Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA KAYU

PENGUKURAN KADAR AIR KAYU

Disusun Oleh :

Nama : Astria Resty Verdika


NIM : G1011201257
Kelas/Semester : E/III

Dosen : Lolyta Sisillia, S. Hut, M. Si


Asdos : Novian Rendy Wijaya

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga laporan praktikum Fisika Kayu ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Lolyta Sisillia, S. Hut,
M. Si selaku dosen mata kuliah Fisika Kayu dan juga kepada Bang Novian Rendy Wijaya
selaku asisten dosen praktikum Fisika kayu, karena laporan praktikum ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Harapan saya semoga laporan praktikum ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan semoga kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Sekian dan terima kasih.

Bengkayang, 22 Oktober 2021


Penyusun

Astria Resty Verdika


NIM. G1011201257

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Tujuan ............................................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 5

BAB III METODE PRAKTIKUM......................................................................................... 6


A. Alat dan Bahan.............................................................................................................. 6
B. Prosedur Kerja .............................................................................................................. 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 7


A. Hasil................................................................................................................................ 7
B. Pembahasan ................................................................................................................... 9

BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 10
A. Simpulan ...................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kadar air kayu merupakan banyaknya air yang dikandung kayu yang dinyatakan dalam
persen terhadap berat kering tanurnya. Pengaruh perubahan dimensi yang disebabkan
karena absorpsi atau desorpsi air terikat terjadi pada kondisi kadar air dibawah titik jenuh
serat (TJS). Peristiwa ini dikenal dengan pengembangan dan penyusutan kayu.
Berat kadar air dalam kayu bervariasi menurut : jenis kayu , letaknya dalam pohon dan
berhubungan erat dengan Berat Jenis. Kadar air kayu segar lebih tinggi dibandingkan kadar
air kayu kering udara. Pentingnya mempelajari tentang kadar air kayu adalah untuk :
1. Menambah wawasan mengenai kayu
2. Bekal untuk jenjang ilmu selanjutnya seperti Mekanika Kayu, Teknologi Pengolahan
Kayu, Perekatan Kayu, Pertumbuhan Pohon & Kualitas Kayu, dll.
3. Penggunaan kayu bangunan yang tepat, dll.
Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar
air tertentu, kering udara dan kering tanur. Kayu pada kondisi basah paling rawan terhadap
serangan organisme perusak misalnya serangga dan jamur. Kondisi kadar air tertentu (di
bawah titik jenuh serat) kayu rawan terhadap efek penyusutan yang tidak terkendali,
sedangkan kayu kering udara (disebut juga kering angin, seimbang, siap pakai atau stabil)
sangat penting untuk diterapkan di dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku produk
tertentu.
Kayu mengalami kondisi kritis untuk stabilitas dimensinya adalah pada kisaran 25-
30%, yang biasa disebut titik jenuh serat (TJS). Yaitu, titik dimana keadaan semua air cair
di dalam rongga sek telah dikeluarkan tetapi dinding sel masih jenuh. Keadaan kayu dapat
terganggu oleh perubahan-perubahan dalam besarnya fluktuasi kandungan air. Banyaknya
air yang terdapat di dalam kayu apabila digunakan di dalam kondisi lingkungan yang tidak
berhubungan langsung dengan air akan selalu lebih daripada TJS. Kadar air kayu ini
sebetulnya bias kita atur dan kita hitung, melalui teknik pengeringan yang tepat tentunya.

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat lebih memahami pengertian kadar air (KA) kayu.


2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam KA kayu dan pengertiannya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung KA kayu menggunakan metode
gravimetris.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kayu memiliki kadar air yang terkandung di dalamnya, yang kadang kala beratnya lebih
besar dari berat kayu itu sendiri. Kandungan air ini diketahui dapat mempengaruhi karakteristik
dari kayu seperti berat, kekuatan, dan penyusutan. Kandungan air juga memungkinkan
terjadinya serangan dari berbagai serangga dan jamur yang dapat membuat kayu menjadi rapuh
dan juga dapat merusak struktur penyusun kayu tersebut (Suryoatmono, 2012).
Kadar air kayu merupakan bahan yang mempunyai sifat higroskopis, dapat menyerap
dan melepaskan air, sehingga kadar air dapat berubah-ubah sesuai dengan suhu
dan kelembaban. Kadar air merupakan gambaran mengenai banyaknya air yang ada pada suatu
kayu. Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu
bebas air atau kering tanur. (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Kadar air kayu menunjukkan banyaknya air yang terdapat pada kayu, dinyatakan dalam
persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu perlu dikeringkan sebelum dikerjakan, sampai
mencapai kadar air yang sesuai dengan tempat dimana kayu akan digunakan. Kadar air kayu
adalah banyaknya air yang terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap
berat kering ovennya. Kadar air kering udara adalah kondisi kayu dalam keadaan kering udara,
yang mana pada kondisi ini kayu tidak menyerap atau melepaskan air. Dengan demikian bila
digunakan untuk komponen bangunan dapat dikatakan kayu tersebut tidak mengalami
pengembangan maupun penyusutan, kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak merusak
elemen bangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu kayu bangunan sebelum digunakan harus
diketahui terlebih dahulu kadar airnya. Kadar air kayu yang aman untuk penggunaan pada
bangunan adalah kadar air kering udara, untuk Indonesia sekitar 15%-20% (Budianto, 1996).
Kadar air didefinisikan sebagai berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam pecahan,
biasanya dalam Persen (%) dari berat kering tanur, berat penyusutan, pengembembangan,
kekuatan, dan sifat- sifat lainnya tergantung pada kadar air. Bila kayu dengan kadar air
maksumum di keringkan, air yang pertama-tama menguap adal air bebas, Kadar air (KA) akan
turun sampai titik jenuh serat (TJS). Selama proses ini tidak terjadi perubahan dimensi kayu,
setelah tercapai titik jenuh serat, air terikat menguap dari dinding sel dan KA (Kadar Air) turun
di bawah TJS (Titik jenuh Serat). Dalam fase ini terjadi penyusutan dimensi kayu. Penyusutan
Kayu ini disertai dengan pengurangan kadar air nol (kering tanur). Penyusutan kayu dari titik
jenuh serat sampai kondisi kering tanur di sebut penyusutan total (Basri, 2008).
Kadar air sangat besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama daya pikulnya
terhadap tegangan desak sejajar arah serat dan juga tegak lurus arah serat kayu. Sel-sel kayu
mengandung air yang sebagian bebas mengisi dinding sel. Kayu mengering pada saat air bebas
keluar dan apabila air bebas itu habis keadaannya disebut titik jenuh serat (Fibre Saturation
Point). Kadar air pada saat itu kira-kira 25%-30%. Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh
serat, dinding sel menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan serat-seratnya menjadi
kokoh dan kuat.
Pada umumnya kayu-kayu di Indonesia yang kering udara mempunyai kadar air antara
12%-18%, atau rata-ratanya adalah 15%. Tetapi apabila berat dari benda uji tersebut
menunjukkan angka yang terus-menerus menurun, maka kayu belum dapat dianggap kering
udara.

5
BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
1. Timbangan Manual Sampel kayu dalam kondisi kering udara
2. Timbangan Elektrik (1 buah) dan sampel kayu dalam kondisi
3. Oven segar (fresh cut) 1 buah dengan diameter
4. Gergaji Tangan 1/2 cm dan panjang 2/3 cm. Sampel kayu
5. Golok dan Cutter segar tersebut berupa potongan ranting
atau cabang.

B. Prosedur Kerja

1. Siapkan sampel, rapikan dan beri kode (misalnya : nama kelompok, NIM, dll). Untuk
sampel segar, potong ranting hidup berdiameter 1–2 cm, kemudian dengan
menggunakan gergaji tangan, potong ranting tersebut kirakira sepanjang 2–3 cm.
Sebelum diberi kode, buang kulitnya menggunakan cutter.
2. Timbang masing-masing sampel menggunakan 2 macam timbangan (manual dan
elektrik) untuk mendapatkan berat awal (BA) masing-masing bahan.
3. Masukkan sampel ke dalam oven bersuhu 103±2°C selama kurang lebih 24 jam
(semalaman) atau sampai beratnya relatif konstan.
4. Keluarkan sampel dari oven, lalu masukkan ke dalam desikator selama 10-20 menit.
5. Timbang kembali sampel tersebut menggunakan kedua macam timbangan tadi untuk
memperoleh berat kering tanur (BKT) masing-masing sampel
6. Hitung KA masing-masing sampel dengan menggunakan rumus :

KA = {(BA – BKT) / BKT} X 100 %

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berat Awal Berat Kering Udara


No. Jenis Kayu Kondisi Kayu Kadar Air (KA %)
(BA) (g) (BKU) (g)
Rambutan (Nephelium Kayu Kering Udara 18 g 16 g 12,5 %
1.
lappaceum L.) Kayu Segar 20 g 15 g 33,3 %

Penimbangan Kayu

No. Jenis Kayu Kondisi Kayu Berat Awal (BA) (g) Berat Kering Udara (BKU) (g)

Rambutan
Kayu Kering
1. (Nephelium
Udara
lappaceum L.)

7
Kayu Segar

Perhitungan Kadar Air (KA) Kayu


1. Kadar Air Kayu Kering Udara Rambutan (Nephelium Lappaceum L.)
KA = ((BA – BKU) / BKU) × 100%
KA = ((18 – 16) / 16) × 100%
KA = (2/16) × 100%
KA = 0,125 × 100%
KA = 12,5 %
2. Kadar Air Kayu Segar Rambutan (Nephelium Lappaceum L.)
KA = ((BA – BKU) / BKU) × 100%
KA = ((20 – 15) / 15) × 100%
KA = (5/15) × 100%
KA = 0,333 × 100%
KA = 33,3 %

8
B. Pembahasan

Dalam hasil penelitian kayu Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) yang telah
dilaksanakan diperoleh berbagai perbedaan sifat fisika kayu yaitu berat kayu, di mana berat
kayu ini diperoleh dari kadar air yang masuk dalam pori-pori atau sel kayu, dibuktikan
dengan dilakukannya penelitian berat kayu dengan menggunakan sampel kayu Rambutan
(Nephelium Lappaceum L.). Sampel kayu Rambutan dibuat ukuran dimensi kayu kering
udaranya 3x2x3 cm dan ukuran dimensi kayu segarnya 4x2x2 cm, kemudian dari ukuran
kayu tersebut dicari dan diteliti kadar air kayu (kering udara dan segar).
Pengujian kadar air dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berapa persentase
kadar air yang masih terkandung di dalam kayu. Air dalam kayu terdiri dari air bebas, yaitu
air yang tidak terikat secara fisik dan kimia dalam bahan kayu dan air terikat, yaitu air yang
terikat secara fisik dan kimia dalam bahan kayu, dimana keduanya secara bersama-sama
menentukan kadar air kayu. Kadar air sangat mempengaruhi kekuatan kayu, jika terjadi
penurunan kadar air atau kayu tersebut kering, maka kekuatan kayu akan meningkat.
Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, terdapat perubahan berat, yaitu dari berat
mula-mula menjadi berat kering udara, adapun perlakuannya adalah dengan menempatkan
2 sampel (kayu kering udara dan kayu segar) pada tempat yang kering dan tidak basah
dalam kurun waktu 5 hari. Terdapat perubahan-perubahan angka berat dalam setiap sampel.
Pada sampel kayu kering udara, mempunyai berat awal 18 g, pada hari kedua berat
masih tetap 18 g, pada hari ketiga berat menurun menjadi 17 g, pada hari keempat berat
masih tetap 17 g, dan pada hari kelima berat menurun menjadi 16 g. Penurunan yang terjadi
pada sampel kayu kering udara ini dapat dikatakan konstan, karena perubahan tidak tetap,
terjadi naik turunnya berat namun dengan angka yang sangat kecil yaitu 0.01 atau 0.02.
Pada sampel kayu segar, berat sampel ini mula-mula cenderung besar, yaitu 20 g, hal
itu diakibatkan oleh banyaknya kandungan air yang terdapat dalam kayu. Secara tidak
langsung, kadar air yang berlebihan dalam kayu akan menguap ke udara karena sifat kayu
juga melepaskan air yang akan mengakibatkan menurunnya berat pada kayu, selain itu kayu
dengan udara menyeimbangkan banyaknya air di kayu dengan di udara. Pada hari kedua
berat menurun menjadi 19 g, pada hari ketiga berat menurun menjadi 18 g, pada hari
keempat berat menurun menjadi 16 g, dan pada hari kelima berat menurun menjadi 15 g.
Dari data di atas terlihat perbedaan, di mana pengurangan kadar air basah ke kering
udara jauh lebih besar dari pada pengurangan kadar air dari kering udara ke kering tanur.
Dengan adanya perubahan itu, terjadi perubahan juga pada berat jenis kayu.

9
BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Besarnya penyusutan kayu tergantung dari kadar air dalam kayu, karena kadar air yang
terdapat di kayu basah, kering udara, dan kering tanur akan berbeda. Kadar air kayu
Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam keadaan kering udara adalah 12,5 %.
Sedangkan kadar air kayu Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam keadaan
basah/segar adalah 33,3 %.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu, yaitu umur pohon, tempat tumbuh,
posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis kayu merupakan salah satu
sifat fisik kayu yang penting sehubungan dengan penggunaannya.
Perbedaan juga bisa terjadi karena tergantung jam berapa tempat pengukuran, karena
saat pengukuran kayu terdapat juga perbedaan jam pengukuran yang di mana pengukuran
dilakukan secara bergiliran, sehingga mengakibatkan perbedaan lama tidaknya sampel
kayu pada suatu kondisi yang terjadi antar kelompok.
Penyusutan kayu adalah perubahan dimensi atau perubahan volume yang terjadi karena
adanya perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat (TJS). Penyusutan terjadi pada saat
molekul-molekul air terikat melepaskan diri antar molekul-molekul selulosa berantai
panjang dan molekul-molekul hemiselulosa dan kemudian molekul- molekul rantai ini akan
bergerak saling mendekat. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding
dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada
berbagai arah orientasi, penyusutan terbesar ada pada arah radial dengan rata-rata.

B. Saran

Semoga untuk praktikum kedepannya, dapat dilaksanakan dengan lebih baik dari
praktikum sebelumnya dan praktikum dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh,
karena dari setiap materi praktikum yang akan dipraktekkan, akan membantu kita untuk
menguasai materi di tingkat selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfkh/article/download/21536/17429

https://jurnalee.files.wordpress.com/2013/11/kadar-air-dan-berat-jenis-pada-posisi-aksial-
dan-radial-kayu-sukun-arthocarpus-communis-j-r-dan-g-frest.pdf

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfkh/article/download/22189/17733

http://donyevene.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-ilmu-kayu.html

Suryoatmono, B. 2012. Analisis Kadar Air Pada Kayu. Universitas Parahyangan. Bandung.

Kasmujo, P. 2011. Identifikasi Kayu dan Sifat-sifat Kayu. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai