Anda di halaman 1dari 95

Kayu sebagai Material

Konstruksi
Kayu merupakan bahan produk alam, hutan.
Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak
disukai orang atas pertimbangan tampilan
maupun kekuatan.

Dari aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku


walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau
beton.
Kayu mudah dikerjakan – disambung dengan alat
relatif sederhana.

Bahan kayu merupakan bahan yang dapat didaur


ulang.
Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan
bangunan ramah lingkungan.
• Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol
kualitas bahan kayu.
• Sering kita jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang
disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat olah
dari produk kayu.
• Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki
kekurangan terkait dengan ketahanan-keawetan.
• Kayu dapat membusuk karena jamur dan
kandungan air yang berlebihan, lapuk karena serangan
hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.
Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air
disekitarnya (hygroscopic), dan dapat mengembang
dan menyusut sesuai kandungan air tersebut.
 kadar air kayu merupakan salah satu syarat
kualitas produk kayu gergajian.

Kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari


bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban
dan pengaruh kimiawi.
Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan
yang berbeda saat menerima beban.
Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima
gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah saat
menerima beban tegak lurus arah serat kayu.
Ilustrasi kekuatan serat kayu dalam menerima beban
Produksi kayu gergajian (lumber), batang kayu segi
empat panjang (balok) yang dipakai untuk konstruksi
dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan
hutan tanaman industri.

Kayu gelondongan (log) hasil tebang diangkut ke


pabrik penggergajian.

Untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang


baik dan efisien terdapat teknologi penggergajian
yang harus diketahui dalam kaitannya dengan
penyusutan kayu saat pengeringan.
Terdapat 3 metoda penggergajian, lurus (plain sawing),
perempat bagian (quarter sawing) dan penggergajian tipikal
(typical sawing).

(plain sawing) (quarter sawing) (typicalsawing)


• Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu
bagian dalam merupakan kayu yang lebih
dulu terbentuk dari kayu bagian luar.
• Karenanya kayu bagian dalam mengalami
susut lebih kecil dari kayu luar.
• Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil
gergajian akan menghasilkan bentuk kurang
berkualitas.
• Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi,
200% - 300%.
• Setelah ditebang kandungan air tersebut
berangsur berkurang karena menguap.

• Mulanya air bebas atau air di luar serat (free


water) yang menguap.
• Penguapan ini masih menyisakan 25% - 35%
kandungan air. Selanjutnya penguapan air dalam
serat (bound water).
• Kayu dapat di keringkan melalui udara alam bebas
selama beberapa bulan atau dengan menggunakan
dapur pengering (kiln).

• Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan.


Kadar air kayu untuk kuda - kuda biasanya harus
kurang dari atau sama dengan 19 persen.

• Kadang diminta kadar air kayu hingga 15% (MC 15).

• Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh


kelembaban udara sekitar kayu akan mempengaruhi
kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang
susut kayu dan kekuatannya.
• Proses ideal olah produk kayu selanjutnya
adalah pengawetan.
• Pengawetan dapat dilakukan dengan cara
merendam atau mencuci dengan maksud
membersihkan zat makanan dalam kayu agar
tidak diserang hama.
• Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian
bahan kimia melalui perendaman dan cara
coating atau pengecatan.
• Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak
teraturan struktur serat yang disebabkan
karakter tumbuh kayu atau kesalahan proses
produksi.
• Ketidak teraturan atau cacat yang umum adalah
mata kayu, yang merupakan sambungan cabang
pada batang utama kayu.
• Mata kayu ini kadang berbentuk lubang karena
cabang tersambung busuk atau lapuk atau
diserang hama atau serangga.
• Cacat ini sudah tentu mengurangi kekuatan kayu
dalam menerima beban konstruksi.
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh
kesalahan penggergajian dan proses pengeringan
penyusutan.

Cacat ini dapat berupa retak, crooking, bowing, twisting


(baling), cupping dan wane (tepian batang bulat) karena
penggergajian yang terlalu dekat dengan lingkaran luar kayu.
• Produk kayu sangat beragam.
• Produk kayu solid/asli umumnya berupa
kayu gergajian baik berupa balok
maupun papan.
• Sedangkan produk kayu buatan dapat
berupa vinir (veneer), papan lapis,
triplek/plywood/ multiplek dan bahkan
kayu laminasi (glue laminated timber).
• Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik
dan keawetan.
• Secara fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras.
• Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat jenis) lebih
tinggi dari kayu lunak.
• Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan mutu
muka kayu.
• Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang
merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan
kualitas muka (cacat atau tidak) arah - pola serat dan
kelurusan batang.
• Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
• Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil
tampang / 3,5 cm
• Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari
1/10 tinggi balok
• Miring arah serat maksimum adalah 1/7
• Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah
lingkaran tumbuh 1/4 tebal kayu
• Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5
cm
• Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi
balok
• Miring arah serat maksimum adalah 1/10
• Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran
tumbuh 1/5 tebal kayu

Konsekuensi dari kelas visual B harus


memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A
dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961,
pasal 5)
• Kayu lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan
arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat.
• Ini karena struktur serat kayu yang berlubang.
• Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan
yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat.
• Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu
persatuan volume / berat jenis kayu.
• Ilustrasi arah kekuatan kayu dapat ditunjukkan pada
gambar berikut :
• Angka kekuatan kayu dinyatakan dalam besaran tegangan,
gaya yang dapat diterima per satuan luas. Terhadap arah
serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan
kayu tegak lurus (⊥) serat yang masing - masing memilki
besaran yang berbeda.
• Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu, tegangan
absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk perancangan
konstruksi.
• Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka
keamanan sebesar 5 - 10.
• Dalam buku Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI - NI -
5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan ke dalam
kelas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling lemah).
• Tabel 8.1, menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran
kuat kayu.
• Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya,
kayu dibedakan atas kelas awet I (yang paling awet) –
V (yang paling tidak awet).
• Kondisi kayu dimaksud adalah lingkungan/ tempat kayu
digunakan sebagai batang struktur.
• Sedangkan perlakuan meliputi pelapisan/ tindakan lain
agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan
ancaman serangga.
• Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan
dalam Tabel 8.2.
Sistem Struktur dan Sambungan dalam Konstruksi Kayu

• Hampir semua sistem struktur yang


menggunakan kayu sebagai material
dasar dapat dikelompokkan ke dalam
elemen linear yang membentang dua arah.
• Susunan hirarki sistem struktur ini adalah
khusus.
RANGKA RINGAN
• Sistem struktur joists ringan pada Gambar 8.9(a) adalah
konstruksi kayu yang paling banyak digunakan pada saat
ini.
• Sistem joists lantai terutama sangat berguna untuk beban
hidup ringan yang terdistribusi merata dan untuk bentang
yang tidak besar.
• Kondisi demikian umumnya dijumpai pada konstruksi
rumah.
• Joists pada umumnya menggunakan tumpuan sederhana
karena untuk membuat tumpuan vang dapat menahan
momen diperlukan konstruksi khusus.
• Pada umumnya, lantai dianggap tidak monolit dengan
joists kecuali apabila digunakan konstruksi khusus
yang menyatukannya.
(a) Konstruksi Rangka Ringan
• Sistem tumpuan vertikal yang umum digunakan
adalah dinding pemikul beban yang dapat terbuat
dari bata atau dari susunan elemen kayu (plywood).
• Dalam hal yang terakhir ini, tahanan lateral pada
susunan struktur secara keseluruhan terhadap
beban horizontal diperoleh dengan menyusun
dinding berlapisan plywood yang berfungsi sebagai
bidang bidang geser.
• Struktur demikian pada umumnya dibatasi hanya
sampai tiga atau empat lantai.
• Pembatasan ini tidak hanya karena alasan
kapasitas pikul bebannya, tetapi juga karena
persyaratan keamanan terhadap
kebakaran yang umum diberikan pada
peraturan-peraturan mengenai gedung.

• Karena setiap elemen pada sistem struktur ini


diletakkan di tempatnya secara individual, maka
banyak fleksibilitas dalam penggunaan sistem
tersebut, termasuk juga dalam merencanakan
hubungan di antara elemen-elemennya.
ELEMEN KULIT BERTEGANGAN
(STRESSED SKIN ELEMENTS).
• Elemen kulit bertegangan tentu saja berkaitan dengan
sistem joists standar [lihat Gambar 8.9(b)].
• Pada elemen-elemen ini, kayu lapis disatukan dengan
balok memanjang sehingga sistem ini dapat berlaku
secara integral dalam memikul lentur.
• Dengan demikian, sistem yang diperoleh akan
bersifat sebagai plat.
• Kekakuan sistem ini juga meningkat karena adanya
penyatuan tersebut.
(b) Panel Kulit Bertegangan
• Dengan demikian, tinggi struktural akan lebih kecil
dibandingkan dengan sistem joist standar.
• Elemen kulit bertegangan ini pada
umumnya dibuat tidak di lokasi, dan dibawa ke
lokasi sebagai modul-modul.
• Kegunaannya akan semakin meningkat apabila
modul-modul ini dapat dipakai secara berulang.
• Elemen demikian dapat digunakan pada
berbagai struktur, termasuk juga sistem plat lipat
berbentang besar.
BALOK BOKS
• Perilaku yang diberikan oleh kotak balok dari kayu
lapis [lihat Gambar 8.9(c)] memungkinkan
penggunaannya untuk berbagai ukuran bentang
dan kondisi pembebanan.
• Sistem yang demikian sangat berguna pada
situasi bentang besar atau apabila ada kondisi
beban yang khusus.
• Balok boks dapat secara efisien mempunyai
bentang lebih besar daripada balok homogen
maupun balok berlapis.
• KONSTRUKSI KAYU BERAT Sebelum sistem
joists ringan banyak digunakan, sistem balok
kayu berat dengan papan transversal telah banyak
digunakan [lihat Gambar 8.9(e)].
(c) Balok Boks
• Balok kayu berlapisan sekarang banyak
digunakan sebagai alternatif dari balok
homogen.
• Sistem demikian dapat mempunyai kapasitas
pikul beban dan bentang lebih besar daripada
sistem joist.
• Sebagai contoh, dengan balok berlapisan,
bentang yang relatif besar adalah mungkin
karena tinggi elemen struktur dapat dengan
mudah kita peroleh dengan menambah lapisan.
• Elemen demikian umumnya bertumpuan
sederhana, tetapi kita dapat juga memperoleh,
tumpuan yang mampu memikul momen
dengan menggunakan konstruksi khusus.
RANGKA BATANG
• Rangka batang kayu merupakan sistem
berbentang satu arah yang paling banyak
digunakan karena dapat dengan mudah
menggunakan banyak variasi dalam
konfigurasi dan ukuran batang.
• Rangka batang dapat dibuat tidak secara
besar-besaran, tetapi dapat dibuat secara
khusus untuk kondisi beban dan bentang
tertentu. Sekalipun demikian, kita juga.
membuat rangka batang secara besar-
besaran (mass production). Rangka
batang demikian umumnya digunakan pada
situasi bentang tidak besar dan beban ringan.
• Rangka batang tnissed rafter pada Gambar 8.9(g) misalnya,
banyak digunakan sebagai konstruksi atap pada bangunan rumah.
• Sistem yang terlihat pada Gambar 8.9(b) analog dengan balok baja
web terbuka dan berguna untuk situasi bentang besar (khususnya
untuk atap).
• Sistem penumpu vertikal pada struktur ini umumnya berupa
dinding batu atau kolom kayu.
• Tahanan terhadap beban lateral pada struktur ini umumnya
diperoleh dengan menggunakan dinding tersebut sebagai
bidang geser.
• Apabila bukan dinding, melainkan kolom yang digunakan,
pengekang (bracing) dapat pula digunakan untuk meningkatkan
kestabilan struktur terhadap beban lateral. Peningkatan kestabilan
dengan menggunakan titik hubung kaku dapat saja digunakan untuk
struktur rendah, tetapi hal ini jarang dilakukan.
PLAT LIPAT DAN PANEL PELENGKUNG

• Banyak struktur plat lengkung atau plat


datar yang umumnya berupa elemen
berbentang satu, yang dapat dibuat dari
kayu. Kebanyakan struktur tersebut
menggunakan kayu lapis.
• Gambar 8.9(j) dan (k) mengilustrasikan
dua contoh struktur itu.
PELENGKUNG
• Bentuk pelengkung standar dapat dibuat
dari kayu.
• Elemen berlapisan paling sering
digunakan. Hampir semua bentuk
pelengkung dapat dibuat dengan
menggunakan kayu.
• Bentang yang relatif panjang dapat saja
diperoleh. Struktur-struktur ini umumnya
berguna sebagai atap saja.
• Kebanyakan bersendi dua atau tiga, dan
tidak dijepit.
LAMELLA
• Konstruksi lamella merupakan suatu cara
untuk membuat permukaan lengkung
tunggal atau ganda dari potongan-
potongan kecil kayu [lihat Gambar 8.9(l)].
• Konstruksi yang menarik ini dapat
digunakan untuk membuat permukaan
silindris berbentang besar, juga untuk
struktur kubah.
• Sistem ini sangat banyak digunakan,
terutama pada struktur atap.
UKURAN ELEMEN
• Gambar 8.10 mengilustrasikan kira-kira batas-batas bentang
untuk berbagai jenis struktur kayu.
• Bentang "maksimum" yang diperlihatkan pada diagram ini
bukanlah bentang maksimum yang mungkin, melainkan batas
bentang terbesar yang umum dijumpai.
• Batasan bentang minimum menunjukkan bentang terkecil
yang masih ekonomis.
• Juga diperlihatkan kira-kira batas-batas tinggi untuk berbagai
bentang setiap sistem.
• Angka yang kecil menunjukkan tinggi minimum yang umum
untuk sistem yang bersangkutan dan angka lainnya
menunjukkan tinggi maksimumnya.
• Tinggi sekitar L/20, misalnya, mengandung arti bahwa elemen
struktur yang bentangnya 16 ft (4,9 m) harus mempunyai
tinggi sekitar 16 ft/20 = 0,8 ft (0,24 m).
• Kolom kayu pada umumnya mempunyai perbandingan
tebal terhadap tinggi (t/h) bervariasi antara 1 : 25 untuk kolom
yang dibebani tidak besar dan relatif pendek, atau sekitar 1 :
10 untuk kolom yang dibebani besar pada gedung bertingkat,
• Dinding yang dibuat dari elemen-elemen kayu mempunyai
perbandingan t/h bervariasi dari I : 30 sampai I : 15.
Produk Alat Sambung untuk Struktur Kayu

a) Alat Sambung Paku


• Paku merupakan alat sambung yang umum dipakai
dalam konstruksi maupun struktur kayu.
• Ini karena alat sambung ini cukup
mudah pemasangannya.
• Paku tersedia dalam berbagai bentuk, dari paku
polos hingga paku ulir.
• Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari panjang
paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku
ditunjukkan pada gambar berikut :
Ujung Paku
• Ujung paku dengan bagian runcing yang
relatif panjang umumnya memiliki kuat cabut yang
lebih besar.
• Namun ujung yang runcing bulat tersebut sering
menyebabkan pecahnya kayu terpaku.
• Ujung yang tumpul dapat mengurangi pecah pada
kayu, namun karena ujung tumpung tersebut merusak
serat, maka kuat cabut paku pun akan berkurang pula.

Kepala paku
• Kepala paku badap berbentuk datar bulat,
oval maupun kepala benam (counter sunk) umumnya
cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kepala
paku ini umumnya sebanding dengan diameter paku.
Paku kepala benam dimaksudkan untuk dipasang
masuk – terbenam dalam kayu.
Pembenaman Paku.
• Paku yang dibenam dengan arah tegak lurus serat akan memiliki
kuat cabut yang lebih baik dari yang dibenam searah serat .
• Demikian halnya dengan pengaruh kelembaban.
• Setelah dibenam dan mengalami perubahan kelembaban, paku
umumnya memiliki kuat cabut yang lebih besar dari pada dicabut
langsung setelah pembenaman.
• Jarak Pemasangan Paku.
• Jarak paku dengan ujung kayu, jarak antar kayu, dan jarak paku
terhadap tepi kayu harus diselenggarakan untuk mencegah
pecahnya kayu.
• Secara umum, paku tak diperkenankan dipasang kurang dari
setengah tebal kayu terhadap tepi kayu, dan tak boleh kurang dari
tebal kayu terhadap ujung.
• Namun untuk paku yang lebih kecil dapat dipasang kurang dari jarak
tersebut.
Kuat cabut paku
• Gaya cabut maksimum yang dapat ditahan oleh paku yang
ditanam tegak lurus terhadap serat dapat dihitung dengan
pendekatan rumus berikut.
P = 54.12 G5/2 DL……. (Metric: kg)
P = 7.85 G5/2 DL ……..(British: pound) (8.1)
dimana : P = Gaya cabut paku maksimum
L = kedalaman paku dalam kayu (mm, inc.)
G = Berat jenis kayu pada kadar air 12 %
D = Diameter paku (mm, inch.)
Kuat lateral paku
• Pada batang struktur, pemasangan paku
umumnya dimaksudkan untuk menerima beban
beban tegak lurus/lateral terhadap panjang
paku.
• Pemasangan alat sambung tersebut dapat
dijumpai pada struktur kuda-kuda papan kayu.
• Kuat lateral paku yang dipasang tegak lurus
serat dengan arah gaya lateral searah serat
dapat didekati dengan rumus berikut
P = K D2 ….(8.2)
dimana: P = Beban lateral per paku
D = Diameter paku
K = Koefisien yang tergantung dari karakteristik
jenis kayu.
b) Alat sambung sekerup
• Sekrup hampir memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi
karena memiliki ulir maka memiliki kuat cabut yang lebih baik dari
paku.
• Terdapat tiga bentuk pokok sekerup yaitu sekerup kepala datar,
sekerup kepala oval dan sekerup kepala bundar.
• Dari tiga bentuk tersebut, sekerup kepala datarlah yang paling
banyak ada di pasaran.
• Sekerup kepala oval dan bundar dipasang untuk maksud
tampilan–selera.
• Bagian utama sekerup terdiri dari kepala, bagian benam, bagian
ulir dan inti ulir.
• Diameter inti ulir biasanya adalah 2/3 dari diameter benam.
• Sekerup dapat dibuat dari baja, alloy, maupun kuningan diberi
lapisan/coating nikel, krom atau cadmium.
• Ragam produk sekerup dapat ditunjukkan pada Gambar 8.12
berikut.
Kuat Cabut Sekerup
• Kuat cabut sekerup yang dipasang tegak lurus terhadap
arah serat (Gambar 8.13) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
P = 108.25 G2 DL (Metric unit: Kg, cm )
P = 15.70 G2 DL (British unit: inch–pound)
dimana:
P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering
oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.),
L = Panjang tanam (mm,in.)
Kuat lateral sekerup
• Kuat lateral sekerup yang dipasang tegak lurus serat dengan
arah gaya lateral searah serat dapat didekati dengan rumus
yang sama dengan kuat lateral paku (persamaan 8.2)

Sekerup Lag (Lag Screw)


• Sekerup lag, seperti sekerup namun memiliki ukuran yang
lebih besar dan berkepala segi delapan untuk engkol. Saat ini
banyak dipakai karena kemudahan pemasangan pada batang
struktur kayu dibanding dengan sambungan baut–mur.
Umumnya sekerup lag ini berukuran diameter dari 5.1 – 25.4
mm (0.2 – 1.0 inch) dan panjang dari 25.4 – 406 mm (1.0 –
16 inch).
Kuat Cabut Sekerup Lag.
• Kuat cabut sekerup lag dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut.
P = 125.4 G3/2 D3/4L …(Metric unit: Kg, cm )
P = 8,100 G3/2 D3/4L …(British unit: inch–pound) (8.4)
dimana: P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.)
L = Panjang tanam (mm,in.)
• Kuat lateral sekerup lag dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.

P = c1 c2 K D2 ………(8.5)
dimana: P= Beban lateral per sekerup
D= Diameter sekerup
K= Koefisien yang tergantung karakteristik
jenis kayu (lihat Tabel 8.4)
C1= Faktor pengali akibat ketebalan
batang apit tersambung
C2= Faktor pengali akibat pembenamam
sekrup lag (lihat Tabel 8.6)
Konstruksi Sambungan Gigi
• Walaupun sambungan ini sebenarnya malah
memperlemah kayu, namun karena kemudahannya,
sambungan ini banyak diterapkan pada konstruksi kayu
sederhana di Indonesia utamanya untuk rangka kuda-
kuda atap.
• Kekuatan sambungan ini mengandalkan kekuatan
geseran dan atau kuat tekan / tarik kayu pada
penyelenggaraan sambungan.
• Kekuatan tarikan atau tekanan pada sambungan bibir
lurus di atas ditentukan oleh geseran dan kuat desak
tampang sambungan gigi.
Sambungan Baut
Hampir sama dengan sambungan gigi, sambungan baut
tergantung desak baut pada kayu, geser baut atau kayu.
Desak baut sangat dipengaruhi oleh panjang kayu tersambung dan
panjang baut.
Dengan panjangnya, maka terjadi lenturan baut yang menyebabkan
desakan batang baut pada kayu tidak merata.
Sambungan dengan cincin belah (Split Ring) dan plat
geser
• Produk alat sambung ini merupakan alat sambung yang
memiliki perilaku lebih baik dibanding alat sambung baut.
• Namun karena pemasangannya agak rumit dan memerlukan
peralatan mesin, alat sambung ini jarang diselenggarakan di
Indonesia.
• Produk sambung ini terdiri dari cincin dan dirangkai dengan
baut.
• Dalam penyambungan, alat ini mengandalkan kuat
desak kayu ke arah sejajar maupun arah tegak lurus
serat.
• Seperti halnya alat sambung baut, jenis kayu yang
disambung akan memberikan kekuatan yang
berbeda.
• Produk alat sambung ini memiliki sifat lebih baik dari
pada sambungan baut maupun paku. Ini karena alat
sambung ini mendistribusikan gaya baik tekan
maupun tarik menjadi gaya desak kayu yang lebih
merata dinading alat sambung baut dan alat
sambung paku.
Sambungan dengan Plat Logam (Metal Plate Conector)

• Alat sambung ini sering disebut sebagai alat sambung


rangka batang (truss).
• Alat sambung ini menjadi populer untuk maksud
menyambung struktur batang pada rangka batang, rangka
usuk (rafter) atau sambungan batang struktur berupa papan
kayu.
• Plat sambung umumnya berupa plat baja ringan yang
digalvanis untuk menahan karat, dengan
lebar/luasan tertentu sehingga dapat menahan beban pada
kayu tersambung.
• Prinsip alat sambungan ini memindahkan beban melalui
gerigi, tonjolan (plug) dan paku yang ada pada plat.
• Jenis produk ini ditunjukkan pada Gambar 8.21.
• Untuk pemasangan plat, menanam gerigi dalam
kayu tersambung, memerlukan alat penekan hidrolis atau
penekan lain yang menghasilkan gaya besar.
selesai

Anda mungkin juga menyukai