Kualitas kayu didefinisikan menurut sumber daya kayu berdasarkan morfologi kayu, anatomi
kayu (seperti lingkaran tumbuh, kayu awal dan kayu akhirm densitas, panjang serata atau trakeid,
sudut mikrofibril), komponen kimia (seperti selulosa, hemiselulosa, lignin), dan sifat fisik kayu
(seperti kekakuan dan kekuatan) (Zhang, et al., 2020). Kayu juvenile dan kayu dewasa berbeda
dalam jumlah komponen penting seperti densitas, kekakuan, panjang trakeid, atau komposisi
kimia, yang sangat memengaruhi kecocokan penggunaan kayu (Funda, et al., 2020).
Selain ada kayu juvenile dan kayu dewasa ada juga yang disebut kayu gubal dan
kayu teras. Kayu gubal umumnya berwarna lebih terang, berfungsi untuk mengangkut air
& hara dari tanah ke tajuk dengan posisi di tepian batang, sedangkan kayu teras umumnya
berwarna lebih gelap berfungsi sebagai penguat pohon dan berada di bagian tengah batang,
terdapat banyak zat ekstraktif. Menurut penelitian, kayu teras memiliki lebih banyak lignin
dari kayu gubal (Latorraca, et al., 2011).
Gambar 2 Penampang melintang kayu
III. Pertumbuhan pohon dan sifat fisika kayu
Densitas kayu antara kayu awal dan kayu akhir dan antara kayu juvenile dan kayu
akhir sangat berbeda. Umumnya, kayu awal dan kayu juvenile mempunyai nilai densitas
kayu yang rendah. Densitas kayu memainkan peranan penting dalam efisiensi hidrolik
tumbuhan, menyediakan dukungan mekanis dan melindungi kavitasi selama kekeringan.
Laju pertumbuhan lingkaran tumbuh mempunyai korelasi negatif dengan densitas kayu.
Pohon yang laju pertumbuhannya cepat memproduksi volume yang besar dengan densitas
yang rendah, sedangkan pohon dengan laju pertumbuhan yang lambat memproduksi
volume kayu yang kecil dengan densitas kayu yang tinggi.
Densitas kayu ditentukan oleh jumlah sel, ukuran dan ketebalan dinding sel . Oleh
sebab itu, pertumbuhan pohon menentukan sifat fisika kayu. Pertumbuhan kayu yang
ditunjukkan dengan pertambahan sel menjadi kayu yang sudah lama ditanam memiliki
densitas kayu yang tinggi. Ukuran sel yang panjang menjadikan densitas kayu semakin
tinggi. Kayu akhir yang memiliki ukuran sel yang panjang sehingga kayu dengan proporsi
kayu akhir yang besar mempunyai densitas yang tinggi. Ketebalan dinding sel dipengaruhi
oleh aktivitas kambium sekunder menghasilkan kayu dewasa. Oleh karena itu, kayu
dewasa mempunyai densitas kayu yang tinggi.
Lingkar tumbuh dan proporsi kayu akhir memengaruhi densitas kayu. Penelitian
menunjukkan bahwa densitas berkurang seiring bertambahnya lingkar tumbuh, sebaliknya
densitas meningkat seiring bertambahnya proporsi kayu akhir. Dari perspektif
makroskopis, dinding sel daro kayu awal dan trakeid kayu akhir dari kayu juvenile
berukuran tipis dibandingkan dengan dinding sel dari kayu dewasa. Perbedaan signifikan
juga terjadi ketika pembentukan kayu dewasa yang terbentuk oleh trakeid berdinding tebal
dengan lumen yang tipis (Gryc, Vavrcik, & Horn, 2011).
Daftar Pustaka
Bao, F. C., Jiang, H., Jiang, X. M., Lu, X. X., Luo, X. Q., & Zhang, S. Y. (2001). Differences in
wood properties between juvenile wood and mature wood in 10 species grown in China.
Wood Science and Technology, 363-375.
Febrianto, F., Syafii, W., & Barata, A. (2000). Keawetan Alami Kayu Jati pada Berbagai Kelas
Umur. Jurnal Teknologi Hasil Hutan, 13.
Funda, T. F. (2020). Predicting the chemical composition of juvenile and mature woods in Scots
pine (Pinus sylvestris L.) using FTIR spectroscopy. Wood Science and Technology, 289–
311. Retrieved from https://doi.org/10.1007/s00226-020-01159-4
Gryc, V., Vavrcik, H., & Horn, K. (2011). Density of juvenile and mature wood of selected
coniferous species. JOURNAL OF FOREST SCIENCE, 123–130.
LATORRACA, J. V., DÜNISCH, O., & KOCH, G. (2011). Chemical composition and natural
durability of juvenile and mature heartwood of Robinia pseudoacacia L. Annals of the
Brazilian Academy of Sciences, 1059-1068. doi:ISSN 0001-3765
Martawijaya, A. (1983). Keawetan dan Pengawetan Kayu Tusam. Proceeding Simposiem
Pengusahaan Kayu Pinus.
Shaokang Zhang, E. B.-G. (2020). Wood anatomy of boreal species in a warming world: a
review. iForest - Biogeosciences and Forestry, 13(2), 130-138. doi:
https://doi.org/10.3832/ifor3230-013