keagungan, kejantanan dan sifat resmi.
Mempunyai kecenderungan menunjukkan ketinggian ruangan. Oleh karena itu
ruangan yang langit-langitnya rendah, agar dapat kelihatan seolah-olah tinggi
dapat diberikan dengan adanya garis vertikal yang kuat.
2. Garis Horisontal
Garis Horisontal dapat memberikan kesan ketenangan, istirahat (relaks). Dapat
memberikan kecenderungan untuk kelihatan melebarkan ruangan, serta bersifat
informal.
3. Garis Diagonal
Garis Diagonal dapat menimbulkan kesan gerak sehingga dapat membuat mata
bergerak terus mengikutinya.
Disamping ketiga macam garis lurus tersebut diatas, masih ada garis patah-patah,
garis tak beraturan yang dapat memberikan kesan keanekaragaman.
Garis lengkung bersifat romantis dan puitis. Banyak variasi garis lengkung
membuatnya dapat mengekspresikan bermacam-macam suasana. Dalam bentuk lingkar
penuh garis ini dapat mengekspresikan suasana riang gembira, misalnya pada motif
tirai dengan gambar balon-balon.
Gambar. 2.2
Garis-garis Lengkung
14
Lengkungan yang lebih halus seperti lengkung berbentuk huruf S, mencerminkan
sesuatu yang halus dan manis. Garis seperti ini bisa menarik perhatian tanpa terlalu
bersifat dinamis. Tetapi bila pemakaiannya terlalu banyak di dalam satu ruangan, garis
ini dapat menimbulkan kesan ramai dan tidak tenang.
Terlalu banyak garis lengkung Kombinasi garis lengkung Terlalu banyak garis lurus
dan lurus
Gambar. 2.3
Penggunaan Garis Lurus dan Lengkung
Kombinasi unsur garis dalam penataan suatu ruangan harus dipilih secara cermat,
agar bisa menghasilkan kesan yang diinginkan. Suatu komposisi yang memakai terlalu
banyak garis dari satu tipe tertentu dapat membuat kejemukan, tidak menarik untuk
dilihat. Sebaliknya suatu komposisi terdiri dari berbagai tipe garis, tetapi dengan titik
berat pada salah satu tipe tertentu sehingga dapat membuat suasana yang diinginkan
menjadi jelas.
15
Pemakaian garis vertikal yang baik
Gambar. 2.4
Penggunaan Garis Vertikal pada Perancangan Interior
Misalnya pada komposisi ruangan untuk beristirahat sebaiknya terdiri dari garis-
garis horizontal yang paling dominant dilengkapi dengan beberapa garis vertikal dan
lengkung.
16
Pemakaian garis horizontal yang seimbang
Gambar. 2.5
Penggunaan Garis Horizontal pada Perancangan Interior
Kadang-kadang perubahan kecil saja pada unsur garis di dalam ruangan dapat
menimbulkan suasana yang berbeda.
17
Gambar. 2.6
Tirai jendela yang semula hanya menggantung lurus ke bawah, bila diikat sehingga
membentuk garis lengkung, maka suasana ruangan yang sebelumnya mungkin terkesan
formal atau kesan kaku, maka sekarang menjadi kelihatan lebih manis dan intim.
Gambar. 2.7
Supaya ruang kelihatan tidak terlalu tinggi, maka digunakan garis horizontal yang
berupa panel kayu pada dinding dan motif dari dinding itu sendiri. Untuk
menghilangkan kesan kaku, maka digunakan juga garis lengkung yang berupa kap
lampu gantung dan gambar-gambar hiasan dinding.
18
Gambar. 2.8
Supaya ruangan yang luas ini nampak tidak terlalu luas, maka digunakan juga garis
vertical yang ditunjukkan oleh tirai jendela, kosen jendela dan motif kain penutup kursi.
Disamping itu garis lengkung juga harus digunakan supaya kesannya tidak kaku, disini
ditunjukkan oleh lampu dan tanaman.
Gambar. 2.9
Tema dari ruang ini santai, sehingga garis hisontal sangat dominant, namun tipe garis
yang lainpun tetap harus dipakai agar terlihat serasi
19
II.2 Bentuk
Ada tiga macam bentuk dasar yang kita kenal yaitu :
1. Bentuk Lurus (Kubus, Segi Empat).
2. Bersudut (Segitiga, Piramid).
3. Lengkung (Lingkaran, Bola, Silinder, Kerucut).
Dalam hal bentuk, seperti juga dalam pemakaian garis, bila terlalu banyak terjadi
pengulangan bentuk yang sama maka akan terlihat kurang menarik dan membosankan.
II.3 Ruang
20
Menurut Rudolf Arnbein, ruang dapat dibayangkan sebagai :
Satu bentuk kesatuan.
Terbatas atau tidak terbatas.
Seperti kendaraan yang kosong yang sudah disiapkan dan mempunyai
kapasitas untuk diisi barang.
Aristotle berpendapat bahwa ruang itu adalah suatu wadah dari obyek-obyek.
Dari pembahasan di atas, maka pengertian ruang dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ruang adalah suatu wadah dari obyek-obyek yang adanya dapat dirasakan
secara subyektif, dapat dibatasi baik oleh elemen-elemen buatan seperti garis,
bidang dan lain-lain maupun elemen-elemen alam seperti langit, pegunungan,
dan lain-lain.
Ruang yang terwujud karena elemen-elemen buatan ada yang berkesan sempit,
lebar atau luas, tinggi, rendah dan sebagainya.
Gambar. 2.11
Bentuk ruang yang terwujud oleh bidang-bidang yang berkesan vertikal. Ruang ini
kelihatannya tinggi (vertikal). Ruang-ruang berkesan tinggi, misalnya : pada bangunan
monumental, sacral, dimana-mana ruangnya menunjukkan keagungan, kewibawaan.
Gambar. 2.12
Bentuk ruang yang terwujud karena adanya bidang-bidang vertical dan horizontal.
21
Gambar. 2.13
Ruang yang terbentuk, terwujud oleh adanya bidang-bidang yang berkesan horizontal
dapat memberikan kesan keseluruhannya meluas tetapi rendah.
Karena tujuan kita adalah ingin menata ruang, maka target ataupun sasaran kita
adalah ruang fisik, yaitu ruang yang terwujud secara fisik. Ruang fisik ini masih
dibedakan menjadi :
1. Ruang yang berkesan tertutup.
Ruang ini terbentuk karena bidang-bidang/material yang masip.
Gambar. 2.14
Ruang ini berkesan tertutup, walau ada bouvenlieht (BV), atau krepyak pada dinding
bagian atasnya. Biasanya ruang seperti ini adalah gudang.
22
Ruang-ruang yang terwujud atau terbentuk adanya mempunyai hubungan
langsung dengan ruang.
Gambar. 2.15
Ruang ini berkesan terbuka, biasanya adalah teras, ruang ini mempunyai hubungan
langsung dengan ruang luar,membutuhkan penataan yang utuh dalam satu kesatuan.
Gambar. 2.16
Ruang ini berkesan samar-samar karena transparent (ada dinding yang dari kaca,
sehingga mempunyai hubungan dengan ruang luar).
23
Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena manusia bergerak
dan berada di dalamnya. Ruang tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia, oleh
karena itu titik tolak dari perancangan ruang harus selalu didasarkan dari manusia.
Hubungan manusia dengan ruang lingkungan dapat dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu :
1. Hubungan Dimensional (Antropometrics).
Menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan dengan tubuh manusia dan
pergerakkannya manusia dan pergerakkannya untuk kegiatan manusia.
2. Hubungan Psikologi dan Emosional (Proxemics).
Hubungan ini menentukan ukuran-ukuran kebutuhan ruang untuk kegiatan
manusia.
Hubungan keduanya menyangkut persepsi manusia terhadap ruang
lingkungannya. Dalam hubungan Manusia dan Ruang, Edward T. Hall menulis bahwa :
“salah satu perasaan kita yang penting mengenai ruang ialah perasaan territorial”.
Perasaan ini memenuhi kebutuhan dasar akan identitas diri, kenyamanan dan rasa aman
pada pribadi manusia.
24
TUJUAN
ALAT
PEMBENTUKAN KEBUTUHAN
ARSITEK RUANG SI PEMAKAI
“FORM” FUNGSI
Gambar. 2.17
Dasar Pemikiran Pembentukan Ruang
Metode Pembentukan :
Seperti kita ketahui bahwa manusia dengan keadaan sekeliling atau lingkungan
dalam ruang mempunyai hubungan yang erat sekali, dengan arti kata saling pengaruh
dan mempengaruhi satu sama yang lain.
Dengan demikian dapat pula kita katakan, bahwa dalam pembentukan ruang
terdapat 2 (dua) aspek, pertama aspek bentuk dan keadaan (obyek) sebagaimana yang
ada pada lingkungannya, sedangkan yang lain adalah aspek manusia (subyek) yang
berkarya dan menerima akibatnya. Dari “keadaan” kita dapatkan data apa yang
dibutuhkan, dimana akan ditempatkan, bagaimana fungsinya, private atau general
purpose dan dipertemukan dengan unsur-unsur keindahan yang memenuhi selera
penghuni dan gaya zaman.
Kunci keberhasilan perancang akan merupakan karya yang dapat dinikmati oleh
orang lain. Proses perancangan akan terus dimonitor apakah masih dapat atau mampu
melayani kebutuhan esensial. Perancang harus dapat menghayati dan dapat
menempatkan diri pada posisi si pemakai.
25
SIFAT
KEADAAN TEKNIK
PHISIK
SYNTHESE
ANALYSE RUANG
KARYA AKIBAT
Gambar. 2.18
Matriks Pembentukan dalam Perancangan Interior
Dalam metrik ini, perancang harus dapat merasakan ketiga unsur pokok yang
diaplikasikan pada ruang. Didahului dengan research disusunlah sintesa dan analisa
untuk diuji coba terhadap faktor-faktor kultur, sosial, psikologi di sepanjang masa dan
bila kegunaannya telah berakhir interior masih dapat mampu menyatakan diri sebagai
tonggak peradaban dari suatu zaman.
II.4 Motif
Yang dimaksud dengan Motif adalah ornamen-ornamen dua dimensi atau tiga
dimensi yang disusun menjdi pola-pola atau ragam bentuk tertentu. Motif juga dapat
dibentuk oleh Tekstur dan Bentuk, oleh karena itu susunan benda di dalam ruangan juga
merupakan suatu motif.
Motif mempunyai arah gerak, maka penempatannya harus sejalan dengan irama
pada suatu ruangan. Untuk dihindari motif sampai bersaing dengan titik pusat perhatian
di dalam ruangan dan juga harus dihindari pemakaian motif yang terlalu banyak di
dalam satu ruangan yang dapat membuat suasana dalam ruangan menjadi kacau dan
ramai.
Beberapa petunjuk untuk penggunaan motif dengan hasil yang baik :
- Agar suatu motif kelihatan menonjol, sebaiknya ada latar belakang yang netral
atau polos.
26
- Menggunakan motif yang sama untuk beberapa benda dapat dengan mudah
menciptakan keharmonisan dan kesatuan.
- Dua macam motif dengan warna yang sama dapat dikombinasikan pada gaya dan
skala proporsi yang sama, motif yang sama tetapi dalam warna lain dapat
dikombinasikan di dalam suatu ruangan.
- Motif geometris dapat digabungkan dengan motif tumbuh-tumbuhan (flora) bila
warnanya sama. Warna yang dominant pada motif-motif tadi dapat digunakan
pula pada bidang-bidang yang polos.
II.5 Tekstur
Bila kita berbicara tentang tekstur, yang dimaksud adalah halus-kasarnya
permukaan benda atau material, baik yang dapat di raba maupun yang dapat di lihat.
Tekstur yang kasar dapat menimbulkan kesan kuat, maskulin, sedangkan untuk tekstur
yang halus mencerminkan hal-hal yang resmi, elegant. Contoh tekstur yang kasar antara
lain : tenunan kasar, permukaan sususnan batu, urat kayu jati. Tekstur yang licin, seperti
: kaca, chrome, kayu polos yang diplitur, satin, plastic, acrylic. Tekstur yang keras,
seperti : batu, keramik, marmer. Tekstur yang lembut, seperti velvet, karpet halus.
Gambar. 2.19
Disini terlihat pengulangan motif dan warna pada benda yang berlainan, untuk dapat
mencapai satu kesatuan dalam ruang. Garis-garis merah putih pada kursi dilatar depan
ditemui lagi pada bantal-bantal lepas di sofa dan pada dinding. Warna merah menjadi
27
tema utam dalam ruang ini, dapat ditemui pada bantal, kursi dan meja makan, lemari
laci, dinding bahkan pada serbet-serbet di atas meja makan. Kekuatan intensitas warna
merah diimbangi dengan warna oker kuning pada sofa, karpet, meja dan dinding
lainnya. Tekstur yang dominant keras, diperlembut dengan adanya tekstur lembut dari
karpet.
Bila plafon memakai balok-balok kayu yang kasar, ruangan akan kelihatan lebih
rendah daripada bila dilapis material yang licin dan mengkilat, misalnya cermin. Lantai
akan tampak lebih luas bila memakai marmer yang licin, daripada bila memakai karpet
yang berbulu panjang dan tebal. Jadi, tekstur yang licin dan ringan menimbulkan kesan
luas dan terang, misalnya kaca, cermin dan marmer.
Tekstur dapat mempengaruhi warna, tekstur kasar membuat intensitas warna
kelihatan lebih lemah atau redup, sedangkan tekstur licin membuat intensitas warna
kelihatan lebih kuat. Bandingkan warna merah yang sama pada sebidang karpet
berbenang kasar dan tebal, dengan lantai keramik yang licin dan mengkilat, tentu warna
lantai keramik akan kelihatan lebih menyala.
II.6 Warna
Tata warna sangat besar peranannya dalam tata ruang terutama dalam
pembentukan suasana keseluruhan dari suatu ruang. Mengapa demikian, karena warna
adalah unsur yang biasanya paling dahulu menarik perhatian daripada unsure-unsur lain
yang dapat ditangkap indera penglihatan. Maka sebelum kehadiran bentuk kita sadari,
kehadiran warna dari bentuk tersebut telah kita hadirkan terlebih dahulu.
Berbicara tdesain sebuah ruang, warna merupakan elemen yang tidak mungkin
diabaikan. Warna banyak memberi pengaruh pada kehidupan manusia secara konstan
dan mendalam. Dengan memahami sifat dan karakter warna, kita dapat
mengekspresikan individualitas sebuah ruang dan menciptakan ruang yang nyaman dan
“mengundang” serta memperkuat gaya hidup orang yang berada di dalamnya.
A. Teori Warna
Dewasa ini penyelidikan-penyelidikan ilmiah tentang warna yang dilakukan para
ahli telah menjurus ke beberapa arah untuk kegunaan praktis. Dari sini kemudian
muncul beberapa teori warna. Dikaitkan dengan bidang desain, maka terapan dan teori
warna melahirkan “pengetahuan tersendiri”, yakni pengetahuan tentang susunan dan
paduan (kombinasi) warna. Kepandaian dan keterampilan di bidang yang khas ini
28
tidaklah mutlak hasil mempelajari teori. Meskipun demikian ada bagian yang mudah
dipelajari dan diterapkan untuk penataan berskala kecil, misalnya ruang dalam rumah
tinggal.
Dari alam kita mengenal tujuh warna pelangi, antara lain Merah, Jingga, Kuning,
Hijau, Biru, Nila dan Ungu. Untuk memudahkan penerapan teori warna, tujuh warna
tersebut dijadikan enam warna dengan menyatukan Ungu dan Nila menjadi Violet atau
disebut saja Ungu. Dari enam warna ini ada tiga warna primer, yakni Merah, Kuning
dan Biru (Gambar 2.20) dan tiga warna lainnya adalah warna sekunder (Gambar 2.21)
yang masing-masing terjadi dari campuran dua warna primer.
Tiap nama warna atau macam warna yang bisa kita sebutkan seperti Hijau,
Coklat, Biru dan sebagainya, disebut Hue. Jika Hue-Hue kita deretkan melingkar, maka
terjadilah lingkaran warna (Gambar 2.22).
Teori warna mengelompokkan warna antara lain dalam kelompok warna panas/hangat
dan warna dingin/sejuk.
29
Gambar. 2.22
Lingkaran Warna
30
dan belahan lainnya yang mengandung warna biru dan ungu adalah Kelompok Warna
Dingin. Namun perlu diingat bahwa nilai dingin dan panas dari warna bagi perasaan
manusia yang tidak dapat diukur seperti halnya temperatur air atau udara, lebih-lebih di
dalam suatu susunan tata ruang dimana belum tentu warna-warna yang dipakai adalah
warna-warna murni (seperti dalam warna pelangi).
Gambar. 2.23
Penggunaan warna netral pada ruang tidur utama yang dikombinasikan dengan warna
yang dapat memberikan kesan menyejukkan. Warna kelabu yang menjadi tema pada
ruang ini dengan memberikan warna hitam dan putih sebagai warna netral yang
ditunjukkan pada list di plafond, kap lampu dan plafond.
Disamping kelompok warna panas dan dingin, masih ada lain yang termasuk di
dalam warna-warna netral. Warna-warna ini bersifat tidak membawa banyak pengaruh
pada emosi manusia. Warna netral biasanya tidak menggairahkan dan juga tidak
menyejukkan. Namun demikian, warna netral ini sangat dibutuhkan bila kita ingin
mengkombinasikan warna. Warna netral merupakan jembatan antara warna-warna
hangat dan sejuk, maka warna-warna netral inilah yang dapat menciptakan relief warna
dan variasi warna. Secara ekstrim, yang disebut warna netral adalah warna putih, warna
hitam dan warna abu-abu. Hasil penelitian mengatakan bahwa daerah luas yang
berfungsi sebagai latar belakang dalam sebuah ruangan paling efektif bila diberi warna
netral. Beberapa teori warna menyebutkan bahwa warna turunan ketiga atau warna
31
tertier sebagai warna netral. Hal ini disebabkan karena kadar kelabu yang ada pada
warna tersebut membuat warna tersebut lebih netral, dalam arti lebih mudah
dikombinasikan dengan warna lain. Warna-warna ini kehilangan kecermelangannya dan
dalam teori warna disebut warna berintensitas rendah.
Dalam tata ruang, umumnya dipakai warna-warna berintensitas rendah, kecuali
bila hendak memberikan penekanan tertentu (aksen) yang mana dipakai warna
berintensitas tinggi, misalnya ruangan-ruangan untuk anak-anak kecil, sebaliknya
memakai warna murni berintensitas tinggi, seperti : merah, kuning, hijau, jingga, biru
bahkan warna hitam dan putih dapat pula digunakan untuk menghasilkan kontras yang
tinggi.
32
Gambar. 2.24
Tema warna yang dapat memberikan kesan hangat dan menggairahkan ditampilkan
dengan kombinasi warna jingga yang ada pada lukisan, dinding, karpet dan kursi
Merah
Sebagai aksen, merah memang merupakan warna yang tepat untuk menaring perhatian.
Anak-anak sangat menyukai warna ini. Bila ditempatkan bersama dengan warna lain,
maka warna tersebut dapat memberikan dinamika tersendiri. Disamping itu warna
merah juga memberikan kesan menggairahkan dan merangsang otak. Warna merah juga
memiliki kesan agresif, berani dan perkasa. Warna merah medium memberi kesan sehat
dan semangat hidup, penuh vitalitas. Warna merah cerah sering dihubungkan dengan
asmara, cinta dan nafsu birahi.
Ungu
Orang-orang Mesir Kuno, menggunakan warna ungu tua sebagai lambing kebesaran
dan warna ungu muda sebagai lambing kebijaksanaan. Warna ini sangat selaras bila
dikombinasikan dengan warna biru dan merah muda dan dapat menimbulkan kontras
yang mengesankan dengan warna kuning. Disamping itu warna ungu juga bersifat
tenang dan lembut, istirahat, murung dan duka.
Biru
Warna biru sangat sejuk, segar, tenang dan dapat mengurangi rangsangan, karena itu
membantu orang untuk berkonsentrasi, tetapi tidak dapat digunakan tanpa perhitungan
karena terlalu banyak warna biru dapat menimbulkan melankolis. Orang-orang kuno
mengatakan bahwa bila warna biru muncul dalam mimpi seseorang maka ia akan
membawa keberuntungan. Biru tua memberikan kesan sukses, biru benhur kesan
33
memberikan perintah yang harus dijalankan, biru muda memberikan kesan
kebahagiaan.
Hijau
Hasil-hasil test psikologik mengatakan bahwa warna hijau adalah warna yang paling
disukai manusia, karena warna ini mengesankan kedekatan manusia dengan alam, yang
mayoritas berwarna hijau. Walaupun sejuk, warna hijau dapat memberi kesan hidup dan
“bertahan” serta dapat menciptakan ketenangan, karena banyak orang beranggapan
bahwa warna hijau dapat dikombinasikan dengan hamper semua warna.
Coklat
Warna coklat memberi kesan istirahat, hangat, gersang, alamiah, kesatria, suram, damai
dan tenang. Warna coklat sebaiknya dikombinasikan dengan warna emas, kuning atau
jingga, karena warna tersebut dapat memberikan tekanan semangat jika digunakan
tersendiri.
Abu-abu
Abu-abu atau kelabu memberi kesan dingin, mendung, ketenangan, kedamaian, formal
dan lembut. Warna ini dapat mematikan semangat jika tidak dikombinasikan dengan
warna-warna yang lebih hidup.
Putih
Warna putih memberi kesan menggairahkan, jika digunakan bersama warna merah,
kuning atau jingga. Warna putih juga sering digunakan sebagai lambang kesucian,
kesederhanaan, kebersihan dan kehampaan.
Hitam
Warna hitam memiliki kesan-kesan keras, berat berbobot, gelap dan lambang duka cita.
34
Gambar. 2.25
Penggunaan warna abu-abu yang dikombinasikan dengan warna lain, seperti coklat
pada lantai, warna chrome pada penyedot udara sehingga memberi kesan lebih hidup
dan dingin pada ruang dapur yang mana aktivitas di dalam ruangan sangat tinggi.
35
Dalam lingkaran warna, biru tua digolongkan pada B yang ber-value (nilai) rendah.
Letaknya menjauh secara radial. Bila kita ingin membuat tata warna sebuah ruang
dengan tema harmonis, tidak ramai, santai, maka kita dapat memakai warna dengan
Hue yang sama tetapi nada-nadanya berbeda Value atau bobotnya. Jadi dapat berupa B
hamper putih, B muda, B agak tua dan B tua itu sendiri. Harus diingat bahwa B yang
dimaksud bukan B seperti dalam pelangi, tetapi B dari bahan yang telah terpilih.
Deretan nada warna dari putih sampai hitam melalui Hue tertentu disebut Kroma
(Chroma). Jadi susunan warna yang kita buat tersebut juga Skema Warna Satu Kroma
atau Monokromatik. Dengan skema warna monokromatik sangat mudah mencapai
harmoni (keselarasan) warna dalam ruangan anda, karena banyaknya kesamaan (dari
unsur warna yang ber-Hue sama). Anda mungkin sudah dapat menduga, bahwa skema
warna ini akan cenderung membosankan. Untuk mengatasi bahaya itu, harus
dimasukkan keanekaan pada komposisi itu, dengan memakai unsur-unsur garis, warna
lain atau bentuk, tergantung pad aide dan selara anda. Patokan yang perlu diingat
adalah selalu diperlukan sesuatu yang kontras untuk mencegah munculnya Monoton.
Skema Warna Analogus
Bila warna-warna yang akan dominant dalam suatu tata warna adalah kelompok warna
yang saling berdampingan dalam lingkaran warna, maka skema warna dalam susunan
ini disebut Skema Warna Analogus (Related Colour Scheme). Misalnya dari kuning ke
hijau melalui beberapa gradasi hijau kekuningan. Melihat sifat susunan warna tersebut,
kita pun dapat merasakan bahwa skema warna ini memudahkan kita mencapai harmoni.
Namun demikian seperti halnya Skema Warna Monokromatik, Skema Warna Analogus
juga membutuhkan kontras untuk mencegah kesan membosankan yang mungkin
muncul.
36
Gambar. 2.26 Gambar. 2.27
Monochromatic Analogus
Kedua skema warna tersebut sangat sering dipakai karena aman dan mudah
dalam perencanaannya. Namun pelaksanaannya sering tidak semudah dalam
perencanaan, karena misalnya sering sulit menemukan bahan dan warna yang tepat
seperti yang direncanakan. Hijaunya Gorden dan hijaunya Karpet mungkin berlainan
Hue-nya. Jika perbedaan itu terlalu besar ada kemungkinan kedua warna hijau itu
menimbulkan rasa tidak enak. Bagi mereka yang peka terhadap warna, rasa tidak enak
tersebut dapat menyakitkan.
Berikut ini beberapa skema warna yang lebih membutuhkan kecermatan
pemilihan dan keseimbangan warna.
Skema Warna Triadik
Skema warna ini memakai 3 (tiga) warna primer atau sekunder, atau tiga warna dalam
lingkaran warna yang membentuk segitiga sama sisi, biasanya memakai warna-warna
yang masih murni (tidak berkadar kelabu), tidak dipucatkan (Tint), atau digelapkan
(Shade). Karena skema warna ini nilai kontrasnya tinggi, maka perlu dibatasi dalam
menentukan unsur-unsur desain yang lainnya. Skema warna ini lebih cocok untuk
remaja atau anak-anak yang masih membutuhkan rangsangan dinamika yang tinggi.
Warna yang dapat menengahi warna-warna Triadik adalah putih, sebaliknya hitam akan
memperhebat kontras.
37
Sesuai dengan sebutannya, skema warna ini terbentuk dari pemakai 2 (dua) warna yang
saling berhadapan atau saling berkomplemen (misalnya : merah dengan hijau, jingga
dengan biru dan sebagainya). Karena Hue-nya saling bertentangan, maka agar kontras
yang terjadi tidak menyakitkan, biasanya memainkan value-nya sehingga tercapai
keseimbangan dari dua kali monokrommatik dalam satu paduan.
Skema Warna Komplementer Terbelah
Adalah skema warna dengan satu warna yang dipadukan dengan warna yang mengapit
warna komplemennya.
38
II.7 Penerangan
Penerangan pada prinsipnya terdapat 2 (dua) macam, yaitu :
A. Penerangan Alam
Penerangan Alam, yaitu penerangan akibat benda-benda alam yang memancarkan sinar
seperti matahari, bintang dan lain-lain.
Di Indonesia, penerangan sinar matahari memancar sepanjang tahun. Dengan demikian
kitas harus dapat memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia
dan tentu saja berusaha menghilangkan atau paling tidak mengurangi faktor-faktor yang
merugikan seperti : rasa panas, silau dan lain-lain.
Dengan demikian maka arah ke utara dan juga ke barat akan memberikan pembiayaan
yang lebih. Untuk menjaga keningmatan penghuni terhadap kejahatan sinar matahari
secara langsung, maka ruang-ruang yang digunakan temporer seperti : gudang, kamar
mandi, garasi dan sebagainya sebaiknya diletakkan pada bagian sebelah barat dan utara.
Sedangkan ruang tidur dan ruang-ruang yang digunakan sepanjang hari seyogyanya
diletakkan pada bagian timur dan selatan bagunan rumah.
Intensitas cahaya yang boleh masuk ke dalam ruangan juga berbeda-beda berdasarkan
aktivitas yang dilakukan didalam ruang tersebut.
B. Penerangan Buatan
Penerangan Buatan, yaitu penerangan yang terjadi akibat sumber cahaya yang dibuat
oleh manusia seperti : lampu, lilin, obor dan lain-lain. Berbeda dengan penerangan
alam, penerangan buatan lebih memberikan kebebasan kreasi kepada desainer, apalagi
yang dimaksudkan dengan penerangan dari lampu listrik. Letak dan waktu pemakaian
ruang tidak terlalu banyak mempengaruhinya.
Menurut daerah yang diterangi oleh penerangan buatan, maka penerangan buatan dapat
digolongkan menjadi dua, antara lain :
1. Penerangan Umum/Merata
Penerangan Umum/Merata, yaitu penerangan yang menerangi seluruh ruangan secara
merata (general lighting).
Penerangan umum, biasanya digunakan untuk kegiatan umum dan tidak memerlukan
ketelitian.
39
2. Penerangan Setempat
Penerangan Setempat, biasanya digunakan untuk penerangan tempat kerja yang
memerlukan ketekunan dan ketelitian atau tempat-tempat yang dimaksudkan sebagai
sesuatu yang menarik, seperti reklame, patung, lukisan, taman hias, dan lain-lain.
Disamping penerangan setempat, maka sering dibutuhkan penerangan umum,
agar dapat membantu perubahan akomodasi mata tidak menjadi terlalu besar, dari
keadaan yang sangat jelas langsung ke daerah yang demikian gelap.
Lampu penerangan di dalam ruangan terdapat beberapa jenis berdasarkan cara
pemberian cahaya, antara lain :
40
Gambar. 2.36
Koridor pada area servis menggunakan penerangan secara langsung untuk menerangi
area tersebut.
Gambar. 2.37
Penerangan yang ada menggunakan penerangan setempat dengan menerangi bagian-
bagian tertentu yang ada di area cinema.
41
Jenis lampu berdasarkan Cara Pemasangannya, antara lain :
Lampu Duduk.
Di lantai, di atas meja.
Lampu Tempel.
Di dinding, di tiang, di langit-langit.
Lampu Gantung.
Di langit-langit.
Lampu Taman.
Di langit-langit, di dinding dan sebagainya.
II.8 Akustik
Akustik di sini diartikan sebagai pengaturan suara sedemikian, sehingga suara
yang timbul tidak mengganggu dan justru memberikan kenikmatan bagi suara yang
diinginkan. Suara timbul dari sumber suara. Sumber suara ada yang timbul dengan
sengaja, misalnya bunyi radio, cassette recorder, orang pidato dan lain-lain. Sumber
suara yang tidak disengaja antara lain detak kaki orang berjalan, bunyi mesin dan
sebagainya. Sumber suara yang disengaja hendaknya dilindungi sedemikian rupa
sehingga suara yang keluar dapat didengar dan tetap bagus seperti suara yang
dikeluarkan oleh sumber aslinya. Efek yang mengganggu adalah timbulnya GEMA dan
GAUNG.
Gema adalah timbulnya ulangan suara di belakang suara pertama, sedangkan
Gaung di sini dimaksudkan dengan suara ulangan yang timbul dengan perbedaan waktu
yang sedikit sekali sehingga hamper bersamaan dan suaranya menjadi baur tidak jelas.
Untuk suara-suara yang perlu dihindarkan karena efek yang tidak diinginkan
dapat diredusir dengan menghambat penjalaran getaran suara, misalnya dengan
menyekat rapat sumber bunyi, atau memberikan elemen-elemen lembek sehingga dapat
meredam/mengurangi getaran. Sedangkan untuk suara yang memang dibutuhkan
seperti suara musik, suara penyanyi perlu mendapat perlindungan dengan memilih
tekstur dinding serta langit-langit yang kasar dan perforated, atau berbentuk bukan
bidang datar frontal/vertikal betul-betul tetapi dengan bentuk-bentuk bergelombang,
berlipat-lipat, dan sebagainya.
42
Banyak material yang kini telah diproduksi untuk tata akustik tersebut, antara
lain: Accoustics Tile, Softboard, Vinyl, Karpet dan sebagainya. Kalau penerangan dan
warna merupakan kenikmatan mata, maka untuk akustik ini diadakan untuk kenikmatan
telinga. Kedua kenikmatan ini merupakan bantuan penting bagi kenikmatan penghuni
di dalam ruangan.
II.9 Bahan
Yang dimaksud dengan bahan finishing disini adalah bahan yang melapisi bagian
luar dari elemen ruang atau struktur bangunan dan bahan finishing inilah yang biasa
kita lihat sehari-hari. Bahan finishing untuk ruang dalam/interior pada garis besarnya
terdiri dari :
Kayu-kayuan : kayu, bambu, jerami dan lain-lain.
Tembok/Batu-batuan : bata, batu alam, plesteran, coraltex dan lain-lain.
Gelas dan Keramik : kaca, cermin, keramik, porselin, tanah liat dan lain-lain.
Metal : besi, baja, aluminium, seng, tembaga, perunggu dan lain-lain.
Plastik : plastik, formika, vinyl dan lain-lain.
Imitasi/produk pabrik : karpet, wallpaper, horden dan lain-lain.
Gambar. 2.38
Penggunaan bahan metal dan kaca pada
furniture untuk kursi makan dan meja tamu.
Bahan imitasi/produk pabrik pada karpet dan
penutup kain pelapis kursi tamu.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoyo, P. 1986. Teknik Menggambar Dekor Dalam Gambar Interior. Penerbit
Kanisius. Semarang.
2. Handoyo, P. 1986. Tata Ruang. Penerbit Kanisius. Semarang.
3. Laksmiwati, Triandi.1991. Perancangan Interior, Unsur-Unsur dan Prinsip-
Prinsip Dasar Perancangan Interior. Penerbit CV. Mitragraf. Jakarta.
4. Mudjijono, Zein. 1991. Diktat Merencana Ruang Dalam. Penerbit CV. Mitragraf.
Jakarta.
5. Suptandar, Pamudji. 1999. Disain Interior. Penerbit Djambatan. Jakarta.
SENARAI
Relaks : Istirahat
Transparent : Tembus Pandang/Samaran
Antropometrics : Hubungan Dimensional
Proxemics : Hubungan Emosional
Flora : Tumbuh-tumbuhan
Related Colour Scheme : Skema Warna Berhubungan
Tint : Warna Pucat
Shade : Warna Gelap
Colour Board : Papan Warna
General lighting : Penerangan Umum
Cassette recorder : Perekam Kaset
Perforated : Lubang-lubang
Accoustics Tile : Bahan Akustik
Softboard : Bahan Lembut/softboard
Finishing : Penyelesaian
Wallpaper : Kertas Dinding
44