Anda di halaman 1dari 5

Nama : Charles Piter Puny

NPM : 20111030

Kelas : B

1. Jenis jenis karakterisstik kayu berdasarkan sifat fisisnya :


Berat dan Berat Jenis – Berat sebuah kayu dipengaruhi oleh jumlah zat kayu, rongga
sel, kadar air dan zat ekstratif pada kayu tersebut. Berat kayu berbanding lurus
dengan Berat Jenisnya. Contohnya pada kayu pohon balsa memiliki Berat Jenis 0,2
dan kayu nani memiliki Berat Jenis 1,28. makin tinggi Berat Jenis kayu maka bobot
kayu juga akan makin berat.
Keawetan Kayu – Ketahanan kayu terhadap lingkungan dan serangan perusak kayu
seperi jamur, semut, dan rayap dipengaruhi oleh zat ekstratif yang terkandung dalam
kayu. Zat ekstraktif pada kayu tersebut merupakan racun bagi hama kayu. Zat-zat
tersebut terbentuk ketika kayu gubal berubah menjad kayu teras, oleh karena itu kayu
teras lebih awet dan keras dibanding kayu gubal.
Warna Kayu – Masing-masing kayu memiliki warna dan corak tersendiri, warna
tersebut dihasilkan oleh zat pengisi warna kayu.
Tekstur Kayu – Serat atau tekstur kayu adalah ukuran relatif sel-sel kayu.
Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan menjadi beberapa tekstur antara lain
tekstur halus seperti kayu giam dan kulim, tekstur sedang seperti jati dan sonokeling,
dan tekstur kasar seperti kempas dan meranti.
Arah Serat – Arah sel-sel kayu terhadap sumbu batang menentukan arah serat kayu.
Arah serat kayu dibagi menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serat
berpilin dan serat diagonal atau miring.
Kesan Raba, merupakan kesan atau rasa raba yang didapat ketika kayu disentuh.
Kesan yang ditimbulkan dari jenis-jenis kayu berbeda-beda, seperti kasar, halus,
licin, dingin, berminyak dan lainnya. Kesan raba dipengaruhi oleh tekstur kayu, kadar
air, kadar zat ekstraktif pada sebuah kayu.
Bau dan Rasa Kayu – Kayu memiliki aroma serta rasa yang berbeda-beda dan dapat
segera hilang jika terlalu lama disimpan di udara terbuka. Misalnya kayu jati yang
memiliki bau zat penyamak, kayu kulim yang berbau bawang, dan kayu kamper
berbau seperti kapur barus.
Nilai Dekoratif – Pemilihan kayu untuk fungsi dekoratif dipengaruhi oleh warna, arah
serat, tekstur dan pemunculan riap-riap tumbuh dan pola-pola tertentu.
Higroskopis – Setiap kayu memiliki pori-pori yang dapat menyerap dan melepaskan
air. makin lembap udara sekitar maka makin tinggi kelembapan kayu hingga
mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Ketika kayu memiliki kelembapan
yang sama dengan kelembapan udara lingkungannya, maka hal ini disebut kandungan
air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
Sifat Kayu Terhadap Suara – Ternyata kayu memiliki respons tertentu terhadap
suara, yaitu sifat akustik yang merupakan kemampuan kayu untuk meneruskan suara
dan berkaitan dengan elastisitas kayu. Sifat resonansi, yaitu sifat kayu yang ikut
bergetar ketika terkena gelombang suara. Jenis kayu ini banyak digunakan untuk
pembuatan alat musik seperti gitar dan biola karena menghasilkan kualitas nada yang
baik.
Daya Hantar Panas – Secara umum kayu memiliki sifat isolator atau sulit untuk
mengantarkan panas. Pemilihan kayu dengan daya hantar panas yang rendah
diperlukan dalam pembuatan barang-barang yang berhubungan dengan panas secara
langsung.
Daya Hantar Listrik – Kayu merupakan penghantar listrik yang buruk karena daya
hantar kayu tersebut dipengaruhi oleh kadar air kayu. Kayu yang memiliki kadar air
0% adalah kayu yang baik sebagai sekat listrik. Namun makin tinggi kadar air dalam
kayu atau kayu basah, maka dapat mengantarkan daya listrik akibat air yang
dikandungnya.
Untuk karakteristik sifat mekanisnya :
Kekuatan Tarik – Keteguhan atau kekuatan tarik adalah kemampuan kayu kayu untuk
menahan gaya-gaya yang menarik kayu, antara lain kekuatan tarik sejajar arah serat
dan kekuatan tarik tegal lurus arah serat. Kekuatan tarik terbesar kayu adalah
kekuatan tarik sejajar arah serat, sedangkan kekuatan tarik tegak lurus arah serat
memiliki kekuatan yang lebih kecil.
Kekuatan Tekan / Kompresi – Keteguhan atau kekuatan tekan adalah kemampuan
kayu untuk menahan beban atau muatan, antara lain kekuatan tekan sejajar arah serat
dan kekuatan tekan tegal lurus arah serat. Semua kayu memiliki kekuatan tekan
sejajar arah serat lebih tinggi dibanding kekuatan tekan tegal lurus arah serat.
Kekuatan Geser – Kekuatan geser merupakan kemampuan kayu untuk menahan gaya
yang membuat bagian kayu bergeser, antara lain kekuatan geser sejajar arah serat,
kekuatan geser tegak lurus arah serat, kekuatan geser miring. Kekuatan geser tegak
lurus arah serat memiliki kekuatan lebih besar daripada kekuatan geser sejajar arah
serat.
Kekuatan Lengkung / Kelenturan – Kekuatan lengkung atau kelenturan kayu
merupakan kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang akan membuat kayu
melengkung atau untuk menahan beban mati atau hidup beban pukulan, antara lain
kekuatan lengkung statik yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenai secara
perlahan, serta kekuatan lengkung pukul yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenai secara tiba-tiba.
Kekakuan Kayu – Kekakuan yang dimaksud adalah kemampuan kayu untuk menahan
perubahan bentuk atau lengkungan, biasa disebut dengan modulus elastisitas.
Keuletan Kayu – Keuletan kayu adalah kemampuan kayu untuk menyerap tenaga
yang relatif besar / kejutan / tegangan yang berulang yang melewati batas
proporsional serta mengakibatkan bentuk permanen dan kerusakan sebagian pada
bagian kayu.
Kekerasan Kayu – Kekerasan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya
yang membuat takik / kikisan / aberasi / keausan kayu.
Kekuatan Belah – Kekautan belah merupakan kemampuan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Kayu yang memiliki kekuatan belah
rendah sangat baik untuk kayu bakar. Sedangkan kayu dengan kekuatan belah tinggi
sangat baik untuk bahan ukiran atau patung. Pada umumnya kayu mudah dibelah
sepanjang jari-jari atau arah radial daripada arah tangensial.
Klasifikasi mutu kayu
Klasifikasi mutu kayu merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan
kualitas muka kayu, seperti: cacat, pola serat, dan kelurusan batang, serta kadar air
kayu.
Menurut Ariestadi (2008), terdapat 3 (tiga) macam mutu kayu dalam
perdagangan, yaitu: mutu A, mutu B dan mutu C. Kayu mutu C adalah kayu yang
tidak termasuk dalam
Golongan kayu mutu A dan mutu B. Menurut Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
(PKKI) 1961, kayu mutu A dan mutu B harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Syarat kayu mutu A:
Kayu harus kering udara (kadar air ≤ 15%);
Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar muka kayu, atau tidak boleh lebih besar dari
3,5 cm;
Kayu tidak boleh mengandung kayu gubal (wanvlak) yang lebih besar dari 1/10 lebar
muka kayu;
Miring arah serat Tangen maksimum 1/10;
Retak arah radial tidak boleh lebih besar dari 1/4 tebal kayu dan retak arah lingkaran
tumbuh tidak boleh lebih besar dari 1/5 tebal kayu.

Syarat kayu mutu B:


Kayu kering udara dengan kadar air 15% – 30%;
Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 lebar muka kayu, atau tidak boleh lebih besar dari
5 cm;
Kayu tidak boleh mengandung kayu gubal (wanvlak) yang lebih besar dari 1/10 lebar
muka kayu;
Miring arah serat Tangen maksimum 1/7;
Retak arah radial tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal kayu dan retak arah lingkaran
tumbuh tidak boleh lebih besar dari 1/4 tebal kayu.
Kekuatan kayu
Klasifikasi kekuatan kayu didasarkan pada kekuatan lentur dan kekuatan tekan pada
keadaan kayu kering udara. Kekuatan lentur ditentukan berdasarkan tegangan lentur
maksimum yang diterima oleh kayu hingga putus (tegangan lentur mutlak).
Sedangkan kekuatan tekan ditentukan berdasarkan tegangan tekan maksimum yang
diterima oleh kayu hingga pecah (tegangan tekanan mutlak). Besarnya angka
tegangan kayu dinyatakan dengan satuan kg/cm3. Biasanya makin kuat suatu jenis
kayu makin besar pula Berat Jenis (BJ)nya.
Klasifikasi kayu di Indonesia menurut Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
tahun 1961 digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas kuat, yaitu kelas kuat I, II, III, IV
dan V. Besar tegangan dan berat jenis masing-masing kelas kayu kuat ditunjukkan
dalam Tabel berikut:

Klasifikasi Keawetan kayu


Klasifikasi keawetan kayu didasarkan pada keawetan kayu terhadap pengaruh
kelembaban, iklim (air dan terik matahari), rayap dan serangga lain, serta perlakuan
kayu dalam pemakaian sebagai konstruksi. Berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia (1961), keawetan kayu diklasifikasikan dalam 5 (lima) kelas, yaitu: kelas
keawetan I, II, III, IV, dan V. Lama pemakaian kayu pada konstruksi sesuai dengan
kondisi lingkungan atau sifat pemakaian setiap kelas keawetan kayu ditunjukkan pada
Tabel di bawah ini.

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KAYU.


Kelebihan Kayu :
1. Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah. 2. Tahan terhadap pengaruh kimia
dan listrik. 3. Relatif mudah dikerjakan dan diganti. 4. Mudah didapatkan, relatif
murah.
5. Pengaruh temperatur terhadap perubahan bentuk dapat diabaikan.
6. Pada kayu kering memiliki daya hantar panas dan listrik yang rendah, sehingga
baik untuk partisi.
7. Memiliki sisi keindahan yang khas.
Kekurangan Kayu :
1. Adanya sifat-sifat kayu yang kurang homogen (ketidak seragaman), cacat kayu
(mata kayu, retak, dll.).
2. Kekuatannya sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, mutu, kelembaban dan pengaruh
waktu pembebanan.
3. Keterbatasan ukuran khususnya untuk memenuhi kebutuhan struktur bangunan
yang makin beskala besar dan tinggi.
4. Untuk beberapa jenis kayu tertentu harganya relatif mahal dan ketersediaan
terbatas (langka).
2. Hal yang menyebab kan kayu mendapatkan gaya-gaya dalam yang menimbulkan
tegangan kayu yaitu kaitannya dengan kemampuan bahan untuk mendukung gaya
luar atau beban yang berusaha mengubah ukuran dan bentuk bahan tersebut. Gaya
luar yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan timbulnya gaya-gaya dalam
pada benda tersebut yang berusaha mengubah ukuran dan bentuk. Gaya-gaya dalam
ini disebut dengan tegangan yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Perubahan
ukuran atau bentuk dikenal sebagai deformasi atau regangan. Jika tegangan yang
bekerja kecil maka deformasi yang terjadi juga kecil, dan ketika tegangan dihilangkan
sepenuhnya maka bentuk benda akan kembali pada bentuk semula sesuai dengan sifat
elastisitas benda tersebut. Puncak garis kesebandingan antara kenaikan tegangan
dengan kenaikan regangan disebut dengan batas sebanding. Di luar batas sebanding,
regangan akan meningkat lebih besar dibandingkan dengan peningkatan tegangan
Jika tegangan yang didukung melebihi gaya dukung serat maka serat-serat akan putus
dan terjadilah keruntuhan/kegagalan. Kayu memiliki beberapa jenis tegangan, pada
jenis tegangan tertentu nilainya besar tetapi pada jenis tegangan yang lain nilainya
kecil. Jenis-jenis tegangan yang berbeda tersebut berperan secara bersama-sama,
sebagai contoh tegangan tekan akan berusaha menekan/memperpendek kayu,
tegangan tarik akan berusaha Konstuksi Kayu 20 memperpanjang kayu, dan tegangan
geser akan berusaha mengeser serat-serat kayu. Biasanya kayu sering kali menderita
kombinasi dari beberapa tegangan di atas secara bersamaan walaupun salah satu
tegangan diantaranya akan mendominasi. Kurva tegangan dan regangan bahan kayu
dengan gaya aksial sejajar serat (Edlund,1995) Kemampuan benda untuk berubah
bentuk dan kembali pada bentuk semula disebut fleksibilitas, sedangkan kemampuan
benda untuk menahan perubahan bentuk disebut dengan kekakuan. Modulus
elastisitas adalah nilai yang mengukur hubungan antara tegangan dengan regangan
pada batas sebanding dan menggambarkan istilah fleksibilitas dan
kekakuan. makin tinggi nilai modulus elastisitas, maka kayu tersebut lebih kaku dan
sebaliknya makin rendah nilai modulus elastisitas maka kayu tersebut akan lebih
fleksibel. Masing-Regangan Tegangan Batas sebanding

Anda mungkin juga menyukai