Anda di halaman 1dari 15

KAYU SEBAGAI MATERIAL BANGUNAN.

Ir Marwan Lubis, MT

Umum.

Kayu merupakan bahan alami dengan tampilan yang indah. Mengenal karakteristik
kayu berarti perlu memahami proses pertumbuhannya, mulai dari sebatang pohon
hingga menjadi produk yang bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis. Kajian
karakteristik dan tampilan alami kayu diharapkan bisa member pemikiran yang lain
tentang perlakuan terhadap kayu.

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena
mengalami lignifikasi (pengayuan). Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat
akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang.

Salah satu kegunaan kayu adalah untuk bahan bangunan yang dibedakan sebagai kayu
struktural (memikul beban) dan non struktural (tidak memikul beban). Baik untuk
tujuan struktural maupun non struktural, diperlukan dukungan data teknis diantaranya
sifat mekanis.

Sifat mekanis ada beberapa macam yang berhubungan dengan macam penggunaannya
antara lain sebagai bahan bangunan, misalnya untuk tiang diperlukan data keteguhan
tekan sejajar serat, untuk kuda-kuda diperlukan data keteguhan lentur static, keteguhan
tekan sejajar serat, keteguhan geser.

Sifat-sifat kayu

1. Sifat fisik kayu (berat jenis, keawetan alami, warna, higroskopik,


berat,dll)Makin berat kayu, umumnya makin kuat pula kayunya.
2. Sifat higroskopik yaitu dapat menyerap atau melepaskan air ataukelembaban.
3. S i f a t mekanik atau kekuatan kayu (keteguhan tarik,
k e t e g u h a n t e k a n , keteguhan geser, keteguhan lengkung/lentur)Keteguhan
maksudnya adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gayad a r i l u a r
y a n g m e m p u n ya i k e c e n d e r u n g a n u n t u k m e n g u b a h b e n t u k d a n
besarnya.

1
Sifat kimia.

Komponen kimia dalam kayu menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu


sehingga dapat membantu membedakan jenis kayu, sebagai
p e n g e n a l ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu, 3 unsur
komponen kimia kayu :

a. karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa)


b. non karbohidrat (lignin)
c. zat ekstraktif/ unsur yang diendapkan dalam kayu selama prosespertumbuhan

Struktur Kayu.

2
Kayu sebagian besar terdiri dari sel-sel pembuluh yang sumbu panjangnya sejajar
dengan sumbu panjang batang. Sel-sel ini tersusun atas selulosa dan diikat menjadi satu
oleh bahan perekat yang disebut lignin. Arah sumbu panjang sel ini diacu sebagai arah
serat kayu dan penting untuk dikenal, karena sifat kayu yang sejajar dengan serat sangat
berbeda dengan yang tegak lurus terhadap serat.

Penampang sebatang pohon yang dipotong melintang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kulit luar (outer bark)


Kering dan berfungsi sebagai pelindung

b. Kulit dalam (bast)


Bagian ini lunak dan berfungsi untuk mengangkut bahan makanan dari daun danke
bagian lain dari tumbuhan

c. Kambium
Ada di bagian dalam kulit dalam. Bagian inilah yang membuat sel-sel kulit dan sel-
sel kayu.

d. Kayu gubal (sapwood)


Biasanya warnanya keputih-putihan. Bagian ini mengangkut air dan zat makanan
dari tanah ke daun.

e. Kayu teras ( heartwood)


Warnanya lebih tua daripada kayu gubal. Kayu teras sebelumnya adalah kayu
gubal, namun sudah tidak berfungsi seperti kayu gubal. Perubahannya menjadi
kayu teras terjadi secara perlahan-lahan. Dibandingkan kayu gubal, kayu teras
umumnya lebih tahan terhadap serangan serangga, bubuk kayu, jamur, dan
sebagainya, dibandingkan dengan kayu gubal. Kayu teras inilah yang biasa diambil
dan dimanfaatkan sebagai “kayu” untuk bangunan.

f. Hati (pitch)
Bagian lingkaran kecil yang berada paling tengah

g. Jari-jari teras (rays)


Bagian ini yang menghubungkan berbagai bagian dari pohon untuk penyimpanan
dan peralihan bahan makanan.

3
Kepadatan Kayu.

Berhubungan erat dengan berat jenis kayu dan kekuatan kayu. Semakin ringan kayu
semakin kurang kepadatannya, semakin kurang pula kekuatannya. Begitu juga
sebaliknya.

a. Berat Jenis.

Berat jenis adalah perbandingan berat dan volume kayu dalam keadaan kering udara
dengan kadar air sekitar15%. Berat jenis kayu yang diperhitungkan adalah berat jenis
dari kayu kering udara. Kadar lengas kayu kering udara tergantung pada keadaan iklim
setempat. Di Indonesia kadar air ini berkisar antara 12-20% dari kayu kering mutlak.
Kayu kering mutlak hanya dapat dicapai dalam tungku pemanasan yang disebut dry
kiln.

b. Kekuatan Kayu.

Pada umumnya dapat dikatakan,kayu yang berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan,
kekerasan dan sifat teknis lain pada kayu berbanding lurus dengan berat jenisnya.
Walaupun demikian ada juga faktor lain yang mempengaruhi kekuatan kayu, yaitu
susunan dari kayu tersebut.

Berdasarkan pada berat jenis kayu, Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Hasil Hutan Bogor membagi kekuatan kayu Indonesia dalam lima kelas kuat, sebagai
berikut:

1. Pengaruh kelembaban/kayu diletakkan di tempat yang lembab.


2. Pengaruh iklim dan panas matahari tetapi terlindung terhadap pengartuh air.
3. Pengaruh iklim, tetapi terlindung terhadap panas matahari.
4. Terlindungi dan terawat baik.
5. Pengaruh rayap dan serangga lainnya.

4
Pengeringan.

Pengeringan adalah salah satu cara yang penting dalam usaha memperbaiki sifat kayu.

Pengeringan yang dilakukan dengan baik, selain memantapkan dimensi juga


membebaskan dari tegangan yang dapat menimbulkan retak, pecah, atau berbagai
perubahan bentuk.

Beberapa metode pengeringan yang sampai saat ini umum dilakukan adalah:

a. Pengeringan alami.

Cara ini seluruhnya mengandalkan faktor alam yaitu sinar matahari, kelembaban nisbi
dan angin. Lama pengeringan bergantung pada iklim. Kelemahannya yaitu watu
pengeringan yang lebih panjang dan kadar air yang masih terlalu tinggi.

b. Pengeringan dalam dapur pengering (dry kiln).

Cara ini menjadi pilihan karena waktu yang relative singkat dan kadar akhir air yang
dicapai dapat disesuaikan dengan keperluan. Faktor penting dalam cara ini adalah
ketepatan pemilihan bagan pengeringan yang digunakan agar diperoleh waktu
pengeringan yang sesingkat mungkin dengan cacat kayu yang minimal.

Kadar Lengas.

Ada 3 macam kadar lengas (kandungan air) pada kayu yaitu:


a. Kadar lengas kayu basah
b. Kadar lengas kayu kering udara
c. Kadar lengas kering mutlak (0%).

Kadar lengas kayu yang baru ditebang berada di antara 40-200%. Kayu yang berat
sekali kadar lengasnya berkisar 40%. Sedang kayu yang ringan sekali berkadar lengas
sampai 200%. Kayu yang basah makin lama makin kering hingga mencapai kadar air
antara 24-30%, dinamakan fiber saturation point. Sesudah fiber saturation point ini
tercapai, penyusutan kayu akan terlihat.

5
Penyusutan paling besar terjadi ke arah tangensial sekitar 7%, sedang penyusutan radial
sekitar 5%. Perbedaan antara keduanya menyebabkan distorsi kekeringan kayu yang
terihat pada balok atau papan kayu berupa:
a. Pembengkokan
b. Lengkung busur
c. Lengkung mangkok
d. Puntiran

Mata Kayu.

Kayu bermata seringkali tidak dijadikan pilihan dengan alasan keberadaan mata kayu
membuat serat kayu berubah sehingga kekuatan kayu berkurang. Namun mata kayu
dalam pandangan sebagian arsitek memiliki daya tarik tersendiri, terutama sebagai
elemen dekoratif pada rancangannya.

Persyaratan kayu ber’mata’ yang digunakan untuk tugas konstruksional yaitu:

a. Besar mata kayu tidak boleh melebihi ¼ lebar balok dan juga tidak boleh melebihi
5 cm.

b. Pada tinggi balok, mata kayu tidak boleh lebih besar dari 1/10 tinggi balok tersebut.

Retak Kayu

Sama seperti mata kayu, retak pada kayu juga akan mengurangi kekuatan kayu. Besar
dan letak dari retak kayu untuk kayu konstruksi disyaratkan sebagai berikut:

a. Retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu.
b. Retak menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu.

Corak Kayu.

Corak kayu pada banyak produk kayu, baik kayu solid maupun kayu olahan banyak
dipengaruhi oleh jenis pohon dan cara penggergajian kayu gelondonngannya. Serat
yang muncul sesuai jenis pohonnya tentulah menjadi kekhasan alami dari kayu tersebut.
Namun corak yang terjadi bisa juga dipengaruhi metode penggergajian yang diterapkan

6
pada kayu gelondongan. Corak ini banyak ditentukan oleh pemotongan terhadap alur
yang terjadi dari lingkaran tahunannya.

Klasifikasi Kayu berdasarkan kelas keawetan dan kekuatan:

Kelas 1 dan 2 : Untuk bangunan-bangunan heavyduty , yang selalu berhubungan


dengan tanah yang lembab, angin atau panas matahari. Kayu yang termasuk
jenis antara lain : Jati, Merbau, bangkirai (Meranti Telur)

Kelas 3 : Untuk bangunan dan perabot dalam naungan atap yang tidak
berhubungan dengan tanah dan lembab. Antara lain : Kamfer, Keruing.

Kelas 4 : Untuk bangunan dan perabot ringan dalam naungan atap


Misal:Meranti, Suren (Surian)

Kelas 5 : Untuk pekerjaan sementara / non permanent, seperti untuk papan


bekisting, perancah ataupun peti.

7
Ada 2 tipe penggergajian yaitu:
a. Penggergajian rata.

Metode ini menghasilkan potongan kayu yang maksimum dan sangat ekonomis.
Hanya saja dampaknya orientasi serat yang berbeda-beda. Orientasi serat yang
beragam ini mengakibatkan potongan-potongan tersebut berbeda distorsinya
selama pengeringan, dan juga masalah pada pemasangan yang membutuhkan
tampilan corak yang sama/seragam seperti pada lantai, panel, lis, dan sebagainya.

b. Penggergajian perempat.

Metode ini menghasilkan potongan kayu dengan corak yang lebih rapat dan
menawan. Hampir seluruh potongannya digergaji tegak lurus terhadap lingkaran
tahunannya. Hasilnya corak yang cenderung sama/seragam, namun boros karena
lebih banyak kayu yang terbuang.

Balai penyelidikan Kehutanan Bogor telah mengklasifikasi kayu di Indonesia dalam 5


kelas keawetan berdasarkan criteria :

Jenis-jenis Kayu :

8
 Kayu Jati : Karakteristiknya stabil, kuat dan tahan lama. Termasuk kayu
dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati sudah terbukti tahan
terhadap jamur, rayap, dan serangga lainnya karena kandungan minyak di
dalam kayu itu sendiri.

 Kayu Merbau : Jika dibandingkan dengan kayu jati, karakteristiknya cukup


keras dan stabil. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II, dan Kelas Kuat I,
II. Kayu Merbau sudah terbukti tahan terhadap serangga.

 Kayu Mahoni : Memiliki tekstur yang cukup halus, seratnya indah dan
berwarna merah muda sampai merah tua. Banyak digunakan sebagai elemen
dekorasi ruangan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III dan Kelas Kuat II,
III.

9
 Kayu Bangkirai : Karakteristiknya cukup awet dan kuat. Termasuk kayu
dengan kelas Awet I, II, III dan kelas kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai
tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut
dipermukaan. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material
konstruksi berat seperti atap kayu.

 Kayu Kamper : Memiliki karakteristik tidak setahan kayu jati dan sekuat
bangkirai, kamper memiliki sert kayu yang yang halus dan indah

 Kayu Meranti Merah : Termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua
hingga merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. Selain tidak
bertekstur halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca,
sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu
dengan Kelas Awet III, IV.

10
 Kayu Sonokeling : Memiliki serat kayu yang sangat indah, berwarna ungu,
bercoret-coret hitam, atau hitam keunguan berbelang dengan coklat
kemerahan. Selain indah kayu ini juga kuat dan awet. Termasuk kayu dengan
Kelas Awet I dan Kelas Kuat II.

 Kayu Sungkai : Teksturnya cukup halus, seratnya indah dan berwarna kuning
pucat. Kayu sungkai sering digunakan sebagai bahan elemen dekoratif.
Termasuk kayu dengan Kelas Awet III dan Kelas Kuat II, III.

 Kayu Kelapa : Merupakan salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal
dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60
tahun ke atas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang
baru. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat/fiber yaitu berbentuk garis
pendek-pendek.

11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai