Disusun oleh :
Paramitha Saraswati
NIM
1805521041
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
SMART BUILDING
Teknologi bangunan pintar juga diterapkan pada efisiensi energi: kemajuan dalam
bahan dan sistem kontrol memungkinkan perancang untuk membuat bangunan yang hampir
tidak bergantung pada energi, atau "dekat Bangunan Tanpa Energi." Insulasi yang lebih baik
dan bahan bangunan yang lebih efisien mengurangi pemanasan dan pendinginan biaya.
Beberapa bangunan pintar memiliki susunan surya dan sistem pemanas geotermal, yang
memungkinkan mereka menghasilkan tenaga dan panas sendiri. Listrik yang dihasilkan oleh
bangunan dapat digunakan untuk memberi daya pada sistem internal atau dimasukkan
kembali ke dalam jaringan listrik, sehingga mengurangi biaya. Teknologi seperti kaca pintar
dan tirai otomatis mengontrol jumlah energi matahari yang masuk ke gedung, yang
selanjutnya mengurangi biaya. Beberapa bangunan bahkan menggunakan sistem panen air
hujan dan sistem air abu-abu untuk menghemat air.
CONTOH BANGUNAN
DAVID BROWER CENTER
Arsitek : Dan Soloman
David Brower Center adalah gedung tempat organisasi yang bekerja untuk keadilan
lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, tapak bangunan telah dirancang untuk menjadi
seringan mungkin dengan menggunakan teknologi hemat energi dan bahan daur ulang. Pelat
lantai yang sempit, lampu-lampu dan overhang bangunan memberikan pencahayaan alami
hampir 100%. Tiap ruangannya dirancang agar menerima sinar matahari semaksimal
mungkin sehingga meminimalisir penggunaan lampu. Infrastruktur yang terpasang dengan
sensor CO2 secara otomatis mengendalikan kebutuhan udara yang lebih segar. Bangunan itu
sendiri menyediakan pendinginan dalam cuaca hangat menggunakan sistem radial in-slab di
malam hari untuk mendinginkan massa bangunan. Selain itu, Pusat ini dirancang untuk
menggunakan 40% lebih sedikit air daripada sistem standar melalui sistem tangkapan air
hujan dan perlengkapan tanpa aliran air atau aliran rendah.
Dekonstruksi adalah gerakan arsitektur postmodern yang muncul pada tahun 1980-an
yang memberi kesan bahwa bangunannya terfragmentasi. Memiliki ciri khas yaitu ketiadaan
keselarasan, kontinuitas, dan simetri. Dekonstruksi berasal dari kata de + construktio (latin).
Pada umumnya de berarti ke bawah, pengurangan, atau terlepas dari. Sedangkan kata
Construktio berarti bentuk, susunan, hal menyusun, hal mengatur.
1. Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu langgam yang
dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk
berkembang.
2. Tidak ada pen’dewa’an tokoh dalam arsitektur sehingga tidak timbul kecenderungan
pengulangan ciri antara arsitek satu dan yang lain hanya karena arsitek yang satu
dianggap dewa yang segala macam karyanya harus ditiru.
3. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus diakhiri, sehingga
perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah kepada keragaman pandangan
dan tata nilai.
4. Pengutamaan indera pengelihatan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu karya dalam
arsitektur harus diakhiri. Potensi indera lain harus dapat dimanfaatkan pula secara
seimbang.
Sebagai sebuah konsep, Dekonstruksi adalah semangat. Gagasan Derrida adalah ide untuk
melakukan perlawanan untuk selamanya. Ia bersifat anti-kemapanan. Itu artinya, ia juga tidak
mencari sebuah kemapanan baru. Sebagai sebuah energi, Dekonstruksi berkehendak
melenting bebas tidak beraturan. Dekonstruksi bukanlah sebuah logos, ia bukanlah sebuah
pakem. Melainkan, sebuah dorongan untuk memberontak.
CONTOH BANGUNAN
DENVER ART MUSEUM (Denver, Colorado – USA)
Arsitek: Daniel Libeskind
Bangunan ini didirikan diatas lahan seluas 146.000 square feet dan menjadi bangunan
yang memiliki konstruksi paling unik bagi lingkungan sekitarnya. Hal yang pertama kali
nampak pada bangunan ini adalah proyeksi trimatra yang nampak kontras namun menjadikan
bangunan ini lebih berirama.
Bentukan yang penuh dengan bidang mencuat yang dikantilever menjadi daya tarik
utama dari bangunan ini. Penggunaan metal, kaca, titanium dan batu-batu alam dianggap
menambah sifat artistic dari bangunan ini. Untuk dapat menghasilkan bentukan seperti ini
tentunya juga mengandalkan kemampuan teknologi dan pemilihan bahan yang tepat dan
memiliki spesifikasi yang tepat dan tentunya berkualitas tinggi. Bangunan ini lebih cenderung
mencerminkan ‘massa’ daripada ‘ruang’ yang ada didalamnya. Sehingga eksprisi sang arsitek
dapat dituangkan secara lugas tanpa ada batasan apapun.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/305073861_Smart_Buildings_An_Introduction_to_
the_Library_of_the_Future (diakses 20/03/2020)
http://www.hpbmagazine.org/Case-Studies/David-Brower-Center-Berkeley-CA/ (diakses
20/03/2020)