Anda di halaman 1dari 7

TEORI DASAR

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai
sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat
pada semua jenis kayu yaitu :

1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia
berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).

2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya
(longitudinal, radial dan tangensial).

3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai
akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.

4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering.

Sifat Fisik Kayu

1. Berat dan Berat Jenis

Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu
berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu
balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.

2. Keawetan

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll.
Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat
ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet
dari kayu gubal.

3. Warna

Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.

4. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh:
giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti
dll).

5. Arah Serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus,
serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).

6. Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, l icin, dingin, berminyak dll). Kesan
raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.

7. Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang
merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau
bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

8. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemuncula n riap-riap tumbuh dalam pola-pola
tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.

9. Higroskopis

Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban
kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara
disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).

10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :


1. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu.
2. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara.Kualitas nada yang dikeluarkan kayu
sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
11. Daya Hantar Panas

Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan
langsung dengan sumber panas.

12. Daya Hantar Listrik


13. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air
kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air
maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.

Sifat Mekanik Kayu

1. Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam
keteguhan tarik yaitu :

1. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan


2. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih
kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.

2. Keteguhan tekan / Kompresi

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. T erdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan
yaitu :

1. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan


2. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.

3. Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser
dari bagian lain di dekatnya. Terdapa t 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :

1. Keteguhan geser sejajar arah serat


2. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
3. Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat.

4. Keteguhan lengkung (lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menaha n gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk
menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
1. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
2. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
5. Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam
modulus elastisitas.

6. Keuletan

Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan
atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang
permanen dan kerusakan sebagian.

7. Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-
sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.

8. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah
yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk
pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah
tangensial.

Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-
faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :

1. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur
atau serangga perusak kayu.
2. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring

Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan
dimana kayu akan digunakan tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut. Keuntungan utama mengeringkan kayu sebelum dijadikan
produk, antara lain : 1. Membebaskan kayu dari serangan jamur. 2. Menstabilkan dimensi kayu, sehingga kayu tidak akan lagi
mengalami perubahan bentuk, retak maupun pecah. 3. Menjadikan warna kayu lebih cerah/terang. 4. Rendemen produk berkualitas
baik meningkat. 5. Memudahkan kayu untuk dicat dan dipelitur (finishing). Tiga syarat utama yang harus dipenuhi dalam
mengeringkan kayu, yaitu: 1. Cukup energi panas Energipanas digunakanuntuk memanaskan/menguapkan air dari dalam kayu,
terutama pada kayu yang kadar airnya sudah mencapai 30 %. Untuk mengeringkan kayu tersebut hingga ke kadar air di bawah 15 %
memerlukan penambahan panas. 2. Cukup kelembaban Kelembaban ini disesuaikan dengan tingkat kadar air kayu. 3 3. Sirkulasi
udara Sirkulasi udara yang baik dapat menghantarkan panas secara merata mengenai seluruh permukaan kayu dari setiap tumpukan.
Makin cepat peredaran udara semakin cepat kayu mengering dan semakin merata tingkat kekeringannya. Sirkulasi udara yang normal
untuk pengeringan adalah 2 m/detik.

Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi seiring diabaikannya dalam pembahasan mengenai gizi. Air
juga merupakan komponen penting dalam makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan
kita. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah
tertentu.
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air
berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan
biopolimer, dan sebagainya.
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut . Oleh karena itu
penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendisribusian mendapat
penanganan yang tepat.
Metode pengeringan atau metode oven biasa merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air
dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Prinsip dari metode oven pengering adalah
bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105 o C selama waktu
tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air.
Teori tambahan
Air dalam bahan pangan hasil pertanian dibedakan atas air bebas dan air terikat. Air bebas adalah air yang dapat dikeluarkan
atau dibebaskan dengan mudah dari bahannya, misalnya dengan pemanasan. Air terikat meliputi (1) air yang teradsorpsi pada dinding
sel dan komponen – komponen sel seperti protein, pati, selulosa dan lain-lain, (2) air yang terikat secara kimiawi pada senyawa –
senyawa karbohidrat (antara lain glukosa, maltose, laktosa), garam (air kristal  garam seperti K-tartrat), protein dan lain lain.
Kadar air bahan pangan merupakan pengukuran jumlah air total yang terkandung dalam bahan pangan, tanpa memperlihatkan
kondisi atau derajat keterikatan air. Kadar air bahan pangan dapat diukur dengan berbagai cara. Metode umum yang dilakukan di
laboratorium adalah dengan pemanasan di dalam oven. Metode ini digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali jika produk
tersebut mengandung komponen – komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalai dekomposisi pada pemanasan
100oC.
Prinsip :
Sampel dikeringkan dalam oven 100oC sampai diperoleh berat yang tetap.
Metode Oven Biasa (pemanasan langsung)
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam
metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah
periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama
digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan
sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari
oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat
sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air
yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan
(Crampton 1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven temperatur rendah dan metode oven temperatur
tinggi. Metode oven temperatur rendah menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan selama 17 ± 1 jam. Periode
pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh bahan beserta cawannya
disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan
disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang laboratorium harus
kurang dari 70% (AOAC 1970). Selanjutnya metode oven temperatur tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur
rendah, hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu 130-133˚C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah (Crampton
1959).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
a)      Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri
dan lain-lain
b)      Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau
karamelisasi, lemak mengalami oksidasi
c)      Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan (Soedarmadji 2003).

Prinsip Analisa Metode Gravimetri


Prinsip metode penetapan kadar air  dengan oven atau Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan
dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara
ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka
dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi,
pemanasan dengan suhu kurang lebih 100º C dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada  p e r m u k a a n b a h a n .
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih  b e r s i f a t h i d r o s k o p i s d a r i p a d a b a h a n
a s a l n y a . O l e h k a r e n a i t u s e l a m a   pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam
ruangan tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi  zat penyerapan air. Penyerapan
air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silica gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau
bariumoksida. Silika gel yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan tersebut sudah jenuh dengan air atau
belum, jika sudah jenuh akan berwarna merah  muda, dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru (Sudarmadji, 2007).
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu,
penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat. Kadar air dalam suatu bahan  pangan sangat berpengaruh pada mutu produk pangan tersebut. Semakin
banyak kadar air yang terkandung, umur simpannya semakin sebentar, karena kalau suatu bahan banyak mengandung kadar air, maka
sangat memungkinkan adanya mikroba yang tumbuh. Oleh karena itu kita harus mengetahui kandungan air dalam suatu bahan agar
dapat memprekdisikan umur simpannya. (Christian 1980).
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri.  Sebagian besar dari
perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri.  Menurut derajat
keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain:
-        Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar.  Molekul
air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
-        Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan
sifatnya agak berbeda dari air murni.
-        Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain.  Air tipe
inisering disebut dengan air bebas.
-        Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa.

Kadar air adalah banyaknya air atau presentase air yang dikandung oleh sepotong kayu terhadap berat kering kayu tersebut.
Kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan zat atau cairan tergantung pada suhu dan kelembaban udara sekeliling.
Standar yang ditentukan untuk menentukan kadar air dengan mengeringkan kayu dalam oven pada suhu 100-105°C hingga kayu
mencapai berat yang tetap.Pada kondisi ini kandungan air masih 1%.Sifat fisika kayu dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu.
Kadar air kayu rata – rata adalah 15 %.

Kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan air tegantung pada suhu dan kelembapan udara disekelilingnya. Sehingga
banyaknya air dalam kayu selalu berubah-rubah menurut keadaan udara atau atmosfer disekelilingnya.
Kayu memiliki kandungan air lebih banyak pada kayu muda atau hijau yang akan mengalami penyusutan yang besar dibandingkan
dengan kayu tua. Air terdapat pada seluruh dinding sel dan dinding kayu jika seluruh se3 kosong dan dinding sel jenuh air maka
kondisi ini disebut titik jenuh serat, biasanya kadar air berafda antara 23-27%karna sifat hidrokopis semua kayu berusaha untuk
mencapai kadar air yang seimbang.

Kayu adalah bagian-bagian dari tumbuhan yang bersifat higrokopis artinya kayu mempunyai daya tarik terhadp air, baik dalam
bentuk uap atau cair,masuk dan keluarnya air dari kayu membuat kayu basah atau kering, akibatnya kayu akan mengembang dan
menyusut.

 Kadar air maximum


Jika air berhubungan dengan kayu, baik kayu segar maupun dalam pemakaian. Maka sesudah dinding sel jenuh dengan reongga sel
akan berisi air bebas. Kadar air maximum akan tercapai bila semua rongga dalam dinding sel dan rongga sel telah jenuh dengan air.

Banyaknya air daolam kayu pada titik kejenuhan ditentukan oleh :


a.      Volume rongga dalam kayui yang tidak sdioisi oleh zat dinding sel dan zat   ekstraktif.
b.      Berat jenis kayu berdasarkan berat dan volume masing-masing dalam keadaan kering oven.
 Kadar air keseimbangan
Jika kayu diletakkan pada suatu atmosfer pada kelembapan terentu, pada akhirnya akan mencapai suatu kadar air yang tetap, ini
disebut kadar air keseimbangan. Kadar air keseimbangan tergantunga pada lembab nisbi dan suhu dari udara disekelilingnya.

Kadar air kayu ada 2 yaitu :


        a. Air Bebas
yaitu air yang terdapat pada rongga sel, paling mudah dan paling cepat     keluar yang
           disebabkan oleh sifat dan bentuk kayu.
       b. Air Terikat
yaitu air yang terdapat di dalam dinding sel kayu,yang mana air jenis   ini sangat sulit untuk dilepaskan.

Bila kadar air bebas telah keluar dan masih ada air terikat, maka dikatakan telah mempunyai titik jenuh.
      Ada 5  tingkat kelembaban kayu, yaitu :
Ø  Kadar air 0 %
Berat kering berarti tidak ada air didalam sel maupun didalam rongga.
Ø  Kadar air 0 % - 25 %

Air terdapat didalam dinding sel dan dalam serat sel tidak jenuh air, kondisi ini penting untuk konstruksi.
Ø  Kadar air 25 % - 30 %
Merupakan suatu keadaan kayu dimana serat tidak jenuh dan tidak ada air dalam rongga kayu, kondisi ini disebut titik jenuh serat
( timber saturatet point).
Ø  Kadar air 30 % - 70 %
Merupakan keadaan dimana serat jenuh air dan rongganya terisi oleh air, kondisi ini biasanya terjadi pada kayu yang baru ditebang
yang disebut juga dengan green timber.
Ø  Keadaan air lebih besar dari 70 %
Bearti serat jenuh air dan rongga terisi air, tergantung dari jenis kayu. Kondisi ini diperoleh setelah lama kayu disimpan didalam air.

Pengaruh kadar air pada kayu

1. Pengembangan dan penyusutan kayu pada batas maksimum


2. Semakin kecil kadar air semakin kuat kayu
3. Kayu tidak akan mengalami kerusakan yang berarti jika kadar air yang dikandungnya <20%
4. Mempengaruhi kualitas pada pembuatan pulp

Dua hal utama yang mempengaruhi perbedaan berat kayu adalah kekerasan kayu dan moisture content (MC). Semakin tinggi ukuran
MC akan semakin tinggi berat kayu. Kekerasan kayu atau 'density' diukur dalam satuan kg/m3. Rata-rata kekerasan kayu yang ada
adalah sekitar 320 - 720 kg/M3. Ada beberapa jenis kayu yang sangat lunak hingga 160 kg/m3 dan paling tinggi kekerasan kayu pada
level 1.000 kg/m3.
Semua ukuran kekerasan kayu tersebut diukur pada level MC sekitar 12%.

Titik Jenuh Serat

Titik jenuh serat adalah kondisi dimana air di dalam rongga sel telah kosong tetapi air/uap air di dalam dinding sel masih jenuh. Titik
jenuh ini berkisar 30 %, namun pada beberapa jenis kayu mungkin nilainya lebih rendah. Sesuai dengan definisinya, kondisi ini
sebenarnya lebih terikat pada konteks sel daripada konteks papan. Artinya sangat dimungkinkan bahwa dengan rata-rata titik jenuh
serta sebesar 30 %, namun sebaran kadar air pada kayu tersebut sebesar 15% pada permukaan dan 45 % pada bagian dalam. Hal ini
terkait dengan proses pergerakan air yang lebih cepat di bagian luar dibanding di bagian dalam (akan didiskusikan pada bab
selanjutnya). Sehingga akan adanya gradient kadar air dalam kayu tersebut.

Titik jenuh serat ini penting dialam pengeringan kayu dengan berbagai alasan. Pertama, untuk menurunkan air di dalam dinding sel
dibutuhkan energi lebih banyak dibanding untuk mengeluarkan air didalam rongga sel.  Simpson (1991) mengatakan bahwa energi
yang dibutuhkan lebih tinggi sekitar 5 % pada kadar air 15 %. Dan lebih tinggi 15 % pada kadar air 6 %. Kedua, penyusutan kayu
terjadi ketika kayu berada dibawah titik jenuh serat. Ketika kadar air masih diatas titik jenuh serat, kayu tidak akan mengalami
penyusutan walaupun terjadi penurunan kadar air. Ketiga, perubahan besar terjadi pada sifat fisika dan mekanika dimulai ketika kayu
berada pada kadar air dibawah titik jenuh serat.

 Kadar Air Seimbang

Sebagai bahan yang bersifat higroskopis, kayu memiliki sifat alami untuk bertukaran uap air dengan udara disekitarnya. Jika udara di
sekitarnya lebih basah dari pada kayu, maka kayu akan menyerap air di udara sekitarnya dan kadar air didalam kayu tersebut akan
naik sampai terjadi keseimbangan dengan kondisi di udara sekitarnya. Sebaliknya jika udara menjadi lebih kering, maka kayu akan
menguapkan air sampai kadar airnya sama seimbang dengan kondisi udara disekitarnya.

Kondisi dimana kadar air kayu dalam posisi seimbang dengan kondisi suhu dan lingkungan yang konstan disebut sebagai kadar air
seimbang (KAS) atau dalam bahasa Inggris disebut EMC (Equilibrium Moisture Content). Dengan demikian KAS ini akan
tergantung dengan suhu dan kelembaban relatif lingkungannya, meskipun variasi jenis kayu juga akan memberikan dampak yang
nyata terhadap KAS tersebut. 

Berat Jenis Jumlah substansi dinding sel pada kayu, disebut sebagai berat jenis adalah indikator yang penting dari beberapa sifat
fisika kayu. Berat jenis merupakan perbandingan antara kerapatan suatu benda yang dalam hal ini kayu dengan kerapatan benda
standar yang umumnya berupa air. Namun karena pada suhu 4o C nilai kerapatan air adalah 1 gr/cm3 , maka padakayu yang nilai
kerapatannya ditentukan berdasarkan berat kering tanur dan volume basah mempunyai nilai missal 0,4 gr/cm3 secara langsung kayu
tersebut juga dapat dikatakan memiliki berat jenis 0,4 (tanpa satuan). Meskipun nilai berat jenis hanya ditentukan berdasarkan berat
kering tanurnya, namun nilai volumenya dapat ditentukan berdasarkan tiga keadaan yaitu kering tanur, basah (lebih besar atau sama
dengan titik jenuh serat) atau keadaan kadar air antara kering tanur dan basah.

DAFTAR PUSTAKA
Haygreen, J.G dan J.L Bowyer, 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar (Terjemahan Sutjipto, AH), Gadjah Mada
University Press Yogyakarta.

Listyanto, T 2016, Teknologi Pengeringan Kayu dan Aplikasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, p17-18

M. Amin, Jaksen. 2015. Penuntuk Praktikum Teknologi Pangan. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.


Putra, R.M.S. 1995. Gurita Industri Kertas Indonesia. Media Indonesia, Kamis 8 Juni 1995.

Soenardi, 1974. Hubungan Antar Sifat-sifat Kayu dan Kualitas Kertas. Berita Selulosa, 10 (3) : 111 – 124.

Anda mungkin juga menyukai