Anda di halaman 1dari 7

Penyusutan Bioproduk (Tohama 16)

Tujuan: Memahami dan menjelaskan faktor-faktor internal penurunan kualitas produk kayu
dan non kayu.
1.1 Pendahuluan (tohama 13)

Kenapa penyusutan perlu diketahui.(tohama 12)................................................................................


Gultom

1.2 Pengertian
Gultom

1.3 Sifat Bioproduk


Kualitas kayu dan bambu bersifat subjektif tergantung pada jenis, fungsi dan
karakteristiknya. Kayu yang memiliki sifat kekerasan rendah belum tentu memiliki
kualitas yang buruk. Untuk tujuan fungsi tertentu kayu yang memiliki sifat kekerasan
rendah namun lentur bisa digunakan untuk produk kerajinan ataupun produk lain
yang memang tidak membutuhkan kayu yang bersifat keras. Dalam memilih suatu
bahan berupa kayu atau bambu tidak bisa jika hanya berdasarkan satu aspek saja.
Jenis, fungsi dan karakteristik merupakan satu kesatuan yang menjadi acuan dalam
penentuan kualitas dan pemilihan bahan berupa kayu atau bambu.
Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian memerlukan
pengetahuan sifat-sifat kayu yang akan digunakan terutama berat jenis, kelas awet,
dan kelas kuat karena dari pengetahuan sifat-sifat tersebut tidak hanya dapat dipilih
jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan akan tetapi
juga dapat ditentukan kemungkinan pengisian oleh jenis kayu lainnya apabila kayu
tersebut sulit didapat secara kontinu atau terlalu mahal.
Dari sekitar 4000 jenis pohon berkayu di Indonesia, hanya sebagian kecil saja
yang diketahui sifat-sifatnya. Sifat-sifat kayu dapat diklasifikasikan menjadi sifat fisik
dan sifat mekanik sebagaimana berikut ini :
1. Sifat fisik kayu

a. Berat dan Berat Jenis

Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar
air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus
dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar
antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu
nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin
kuat pula.

b. Keawetan

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur


perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu
tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan
unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada
saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya
kayu teras lebih awet dari kayu gubal.

c. Warna

Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi


warna dalam kayu yang berbeda-beda.

d. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya,


kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll),
kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur
kasar (contoh: kempas, meranti dll).

e. Arah Serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang
pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu,
serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).

f. Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan
kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis
kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat
ekstraktif dalam kayu.

g. Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan
untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu
benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat
penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

h. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat,
tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola
gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.

i. Higroskopis

Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin


lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai
tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi
kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut
kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).

j. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :

a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan


erat dengan elastisitas kayu.

b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya


gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat
baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat
musik (kulintang, gitar, biola dll).

k. Daya Hantar Panas

Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan
untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan
sumber panas.

l. Daya Hantar Listrik

Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran
listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar
air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya
apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya
hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.

2. Sifat mekanik kayu

a. Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang


berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :

a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan

b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.


Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah
serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan
tarik sejajar arah serat.

b. Keteguhan tekan / Kompresi

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan


muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :

a. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan

b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan
kompresi sejajar arah serat.

c. Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya


yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di
dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :

a. Keteguhan geser sejajar arah serat

b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan

c. Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan
geser sejajar arah serat.

d. Keteguhan lengkung (lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya


yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati
maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan
yaitu :

a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang


mengenainya secara perlahan-lahan.

b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang


mengenainya secara mendadak.

e. Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk


atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.

f. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga
yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-
tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta
mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.

g. Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang


membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan
keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap
pengausan kayu.

h. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya


yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat
baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah
yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada
umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah
tangensial.

1.4 Faktor Penyusutan Produk Kayu


Vita
1.4.1 Lingkungan

1.4.2 Mikrobiologi

1.5 Faktor Penyusutan Produk Non Kayu (Bambu)

1.4.1 Kadar Air


Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
penyusutan produk non kayu. Meskipun dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
sekitar, keberadaan air termasuk dalam faktor internal penyusutan produk non kayu.
Pada bambu, berdasarkan waktu perhitungannya, kadar air dibedakan menjadi dua,
yaitu kadar air segar dan kadar air kering. Kadar air segar (KAS) merupakan kadar
air saat pertama kali ditebang. Jumlah KAS pada pangkal akan lebih besar dari
bagian lainnya. Hal ini terjadi karena pada bagian pangkal, jumlah sel parenkim lebih
banyak dibandingkan dengan bagian lainnya. Sedangkan kadar air kering merupakan
kadar air setelah bambu mengalami proses pengerngan sehingga jumlahnya sama
pada semua bagian. Semakin banyak kadar air, kembang susut bambu makin besar.
Hal ini disebabkan oleh sifat higroskopis bambu yang mampu menyerap maupun
melepaskan air. Kadar air juga mempengaruhi aktifitas air (Aw), sehingga semakin
tinggi semakin banyak mikroba yang dapa tumbuh pada bambu tersebut. Cara
penanggulangan paling efektif yaitu dilakukan dengan cara pengeringan untuk
menghilangkan air yang berada pada bambu tersebut (Ulfah, 2006).

1.4.2 Berat Jenis


Berat jenis menunjukkan banyaknya dinding sel pada bambu. Berat jenis
merupakan perbandingan antara jumlah dinding sel per satuan volume. Faktor yang
memengaruhi berat jenis adalah tebal dinding sel, besarnya sel, dan jumlah sel yang
berdinding tebal. Semakin tinggi berat jenis, maka akan mengalami kembang susut
yang tinggi, sebab bambu berberat jenis tinggi mengandung kadar air yang tinggi
pula, sehingga berpengaruh pada sifat higroskopis dari bambu tersebut (Ulfah,
2006).

1.4.3 Kadar Pati


Bambu memiliki kadar pati yang tinggi. Kadar pati pada tiap bagian bambu
berbeda-beda. Pada bagian pangkal, kadar pati berjumlah paling banyak karena sel
parenkim yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan, termasuk pati,
pada pangkal lebih banyak daripada bagian lain. Kadar pati merupakan faktor
penyebab penurunan kualitas bambu karena semakin banyak kadar pati, maka
bambu akan semakin disukai oleh hama bubuk, sehingga tidak tahan lama. Cara
penangannya adalah dengan memilih bagian pemanfaatan bambu yang tepat dan
menghindari bagian pangkal akan tidak mudah mengalami penurunan kualitas
(Sujarwo, et al, 2010).

Daftar Pustaka
Dwianto, W., & Marsoem, S. N. (2008). Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Faktor-faktor
Alam yang Mempengaruhi Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Indonesia. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kayu Tropis, 6(2), 85-100.
Mardikanto, T. R., Karlinasari, L., & Bahtiar, E. T. (2011). Sifat Mekanis Kayu. Institut
Pertanian Bogor Press, Bogor (ID).
Ulfah, D. (2006). Analisis Sifat Fisika Bambu Apus (Gigantochloa apus) berdasarkan
Posisi di Sepanjang Batang. Jurnal Hutan Tropis Borneo. 7(19) : 144-149.
Sujarwo, W. I. B. K. Arinasa, dan I. N. Peneng. (2010). Potensi Bambu Tali
(Gigantochloa apus) sebagai Obat di Bali. Bul. Littro. 21(2) : 129-137.
Nama Mahasiswa dan NIM
1.
2.
3.
4.

Lampiran
Lampiran Berupa Handout Power point

Catatan:
 Makalah adalah laporan tertulis berdasarkan materi yang telah disampaikan pada presentasi
kelompok dalam bentuk uraian.
 Huruf : Tohama 12
 Spasi : 1.15
 Gambar, Tabel, penjelasan tambahan, foot note dll, disesuaikan dengan format penulisan
Ilmiah
 Minimal 20 halaman (untuk uraian) dan jumlah lampiran disesuaikan dengan banyaknya
power point (bebas)
 Bisa di tambahkan sub judul sesuai dengan kebutuhan.
 Lampiran berupa bahan presentasi power point atau dalam bentuk PDF
 Laporan di email ke ihak@sith.itb.ac.id paling lambat tanggal : 15 November 2017 Pukul
24.00

Anda mungkin juga menyukai