Anda di halaman 1dari 6

PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU

Kualitas kayu didefinisikan menurut sumber daya kayu berdasarkan morfologi kayu, anatomi
kayu (seperti lingkaran tumbuh, kayu awal dan kayu akhirm densitas, panjang serata atau trakeid,
sudut mikrofibril), komponen kimia (seperti selulosa, hemiselulosa, lignin), dan sifat fisik kayu
(seperti kekakuan dan kekuatan) (Zhang, et al., 2020). Kayu juvenile dan kayu dewasa berbeda
dalam jumlah komponen penting seperti densitas, kekakuan, panjang trakeid, atau komposisi
kimia, yang sangat memengaruhi kecocokan penggunaan kayu (Funda, et al., 2020).

I. Pertumbuhan pohon dan anatomi kayu


Pertumbuhan pohon terdiri dari dua jenis pertumbuhan, pertambahan tinggi dan
pertambahan diameter batang. Pertumbuhan tinggi disebabkan oleh jaringan meristem
pucuk yang terus menerus membelah. Seiring dengan pertumbuhan tinggi, pertambahan
diameter juga terjadi akibat aktivitas kambium yang terus menerus membelah.
Pertumbuhan pohon bersifat tidak terbatas, artinya pembelahan sel terjadi terus-menerus.
Pertumbuhan pohon dengan dukungan lingkungan yang cukup akan menghasilkan kualitas
kayu yang bagus. Pertumbuhan pohon dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan genetik
yang juga akan memengaruhi anatomi kayu. Faktor anatomi kayu juga berhubungan erat
dengan kualitas kayu.
Dalam pandangan anatomi kayu, kualitas kayu yang tinggi dicirikan oleh besar
proporsi dari kayu dewasa, digabungkan dengan densitas dan berat kayu, panjang serat dan
trakeid, penebalan dinding sekunder dengan sudut mikrofibril yang rendah. Pada
umumnya, kayu terdiri atas kayu juvenile dan kayu dewasa. Periode pertumbuhan pohon
5-25 tahun dikenal dengan periode juvenile, setelah periode tersebut maka xylem sekunder
yang dihasilkan pohon berbeda dengan yang sebelumnya. Kayu juvenile merupakan
kumpulan xylem sekunder yang terbentuk di daerah-daerah kambium (pertumbuhan
dipengaruhi meristem apikal), sedangkan kayu dewasa terbentuk oleh jaringan kambium
di batang bagian bawah. Kualitas kayu yang baik berhubungan erat dengan proporsi kayu
juvenile dan kayu dewasa. Dibandingkan kayu dewasa, kayu juvenile memiliki densitas
yang rendah dan sudut mikrofibril yang besar yang akan memengaruhi kualitas inferior
(seperti tegangan dan kekuatan kayu). Proporsi kayu dewasayang banyak mengindikasikan
kualias kayu yang baik (Zhang, et al., 2020).
Panjang serat atau dikenal dengan panjang trakeid pada kayu daun jarum
merupakan komponen penting dalam menentukan kualitas kayu. Faktor penting yang
memengaruhi panjang serat adalah perubahan temperature dan genetik. Diketahui bahwa
panjang serat berkorelasi positif terhadap sudut mikrofibril. Sudut mikrofibril
memengaruhi kekitan dan elastisitas kayu (seperti perilaku penyusutan). Pada dinding sel
sekunder dari sel xylem terdapat 3 lapisan, yaitu S1 dengan orientasi tranversal sudut
mikrofibril, S2 dengan orientasi aksial sudut mikrofibril, dan S3 dengan sudut mikrofibril
yang berorientasi transversal. Variasi sudut mikrofibril pada setiap lapisan menunjukan
sifat mekanik yang berbeda. S1 dan S3 relatif tipis dan berperan dalam menguatkan sel
terhadap deformasi gaya tegangan air dan berkontribusi terhadap kekuatan kayu. S2
merupakan lapisan paling tebal yang berperan dalam sifat fisika dan kimia dinding sel dan
menentukan kualitas kayu (Zhang, et al., 2020). Dalam pertumbuhannya, sudut mikrofibril
dari empulur menuju kulit kay uterus-menerus berkurang sehingga menyebabkan tingkat
kekerasan kayu dari empulur menuju kulit kayu semakin bertambah.
Aktivitas kambium dalam pertumbuhan diameter dicirikan dengan lingkaran
tumbuh. Pada daerah dengan pembagian musim yang jelas dapat dibedakan dengan jelas
lingkaran tumbuhnya, dikenal juga dengan sebutan kayu awal dan kayu akhir. Kayu awal
terbentuk pada awal musim semi dan musim panas yang dicirikan dengan lumen sel yang
besar, sel yang pendek, dinding sel yang tipis, kerapatan kayu yang rendah, warna terang
dan berfungsi sebagai pengangkut. Sedangkan, kayu akhir terbentuk pada musim gugur
dan musim dingin yang dicirikan dengan lumen sel yang kecil, sel yang panjang, dinding
sel yang tebal, kerapatan kayu yang tinggi, warna gelap, berfungsi sebagai penguat.
Lingkaran tumbuh akan menentukan besarnya diameter pohon dan volume kayu.

Gambar 1 Diagram skematik dari faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan kayu


dan diameter tumbuh. JW, MW, EW dan LW adalah singkatan dari juvenile wood,
mature wood, earlywood dan latewood (Zhang, et al., 2020).
II. Pertumbuhan pohon dan kimia kayu
Selulosa, hemiselulosa dan lignin merupakan makromolekul polimer yang ada di
dinding sel tumbuhan, bagian yang penting dalam komponen struktural kayu, dengan
mikrofibril selulosa dan rantai hemiselulosa dilekatkan dengan lignin. Komponen ini
memenuhi 90-96% material kayu, sisanya adalah zat ekstraktif. Proporsi dari keempat
komponen tersebut berbeda-beda antara spesies pohon dan juga tergantung umur dan
bagian pohon, lokasi geografis dan kondisi tanah tempat pohon tersebut
ditanam.Komposisi kimia kayu sangat memengaruhi kualitas kayu (Funda, et al., 2020).
Pertambahan diameter batang pohon dapat terjadi akibat pembentukan dan endapan
dari lapisan dinding sekunder yang terjadi bersamaan dengan lignifikasi yang menyebar
dari lamella tengah dan sudut dinding primer. Artinya, penebalan sekunder yang terjadi
oleh aktivitas kambium memerlukan kadar seluloa yang banyak. Oleh karena itu terdapat
cukup banyak perbedaan komponen kimia antara kayu dewasa dan kayu juvenile seperti
ditunjukkan pada tabel 1.

Selain ada kayu juvenile dan kayu dewasa ada juga yang disebut kayu gubal dan
kayu teras. Kayu gubal umumnya berwarna lebih terang, berfungsi untuk mengangkut air
& hara dari tanah ke tajuk dengan posisi di tepian batang, sedangkan kayu teras umumnya
berwarna lebih gelap berfungsi sebagai penguat pohon dan berada di bagian tengah batang,
terdapat banyak zat ekstraktif. Menurut penelitian, kayu teras memiliki lebih banyak lignin
dari kayu gubal (Latorraca, et al., 2011).
Gambar 2 Penampang melintang kayu
III. Pertumbuhan pohon dan sifat fisika kayu
Densitas kayu antara kayu awal dan kayu akhir dan antara kayu juvenile dan kayu
akhir sangat berbeda. Umumnya, kayu awal dan kayu juvenile mempunyai nilai densitas
kayu yang rendah. Densitas kayu memainkan peranan penting dalam efisiensi hidrolik
tumbuhan, menyediakan dukungan mekanis dan melindungi kavitasi selama kekeringan.
Laju pertumbuhan lingkaran tumbuh mempunyai korelasi negatif dengan densitas kayu.
Pohon yang laju pertumbuhannya cepat memproduksi volume yang besar dengan densitas
yang rendah, sedangkan pohon dengan laju pertumbuhan yang lambat memproduksi
volume kayu yang kecil dengan densitas kayu yang tinggi.
Densitas kayu ditentukan oleh jumlah sel, ukuran dan ketebalan dinding sel . Oleh
sebab itu, pertumbuhan pohon menentukan sifat fisika kayu. Pertumbuhan kayu yang
ditunjukkan dengan pertambahan sel menjadi kayu yang sudah lama ditanam memiliki
densitas kayu yang tinggi. Ukuran sel yang panjang menjadikan densitas kayu semakin
tinggi. Kayu akhir yang memiliki ukuran sel yang panjang sehingga kayu dengan proporsi
kayu akhir yang besar mempunyai densitas yang tinggi. Ketebalan dinding sel dipengaruhi
oleh aktivitas kambium sekunder menghasilkan kayu dewasa. Oleh karena itu, kayu
dewasa mempunyai densitas kayu yang tinggi.
Lingkar tumbuh dan proporsi kayu akhir memengaruhi densitas kayu. Penelitian
menunjukkan bahwa densitas berkurang seiring bertambahnya lingkar tumbuh, sebaliknya
densitas meningkat seiring bertambahnya proporsi kayu akhir. Dari perspektif
makroskopis, dinding sel daro kayu awal dan trakeid kayu akhir dari kayu juvenile
berukuran tipis dibandingkan dengan dinding sel dari kayu dewasa. Perbedaan signifikan
juga terjadi ketika pembentukan kayu dewasa yang terbentuk oleh trakeid berdinding tebal
dengan lumen yang tipis (Gryc, Vavrcik, & Horn, 2011).

IV. Pertumbuhan pohon dan sifat mekanika kayu


Pertumbuhan pohon yang menentukan anatomi kayu juga menentukan sifat fisika
kayu. Faktor anatomi kayu menjadi dasar penentuan sifat fisika kayu, yaitu pembengkokan,
kekakuan (modulus elastis, MOE), kekuatan (modulus rupture, MOR), perilaku
penyusutan yang mana menjadi deskripsi kualitas kayu. Contoh faktor anatomi seperti
densitas dan sudut mikrofibril merupakan penentu utama dari kekakuan dan kekuatan kayu
(Zhang, et al., 2020).
Banyak spesies yang mempunyai kayu juvenile dengan sifat mekanika kayu MoE,
Mor, kekuatan kompresi (Cmax) dan kekuatan yang lebih rendah dari kayu dewasa. Selain
itu, kekuatan tarik antara kayu juvenile dengan kayu dewasa juga berbeda. Menurut Bao,
et al. (2001), komponen mekanika kayu yang lebih rendah pada kayu juvenile disebabkan
karena sudut mikrofibril yang lebih besar pada kayu juvenile.
V. Pertumbuhan pohon dan keawetan kayu
Keawetan kayu adalah daya tahan kayu terhadap seragan berbagai organisme
perusak kayu. Keawtan kayu merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas kayu.
Menurut Martawijaya et al. (1989), terdapat hubungan keawetan kayu dengan umur pohon.
Semakin bertambah umur maka semakin meningkat keawetan kayu. Hal ini dapat
diindikasikan karena semakin tinggi kelas umur pohon menunjukkan kehilangan berat
kayu semakin kecil (Febrianto, Syafii, & Barata, 2000).

Daftar Pustaka

Bao, F. C., Jiang, H., Jiang, X. M., Lu, X. X., Luo, X. Q., & Zhang, S. Y. (2001). Differences in
wood properties between juvenile wood and mature wood in 10 species grown in China.
Wood Science and Technology, 363-375.
Febrianto, F., Syafii, W., & Barata, A. (2000). Keawetan Alami Kayu Jati pada Berbagai Kelas
Umur. Jurnal Teknologi Hasil Hutan, 13.
Funda, T. F. (2020). Predicting the chemical composition of juvenile and mature woods in Scots
pine (Pinus sylvestris L.) using FTIR spectroscopy. Wood Science and Technology, 289–
311. Retrieved from https://doi.org/10.1007/s00226-020-01159-4
Gryc, V., Vavrcik, H., & Horn, K. (2011). Density of juvenile and mature wood of selected
coniferous species. JOURNAL OF FOREST SCIENCE, 123–130.
LATORRACA, J. V., DÜNISCH, O., & KOCH, G. (2011). Chemical composition and natural
durability of juvenile and mature heartwood of Robinia pseudoacacia L. Annals of the
Brazilian Academy of Sciences, 1059-1068. doi:ISSN 0001-3765
Martawijaya, A. (1983). Keawetan dan Pengawetan Kayu Tusam. Proceeding Simposiem
Pengusahaan Kayu Pinus.
Shaokang Zhang, E. B.-G. (2020). Wood anatomy of boreal species in a warming world: a
review. iForest - Biogeosciences and Forestry, 13(2), 130-138. doi:
https://doi.org/10.3832/ifor3230-013

Anda mungkin juga menyukai