Anda di halaman 1dari 81

KAYU SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI

PEMILIHAN KAYU
Dewasa ini kayu masih banyak digunakan orang untuk
berhagai macam keperluan, seperti untuk pembuatan
konstruksi bangunan dan perlengkapan alat-alat rumah
tangga. Kayu sebagai bahan konstruksi banyak didapat dan
tumbuhan atau yang berada di beberapa hutan luas yang
ada di Indonesia.
Banyak digunakan karena mempunyai kekuatan yang tinggi
dan bobotnya rendah. mempunyai daya penahan tinggi
terhadap pengaruh, listrik (bersifat isolasi), kimia, dengan
mudah dapat dikerjakan, bila ada kerusakan dengan mudäh
dapat diganti dan bisa diperoleh dalam waktu singkat.
Di samping hal di atas, sifat lain dan kayu adalah pada
pembebanan tekan biasanya bersifat elastis sampai batas-
batas tertentu dan bila kayu terawat bailk akan tahan lama
(awet).
Dengan adanya pengembangan industri kecil akhir-akhir ini,
maka kayu bukan batangnya saja yang dipergunakan
melainkan sampai ke cabang-cabangnya, bahkan sampai
akarnya yaitu untuk keperluan dekorasi maupun benda-
benda kerajinan rumah tangga, dengan kata lain
pemanfaatan limbah kayu.
Tetapi kayu pada umumnya mempunyai kelemahan-
kelemahan yang kurang menguntungkan seperti: kayu kurang
homogin ketidaksamaan sebagai hasil tumbuhan alam, cacat-
cacat pada kayu itu sendiri dan yang paling menonjol adalah
mudah terbakar. Kayu dapat memuai dan menyusut dengan
perubahan-perubahan kelembaban.
Meskipun tetap elastis, dengan pembebanan tertentu
yang berjangka lama pada suatu balok akan terjadi
lendutan yang cukup besar.
Oleh sebab itu sebelum menggunakan kayu sebagai
bahan konstruksi, maka seyogyana terlebih dahulu
mengetahui bangun kayu dan sifat-sifatnya
BANGUN KAYU

• Kayu tersusun oleh sel-sel yang rnemiliki tipe


bermacam-macam. Selama masih hidup, sel-sel ini
akan berkembang biak menjadi banyak. Makin tua
umur kayu, dinding sel semakin tebal dan lambat laun
membentuk serat-serat kayu. Di antara gabungan-
bangunan sel tersebut terdapat lubang-lubang kecil
yang biasa kita kenal dengan nama pori-pori.
• Pada potongan melintang dan bagian batang atau
dahan kayu akan terlihat bagian-bagian sebagai
berikut:
Nama lapisan :
1. kulit luar : Lapisan yang berada paling luar dalam
keadaan kering berfungsi sebagai kulit pelindung.
2. kulit dalam : Lapisan yang berada disebelah dalam kulit luar yang
bersifat basah dan lunak (getah) berfungsi mengangkut bahan
makanan dari daun-daun ke bagian lain.
3. kambium : Lapisan yang berada di sebelah dalam, dari bagian ini
kesebelah luar menghasilkan sel jangat (kulit) dan kesebelah
dalam menambah sel kayu (sel ini menjadi serat kayu menambah
kekuatan kayu).
4. kayu gubal : Warnanya keputihan, berfungsi sebagai pengangkut
air dan zat makanan, lambat laun bagian ini akan menjadi keras.
5. lingkaran tahun : Biasanya disebut dengan gelang-gelang tahun
yang menunjukkan umur pohon (diperkirakan setiap tahun
membuat satu garis lingkatan/gelang).
6. garis teras : Bagian ini berasal dari kayu gubal yang tidak
berfungsi lagi sebagai pengangkut air dan makanan, warna kayu
agak tua dari kayu gubal, mempunyai kekuatan mekanis yang
tinggi.
7. hati (galih) : Bagian ini berada paling dalam yang
mempunyai umur paling tua dibandingkan dengan
bagian lainnya.
8. kayu teras: Adalah bagian retakan yang timbul akibat
penyusutan pada waktu pengeringan yang tidak teratur.

Lingkaran
tahim
1. Pith (hati kayu) : menjadi bagian paling lunak pada kayu
tetapi sangat kecil ukurannya dibanding diameter kayu.
bagian ini harus selalu dihindari dan dibuang.
2. Heartwood (kayu teras): bagian utama kayu yang
dibutuhkan. Keras, berwarna gelap dan lebih berat.
Proporsinya juga paling besar (m3)
3. Sapwood (kayu gubal): berada pada lapisan luar, berwarna
lebih terang dan lebih mudah menyusut.
4. Cambium layer (lapisan kambium): lapisan yang berisi zat-zat
makanan untuk perkembangan pohon.
5. Bast : pengirim makanan untuk diolah oleh daun melalui
fotosintesis.
6. Bark (kulit pohon): melindungi batang pohon.
7. Annular ring (lingkaran tahun): garis-garis yang melingkar
pada pohon yang menunjukkan umur pohon. Lingkaran
terbentuk setiap tahun berdasarkan musim di mana pohon
itu tumbuh.
8. Spring growth: lapisan yang terbentuk pada waktu musim
gugur. Biasanya lebih tipis karena pada musim ini
pertumbuhan pohon lebih lambat.
9. Autumn growth: lapisan yang terbentuk di waktu musim
semi. memiliki ketebalan lebih karena pohon tumbuh lebih
cepat ketika musim ini dengan adanya proses pengolahan
makanan untuk pohon yang lebih banyak.
10. Medularry rays: garis yang melintang dari pusat kayu hingga
bagian luar sebagai media penyimpan makanan bagi pohon.
bagian ini bi
Bila kayu dibelah sedemikian rupa, maka akan terlihat
penampang:
1.Penampang radial (R) :
penampang yang melalui sumbu batang dalam arah jari-
jari penampang melintang.
2.Penampang aksial/melintang :
penampang yang bersiku (tegak lurus dengan sumbu
memanjang batang.
3.Penampang tangensial (T) :
penampang yang menyinggung lingkaran-lingkaran
tumbuh, yang dapat dilihat pada penampang melintang
• Arah gaya tangensial (T) dan radial (R) pada pot kayu
A. Tangensial
B. Radial
A.Serat Radial
Motif permukaan kayu yang lurus lebih banyak dihasilkan pada metode
penggergajian Rift Sawn dan Quarter Sawn. Dua metode ini lebih banyak
menghasilkan limbah dan memerlukan waktu lebih lama akan tetapi hasil
serat kayu yang dihasilkan lebih baik dan bernilai ekonomis lebih tinggi.
Biasanya serat kayu ini digunakan untuk pembuatan meja atau pintu dengan
permukaan yang lebar.

B.Serat Tangensial
Pembelahan yang melintang garis lingkaran tahun akan menghasilkan serat
bermotif (kembang). Motif permukaan kayu seperti ini paling banyak
dihasilkan pada metode pembelahan Plain Saw. Ini metode penggergajian
kayu yang paling sering dilakukan di kebanyakan sawmill.
Hasil permukaan kayu tersebut di atas adalah sebagai hasil dasar dari hampir
semua jenis kayu. Keseluruhan motif permukaan akan juga dipengaruhi oleh
kualitas log dan jenis kayu pada khususnya. Untuk jenis kayu yang memiliki
banyak mata kayu, serat permukaan kayu akan dihiasi mata kayu, kantong
minyak atau garis-garis melintang secara radial.
SIFAT-SIFAT KAYU
Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut:
Sifat UMUM kayu
Sifat umum daripada kayu meliputi:
• Kayu dianggap anisotropis, artinya kayu
mempunyal sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut arah sumbu longitudinal (sejajar serat-
serat), sumbu tangensial (garis singgung gelang-
gelang pertumbuhan) dan sumbu radial (tegak
lurus pada gelang-gelang/lingkaran
pertumbuhan).
• Kayu dianggap higroskopis, artinya kayu dapat
kehilangan dan bertambahnya kadar air yang disebabkan
oleh keadaan kelembaban suhu sekitarnya. Kadar air
kayu yang kecil/rendah akan menambah keawetan kayu.
• Kayu yang tersusun atas sel-sel mempunyai tipe yang
bermacam-macam. Sel-sel kayu yang dibentuk oleh
kambium itu, pada musim hujan jadi membesar karena
banyak air dan banyak bahan makanan dan pada musim
lemarau akan mengecil/menyusut.
Prinsipnya kayu menyusut lebih besar ke arah hati kayu.
Ini disebabkan karena struktur pori-pori kayu lebih
terarah ke pusat log. Dan bentuk akhir dari akibat
penyusutan bisa bermacam-macam : melengkung,
melintir (twist), trapesium atau bengkok
Pada gambar di bawah kita bisa lihat bahwa arah
panah warna merah adalah arah penyusutan paling
besar yang mungkin terjadi. Anak panah biru
menunjukkan arah penyusutan yang lebih kecil.
Dari berbagai bentuk dasar penampang kayu gergajian
kita bisa perkirakan bagian mana yang akan mengalami
perubahan bentuk sehingga lokasi komponen dan
kualitas kayu bisa ditentukan lebih awal.
Pada beberapa jenis kayu akan agak sulit dengan
melihat penampang kayu. Bisa dilakukan dengan cara
lain yaitu melihat bentuk dan arah permukaan serat
kayu, apakah merupakan serat dengan potongan
tangensial, radial atau longitudinal.
Apabila pada sisi lebar kayu berupa tangensial, berarti
kemungkinan besar kayu akan menyusut ke arah sisi
tebal.

• Untuk jenis kayu tertentu akan mudah diserang oleh


binatang, serangga dan cendawan.
• Jika dibandingkan dengan bahan lain (baja), maka kayu
itu mudah terbakar oleh api.
• Di samping sifat umum di atas, sifat-sifat lain
daripada kayu adalah:
– Sifat akustik terhadap suara, menunjukkan
kemampuan dalam meneruskan dan tidak
meneruskan suara (peredam suara). Sifat ini perlu
diperhatikan khususnya dalam membuat konstruksi
hangunan seperti gedung bioskop dan untuk
pembuatan alat-alat musik. Hal ini ditentukan pula
oleh kekenyalan atau elastisitas kayu.
– Sifat resonansi yaitu. sifat kayu dalam
keikutsertaannya bergetar bersama dengan adanya
gelombang suara, yang ditunjukkan pula oleh
elastisitas kayu itu.
Sifat FISIS kayu

1. Berat-jenis kayu
• Berat jenis pada umumnya berbanding lurus dengan
kekuatan daripada kayu atau sifat-sifat mekanikanya.
Makin tinggi berat-jenis kayu maka kekuatan kayunya
semakin tinggi pula.
• Mengingat kayu terbentuk oleh sel-sel yang memiiki tipe
bermacam-macam, kemungkinan akan terjadi suatu
penyimpangan tertentu. Pada perhitungan berat-jenis
kayu semestinya berpangkal pada keadaan kering angin,
yaitu Sekering-keringnya tanpa pengeringan buatan. Kayu
yang betul-betul kering udara agak jarang ditemukan,
namun demikian biasanya dipergunakan volume kayu
yang dalam keadaan kering oven dengan suhu 105°C.
• Berat-jenis kayu adalah angka perbandingan antara berat
kayu kering oven pada suhu I05° C (B1) dengan berat air yang
mempunyai volume yang sama dengan kayu tersebut di atas
(B2).
• Jadi: berat jenis = B1 / B2
• Cara menentukan berat-jenis kayu secara sederhana seperti
berikut:
- Langkah-langkah:
• Käyu yang akan diselidiki (jati) buatlah kubus dengan sisi-
sisi 10 cm (100 mm).
• Pada salah satu sisi kubus diberi ukuran 1 s/d l0 cm.
• Kemudian celupkan kubus tersebut dalam air di ember.
• Baca bagian yang terbenam dalam air, untuk kayu jati
kering angin akan terbenam dalam air ± 7 cm (70 mm). Jadi
berat jenis kayu jati kira-kira 0,7.
2. Kadar air kayu
Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat air dan
juga dapat melepaskan air yang dikandungnya.
Keadaan seperti ini tergantung pada kelembaman
suhu udara disekeliingnya, dimana kayu itu berada.
Cara menentukan kadar air kayu:
• Buat batang uji dari kayu yang diambil dari tempat-
tempat berlainan, yang dapat mewakilinya. Ukuran
batang uji tebal = 2 cm, lebar = 4 cm dan panjang =
8 cm, kemudian ditimbang, misal beratnya = A gram.
• Kemudian batang ini dibuat kering udara dan tiap
harinya ditimbang, agar sampai didapat berat yang
tetap.
• Bila cara ini terlalu lama untuk dilakukan, maka batang ini dapat
dimasukkan dalam oven pada suhu 100°C. Kayu ini selanjutnya
ditimbang berulang kali sehingga beratnya tetap, misal
beratnya B gram. Berat ini adalah berat kayu kering oven
dengan kadar air 0%.

• Kadar air biasanya dalam prosen (%).


•  Jadi Kadar air = A - B x l00%
B
• Contoh:
Berat kayu basah (A) = 300 gram
Berat kayu kering oven (B) = 225 gram.
Kadar air (%) = 300 - 225 x l00% = 33,3%
225
 
3. Pengerutan dan pengembangan kayu
• Pengerutan dan pengembangan kayu dimaksudkan adalah
suatu keadaan perubahan bentuk yang dialami kayu yang
disebabkan oleh tegangan-tegangan dalam, sebagai akibat
dan berkurangnya atau bertambahnya kadar air kayu.
Pengerutan terjadi karena dinding-dinding maupun isi sel
kehilangan sebagian besar kadar airnya, inipun terjadi
pada serat-seratnya, begitu pula sebaliknya.
• Besarnya pengerutan maupun pengembangan pada
berbagai jenis kayu dan arah kayu adalah tidak sama.
T = pengerutan kayu arah tangensial ± 7 - 10%.
R = pengerutan kayu arah radial ± 5%.
A = pengerutan kayu arah aksial ± 0,1% (sangat kecil,
dapat diabaikan).
• Pengerutan kayu dalam arah lingkaran-lingkaran
pertumbuhan (tangensial) lebih besar daripada arah radial,
karena dapat ditemui bahwa disebelah luar batang, sel-
selnya masih muda yang banyak mengandung kadar air.
• Pada pengeringan batang kayu glondong, keliling mengerut
hampir dua kali jari-jari yaitu sebanyak garis tengah,
sehingga terjadi rengat-rengat pengeringan. Jika pada
batang yang belum dikeringkan (basah) digergaji menjadi
papan papan atau balok-balok, maka perengatan dapat
dicegah, akan tetapi pengerutan yang tidak merata pada
semua arah tetap terjadi. Sebagai akibat pengerutan ini,
maka papan-papan atau balok-balok akan menggeliat atau
melentur.
• Secara teoritis besarnya pengerutan berbanding lurus
dengan banyaknya air yang dikeluarkan setelah dikeringkan.
• Contoh: pengerutan kayu dalam prosen (%).
Suatu batang kayu mempunyai lebar asal pada arah
tangensial, pada kadar air 20% =26 cm.
Setelah dikeringkan lebar akhir menjadi 24 cm.
Pengerutan arah tangensial
= 26 - 24 x 100% = 8,33%
26
Sifat MEKANIS kayu

1. Keteguhan kayu
Keteguhan kayu adalah perlawanan yang diberikan oleh
suatu jenis kayu terhadap perubahan-perubahan bentuk
yang disebabkan oleh gaya-gaya luar. Perlawanan kayu
tehadap gaya-gaya luar dapat dibedakan meñjadi:
Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan kayu
terhadap dua buah gaya yang bekerja dengan arah yang
berlawanan dan gaya ini bersifat tarik. Gaya tarik ini
berusaha melepas ikatan antara serat-serat kayu
tersebut. Sebagai akibat dan gaya tarik (K), maka
timbullah di dalam kayu tegangan-tegangan tarik, yang
harus berjumlah sama dengan gaya-gaya luar K (P)
Bila gaya tarik ini membesar sedemikian rupa, serat-
serat kayu saling terlepas dan terjadilah patahan.
Dalam suatu konstruksi bangunan hal ini tidak boleh
tenjadi untuk menjaga keamanan. Tegangan tarik
yang masih diijinkan, Sehingga tidak timbul suatu
perubahan/bahaya pada kayu, disebut tegangan tarik
yang diijinkan dengan notasi: ɣ tr  = kg/cm2.
Misalnya: untuk kayu jati tegangan tarik yang diijinkan
dalam arah sejajar serat adalah kira-kira 100 kg/cm2
( ɣ tr  = ± 100 kg/cm2).
2. Keteguhan tekan/kompresi adalah daya tahan kayu
terhadap gaya-gaya yang bekerja sejajar atau tegak lurus
serat kayu, yang sifatnya tekan.
Gaya tekan yang bekerja sejajar dengan serat kayu, akan
menimbulkan bahaya tekuk pada kayu tersebut. Sedangkan
gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan
menyebabkan kayu itu retak.
Batang-batang yang panjang dan tipis seperti papan-papan,
bahaya kerusakan karena menerima gaya tekan sejajar serat
adalah lebih besar, jika dibandingkan dengan gaya tekan
tegak lurus serat kayu.
Sebagai akibat adanya gaya tekan ini akan menimbulkan
tegangan tekan pada kayu. Tegangan tekan yang terbesar
yang tidak menimbulkan adanya bahaya disebut tegangan
tekan yang diijinkan, dengan notasi ʈ tk  atau ( ʈ tk 
(kg/cm2).
3. Keteguhan geser adalah daya tahan kayu terhadap
dua gaya yang bekerja padanya, dimana gaya itu
bekerja sejajar arah serat atau dengan kata lain,
kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
menyebabkan bagian kayu tersebut bergeser dan
bagian lain didekatnya. Akibat gaya geser ini, maka
akan timbul teganan geser pada kayu (ʈ = kg/cm2).
Tegangan geser yang terbesar yang tidak
menimbulkan adanya pergeseran serat kayu disebut
tegangan geser yang diijinkan, denan notasi (ʈ =
kg/cm2).
• Keteguhan lengkung/lentur adalah daya tahan kayu
untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
melengkungkan kayu tersebut. Balok kayu yang terletak
pada dua tumpuan atau lebih, bila menerima beban yang
berlebihan akan melengkung/melentur. Pada bagian sisi
atas balok akan terjadi tegangan tekan dan pada sisi
bawah akan terjadi tegangan tarik yang besar. Akibat
tegangan tarik yang melampaui batas kemampuan kayu,
maka akan terjadi regangan yang cukup berbahaya.
• Keteguhan belah adalah kemampuan/kekuatan kayu
dalam menahan gaya-gaya yang berusaha membelah
kayu. Kayu lebih mudah dibelah menurut arah sejajar
serat kayu. Keadaan kayu juga mempengaruhi sifat
pembelahan, misalnya kayu yang basah lebih mudah
dibelah daripada kayu yang telah kering (kadar air 0%).
CACAT-CACAT KAYU

Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai


kelemahan berupa cacat-cacat kayu. Penggunaan
kayu cacat dalam suatu konstruksi akan dapat
mempengaruhi kekuatan maupun keawetan
konstruksi tersebut. Sehubungan dengan hal ini
penggunaan kayu yang cacat mesti dihindari.
Adapun macam-macam cacat kayu adalah:
1. Mata kayu
• Mata kayu terdapat pada batang, yang menunjukkan tempat
pangkal dahan yang dipotong setelah tua. Jika dahan/cabang
tadi, pada waktu mudanya dipotong, maka serat-serat
lingkaran tahun dapat tumbuh lurus lagi. Mata kayu itu tidak
sama sifatnya dengan kayu-kayu sekeliingnya.
• Kadang-kadang mata kayu bersifat keras sekali, kadang-kadang
agak lunak, tetapi selalu mengadakan perubahan arah serat
dengan perlahan-lahan. Mata kayu yang mempunyai ukuran
besar yang terdapat pada batang, dapat menimbulkan
kelemahan-kelemahan, di mana mata kayu itu berada. Mata
kayu dalam ukuran kecil dan padat serta masih kokoh dapat
digunakan untuk konstruksi batang tekan
2. Kayu lapuk/busuk.
Jika kayu yang masih muda yang baru ditebang ditumpuk terlalu lama
ditempat yang lembab, akan dapat menjadikan kayu itu ditumbuhi jamur
dan lama kelamaan akan menjadi lapuk. Pelapukan kayu dapat juga
disebabkan oleh cabang patah karena angin ribut atau penebangan yang
salah, maka memungkinan kayu itu terbelah/sobek yang kernudian
kemasukan air. Cara mengatasi kayu yang terserang oleh jamur atau kayu
basah, kayu harus diletakkan pada tempat-tempat yang kering dan
berangin dan penumpukannya harus memakai jarak pemisah dan alat-alat
pemisah
3. Hati kayu yang busuk
Cacat ini biasanya terjadi pada kayu yang sudah berumur tua dan
diameter batangnya besar. Cabang yang sudah mati atau kena
penyakit lain atau bekas sobekan pangkal cabang yang lama
kelamaan kemasukan air sampai jauh kedalam, mengakibatkan
terjadi pembusukan sampai ke hati. Kemungkinan lain karena
adanya patahan dari akar tunggangnya. Akibat patahan ini akar
dapat busuk dan dimakan oleh air, maupun binatang-binatang
perusak seperti perusak rayap
4. Celah-celah lingkaran
Pada pohon-pohon yang telah tua umurnya, kadang-kadang bagian
dalam batang tidak ikut lagi dalam proses pertumbuhan (sudah mati).
Akibatnya bagian ini kehilangan airnya dan lama-kelamaan menyusut
atau mengerut. Karena itu hubungan dengan bagian luar batang dalam
arah lingkaran tumbuh terputus, sehingga terjadi celah-celah lingkaran.
Celah-celah lingkaran tumbuh memberikan banyak kelemahan, sebab
papan yang digergaji melalui celah-celahi itu, akan memecah diri dalam
jalur-jalur kecil. Semasih kayu dalam keadaan berdiri (belum ditebang),
celah-celah itu tidak akan terlihat. Tetapi setelah pohon itu ditebang
barulah celah-celah dapat dilihat pada penampang melintang
5. Kayu retak-retak
Mengingat lingkaran-Iingkaran tumbuh luar terjadi di sel-sel yang
lebih muda, maka kayu bagian luar ini akan lebih besar
mengkerutnya daripada kayu bagian dalamnya. Akibat pengerutan
yang tidak berimbang, maka akan terjadi tegangan-tegangan yang
dapat menimbulkan yang disebut retak-retak. Gejala ini diperkuat
oleh karena bagian dalam tidak mengering secepat bagian luar.
Hal semacam ini dapat dicegah dengan pengeringan yang lambat
dan teratur dengan cara menutupi pohon itu, sehingga kayu dapat
mengering dengan rata.
6. Serat terpuntir/porak-parik.
Umumnya srat-serat kayu menyusun diri dalam arah memanjang, akan
tetapi kadang-kadang untuk beberapa jenis kayu, serat-serat itu menyusun
diri secara sekerup, sehingga terjadi pertumbuhan terpuntir. Besar sudut
antara serat-serat dengan bidang horizontal tidak teratur (porak-panik).
Kayu serupa ini mudah rengatnya, lagi pula serat ini selalu tertarik baling
(melilit).
Bila diperhatikan dengan baik, kulit pohon yang belum ditebang sudah
memperlihatkan keadaan terpuntir. Pertumbuhan terpuntir kebanyakan
didapat pada pohon-pohon yang disinari matahari hanya dari satu jurusan.
Pohon-pohon ini biasanya tumbuh ditepi hutan, diantaranya pohon cemara,
pohon pinus dan lain sebagainya. Akibat adanya serat terpuntir, maka kayu
tidak kuat menahan beban tank maupun tekan.
JENIS-JENIS KAYU

Penggolongan jenis-jenis kayu untuk keperluan bangunan


dapat dilakukan menurut: keawetannya, kekuatannya dan
pemakaiannya.

1. Tingkat keawetan kayu


• Keawetan kayu dan klasifikasinya didasarkan atas
percobaan-percobaan, tanpa diadakan pengawetan
terlebih dahulu. Yang menentukan keawetan kayu adalah
daya tahan kayu terhadap pengaruh air tanah, panas
matahari, hujan dan oleh serangga maupun cendawan.
Untuk keperluan ini maka diadakan penelitian sebagai berikut:
a. Lamanya kayu tertahan sebagai tonggak yang ditanam ditanah dan
dibiarkan kena hujan dan panas (pengaruh alamiah).
b. Lamanya kayu bertahan bila dibiarkan kena hujan dan panas tetapi
tidak berhubungan dengan tanah basah.
c. Lamanya kayu bertahan sebagai konstruksi yang terlindung atau
tertutup atap.
d. Kayu ditempatkan ditempat yang terlindung dan dipelihara. Selain
daripada itu diselidiki pula daya tahan kayu terhadap serangga
rayap dan serangga.
e. Kayu termakan oleh rayap.
f. Kayu termakan oieh beberapa macam serangga seperti; kumbang,
bubuk kayu.
Dan keenam macam penelitian di atas, maka kayu dapat digolongkan
dalam 5 tingkat (kelas) dan angka-angka dalam daftar menunjukkan
jurnlah tahun selarna kayu itu masih tetap dalam keadaan cukup baik.
Daftar: KELAS AWET KAYU

Tingkat/ Keadaan Penelitian


Kelas: a b c d e f
Iebih dari 8 lebih dari tak tak
I tidak tidak
tahun 20 tahun terbatas terbatas
15 — 20 tak tak
II 5 - 8 tahun tidak tidak
tahun terbatas terbatas
10 — 15 tak agak
III 3 - 5 tahun lama tidak
tahun terbatas cepát
kurang dan kurang
10 — 20 minimum cepat agak
IV 3 tahun dari 10
tahun 20 tahun sekali cepat
(singkat) tahun
Singkat Singkat maksimum cepat cepat
V Singkat *
sekali sekali 20 tahun sekali sekali

* = perlu pengawetan.
2. Tingkat kekuatan kayu
• Kekuatan/keteguhan kayu adalah perlawanan yang dikerjakan
oleh kayu terhadap perubahan-perubahan bentuk yang
disebabkan oleh gaya-gaya luar.
• Faktor-faktor yang turut menentukan kekuatan kayu
diantaranya adalah:
• Bekerjanya gaya terhadap arah serat kayu: kekuatan tarik dart
tekan pada arah aksial jauh lebth besar daripada arah radial.
• Kadar air, makin banyak kadar air yang dikandung oleh kayu,
maka kekuatan kayu akan menurun dan sebaliknya.
• Berat jenis, makin tinggi berat jenis kayu, maka kekerasan dan
kekuatanya akan bertambah. Atau berat jenis kayu berbanding
lurus dengan kekerasan dan kekuatan kayu, akan tetapi kadang-
kadang terjadi suatu penyimpangan karena keadaan susunan
kayu itu sendiri bermacam-macam.
• Biasanya untuk menentukan tingkat kekuatan kayu
didasarkan atas benda uji terhadap kuat lengkung/lentur,
kuat desak dan berat jenis daripada kayu. Untuk benda
uji terhadap kuat tarik, agak jarang dilakukan

Daftar: KELAS KUAT KAYU

Tingkat/ Kuat lengkung Kuat tekan


Berat jenis
Kelas kuat (kg/cm2) (kg/cm2)
I 0,90 1100 > 650
II 0,90 - 0,60 1100 - 725 650 - 425
III 0,60 - 0,40 725 - 500 425 - 300
IV 0,40 - 0,30 500 - 360 300 - 215
V <0,30 <360 <215
Tingkat pemakaian kayu.
Menentukan tingkat pemakaian kayu didasarkan
pada tingkat keawetan dari kekuatannya, tanpa
memperhatikan tentang cara mengerjakan kayu,
serta mudah atau susahnya mengolah kayu tersebut.
Untuk tujuan-tujuan tertentu, kayu dapat dibagi atas
lima tingkat pemakalan yaitu:
• Tingkat I : Untuk konstruksi-konstruksi berat yang
dibangun di luar (tidak terlindung) dan terkena
tanah lembab. Jenis kayu yang temasuk tingkat
pemakaian I diantaranya: kayu jati, johar,
sonokeling, belian dan sebagainya.
• Tingkat II : Untuk keperluan konstruksi-konstruksi berat, tidak
terlindung dan tidak dikenai tanah lembab. Jenis kayu yang
termasuk tingkat pemakaian II diantaranya:. kayu rasamala,
merawan, walikukun dan sebagainya.
• Tingkat III : Dipergunakan untuk konstruksi-konstruksi berat
yang terlindung, diantaranya yang termasuk dalam tingkat
pemakaian III ialah : kayu kamper, keruwing, mahoni, jamuju
dan sebagainya.
• Tingkat IV : Untuk keperluan konstruksi-konstruksi ringan yang
terlindung (di dalam rumah). Di antaranya yang termasuk
daIam tingkat pemakaian IV ialah: kayu meranti, suren, durian
dan sebagainya.
• Tingkat V : Untuk keperluan konstruksi-konstruksi yang ringan
yang bersifat sementara. Jenis kayu yang termasuk tingkat
pemakaian V adalah kayu-kayu yang kurang awet dan
mempunyai kekuatan dibawah tingkat pemakaian
• Penggolongan jenis-jenis kayu. yang didasarkan menurut :
keawetannya, kekuatannya dan pemakaiannya diambil
contoh kayu jati, sebagai kayu yang banyak dipakal di pulau
Jawa.
• Kayu jati termasuk: Tingkat keawetan I ; Tingkat kekuatan
II ; Tingkat pemakaian I
• Kayu jati baik untuk konstruksi-konstruksi berat, pemakaian
di luar dan dikenai tanah lembab, lamanya bertahan
sekurang-kurangnya 8 tahun, lamanya bertahan bila
dibiarkan kena hujan dan panas tetapi tidak berhubungan
dengan tanah basah sekurang-kurangnya 20 tahun. Sebagai
konstruksi yang terlindung lamanya tak terbatas dan tidak
termakan rayap maupun serangga seperti bubuk kayu.
Keteguhan lengkung sekurang-kurangnya 725 kg/cm2 dan
keteguhan tekan sekurang-kurangnya 425 kg/cm2.
• Bukan berarti kayu jati tidak boleh untuk
pekerjaan-pekerjaan kecil/ringan, akan tetapi
banyak juga digunakan untuk membuat
perabot-perabot rumah tangga. Seperti :
lemari, kursi, meja belajar dan lain sebagainya.
• Macam-macam kayu yang banyak dikenal dan
diperdagangkan sebagai bahan bangunan :
1. Kayu Jati

Kayu jati termasuk tingkat keawetan I, tingkat kekuatan II,


tingkat pemakaian I dan mempunyai berat jenis 0,7. Kayu jati
berasal dan India dan Burma dan banyak dipelihara di hutan
luas seperti di pulau Jawa, yaitu di daerah Rembang, Madiun
dan Kediri. Kayu ini cukup stabil karena mengembang dan
menyusutnya cukup kecil, sehingga banyak digunakan untuk
konstruksi berat, seperti untuk konstruksi jembatan, hanggar
dan sebagainya.
Kita membedakan kayu jati yang terpenting di antaranya ialah:
• Jati kembang : warna kayu coklat atau coklat muda, seratnya
tidak begitu lurus dan bila kayu diketam akan
memperlihatkan urat seperti kembang/ bunga.
• Jati doreng : warnanya coklat muda, seratnya tidak lurus dan
muka hasil ketaman memperlihatkan garis-garis memanjang
yang warnanya coklat tua kehitaman. Kelihatan cukup indah,
baik dipergunakan untuk membuat perabot rumah tangga.
• Jati minyak : warna kayunya coklat tua, seratnya agak lurus,
hasil ketaman mengkilap seperti berminyak.
• Jati kapur: warna kayunya coklat muda, seratnya agak lurus
dan pori-porinya mengandung kapur.

Pohon jati lebih menyukai tumbuh pada tanah yang


mengandung kapur, sehingga seratnya banyak mengandung
kapur, pada pengerjaan kayu ini sering menyebabkan peralatan
menjadi lekas tumpul. Keanehan pohon ini pada musim kemarau
daun-daunnya pada berguguran dan pada musim hujan daunnya
baru tumbuh kembali
2. Kayu Sonokeling

Termasuk tingkat keawetan I, tingkat kekuatan II,


tingkat pemakaian I dan berat jenisnya 0,8 - 0,95.
Warna kayu sawo hitam sampai hitam dengan
jalur-jalur sawo muda dan bila dibiarkan agak
lama tanpa digergaji berubah warna meriladi
hitam ungu.
Kayunya keras sekali, sulit diolah serta susah
didapat dalam perdagangan. Kayu ini baik dipakai
untuk perabot rumah kecil dan ukiran. Banyak
juga terdapat di pulau Jawa.
3. Kayu Belian
Termasuk tingkat keawetan I, tingkat kekuatan I,
tingkat pemakaian I dan berat jenisnya 0,9 - 1,2.
Kayu belian di Kalimantan dikenal dengan nama
kayu ulin. Kayunya keras sekali sehingga sulit
diolah, banyak digunakan untuk pembuatan sirap-
sirap sebagai bahan penutup atap rumah. Tahan
terhadap serangan rayap maupun serangga,
tarikan dan pengerutan hanya sedikit. Kayu ini
banyak terdapat di pulau Kalimantan dan Sumatra.
4. Kayu Johar

Termasuk tingkat keawetan I, tingkat kekuatan I,


tingkat pemakaian I dan berat jenisnya 0,7 —
1,0. Sifat kayunya keras sekali dan sulit
dikerjakan. Banyak digunakan untuk bantalan
jembatan. Warna kayu sawo tua serta sulit
didapatkan dalam perdagangan. Kayu jenis ini
agak jarang didapat di Jawa maupun di Sumatra.
5. Kayu Arang/Ebben

Termasuk tingkat keawetan I, tingkat kekuatan I,


tingkat pemakaian I dan berat jenisnya 1,2
Mempunyai sifat-sifat hampir sama dengan kayu
belian yaitu keras sekäli, lagi pula sangat sulit
diolah. Sebagian besar dan kayunya berwarna
hitam - biru dan sebagiannya lagi ada yang
berwarna kuning sampai sawo - kuning. Banyak
terdapat di Makasar, Halmahera dan di pulau
Buru. Di pulau Jawa agak jarang dipakai.
6. Kayu Merbau

Kayu ini termasuk tingkat keawetan I, tingkat kekuatan I,


tingkat pemakaian I dan berat jenisnya 0,9 - 1,0. Kayunya
agak keras, kejelekannya bila berhubungan dengan besi
akan mudah berkarat karena banyak mengandung kadar
asam, tahan terhadap rayap, kembang-susutnya kecil. Baik
digunakan untuk konstruksi-konstruksi yang terlindung
serta perabot rumah tangga dan baik untuk dipelitur.
Warna kayunya kelabu sawo, jika telah lama dipakai akan
berubah menjadi hitam-sawo. Banyak terdapat di pulau
Sumatra bagian utara (Sumut), Sulawesi dan kepulauan
Maluku.
7. Kayu Rasamala

Kayu rasamala termasuk tingkat keawetan II, tingkat kekuatan


II, tingkat pemakaian II dan berat jenisnya 0,6 — 0,8. Kayu ini
tahan terhadap rayap dan bubuk, baik dipakai di tempat yang
tenlindung. Pertumbuhan kayu iin sering ditemukan seratnya
yang memuntir, saat pengeningan penarikannya cukup kuat
(kembang susutnya cukup besar). Pohon ini tumbuhnya lebih
cocok pada daerah yang mempunyai ketinggian lebih dan 500
m di atas permukaan laut. Banyak dipakai untuk konstruksi
bangunan rumah, kadang-kadang juga dipakai untuk bantalan
jembatan, banyak terdapat di daerah Jawa Barat dan di
daerah Sumatra.
8. Kayu Merawan

Termasuk tingkat keawetan II, tingkat kekuatan II,


tingkat pemakaian II serta mempunyai beratjenis 0,6 -
0,8. Mengembang dan mengerutnya agak kecil,
mudah diolah/dikerjakan dan dipelitur. Banyak dipakai
untuk bahan bangunan rumah, peralatan riimah
tangga, bisa didapat dalam ukuran-ukuran besar.
Warna kayunya sawo muda dan lama kelamaan
berubah menjadi warna sawo tua. Banyak didapat di
Sumatra Tengah, Sumatra Selatan dan di Kalimantan.
9. Kayu Kamfer

Termasuk tingkat keawetan III, tingkat kekuatan I — II,


tingkat pemakaian III dan mempunyai berat jenis 0,7 -
0,9. Kayu kamfer tidak tahan terhadap serangan
rayap, akan tetapi agak tahan terhadap bubuk, oleh
karenanya kayu ini kurang baik untuk konstruksi
bangunan yang tidak terlindung. Mudah dikerjakan,
mengembang dan menyusutnya kecil. Banyak dipakai
untuk bahan bangunan rumah. Mempunyai warna
sawo merah. Banyak terdapat di daerah pulau
Sumatra dan sedikit di Kalimantan.
10. Kayu Puspa

Termasuk tingkat keawetan III, tingkat kekuatan


II, tingkat pemakaian III serta mempunyai berat
jenis 0,6 - 0,8. Kayunya tidak tahan rayap dan
bubuk serta mudah sekali memuntir, kembang
susutnya besar. Dipakai untuk konstruksi
bangunan rumah yang sederhana, terutama di
daerah pegunungan. Kayu puspa ini banyak
terdapat di Jawa Barat.
11. Kayu Keruwing

• Termasuk tingkat keawetan III, tingkat kekuatan II - III,


tingkat pemakaian II, sedang berat jenisnya 0,6 - 0,9.
Macam pohon dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
meranti merah yang lebih banyak jumlahnya dari meranti
putih. Kayu keruwing mudah diserang rayap dan agak
mudah menjadi lapuk/busuk, oieh karenanya dalam
pemakaian perlu dilapisi dengan bahan pengawet.
• Dapat digunakan untuk konstruksi-konstruksi yang
sederhana dan untuk peralatan rumah tangga. Kayu ini
banyak terdapat di daerah Sumatra dan Kalimantan.
12. Kayu Mahoni

Termasuk tingkat keawetan III, tingkat kekuatan II —


III, tingkat pemakaian III, sedang berat jnisnya 0,6 -
0,8. Kayunya tidak awet, tidak tahan rayap dan bubuk,
mudah dikerjakan, kembang susutnya agak kecil. Bila
digunakan sebagai bahan konstruksi harus diberi lapis
dengan bahan pengawet. Selanjutnya dapat dibuat
papan-papan dan vinir maupun perabot rumah
tangga. Warna kayunya sawo - rnerah, berkurai indah
sekali. Pohon ini dapat tumbuh terpencar-pencar
dalam hutan luas, seperti di Jawa Tengah.
13. Kayu Suren

Termasuk tiñgkat keawetan IV, tingkat kekuatan III, tingkat


pemakaian IV dan mempunyai berat jenis 0,4 - 0,7.
Mengembang dan menyusut kayunya cukup besar, mudah
dimakan rayap dan bubuk. Mudah dikerjakan, mudah untuk
diketam rata serta mudah dipelitur. Kayunya berwarna
merah - kuning (merah daging) dan gambarannya indah.
Banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana
seperti untuk papan-papan cetakan beton bertulang
(bekisting), kadang-kadang untuk bangunan rumah
sederhana dan bersifat sementara. Pohon kayu suren dapat
tumbuh di daerah seluruh Indonesia.
14. Kayu Durian

Termasuk tingkat keawetan IV, tingkat kekuatan III,


tingkat pemakaian IV, sedang berat jenisnya 0,5 - 0,7.
Kayu ini warnanya abu-abu muda agak merah muda.
Kayunya lembek, rapuh dan agak susah untuk diketam
rata. Mengembang dan menyusutnya cukup besar,
mudah diserang rayap mauupun bubuk. Kayunya baik
untuk membuat papan-papan, untuk perumahan
rakyat atau bersifat sementara dan juga untuk
membuat bahan-bahan peti. Banyak terdapat di
daerah seperti: Sumatra, Jawa dan Bali.
15. Kayu Jeungjing

Termasuk tingkat keawetan IV - V, tingkat kekuatan IV - V,


tingkat pemakaian IV, sedang berat jenisnya 0,3 - 0,5. Di Jawa
Barat selain jeungjing juga disebut albisia dan di Jawa Tengah
disebut kayu sengon. Kayü jeungjing ini tidak keras (lembek),
ringan sekali, mengembang dan mengerutnya besar, agak
susah diketam rata. Kayu ini bagi rakyat merupakan bahan
kayu yang murah untuk pembuatan pekerjaan konstruksi
ringan atau konstruksi sederhana/rumah rakyat yang perlu
dilapisi dengan bahan pengawet. Kebanyakan pula kayu ini
dijadikan papan-papan bahan peti atau vinir. Pohon ini
banyak didapat di Jawa Barat.
16. Kayu Pulai
• Kayu pulai ini termasuk tingkat keawetan V, tingkat kekuatan
IV — V, tingkat pemakaian IV, sedang berat jenisnya berkisar
0,46. Di Jawa Tengah, Bali disebut pule, di Jawa Barat
disebüt kayu lame. Warna kayu kuning muda agak merah.
Pada umumnya kayu ini digunakan untuk kelom (kelompen)
atau sepatu kayu, bahan pembuat peti. Banyak terdapat di
Jawa Barat, Jawa Tengah dan sedikit di Bali.
• Perlu kiranya untuk diingatkan kembali, bahwa nama-nama
kayu tersebut di atas sangat tergantung dan tempat-tempat
pengambilan atau di mana pohon tersebut banyak tumbuh.
Dan di samping kayu-kayu yang disebutkan di atas masih
banyak lagi jenis kayu lainnya.
MUTU KAYU DAN TEGANGAN YANG
DI1ZINKAN.
• Penggunaan kayu yang bermutu sebagai hahan
kostruksi bangunan, merupakan syarat yang mesti
dipenuhi. Akan tetapi untuk mencari kayu yang
betul-betul bermutu (tanpa cacat sama sekali) adalah
sukar. Batas-batas kekurang-sempurnaan pada kayu
ditetapkan dengan ketentuan sedemikian rupa,
sehingga tidak akan mengurangi kekokohan dan
kesetahilan konstruksi bangunan. Menurut Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI), mutu kayu clibagi
dalam mutu A dan mutu B sebagai berikut:
Mutu A:
• Kayu harus kering udara (12 - 18%, rata-rata 15%).
• Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar balok dan
juga tak lebih dari 3,5 cm (d1 1/6 h, d2 ≤1/6 b atau d1 ≤
3,5 crn, d2 ≤ 3,5 cm).
• Balok tidak boleh mengandung bidang batas gubal yang
lebih besar dan 1/10 tinggi balok (e1 = e2 ≤ 1/10 h).
• Miring arah serat, tangen  tidak boleh lebih dan 1/10
(tg  ≤ 1/10).
• Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dan 1/4
tebal kayu. dan retak-retak menurut lingkaran tahunan
tidak boleh melebihi 1/5 tebal kayu (hr ≤ ¼ b, ht ≤ 1/5 b).
Mutu B:
• Kadar lengas káyu kurang atau sama dengan 30% ( 30%)..
• Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/4 dari lebar balok
dan juga tidak lebih dari 5 cm (d1 1/4 h, d2 ≤1/4 b atau d1
≤ 5 crn, d2 ≤ 5 cm)
• Balok tak boleh mengandung bidang batas gubal yang
lebih dan 1/10 tinggi balok (e1 = e2 ≤ 1/10 h).
• Miring arah serat, tangen , tidak boleh lebih dari 1/7 (tg
 ≤ 1/7).
• Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dan 1/3
tebal kayu, dan retak-retak menurut lingkaran tahunan
tidak boleh melebthi 1/4 tebal kayu (hr ≤ 1/3 b, ht ≤ ¼ b)
Tegangan yang diizinkan
Unituk memenuhi keperluan perhitungan dari
suatu konstruksi, perlu diketahui tegangan yang
diizinkan bagi setiap jenis kayu. Di muka telah
dikatakan bahwa tiap jenis kayu dibedakan
dalam mutu A dan mutu B. Kayu yang bermutu A
harus memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai
dengan yang tercantum dalam PKKI. Kayu yang
bermutu B syarat-syaratnya lebih ringan
daripada kayu bermutu A.
KAYU DALAM PERDAGANGAN
Kayu sebagai hasil tumbuhan dalam alam banyak diperjual belikan,
untuk memenuhi keperluan. akan bahan konstruksi suatu bangunan.
Bentuk-bentuk kayu dalam perdagangan ada bermacam-macam
diantaranya: kayu glondong dengan kulitnya/tanpa kulit, kayu
papasan yang berasal dari kayu glondong, kayu dalam bentuk balok
dan kayu yang sudah dalam bentuk gergajian.
Kayu yang masih dalam bentuk asli (glondongan) dalam
perdagangan mempunyai diameter 0,80 m kebawah, panjangnya
yang banyak ditemukan kurang dan 5 m.
Sedangkan kayu yang mempunyai diameter dan panjang lebih besar
dari ukuran-ukuran di atas jarang sekali ditemukan dalam
perdagangan. Kayu-kayu yang mempunyai ukuran yang besar akan
sangat mempengaruhi naik-turunnya harga dalam perdagangan.
Bentuk glondong (dolk)
• Dolk adalah bagian-bagian batang yang bundar yang sudah
ditanggali jangatnya dan sebagian besar kayu mudanya. Selanjutnya
dolk ini pada kayu jati dibuat bentuk silinder dengan diameter yang
bermcam-macam ukurannya. Kebanyakan kayu yang ada dalam
perdagangan belumlah ada normalisasi ukuran yang tetap, akan
tetapi dapat dijumpai dalam perdagangan dan yang panjangnya 1-5
m, dengan diameter seperti berikut ini :
• Dari garis tengah (  ) 10 – 19 cm ; Dari garis tengah (  ) 20 – 29 cm
• Dari garis tengah (  ) 30 – 39 cm ; Dari garis tengah (  ) 40 – 49 cm
• Dari garis tengah (  ) 50 – 59 cm dst.
• Ukuran panjang dari : 1 -1,75 m ; 2 – 2,75 m ; 3 – 3,75 m ; 4 – 4,75
m ; 5 – 5,75 m
• Isi (volume) dan kayu glondong/dolk = luas rata-rata dari ujung dan
pangkal dikalikan dengan panjangnya.
Bentuk papasan

Kayu papasan ini berasal dan kayu glondong (dolk)


yang dipapas menjadi bentuk empat persegi panjang
atau dapat juga berbentuk segi delapan. Mengingat
pemapasannya agak sedikit, serta untuk memperoleh
kayu papasan dengan penampang yang lebih besar,
maka dapat dikatakan kayu papasan merupakan kayu
balok yang belum sempuma bentuknya. Kayu
papasan ini dapat diolah kembali menjadi balok-
balok dengan penampang yang lebih kecil.
Bentuk balok

• Balok adalah bagian-bagian batang (dolk) dengan


penampang melintang yang berbentuk bujur sangkar
atau persegi panjang yang biasanya mempunyai ukuran
yang besar. Dibentuk bujur sangkar atau empat persegi
panjang ini, karena dipengaruhi oleh keadaan asal dan
diameter penampang kayu glondong (dolk) tersebut.
Ukuran penampang balok lebih kurang berkisar:
• 18 cm x 20 cm x 18 cm ; 20 cm x 20 cm x 20 cm, 20 cm
x 25 cm, 25 cm x 25 cm ; 25 cm x 30 cm, dan 30 cm x
30 cm. Ukuran panjang balok berkisar antara 2 m
sampai 3,5m
Bentuk gergajian.
Ukuran penampang kayu gergajian ada bermacam-macarn
mulai dan yang berpenampang kecil sampai dengan yang
agak besar yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kayu gergajian biasanya sering digunakan untuk konstruksi
rangka suatu bangunan, kusen-kusen daun pintu maupun
daun jendela dan sebagainya.
Syarat dari kayu gergajian yang perlu diperhatikan adalah
jenis kayunya tidak boleh menggeliat terlalü besar serta
kayunya tidak banyak cacat.
Kayu gergajian ini dapat berbentuk:
• Balok-balok : dengan tebal 8 cm dan lebar 12, 14, 16 dan 18
cm dengan tebal 10 cm dan lebar 14, 16, 18, 20 dan 22 cm.
• Kasau-kasau : 5 cm x 7 cm, pènempatan dengan jarak dan
sumbu ke sumbu : 50 cm. Dan 5 cm x 10 cm penempatan
dengan jarak dan sumbu ke sumbu 100 cm (hanya atas dasar
pesanan).
• Reng : 2 cm x 3 cm, dengan jarak bentangan 50 cm. Dan 3 cm
x 5 cm, dengan jarak bentangan 100 cm (atas dasar pesanan).
• Papan : 2 cm x 2 cm ; 3 cm x 2 cm ; 2 cm x 3 cm ; 2,5 cm x 2
cm ; 2,5 cm x 3 cm. Papan dengan tebal kurang dan 2 cm dan
lebih. dan 3 cm. hanya dibuat atas pesanan.
• Bantalan : kayu dengaii ukuran bantalan lebih kurang 12 cm x
22 cm, panjangnya 1,80 m sampai 4 m. Kayu ini biasanya
untuk bantalan jalan kereta api, jembatan kayu dan
sebagainya.
Digunakan Tebal Lebar (cm)
untuk (cm) 3 4 5 6 7 8 10 12 15 16 20 25
Tiang 8 x
Penyangga 10 x x
12 x x x
Tiang/ambang 6 x x x
kusen pintu 8 x x x
dan jendela 10 x x
Kuda-kuda kap 6 x x x
8 x x x x
10
12
X x x x
x
x
x
Macam-Macam
Balok tarik 6 x x x x Ukuran Kayu Untuk
Balok tembok 8 x x x
10 x x
Perumahan
Balok 6 x x x x
penggantung 8 x x x x
langit-langit
Usuk/kasau- 4 x
kasau 4 x
Reng 2 x
Papan 2 x x x x
bubungan 3 x x x x
Papan lis 2 x x x
(lisplank) 2,5 x x x x x x
Lis-lis pintu 1,2 x x x
Bilah krepyak 1,2 x x
1,5 x x
Bingkai 2,5 x x x
pintu/Jendela 3,3 x x x x x x x x
4 x x x x x x x
Papan 10 x x
bantalan 12 x x
Jembatan/KA
PENGERINGAN DAN PENYUSUNAN KAYU.
• Perubahan bentuk pada penyusutan yang dialami kayu, disebabkan
oleh tegangan-tegangan dalam sebagai akibat dan pengaruh
berkurangnya kadar air kayu. Proses pengurangan air ini sangatlah
perlu diatur, jika tidak maka akan dapat menimbulkan perubahan
bentuk kayu yang tidak teratur, seperti kayu terpuntir, kayu
menggeliat, kayu retak dan sebagainya.
• Untuk menanggulangi kerugian ini, segera pohon yang baru
ditebang (kayu basah) tersebut digergaji menjadi balok-balok atau
papan-papan dengan ukuran tertentu. Jelaslah bahwa bangun kayu
dan sifat-sifat fisis kayu terpengaruh besar oleh proses
pengeringan. Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan udara
(secara alam) atau dengan proses oven. Kedua cara pengeringan ini
pada prinsipnya sama yakni dengan maksud menurunkan kadar air
kayu. Adapun tujuan pengeringan kayu adalah:
• Kedua cara pengeringan ini pada prinsipnya sama
yakni dengan maksud menurunkan kadar air kayu.
Adapun tujuan pengeringan kayu adalah:
• Menurunkan berat kayu, sehingga mempermudah
pengangkutannya.
• Untuk menjaga kestabilan ukuran kayu. Makin rendah
kadar air kayu, maka penyusutannya akan makin kecil.
• Menambah kekuatan kayu. Makin rendah kadar air
kayu, maka kekuatannya bertambah.
• Untuk mencegah serangan cendawan maupun bubuk.
Penyusunan kayu.
• Penyusunan/penumpukan kayu berpengaruh besar
terhadap proses pengeringan kayu secara alam.
Kayu dalam bentuk balok-balok atau papan-papan
yang telah tersusun sedemikian rupa dibiarkan di
tempat terbuka atau dibawah naungan. Disamping
cara penumpukannya, pengeringan kayu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :
derajat panas kelembaban udara di sekelilingnya
jenis kayu dan keadaan kadar air permulaan.
• Penumpukan kayu dapat dilakukan dengan:
1. Susunan kotak.
• Penyusunan dengan cara ini sebaiknya dilakukan dalam
bangsal terbuka, dengan posisi sedikit miring agar getah-
getah kayu yang basah dapat mengali ke luar.
• Tumpukan kayu yang paling bawah harus berada paling
sedikit 20 cm di atas tanah, untuk menghindari adanya
pengaruh kelembaban tanah dan lapisan tumpukan yang
paling atas jangan langsung kena terik matahari. Untuk
menjaga agar balok-balok itu tidak melengkung/menggeliat
atau retak-retak, antara balok-balok dibawah dan diatasnya
harus diberi lat-lat (reng), sedangkan arab samping diberi
ruang antara pula. Maksud diberi ruang antara, agar udara
dapat mengalir antara balok-balok yang tersusun. Untuk
mencapal kering udara yang sempurna dibutuhkan waktu ± 2
tahun.
2. Susunan silang
Cara penyusunan kayu silang adalah dengan
meletakkan kayu-kayu (kasau-kasau, papa-papan)
tersusun berdiri miring/menyilang di atas kuda-kuda
sehingga merupakan huruf “X” atau “V” yang terbalik.
Ujung bawah kayu jangan sampai menyentuh tanah.
Untuk mencegah terjadinya pecah-pecah atau
penggeliatan pada kayu, bila sudah kering udara,
seera disusun seperti susunan kotak. Penyusunan cara
ini, proses pengeringannya akan lebih cepat, karena
peredaran udara di antara kayu lebih bebas.
3. Susunan segi tiga.
• Kayu-kayu disusun berseling-seling (saring menimpa) antara
yang bawah dengan yang atasnya, sehingga tidak lagi
memerlukan lat-lat kayu maupun kuda-kuda, akan tetapi
banyak memerlukan tempat. Penyusunan segitiga baik untuk
pengeringan papan-papan yang tebal dan pendek, seperti
papan-papan untuk bantalan jalan jembatan maupun jalan
kereta api.
• Oleh para pedagang/penjual bahan kayu, juga dilakukan
penumpukan dengan susunan sandar. Pada penyusunan ini
memerlukan suatu konstruksi yang kuat untuk menahan berat
kayu yaitu berupa rak-rak sandaran. Penumpukannya hampir
sama dengan susunan kotak. Khusus untuk penimbunan kayu
glondong (dolk) dapat dilakukan dengan memberi bantalan
kayu sebagai alasnya dan disusun dengan salah satu ujungnya
rata, agar tidak banyak memerlukan tempat.

Anda mungkin juga menyukai