Pendahuluan
Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan terus meningkat. Demikian pula untuk keperluan bahan bangunan. Sebagai bahan konstruksi angunan, kayu sudah dikenal dan banyak dipakai sebelum orang mengenal beton dan baja. Berbagai keunggulan kayu menyebabkan kayu masih banyak diminati para penggunanya walaupun sekarang ini telah banyak material lain seperti beton dan baja, walaupun dalam perkembangan teknologi masa kini peran kayu mulai digantikan oleh baja dan beton.. Dalam pemakaiannya kayu tersebut harus memenuhi syarat : mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan; mempunyai ketahanan dan keawetan yang memadai melebihi umur pakainya; serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan pemakainnya dalam konstruksi. Kayu adalah material yang sangat unik. Kayu memiliki sifat higroskopis dan sifat mekanis. Higroskopis artinya kayu memiliki sifat menyeimbangkan diri dengan kelembaban udara di sekelilingnya, kayu dapat menyerap dan mengeluarkan uap air sehingga setimbang dengan lingkungannya. Selain sifat higroskopis, sifat mekanis kayu juga perlu diperhatikan. Sifat mekanis merupakan kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu bahan, kemampuan untuk memikul beban maupun gaya yang dikerjakan terhadapnya. Dalam kajian ini akan dibahas mengenai sifat-sifat kayu, yaitu sifat higroskopis kayu dan sifat mekanis kayu. Kedua sifat ini sangat berpengaruh terhadap pemanfatan kayu sebagai bahan bangunan ataupun yang lainnya. Sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang diinginkan.
Sifat higroskopis kayu sangat mempengaruhi berat jenis dari kayu itu sendiri dan pengaruhnya pada kekuatannya. Berat jenis adalah rasio antara kerapatan suatu bahan dengan kerapatan air. Berat jenis disebut juga kerapatan relative. Kadar air kayu sangat bervariasi tergantung jenis dan lokasi dimana kayu tersebut digunakan. Kondisi kayu yang paling aman untuk dipergunakan adalah kondisi kayu kering udara, karena pada kondisi ini dimensi kayu sudah stabil dan tahan terhadap gaya yang dikerjakan. Sifat higroskopis kayu menyebabkan terjadinya perubahan kadar air pada kayu, umumnya perubahan kadar air tersebut sangat besar pada permukaan kayu dimana perubahan kadar air tersebut berlangsung sangat cepat. Sebaliknya di bagian dalam kayu perubahan kadar air sangat lambat, oleh sebab itu waktu yang dibutuhkan oleh air berdifusi dari satu bagian ke bagian yang lain berlangsung lama. Dalam sepotong kayu umumnya terdapat kelainan kadar air yaitu kadar yang rendah pada permukaan kayu dan kadar air yang tinggi pada bagian falam kayu. Diantara kedua titik tersebut terdapat peralihan kadar air yang berangsur-angsur. Dalam arah longitudinal (arah memanjang kayu) gerakan air dalam bentuk uap lebih mudah keluar, karena struktur sel yang berbentuk tabung (Dumanauw, 2003).
b) Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan c) Keteguhan geser miring Kekuatan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat. 4. Kekuatan lengkung (lentur) Kekuatan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu : a) Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan. b) Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak. 5. Kekakuan Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas. 6. Keuletan Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. 7. Kekerasan Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu. 8. Keteguhan Belah Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jarijari (arah radial) dari pada arah tangensial. 9. Modulus elastisitas Ketahanan terhadap pembengkokan yaitu berhubungan langsung dengan kekakuan gelagar juga suatu factor untuk kekuatan tiang yang panjang. 10. Modulus elasis (MOE) sejajar serat (Modulus Young) Ukuran ketahanan terhadap pemanjangan atau pemendekan suatu contoh uji dibawah tarikan atau tekanan. Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
1) Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu. 2) Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Tabel 2. Tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A Kelas kuat I II III IV 2 ??lt // (kg/cm ) 150 100 75 50 ??tr// = ??tk// (kg/cm2) 130 85 60 45 2 ??tk ? (kg/cm ) 40 25 15 10 ??gs // (kg/cm2) 20 12 8 5 Tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu B Tegangan yang diperkenankan Jati (Tectonagrandis) 130 110 30 15
V -
Untuk kayu mutu B tegangan yang diperkenankan adalah angka-angka yang terdapat pada table tegangan untuk kayu mutu A digandakan dengan factor 0.75. Jika suatu kayu tidak diketahui termasuk kelas yang mana, maka kekutan kayu dapat tergolongkan ke kelas kuat kayu namun harus dicari berat jenis kering udaranya terlebih dahulu kemudian digandakan dengan factor kerelasi berikut : ??lt // = 170 x g ??tr// = ??tk// = 150 x g ??tk ? = 40 x g ??gs // = 20 x g g = berat jenis kayu kering udara. (Sumber : PKKI 1961, Bab IV Tegangan Yang Diperkenankan, Pasal 5 kal 6) Kekuatan kayu terhadap gaya tekanan (sejajar serat) disebut gaya tegang kayu. Tegangan adalah gaya persatuan luas dan dinyatakan dalam Pascal (N/m 2) atau kg/cm2. Apabila suatu gaya dikenakan pada suatu benda, maka akan terjadi tegangan-tegangan internal. Tegangan
ini dapat mengubah bentuk ukuran benda tersebut, perubahan panjang persatuan panjang dalam arah tekan maupu tarik disebut regangan (?). Gambar 1. Tegangan dan regangan dalam tekanan sejajar. Pada gambar diatas apabila beban 8000 pon dikenakan pada benda uji (2 x 2), terjadi suatu tegangan sejajar serat sebesar 8000 / (2 x 2) = 2000 psi. Tegangan ini tersebar pada semua jarak dari ujung, karenanya regangan adalah (6-59928)/6 = 0.0012. sehingga Modulus Young (MOE) adalah 2000/0.0012 = 1.67 x 106 psi. MOE dapat juga dihitung berdasarkan uji keteguhan lengkung. Untuk mengerjakan gelagar diberi beban sedang dan defleksinya diukur. Dari data ini MOE dapat dihitung dengan menggunakan hubungan antara MOE, ukuran gelagar, bentangan, beban dan defleksinya. Cara ini umum untuk menentukan MOE kayu utuh, partikel dan produk-produk serat. Ini merupakan pengujian yang lebih sederhana yang dapat dilakukan dan lebih dekat hubungannya dengan kebanyakan situasi dari MOB yang ditentukan dari uji tarik dan tekan. MOB dapat dihitung sebagai berikut: ( Haygreen dan Bowyer, 1993) MOE = 3 PL /48 ID Dimana : P = beban (pon) L = bentangan (in) I = momen inersia (in4) D = defleksi ditengah bentang (in) Kekuatan lengkung kayu utuh dan produk-produk asal kayu biasanya dinyatakan dalam istilah modulus patah (MOR). I dihitung dari beban maksimum (beban patah) dalam uji kekuatan lengkung, dengan menggunakan cara pengujian yang sama seperti untuk menentukan MOE. Perhitungan MOR penampang persegi sebagai berikut : MOR = 1.5 PL/db2 psi Dimana P = beban maksimum atau beban patah (pon) L = bentangan penyangga (in) b = lebar gelagar (in) d = tebal gelagar (in)
Tabel di atas menunjukkan kekuatan dan berat jenis yang ditetapkan oleh hasil penelitian hutan di laboratorium di Amerika Serikat dengan menguji 160 jenis kayu. Terlihat pada table bahwa sifat-sifat seperti MOE dalam lengkungan dan keteguhan tekan maksimum sejajar serat naik secara linier dengan berat jenis. Sedangkan hubungan untuk sifat-sifat yang lain dalam fungsi pangkat. Jadi sebagian sifat-sifat naik dengan berat jenis jauh lebih cepat dari yang lain.
Bangun Kayu
Berbagai penggunaan kayu dapat dilihat dimanapun dengan berbagai jenis penggunaan dan berbagai jenis kayu. Dalam ilmu teknik sipil, penggunaan kayu yang paling sering dijumpai adalah konstruksi kayu, kusen, daun pintu, lantai, jembatan, dinding kayu, dan lainnya. Kayu yang bentuk asalnya adalah bulat terlebih dahulu dikonversi menjadi bentuk balok, papan atau bentuk yang lain sesuai dengan tujuan penggunaanya dengan berbagai ukuran oleh industry kayu. Pengkonversian ini ditujukan untuk memudahkan pengolahan kayu serta mempercepat pengerjakan kayu itu sendiri. Di pasaran sudah tersedia berbagai bentuk dan ukuran kayu yang lebih sering disebut sebagai kayu bangunan.
A. Ukuran Kayu
Berdasarkan SPESIFIKASI UKURAN KAYU UNTUK BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG (SNI 03-2445-1991), ukuran kayu dalam penggunaan bangunan sebagai berikut : 1. Ukuran nominal kayu untuk bangunan, tebal dan lebar minimal (1010) mm, (1030) mm, (2030) nm, sampai (120120) mm, (2530) mm, (3030) nm, (3050) mm, (6080) mm, (60100) mm, 60120)mm, (8080) mm, (80100) mm, 120120) mm. 2. Ukuran kayu berdasarkan penggunaan : Tabel 4. Ukuran kayu berdasar penggunaan Jenis Penggunaan Lis dan Jalusi Tebal (mm) 10 15 20 20 30 40 20 25 35 50 Lebar (mm) 10,30,40,50, 60, 80 30,40,50,60,80,100,120,150, 180,200,220 40, 50,60,80, 100, 120 150, 180,200,220,250 180,200,220,250,300 180,200,220,250 30 30,40,60,80, 100, 120 30,40,60,80,100,120,150 70,80,100,120,130,
Papan
150,180,200,220,250 Balok 60 0 80,100,120,130,150,180,200,20,25 100 100, 120, 130, 150, 180, 200,220,250 3. Ukuran panjang nominal (m): 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dst 5.5. 4. Ukuran untuk bangunan rumah dan gedung: Kusen pintu dan jendela (mm): 60 (100, 120, 130, 150) ; 80 (100, 120, 150). Kuda-kuda (mm): 80 (80, 100, 120, 150, 180), 100 (100, 120, 150, 180). Kaso (mm) : 4060; 4080; 5070. Tiang balok (mm) :80 (80, 100, 120); 100 (100, 120; 120 (120, 150). Balok antar tiang (mm): 40 (60, 80); 60 (80, 120, 150); 80 (120, 150, 180), 100 (120, 150).