Anda di halaman 1dari 17

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-habisnya.
Apabila dikelola atau diusahakan dengan cara-cara yang baik. Artinya apabila
pohon-pohon ditebang yang ada di hutan untuk diambil kayunya, segera tanah
hutan harus di tanam kembali, supaya sumber kayu tidak habis. Kayu dikatakan
juga sebagai renewable resources atau sumber kekayaan alam yang dapat
diperbaharui misalnya dengan minyak bumi atau barang-barang tambang yang
lainnya. Setelah beberapa puluh atau ratus tahun sumbernya akan habis. Kayu
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain.
Dengan kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah sudah diproses menjadi
kertas, bahan sintetik, tekstil bahkan sampai daging tiruan (Nugraha, 2008).
Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh
bahan-bahan lain. Kulit yang mencirikan berbagai jenis pohon dipengaruhi oleh
kecepatan pembentukan dan kecepatan perusakan pada permukaan luar. Lapisan
floem sekunder yang mengelupas berupa lembaran atau sisik. Bila belum rusak
lapisan tersebut akan menumpuk, sedangkan keliling pohon bertambah terus maka
akan terbentuk alur-alur yang merupakan ciri khas kulit pada sebagian besar
pohon. Hal ini disebabkan karena sewaktu batang semakin menebal, periderm
harus mengimbanginya dengan penambahan diameter melalui pembelahan
membujur radial sel-sel felogen dan feloderm. Pecahnya sel-sel tersebut
menyebabkan permukaan kulit kayu menjadi kasar dan membentuk alur-alur
spesifik (Muhdi, 2004).
Pengolahan kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King) di Pulau Jawa
menjadi produk kayu gergajian, kayu konstruksi, mebel dan olahan lainnya oleh
sebagian industri cukup banyak menyisakan limbah. Penggunaan limbah kayu
Mahoni sampai saat ini masih terbatas untuk bahan bakar sehingga perlu dicari
kemungkinan penggunaan lainnya (Pujiarti dan Sutapa, 2007).
Tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King) termasuk dalam famili
Meliaceae. Pohon selalu hijau (evergreen) dengan tinggi pohon antara 30-35 m,
Kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda lalu berubah menjadi
2

coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah pohon berumur tua. Daun
bertandan dan menyirip panjangnya antara 35-50 cm, tersusun bergantian,
teksturnya halus, terdapat 4-6 pasang anak daun, panjangnya antara 9-18 cm.
Bunga kecil berwarna putih, panjangnya 10-20 cm, malai bercabang
(Jaker, 2001).
Sifat fisis kayu merupakan sifat-sifat yang berhubungan dengan kadar air,
kerapatan, berat jenis, kembang susut, sifat panas, keawetan alami, warna,
kelistrikan kayu, dan sifat penyerapan kayu terhadap air. Susunan kayu terdiri dari
susunan sel-sel, dan sel-sel tersebut terdiri dari susunan cellose yang diikat dan
disatukan oleh lignine. Perbedaan susunan sel-sel inilah yang menyebabkan
perbedaan sifat-sifat dari berbagai jenis (Dumanauw, 1990).
Terdapat banyak sifat yang berhubungan dengan fisis kayu, diantaranya
kerapatan atau berat jenis, kadar air, penyusutan dan penampilan atau
penampakan (corak dan rupa). Sifat fisis ini merupakan sifat yang penting karena
banyak berhubungan dengan kegiatan pengerjaan atau pertukangan kayu. Berat
jenis kayu yang dipengaruhi oleh jenis, letak kayu dalam batang, dan tempat
tumbuh. Semakin tinggi berat jenis kayu, maka semakin berat, kuat, keras, dan
akan sukar dikerjakan. Dengan demikian, berat jenis kayu mempunyai kaitan
langsung dengan kekuatan, kekerasan dan sifat pengerjaan dari kayu tersebut
(Sadiyo et al., 2003).
Kayu yang tersusun oleh lignoselulosa menyebabkan kayu bersifat
higroskopis yaitu bersifat menyerap air pada kondisi lebih basah dan akan
melepaskan air pada kondisi lebih kering dari lingkungannya. Susunan sel yang
berbeda pada bidang yang terdapat pada kayu menyebabkan kayu memiliki sifat
yang berbeda pada tiga bidang yang dimilikinya yaitu bidang tangensial, radial,
dan longitudinal yang biasa disebut dengan sifat anisotropis. Sebagai akibat dari
sifat higroskopis dan anisotropis menyebabkan kayu memiliki karakteristik yang
unik dibandingakan bahan lain yaitu mengalami kembang susut yang berbeda
pada arah tiga dimensinya (tangensial, radial, dan longitudinal). Susut terjadi
apabila kayu kehilangan air terikat dalam dinding sel di bawah TJS. Molekul-
molekul air terikat melepaskan diri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin atau
gugus OH bebas. Sedangkan kembang terjadi apabila air masuk ke dalam struktur
3

kayu dan berinteraksi dengan selulosa, hemiselulosa dan lignin. Penyusutan atau
pengembangan terbesar terjadi pada arah tangensial diikuti arah radial dan
longitudinal (Skaar, 1972).
Kegunaan kayu mahoni untuk bahan bangunan, kayu lapis dan meubel,
dan termasuk kayu kelas awet III-IV dan kelas kuat III. Pohon mahoni memiliki
pertumbuhan yang cepat, dan pada umur 7 hingga 15 tahun mahoni sudah tumbuh
besar dan bisa ditebang untuk diambil kayunya (Nursyamsi dan Suhartati, 2013).
Tanaman mahoni dapat tumbuh baik pada daerah beriklim tipe A-C,
walaupun dapat tumbuh pada tipe iklim D, suhu rata-rata 20 - 28C. Tumbuh baik
pada dataran rendah sampai 1500 m dpl (di atas permukaan air laut) pada
berbagai jenis tanah yang bebas genangan dan pH 6,5-7,5 (Lemmens et al., 1995).

Tujuan
Tujuan dari praktikum Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Mahoni adalaha
untuk mengamalisis, mengidentifikasi dan mengetahui sifat fisis dan mekanis
kayu Mahoni (Swietenia mahagoni).
4

TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas kayu ditentukan oleh banyak atau sedikit kandlln gan air pada
kayu tersebut yang dikenal dengan istilah Kadar Air (KA) kayu. Kualitas kayu
yang baik mempunyai KA kayu yang san gat kecil. Untuk mengetahui kualitas
kayu, maka diperlukan pengllkmail KA kayu. Pengukuran kadar air kayu, selama
ini dilakukan oleh Direktorat Metrologi dengan menggunakan alat Meter Kadar
Air kayu metode tak langsung menggunakan tranduser-tranduser terkalibrasi dan
Metodc Oven dan menggunakan cara perbandingan bubot kayu basah dengan
kayu kering tanur. Sampel kayu Mahoni yang dipakai dalam penelitian adalah
sampel primer yang berasal dari kelompoknya yang memenuhi syarat kualitas dan
kuantitas yang ditentukan, yaitu tidak rusak, tidak lapuk. tidak retak, tidak
berdebu. dan sebagainya. Sampel kayu mahoni (sampel primer) dijepit dengan
plat konduktor sejajar dihubungkan dengan tegangan sumber, diukur tegangannya
dalam beberapa tingkatan kadar air yang berbeda secara berulang. Tegangan
diukur dengan menggunakan Voltmeter dan kadar air kayu diukur dengan MKA
kayu. Hasil pengukuran dibuat rata-ratanya. Dimensi (ukuran) sampel baik untuk
bahan uji maupun kayu Mahoni, yang dibuat mempunyai berat sekitar 10 gram
dan luas permukaan sekitar 50 mm x 50 mm x 10 mm (Suryana, 2005).
Berat jenis dan KA kayu perlu diketahui untuk membantu memperkirakan
nilai k suatu kayu. Nilai k akan memudahkan kita dalam mengetahui penggunaan
atau proses selama pengolahannya sehingga kayu tersebut dapat dimanfaatkan
secara efektif dan efisien. Contoh proses pengolahan yang memanfaatkan
pentingnya informasi k adalah proses pengeringan kayu. Informasi nilai k akan
membantu untuk menentukan perambatan panas dalam kayu dan besar energi
yang diperlukan serta waktu yang dipergunakan untuk melakukan proses
pengeringan. Jenis kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu jati,
akasia, mahoni dan sengon laut. Dasar penggunaan jenis kayu ini karena kayu
tersebut merupakan kayu yang komersial dan banyak digunakan oleh masyarakat.
Penelitian ini dikondisikan pada KA 0, 10 dan 30% untuk melihat pengaruh dari
masing-masing kondisi tersebut. Kadar air 0% menggambarkan bagaimana
pengaruhnya terhadap k ketika di dalam kayu tidak memiliki kandungan air sama
5

sekali. Kadar air 10% menggambarkan kondisi kayu saat kering udara dan KA 30
% menggambarkan saat kayu dalam kondisi TJS (titik jenuh serat).
Konduktivitas panas dipengaruhi oleh perbedaan berat jenis kayu, terkait fraksi
volume dari dinding sel. Semakin besar volume dinding sel maka akan semakin
besar nilai k. Konduktivitas panas juga dipengaruhi oleh kadar air (KA) kayu
dengan semakin besar KA maka semakin besar pula nilai k (Listyanto, 2004).
Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan
volume, sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm3 atau
kg/m3. Massa atau berat dan volume pada perhitungan kerapatan kayu dapat
menggunakan berbagai macam kondisi kayu (kondisi segar/basah, kering udara,
kadar air tertentu dan kering tanur). Berat jenis tidak bersatuan karena merupakan
perbandingan berat benda terhadap berat dari volume air yang sama dengan
volume benda yang diukur atau dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan
antara kerapatan kayu (terhadap kerapatan air pada suhu 40C (Nugraha, 2008).
Berat jenis suatu kayu bergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun di
dalamnya, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan
zat ekstraktif di dalamnya. Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya
berat jenis kayu yang bersangkutan, dan dipakai sebagai patokan berat kayu. Berat
jenis kayu adalah perbandingan berat kayu terhadap volume air yang sama dengan
volume kayu tersebut dengan menggunakan berat kayu kering sebagai dasar.
Faktor tempat tumbuh dan iklim, letak geografis dan spesies dapat berpengaruh
terhadap berat jenis, demikian pula letak bagian kayunya berpengaruh terhadap
berat jenis kayu. Klasifikasi yang ada terdiri dari kayu dengan berat ringan, bila
BJ kayu < 0,3, kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36- 0,56 dan kayu
dengan berat berat, bila BJ kayu > 0,56 (Kasmujo, 2001).
Salah satu ciri fisik dari kayu adalah berat jenis yang digunakan untuk
menerangkan masa suatu bahan persatuan volume. Ciri ini umumnya digunakan
dalam hubungannya dengan semua tipe bahan. Berat jenis diterangkan sebagai
kerapatan kayu (yang didasarkan pada berat kering tanur dan volume segar)
dibandingkan dengan kerapatan benda standar air yang nilainya 1 g/cm3, sehingga
nilai dari berat jenis sama dengan berat bahan volume. Berat jenis digunakan
untuk menerangkan masa suatu bahan persatuan volume. Air dipakai sebagai
6

bahan standar karena berat satu sentimeter kubik air adalah satu gram. Jadi dapat
dikatakan bahwa berat jenis suatu benda adalah berat benda tersebut per satuan
volumenya dan berat jenis benda itu relatif terhadap berat jenis standar, yaitu
air. Makin tinggi berat jenisnya, umumnya makin kuat juga kayunya. Semakin
kecil berat jenisnya kayu, maka akan berkurang pula kekuatannya. Berat jenis
ditentukan oleh tebal dinding sel dan kecilnya rongga sel yang membentuk pori-
pori (Pandit dan Hikmat, 2002).
Salah satu ciri fisik dari kayu adalah berat jenis yang digunakan untuk
menerangkan massa suatu bahan persatuan volume. Ciri ini umumnya digunakan
dalam hubungannya dengan semua tipe bahan. Berat jenis diterangkan sebagai
kerapatan kayu (yang didasarkan pada berat kering tanur dan volume segar)
dibandingkan dengan kerapatan benda standar air yang nilai 1 g/cm3, sehingga
nilai dari berat jenis sama dengan kerapatan dengan tanpa satuan atau berat jenis
sebagai perbandingan berat bahan dengan berat volume (Suryoatmono, 2004).
Ada dua hal yang terjadi pada perubahan dimensi kayu, yaitu penyusutan
dan pengembangan kayu. Penyusutan kayu merupakan Penyusutan dinding sel
terjadi saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari molekul-molekul
selulosa berantai panjang dan molekul-molekul hemiselulosa yang kemudian
bergerak saling mendekat. Banyaknya penyusutan yang terjadi umumnya
sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Pengembangan secara
sederhana adalah kebalikan proses ini. Penyusutan dan pengembangan dinyatakan
sebagai persen dimensi sebelum perubahan terjadi. Kayu akan mengembang bila
kadar lengasnya bertambah ( t0 = konstat ) dan menyusut bila kadar lengasnya
berkurang. Tetapi besar kembang susut itu tidak sama di dalam berbagai-bagai
arah, yaitu arah radial ( menuju ke pusat ), arah tangensial (searah dengan garis
singgung), dan arah axial (sejajar dengan arah panjang batang). Untuk semua jenis
kayu kembang susut itu dipengaruhi oleh derajat panas dan angka rapat kayu
(Nugraha, 2008)
Modulus elastisitas kayu menentukan kekakuan kayu. Kekakuan yang
tinggi menyebabkan kayu tidak mudah melentur saat proses permesinan
dilakukan sehingga ketelitian dimensi produk menjadi tinggi. Modulus elastisitas
juga menentukan karakteristik dinamik kayu. Kayu yang mudah bergetar saat
7

proses permesinan dilakukan menyebabkan kekasaran permukaan kayu menjadi


meningkat. Kemampuan benda untuk berubah bentuk dan kembali pada bentuk
semula disebut fleksibilitas, sedangkan kemampuan benda untuk menahan
perubahan bentuk disebut dengan kekakuan. Modulus elastisitas adalah nilai yang
mengukur hubungan antara tegangan dengan regangan pada batas sebanding dan
menggambarkan istilah fleksibilitas dan kekakuan. Semakin tinggi nilai modulus
elastisitas, maka kayu tersebut lebih kaku dan sebaliknya semakin rendah nilai
modulus elastisitas maka kayu tersebut akan lebih fleksibel. (Iskandar, 2009).
Serbuk kayu penggergajian merupakan salah satu jenis partikel kayu yang
berukuran 0,25 mm 2,00 mm, bobotnya sangat ringan dalam keadaan kering dan
mudah diterbangkan oleh angin. Serbuk gergaji kayu mengandung komponen
utama yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif kayu .Saat ini limbah
serbuk kayu penggergajian menjadi suatu permasalahan dan suatu beban di
industri perkayuan karena selain memakan tempat juga kurang sedap dipandang.
Masyarakatpun cenderung untuk membakar limbah serbuk gergaji daripada
mengolahnya kembali sehingga menimbulkan polusi udara dan pencemaran
lingkungan (Rivai, 2011)
Sebagai akibat dari sifat higroskopis dan anisotropis menyebabkan kayu
memiliki karakteristik yang unik dibandingakan bahan lain yaitu mengalami
kembang susut yang berbeda pada arah tiga dimensinya (tangensial, radial, dan
longitudinal). Susut terjadi apabila kayu kehilangan air terikat dalam dinding sel
di bawah TJS. Molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin atau gugus OH bebas. Sedangkan kembang terjadi apabila
air masuk ke dalam struktur kayu dan berinteraksi dengan selulosa, hemiselulosa
dan lignin. Penyusutan atau pengembangan terbesar terjadi pada arah tangensial
diikuti arah radial dan longitudinal (Skaar, 1972).
Nilai kadar air segar tergantung juga pada bulan dan musim saat pohon
ditebang. Pada bulan yang berbeda kadar airnya juga akan berbeda yang
dipengaruhi oleh musim, atau lebih jelas pada musim penghujan kadar airnya
akan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Saat penebangan, sedang
berlangsung peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan
(Manuhua, 2007).
8

Kekuatan tekan sejajar serat kayu dan tegak lurus serat kayu merupakan
dua properti mekanika utama kayu yang sangat diperlukan masing-masing dalam
perencanaan komponen struktur tekan (kolom) dan komponen struktur lentur
(balok) pada suatu struktur bangunan gedung atau rumah kayu. Mengingat kayu
merupakan material ortotropik, yaitu mempunyai properti mekanika yang berbeda
pada ketiga arah utama, maka kekuatan tekan kayu pada arah sejajar serat kayu
(arah longitudinal) akan berbeda dengan kekuatan tekan kayu pada arah tegak
lurus serat kayu (arah radial dan arah tangensial) (Pranata, 2014).
Kekuatan tekan adalah kekuatan batas yang dapat dicapai kayu ketika
komponen kayu tersebut mengalami kegagalan akibat tekan. Dalam perencanaan
struktur bangunan kayu berdasarkan beberapa peraturan kayu yang ada
pada saat ini, yaitu sebagai antar lain peraturan kayu Amerika Serikat
(American Wood Council, 2011).
Kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu bahan disebut
sebagai sifat-sifat mekaniknya. Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk
memikul beban atau gaya yang mengenainya. Ketahanan terhadap perubahan
bentuk menentukan banyaknya bahan yang dimampatkan, tepuntir, atau
terlengkungkan oleh suatu beban yang mengenainya. Perubahan-perubahan
bentuk yang terjadi segera sesudah beban dikenakan dan dapat dipulihkan jika
beban dihilangkan disebut perubahan bentuk elastis. Sebaliknya jika perubahan
bentuk berkembang perlahan-lahan sesudah dikenakan, maka disebut reologis atau
tergantung waktu (Haygreen dan Bowyer, 1989).
9

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Sifat Fisis dan Mekanis Kayu yang berjudul Laporan Akhir
Sifat Fisis dan Mekanis Kayu dilaksanakan pada Rabu, 02 Maret 2016 sampai
dengan 9 Juni 2016. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil
Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara.

Alat dan Bahan


Alat dan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buku data, caliper,
beaker glass, picnometer, botol aquades, cutter, Tensilon, alat tulis dan timbangan
analitik.
Bahan dan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel kayu
mahoni (Swietenia mahagoni) ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm, 2 cm x 2 cm x 6 cm,
2 cm x 2 cm x 30 cm, serbuk kayu sebanyak 2 gram, aquades dan air.

Prosedur Kerja
a. Perhitungan Kadar Air Kayu
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Sempel kayu diovenkan selama 24 jam pada suhu 1030 C
3. Dihitung kadar air kayu dengan rumus:
BA BKT
KA = X 100%
BKT
4. Dicatat hasil pengamatan kedalam tally sheet
Tabel 1. Tally sheet Pengukuran Kadar Air Kayu
Contoh Uji
(CU) Ulangan BA (gram) BKT (gram) % KA
Kadar Air
1
2
3
KA sd

b. Perhitungan Berat Jenis Kayu


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diukur panjang, lebar dan tinggi specimen kayu dengan caliper
10

3. Sempel kayu diovenkan selama 24 jam pada suhu 103 20 C


4. Dihitung berat jenis kayu dengan rumus:
Kerapatan Kayu
BJ =
Kerapatan Air
5. Dicatat hasil pengamatan kedalam tally sheet
Tabel 2. Tally Sheet Pengukuran BJ
Ulangan (cm) Rerata
CU BJ Vol BKT BJ
1 2 3 (m)
P
L
T
KA sd

c. Perhitungan Kembang Kayu


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diukur panjang, lebar dan tinggi specimen kayu dengan caliper
3. Sempel kayu direndam selama 2 x 24 jam
4. Dihitung kembang kayu dengan menggunakan caliper
5. Dicatat hasil pengamatan kedalam tally sheet

Tabel 3. Tally Sheet Pengukuran Kembang


CU Ulangan (awal) Rerata Ulangan (akhir) Rerata Kembang
Kembang 1 2 3 (cm) 1 2 3 (cm) (%)
L
R
T

d. Perhitungan Susut Kayu (Kering udara, oven 700 C dan 103 20 C)


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diukur panjang, lebar dan tinggi specimen kayu dengan caliper
3. Sempel kayu direndam selama 24 jam
4. Dihitung kembang kayu dengan menggunakan caliper
5. Dicatat hasil pengamatan kedalam tally sheet
Tabel 4. Tally Sheet Pengukuran Susut (Kering udara, oven 700 C dan 103 20 C)
CU Ulangan (awal) Rerata Ulangan (akhir) Rerata Susut
Susut 1 2 3 (cm) 1 2 3 (cm) (%)
L
R
T
11

e. Perhitungan MOE dan MOR Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)


1. Dibuka Microsoft excel
2. Dibuka file open lalu dicari data MOE dan MOR dimana tersimpan
3. Diubah menjadi text files dan dibuka salah satu file yang sudah terbuka
4. Diklik open kemudian pilih comma kemudian klik next dan finished
5. Dilihat nilai maksimum load kemudian blok nilai dari awal hingga
menuju nilai maksimum load
6. Diklik copy kemudian buka sheet 1
7. Diklik paste kemudian pindahkan nilai yang disisi kanan ke sebelah kiri
8. Diblok kembali nilai kemudian pilih insert kemudian klik scatter
9. Dicari nilai yang linear kemudian ditentukan nilainya
10. Diblok kembali nilai yang sudah didapat kemudian pilih insert dan klik
scatter

11. Diperoleh persamaan dan nilai dan nilainya diubah ke mm

12. Dihitung nilai MOE dan MOR.

f. Perhitungan Tekan Sejajar Serat


1. Dibuka Microsoft excel.
2. Dibuka file open lalu dicari data Uji tekan sejajar serat dimana
tersimpan.
3. Diubah menjadi text files dan dibuka salah satu file yang sudah terbuka.
4. Diklik open kemudian pilih comma kemudian klik next dan finished.
5. Dilihat nilai maksimum load kemudian blok nilai dari awal hingga
menuju nilai maksimum load.
6. Diklik copy kemudian buka sheet 1.
7. Diklik paste kemudian pindahkan nilai yang disisi kanan ke sebelah kiri.
8. Diblok kembali nilai kemudian pilih insert kemudian klik scatter.
9. Dilihat beban maksimum pada saat grafik menunjukkan patahan.
Dimasukkan data p, l, b, h ke tabel dengan masing-masing satuan yang
sudah ditentukan. Dihitung nilai Uji tekan.
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum yang berjudul Sifat Fisis dan
Mekanis Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Pengukuran kadar air kayu mahoni (Swietenia mahagoni)
Ulangan Berat awal (g) BKT (g) KA(%)
Contoh Uji
(CU) 1 7,6509 5,0606 51,18%
Kadar Air 2 8,4610 5,8533 44,55%
3 7,7880 5,1562 51,041%

Tabel 2. Pengukuran Berat Jenis Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)


CU BJ Volume BKT Kerapatan
Ulangan BJ
P L T (cm3) (gram) (g/cm3)
1 2 2,1 2,3 9,66 5,8995 0,6107 0,6107
2 2,1 2 2,2 9,24 4,5505 0,4925 0,4925
3 2,1 2,1 2,4 10,584 5,6654 0,5353 0,5353
Rata-rata 0,5462 0,5462
Keterangan:
ASTM : American Society for Testing Material
P : Panjang
L : Lebar
T : Tinggi
BKT : Berat Kering Tanur
BJ : Berat Jenis

Tabel 3. Pengukuran Kembang Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)


CU Ulangan (awal) Ulangan (akhir) Kembang Kembang 2 Kembang 3
Kembang 1 2 3 1 2 3 1 (%) (%) (%)
L 22,02 21,01 23.005 22.06 21,08 23,08 0,2 0,39 0,35
R 24.02 23,65 24.075 24,09 24,00 25,01 0.29 4,05 3,88
T 24.08 22,05 17,01 25,01 22,09 17,06 3,84 0,2 0,26

Tabel 4. Pengukuran Susut (Kering Udara) Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)


Ulangan (awal) Ulangan (akhir) Susut 1 Susut 2 Susut 3
CU Kembang
1 2 3 1 2 3 (%) (%) (%)
L 23,65 23,03 22.01 22,07 22,09 21,08 4,48 4,25 4,421
R 29,03 23,01 28,05 26,06 22,07 28,01 11,39 4,26 0,14
T 27,01 23,06 22,09 26,07 23,01 22,01 3,58 0,21 0,38

Tabel 5. Pengukuran Susut (Kering Oven 700C) Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
CU Ulangan (awal) Ulangan (akhir) Susut 1 Susut 2 Susut 3
Kembang 1 2 3 1 2 3 (%) (%) (%)
L 23,07 22,07 22,056 23,07 22,05 22,05 0 0,068 0,022
R 29,01 21,05 29,03 28,05 21 28,03 3,44 0,023 3,567
T 21,01 28,08 26 20,02 27,08 25,01 5,24 3,671 3,937
13

Tabel 6. Pengukuran Susut (Kering Oven 10320C) Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
CU Ulangan (awal) Ulangan (akhir) Susut 1 Susut 2 Susut 3
Kembang (%) (%) (%)
1 2 3 1 2 3
L 23,06 23,06 23 22,02 22,75 22,08 4,69 4,46 4,14
R 26 23 24,02 25,02 22,04 23,07 3,89 4,37 4,07
T 18,07 20 21,08 16,05 18,02 21,05 12,14 10,98 0,11

Pembahasan
Dari hasil pengujian kerapatan dan berat jenis kayu mahoni (Swietenia
mahagoni) nilai kerapatan rata-rata yang didapat adalah 0,5462 g/cm3 dan BJ rata-
rata adalah 0,5462. Nilai kerapatan dan BJ yang didapat menunjukkan bahwa
kayu mahoni (Swietenia mahagoni) termasuk ke dalam kayu dengan berat sedang.
Hal ini seusai dengan pernyataan dari Kasmujo (2001) bahwa kayu dengan berat
sedang bila BJ kayu 0,36-0,56. Pengukuran BJ juga bertujuan untuk mengetahui
kelas kuat pada kayu, semakin tinggi berat jenisnya, umumnya makin kuat juga
kayunya. Semakin kecil berat jenisnya kayu, maka akan berkurang pula
kekuatannya dan kayu mahoni (Swietenia mahagoni) termasuk ke dalam kelas
kuat kayu III. Besarnya nilai kerapatan dan BJ pada kayu dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam
batang dan kecepatan tumbuh pada kayu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pandit
dan Hikmat (2007) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu
yaitu umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan
tumbuh pada kayu.
Hasil pengujian rata-rata kadar air segar kayu mahoni
(Swietenia mahagoni) adalah 48,923%. Rata-rata kandungan kadar air kayu
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Manuhua (2007) Nilai kadar air segar tergantung juga pada bulan dan
musim saat pohon ditebang. Pada bulan yang berbeda kadar airnya juga akan
berbeda yang dipengaruhi oleh musim, atau lebih jelas pada musim penghujan
kadar airnya akan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Terdapat
perbedaan persentase kadar air antara kayu ulangan 1, ulangan 2 dan 3 hal ini
kemungkinan dapat disebabkan oleh kedudukan atau posisi kayu dalam batang
pohon. Pada hasil uji dapat diketahui bahwa kayu dengan berat lebih tinggi
cenderung memiliki kadar air yang lebih rendah. Kadar air kayu berhubungan erat
14

dengan berat jenis kayu semakin rendah kadar air kayu, maka semakin tinggi berat
jenisnya.
Penyusutan yang terjadi pada kayu ini dapat dilihat bahwa yang tersebesar
adalah pada saat dari KA segar ke KA kering tanur. Menurut USDA Forest
Service besarnya susut radial dan tangensialnya adalah 11,39% dan 3,58%, maka
penyusutan yang terjadi pada kayu ini terjadi secara cepat. Pada dasarnya
perubahan dari dimensi kayu terjadi pada saat kayu berada pada kondisi titik
jenuh serat yang biasanya kadar air pada kayu tersebut sebesar 15-20%. Pada
pengukuran kembang, contoh uji yang mengalami pengembangan terbesar adalah
contoh uji 2 yaitu sebesar 11,39%. Proses pengembangan ini dilakukan dengan
cara menenggelamkan contoh uji kayu ke dalam air selama 24 jam. Setelah di
rendam kayu mengalami pengembangan, hal ini dikarenakan air yang masuk ke
dalam rongga-rongga sel kayu.

MOE (Modulus of Elasticity)


Hasil yang diperoleh dari pengukuran kekuatan lentur pada kayu Mahoni
(Swietenia mahagoni) adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Pengukuran MOE Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
Sampel Uji B h L Y/P MOE
1 2,16 2,16 30 0,00467 66400,58226
2 2,16 2,18 30 0,00472 63905,54489
3 2,18 2,18 30 0,0056 53369,08677
4 2,16 2,0 30 0,006 65104,16667
5 2,19 2,03 30 0,00456 80799,13317
6 2,14 2,08 30 0,00456 76866,15404
7 2,16 2,1 30 0,00556 60690,02912

Modulus elastisitas (MOE) berkaitan dengan regangan, defleksi dan


perubahan bentuk yang terjadi. Besarnya defleksi dipengaruhi oleh besar dan
lokasi pembebanan, panjang dan ukuran balok serta MOE kayu itu sendiri.
Modulus elastisitas adalah nilai yang mengukur hubungan antara tegangan dengan
regangan pada batas sebanding dan menggambarkan istilah fleksibilitas dan
kekakuan. Semakin tinggi nilai modulus elastisitas, maka kayu tersebut lebih kaku
dan sebaliknya semakin rendah nilai modulus elastisitas maka kayu tersebut akan
lebih fleksibel. MOE kayu dilakukan untuk memperoleh kekakuan kayu juga.
Kelenturan kayu ini berguna untuk mendapatkan nilai kekuatan kayu dalam
15

menahan beban tanpa patah. MOE pada setiap sampel uji berbeda disebabkan oleh
adanya perbedaan kadar air, kerapatan dan struktur kayu walaupun kayu berasal
dari pohon yang sama serta ukuran yang sama.
Penentuan MOE yang paling tinggi juga dapat dilihat berdasarkan grafik
dimana spesimen ke 5 memiliki kurva tingkat kelenturan tertinggi dibandingkan
dengan grafik lain. Sementara spesimen dengan MOE terkecil yaitu spesimen ke 3
memiliki kekuatan lentur paling renda. Ini artinya spesimen ini lebih kaku
dibandingkan dengan spesimen lain. Dapat juga dilihat pada grafik kurva
kelenturan spesimen 3 cenderung lebih datar dibandingkan spesimen lain.
Meskipun spesiemen memiliki ukuran dan berasal dari pohon yang sama, MOE
yang dihasilkan berbeda ini dikarenakan kadar air yang berbeda, kerapatan serta
struktur kayu. Kayu dengan kadar air yang tinggi cenderung lebih tinggi
kelenturannya.

MOR (Modulus of Rupture)


Hasil yang diperoleh dari pengukuran kekuatan lengkung (MOR) pada
kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Pengukuran MOR Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
Sampel Uji B H L P MOR
1 2,16 2,16 30 149,36 666,93
2 2,16 2,18 30 141,31 619,47
3 2,18 2,18 30 138,42 601,23
4 2,16 2,00 30 103,73 506,26
5 2,19 2,03 30 145,72 762,60
6 2,14 2,08 30 134,94 655,86
7 2,16 2,10 30 117,17 553,52

Pembahasan
Modulus of Rupture (MOR) dihitung dari beban maksimum (beban pada
saat patah) dalam uji keteguhan lentur dengan menggunakan pengujian yang sama
untruk MOE. Berdasarkan hasil pengujian nilai MOR secara berturut-turut dari
yang tertinggi adalah pada sampel uji 5 yaitu 762,60; sampel uji 1 yaitu 666,93;
sampel uji 6 yaitu 655,86; sampel uji 2 yaitu 619,47; sampel uji 3 yaitu 601,23; sampel
uji 7 yaitu 553,52; dan sampel uji 4 yaitu 506,26. Perbedaan nilai MOR dapat disebabkan
oleh adanya perbedaan kadar air, kerapatan dan struktur kayu walaupun kayu
berasal dari pohon yang sama serta ukuran yang sama
16

Tekan Sejajar Serat


Hasil yang diperoleh dari Tekan sejajar serat kayu mahoni
(Swietenia mahagoni) adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Pengukuran Tekan sejajar serat kayu mahoni (Swietenia mahagoni)
Sampel Uji b h L P
Fc (kg/cm2)
(cm) (cm) (cm) (kgf)
1 2,166 2,174 6 1379,111 292,874
2 2,182 2,200 6 1523,670 317,404
3 2,200 2,200 6 1575,628 325,628
4 2,008 2,150 6 416,745 96,531
5 2,050 2,200 6 1050,703 232,971
6 2,120 2,190 6 1198,078 258,050
7 2,110 2,188 6 402,039 87,084

Pembahasan

Kuat tekan sejajar arah serat adalah kekuatan kayu memikul beban yang
bekerja padanya yang arah beban sejajar dengan arah serat kayu. Keteguhan
tekan sejajar serat memiliki perbedaan yang nyata antar sampel uji kayu mahoni,
hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan posisi sampel uji pada batang pohon.
Perbedaan kekuatan tekan tersebut secara berturut-turut adalah sampel uji 1 yaitu
292,874; sampel uji 6 yaitu 258,050; sampel uji 5 yaitu 232,971; sampel uji 3
yaitu 325,628 sampel uji 2 yaitu 317,404 ; sampel uji 4 yaitu 96,53; dan sampel
uji 7 yaitu 87,084.
17

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kadar air rata-rata kayu mahoni (Swietenia mahagoni) dari ketiga contoh uji
tersebut adalah 48,923%.
2. Pada pengukuran kembang, contoh uji yang mengalami pengembangan
terbesar adalah contoh uji 3 pada arah radial
3. Pada pengukuran susut kering oven 70C, contoh uji kayu yang mengalami
susut tertinggi adalah contoh uji 1 arah tangensial, sedangkan pada
pengukuran susut kering oven 1032C, contoh uji kayu yang mengalami
susut tertingi adalah contoh uji 1 arah tangensial.
4. Kekuatan lentur kayu diukur dengan merenggangkan kayu pada sebuah alat
yaitu tensilon. MOE tertinggi ada pada spesimen 5 dimana MOE yang
diperoleh adalah dan yang terkecil terdapat pada contoh uji 3.
5. Kayu mahoni (Swietenia mahagoni) termasuk ke dalam kayu dengan berat
sedang dan termasuk ke dalam kelas kuat kayu III.
6. Nilai MOR pada kayu mahoni (Swietenia mahagoni) secara berturut-turut dari
yang tertinggi adalah pada sampel uji 5 yaitu 762,60; sampel uji 1 yaitu 666,93;
sampel uji 6 yaitu 655,86; sampel uji 2 yaitu 619,47; sampel uji 3 yaitu 601,23;
sampel uji 7 yaitu 553,524; dan sampel uji 4 yaitu 506,26.
7. Kuat tekan sejajar arah serat adalah kekuatan kayu memikul beban yang
bekerja padanya yang arah beban sejajar dengan arah serat kayu. berturut-turut
adalah sampel uji 1 yaitu 292,874; sampel uji 6 yaitu 258,050; sampel uji 5
yaitu 232,971; sampel uji 3 yaitu 325,628 sampel uji 2 yaitu 317,404 ; sampel
uji 4 yaitu 96,53; dan sampel uji 7 yaitu 87,084.

Saran
Sebaiknya sebelum melakukan penganalisisan, pengidentifikasian, dan
pengenalan kayu mahoni harus diperhatikan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Dan pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cermat dan teliti
sehingga hasil yang diperoleh efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai