Anda di halaman 1dari 4

Sifat fisis kayu

Sifat fisis adalah karakteristik kuantitatif dan ketahanan dari pengaruh lingkungan. Sifat
fisis yang penting diperhatikan dari kayu diantaranya adalah kadar air, berat jenis, dan kerapatan
(Bowyer et al. 2003)
 Kadar air
Menurut Bowyer (2003) kadar air didefinisikan sebagai persentase air yang terkandung
dalam kayu. Kadar air dinyatakan dalam persen terhadap berat kering ovennya. Kadar air sangat
dipengaruhi oleh sifat higroskopis kayu. Air dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat
dimana keduanya secara bersamaan menentukan kadar air kayu. Air yang terdapat dalam rongga
sel kayu disebut sebagai air bebas (free water). Air yang terdapat di dalam dinding sel disebut air
terikat (bound water). Kadar air maksimum terjadi pada waktu seluruh rongga sel penuh berisi
air bebas dan dinding sel jenuh air. Pada kayu basah yang baru ditebang, kadar air dapat
mencapai 40% hingga 200%. Kondisi dimana dinding sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel
kosong dinamakan kondisi kadar air titik jenuh serat (Simpson et al. 1999). Kadar air titik jenuh
serat besarnya tidak sama untuk setiap jenis kayu yang disebabkan karena perbedaan struktur dan
komponen kimia. Pada umumnya kadar air titik jenuh serat berkisar antara 25%-30%. Tsoumis
(1991) menyatakan bahwa besarnya titik jenuh serat berkisar antara 20%-40%. Dalam satu jenis
pohon kadar air bervariasi tergantung pada tempat tumbuh dan umur pohon. Kadar air kayu akan
berubah sesuai dengan kondisi iklim tempat dimana kayu berada akibat dari perubahan suhu dan
kelembaban udara (Bowyer et al. 2003). Kadar air suatu kayu perlu diketahui sebelumnya untuk
memudahkan pekerjaan dalam mengolah kayu.
 Kerapatan
Kerapatan didefinisikan sebagai massa atau berat persatuan volume yang dinyatakan dalam
pon per kaki kubik atau kilogram per meter kubik (Bowyer et al. 2003). Menurut Tsoumis
(1991), kerapatan bervariasi pada arah vertikal maupun horizontal. Pada bagian kayu yang
posisinya lebih tinggi memiliki kerapatan yang rendah, hal ini diakibatkan faktor mekanis dan
faktor biologis. Pada arah horizontal, kerapatan dipengaruhi oleh umur. Kayu yang umurnya
lebih muda memiliki kerapatan lebih rendah. Kerapatan mempengaruhi sifat-sifat
higroskopisitas, penyusutan dan pengembangan, sifat mekanis, sifat akustik, kelistrikan, dan
lainnya sehingga perlu diketahui sebelum pengerjaan kayu dilakukan.
 Berat jenis
Berat jenis (BJ) adalah rasio antara kerapatan suatu bahan dengan kerapatan air. Berat jenis
disebut juga kerapatan relatif (Tsoumis 1991). Simpson et al. (1999) mengemukakan bahwa
berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada kondisi suhu air 4.40C.
Kerapatan air pada kondisi tersebut adalah 1 g/cm3. Berat jenis kayu perlu diketahui sebelum
proses pengerjaan karena kayu dengan berat jenis yang tinggi akan sulit dikerjakan sehingga
memerlukan perlakuan pendahuluan.
 Penyusutan
Penyusutan adalah penurunan dimensi kayu akibat keluarnya air terikat dari dinding sel yang
dapat mempengaruhi cacat dalam proses pengeringan kayu. Faktor - faktor yang berpengaruh
terhadap penyusutan kayu antara lain kadar air, kerapatan, struktur/anatomi kayu, kadar
ekstraktif, kandungan/komposisi bahan penyusun kimia (Tsoumis 1991). Kondisi lingkungan
yang dapat mempengaruhi proses pengeringan menurut Tsoumis (1991) adalah panas,
kelembaban relatif, sirkulasi udara, dan vakum. Penyusutan terjadi akibat kayu kehilangan air
dibawah titik jenuh serat. Susut dimensi kayu berbeda pada ketiga arahnya (radial, tangensial,
dan longitudinal). Penyusutan arah longitudinal sering kali diabaikan karena persentasenya kecil
berkisar antara 0.1%-0.2% atau kurang dari 4%. Penyusutan arah tangensial 1-3 kali lebih besar
daripada penyusutan arah radial, yang diakibatkan adanya jaringan jari-jari, pernoktahan lebih
rapat pada dinding radial, dominasi kayu musim panas dalam arah tangensial, dan perbedaan
dalam massa dinding sel secara radial lawan tangensial (Bowyeret al. 2003).
 Permeabilitas
Permeabilitas kayu adalah ukuran kemudahan atau kemampuan kayu dialiri cairan seperti
melalui bagian dalamnya dibawah perbedaan tekanan statis atau dinamis yang dipengaruhi oleh
nilai absorbsi dan retensi apabila menggunakan bahan pelarut (Tanaka et al. 2010). Absorbsi
didefinisikan sebagai jumlah cairan yang meresap ke dalam kayu segera sesudah proses
perendaman selesai, dinyatakan dalam berat per satuan volume kayu (Rahayu et al. 2008).
Sifat Mekanis
Sifat mekanis kayu merupakan ukuran ketahanan kayu terhadap gaya luar yang cenderung
merubah bentuk benda. Ketahanan kayu tersebut tergantung pada besarnya gaya dan cara
pembebanan (tarik, tekan, geser, dan pukul). Kayu menunjukkan perbedaan sifat mekanis dalam
arah pertumbuhan yang berbeda (aksial, radial, dan tangensial) (Tsoumis 1991). Sifat mekanis
kayu merupakan sifat yang penting dari bahan baku kayu yang akan digunakan untuk bangunan.
Dalam penggunaan struktural, sifat mekanis merupakan kriteria pertama untuk pemilihan bahan
baku yang akan digunakan (Bowyer et al. 2003). Sifat mekanis kayu yang penting untuk
penggunaan struktural diantaranya adalah MOE, MOR dan kekerasan.
 Modulus of Elasticity (MOE)
Modulus elastisitas adalah ukuran ketahanan terhadap pelengkungan yang berhubungan
langsung dengan kekakuan kayu. Apabila tekanan yang diberikan tidak melebihi batas proporsi
maka tidak akan menimbulkan defleksi karena semakin tinggi nilai MOE akan semakin
berkurang defleksi bahan dengan ukuran tertentu pada beban tertentu (Haygreen et al. 1989).
Menurut Tsoumis (1991), elastisitas adalah sifat benda yang mampu kembali ke kondisi semula
dalam bentuk dan ukurannya ketika beban yang mengenainya dihilangkan. Nilai modulus
elastisitas kayu bervariasi antara 25 510 kg/cm2 –173 469 kg/cm2. Nilai modulus elastis kayu
berbeda pada ketiga arah pertumbuhannya. Pada arah tranversal modulus elastisitas hanya
berkisar 3 061 kg/cm2–6 122 kg/cm2, sedangkan perbedaan untuk arah radial dan tangensial
tidak nyata. Nilai MOE dapat digunakan untuk menentukan beban yang aman dari material kayu
yang bersangkutan dalam membuat konstruksi.
 Modulus of Rupture (MOR)
Modulus of rupture (MOR) adalah sifat kekuatan kayu yang menentukan besarnya beban
yang dapat dipikul oleh sebuah papan atau balok. Kekuatan lentur menggambarkan kapasitas
beban maksimum yang dapat diterima oleh kayu tersebut. Biasa disebut dengan modulus patah
yang pada bervariasi antara 561 kg/cm2–1 632 kg/cm2. Nilai kekuatan lentur menunjukan
kecenderungan yang sama dengan kekuatan tarik aksial sehingga modulus patah dapat digunakan
sebagai petunjuk kekuatan tarik aksial jika data nilai kekuatan tersebut tidak tersedia. Kekuatan
lentur kayu lebih rendah dibandingkan logam tetapi lebih tinggi dari kebanyakan bahan non
logam (Tsoumis 1991). Nilai MOR suatu kayu digunakan untuk menentukan beban maksimal
dalam membuat konstruksi yang aman.
 Kekerasan
Mardikanto et al. (2011) menyatakan kekerasan kayu merupakan kemampuan kayu untuk
menahan kikisan dan perusakan pada permukaannya. Sifat kekerasan ini dapat dikatakan
sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan (abrasi) pada permukaanya. Apabila sifat
ini digabungkan dengan sifat keuletan, merupakan gabungan sifat yang sangat menentukan
dalam pemakaian kayu utnuk bahan bangunan. Pada dasarnya sifat kekerasan kayu
dipengaruhi oleh kerapatannya, tetapi selain itu ditentukan pula oleh ukuran serat, daya ikat
antar serat serta susunan serat kayunya

Daftar Pustaka
Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG. 2003. Forest Products and Wood Science An
Introduction Fourth Edition. IOWA (US): IOWA State University Pr.

Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Hadikusumo SA,
penerjemah; Prawirohatmodjo, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.
Terjemahan dari: Forest Product and Wood Science, an Introduction.

Simpson W, A ten Wolde. 1999. Physical Properties and Moisture Relations of Wood. Wood as
An Engineering Material. Forest Product Laboratory General Technical Report FDL-GTR-11
.USDA Forest Science (US): Forest Laboratory US.

Tanaka T, Shida S. 2010. A preliminary study on ultrasonic treatment effect on transverse wood
permeability. Madras, Science y Technologia. 12(1): 3-9. doi: 10.4067/50718-
221x201000010001.

Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood. Structure, Properties, Utilization. New
York (US): van Nostrand Reinhold

Anda mungkin juga menyukai