NAMA :
NIM :
SEMESTER/ KELAS :
Oleh :
TIM PENGAJAR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
1
KATA PENGANTAR
Fisika Kayu dengan bobot 3 SKS yang diberikan dalam bentuk teori kuliah
berlangsung dan dirangkaikan dengan kegiatan praktikum di laboratorium atau
lapangan. Melalui kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku kuliah sehingga
mampu memahami fenomena yang terjadi tentang sifat kayu secara lebih nyata.
Tim Pengajar
2
I. PENAMPILAN KAYU
Setiap jenis kayu berbeda satu dengan yang lainnya dan mempunyai corak
penampilan (Appearance) yang karakteristik. Hal tersebut dipengaruhi oleh cara
menggergaji, serat dan tekstur, warna dan kilap, mata kayu dan saluran damar.
a. Tujuan
b. Metode
Dari cara menggergaji dapat diketahui umumnya ada tiga arah utama
kayu dan tiga bidang utama kayu, yang memperlihatkan Sifat Fisika dan Sifat
Mekanika yang berbeda.
1. Arah Longitudinal (L) atau axial adalah arah yang sejajar dengan arah
serat atau sumbu batang
2. Arah Radial (R) adalah arah yang sejajar dengan arah jari-jari kayu atau
tegak lurus arah serat
3. Arah Tangensial (T) adalah arah yang tegak lurus arah radial atau salah
satu jari-jari atau searah dengan lingkaran tumbuh
Untuk lebih jelasnya ketiga arah utama tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1. Tiga arah utama kayu yang berhubungan dengan arah serat dan lingkaran
pertumbuhan
4
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Kayu Pada Bidang Radial dan Tangensial.
6. Kurang dapat menahan zat-zat cair, Dapat lebih menahan zat-zat cair, tetapi
tetapi lebih mudah ditembus zat cair lebih sukar ditembus zat cair
7. Tidak dapat menahan cat dengan baik Dapat menahan cat dengan baik
8. Secara umum hanya terdiri dari kayu Adanya kayu gubal terbatas di bagian
gubal saja pinggir papan dan bagian tengahnya
kayu teras
9. Twisting dan cupping lebih banyak Twisting (terpuntir) dan cupping
(mencawan) lebih sedikit
10. Lebih cepat kering dan peka terhadap Tidak cepat kering dan kurang peka
pecah permukaan, pecah ujung, cacat terhadap pecah permukaan, pecah ujung
bentuk dan pecah dalam dan cacat bentuk lainnya.
11. Mempunyai kekuatan yang agak Mempunyai kekuatan yang lebih tinggi
rendah
12. Kehausan kayu kurang merata Kehausan kayu lebih merata
5
Bidang tangensial dan radial merupakan bidang yang membujur yaitu yang
sejajar sumbu pohon/ arah serat dan tegak lurus bidang lintang. Umumnya kayu
bidang radial tidak dipotong persis sejajar dengan pembuluh radial dan demikian
pula permukaan pada bidang tangensial, dimana bagian dekat sisinya tidak persis
tangensial terhadap lingkaran tumbuh. Secara komersial kayu yang gambaran
lingkaran tumbuhnya membentuk sudut antara 45O sampai 90O terhadap
permukaan kayu dinamakan bidang radial dan kayu yang gambaran lingkaran
tumbuhnya membentuk sudut antara 0O sampai 45O dengan permukaan kayu
dinamakan bidang tangensial. Sedangkan bidang melintang cukup dengan
memotong pohon secara transversal. Kayu daun lebar yang lingkaran tumbuhnya
membentuk sudut 30O – 60O dengan permukaan kayu disebut bidang diagonal
(Bastars). Untuk lebih jelasnya ketiga potongan bidang tersebut dapat dilihat dari
berbagai posisi yang disajikan pada Gambar 2.
II
III L
R
T
Gambar 2. Tiga bidang utama kayu yang dilihat dari berbagai posisi yaitu posisi ke I, II dan
III. Keterangan : L = Bidang Transversal, R = Bidang Radial dan T = Bidang
Tangensial
6
c. Alat dan Bahan
Alat :
Gergaji / Chain Saw, Gergaji Tangan, Mikroskop Selphone, amplas,
busur, Lup, penggaris dan cutter
Bahan :
Kayu log dan kayu gergajian dalam kondisi basah/ kering udara.
d. Prosedur Kerja
1. Buat papan dengan 3 bidang utama kayu seperti Gambar 1 dengan ukuran 15
cm x 5 cm x 2 cm masing – masing 3 sampel dengan jenis berbeda (sampel
A, B, dan C), kemudian di amplas dan perhatikan tanda – tanda yang ada
pada 3 bidang tersebut.
2. Ukur dimensi kayu (D0) / papan (Gambar 1) pada masing – masing bidang
pada arah Lebar, Tebal dan Panjangnya. dan timbang berat awalnya (B0)
3. Bedakan ke 3 bidang tersebut dilihat dari kelemahan dan keunggulannya
(Cocokkan dengan Tabel 1) dan hasilnya dimasukkan pada Tabel 2 dengan
memperhatikan data pada Tabel 2.
Tabel 2. Pemotongan dan Pengukuran
Arah Besar Sudut pada Bidang
Sampel
Radial Tangensial Longitudinal Radial Tangensial Longitudinal
A
B
C
4. Setelah diukur dimensi awal (D0) dan berat awal (B0) maka kayu tersebut
dimasukkan kedalam Oven, sampai berat konstan (± 3 hari) .
5. Setelah di oven masukkan sampel kayu kedalam Desikator ± 10 – 15 untuk
pengkondisian.
7
6. Ukur kembali dimensi akhir kayu (D1) dan berat akhir (B1). Kemudian
perhatikan perubahan berat, dimensi,tampilan warna dan cacat yang terjadi.
Selanjutnya amati dan bahas apa yang terjadi pada kayu tersebut setelah
dikeringkan.
b. Kayu log (panjang 15 cm dan diameter 15 cm)
1. Buat satu potong log kayu dengan 3 arah utama kayu yang berhubungan
dengan arah serat dan lingkaran pertumbuhan. Contoh seperti Gambar 2
(pilih salah satu bentuk potongan kayu )
2. Bagaimana bentuk jari-jari jika dilihat dengan lope atau mikroskop pada
penampang lintang, tangensial dan radial?
3. Bagaimana bentuk gambaran lingkaran tahun setelah dilihat dengan lup
atau mikroskop pada ketiga bidang kayu?
4. Hasil pengamatan dimasukkan kedalam Tabel 3
Tabel 3. Data Pengamatan Tentang Kayu Log
Tampilan Jari-jari Gambaran Lingkaran Tahun pada Warna pada
Jenis Kayu pada bidang Bidang Kayu
Transversal Radial Tangensial Transversal Radial Tangensial Gubal Teras
8
Pembahasan dan Kesimpulan :
Tanggal :
Nilai :
Paraf Dosen :
9
Percobaan 2. Serat, Tekstur, dan Warna Kayu
a. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami serat, tekstur, dan warna kayu
2. Mahasiswa dapat memahami arah serat, macam tekstur,dan macam warna
kayu.
3. Mahasiswa dapat menentukan arah serat membedakan macam-macam
tekstur, macam-macam dan warna kayu
b. Metode Pengenalan
1. Serat (Grain) berarti menyangkut suatu sifat kayu yang menunjukkan arah
umum sel-sel di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon.
2. Sebagian besar serat kayu berbentuk memanjang dan meruncing di
ujungnya dengan panjang yang bervariasi pada daun lebar rata-rata serat
1 mm dan pada kayu daun jarum berkisar antara 3 mm – 8 mm.
3. Arah serat dapat dilihat pada permukaan kayu dan ditentukan oleh arah
alur-alur yang tampak.
4. Serat kayu dapat dibedakan atas 2 macam yaitu
❖ serat lurus yaitu jika arah sel sejajar dengan sumbu batang (lihat Gambar
3)
❖ serat mencong/miring jika arah sel kayu menyimpang atau membentuk
sudut terhadap sumbu batang
10
Bintangor
Bintangor
u s
Saninten
Balau
11
5. Tekstur
1) Tekstur adalah ukuran relatif sel kayu
2) Tekstur kayu dapat dibedakan atas 3 macam yaitu :
❖ Bertekstur halus
❖ Bertekstur sedang
❖ Bertekstur kasar
6. Warna Kayu
1) Warna kayu yang dijadikan warna standar adalah warna asli dari kayu
keras dalam keadaan kering udara
2) Warna kayu beraneka ragam, yaitu berkisar dari hampir terang sampai
gelap, ada yang polos dan ada yang terdiri dari perpaduan dua warna
atau lebih sehingga tampak seperti ada coraknya.
12
c. Alat dan Bahan
- Sampel kayu
- Lup
d. Prosedur Kerja
1. Perhatikan dan raba permukaan sampel
2. Cocokan dengan contoh gambar serat, tekstur dan warna pada modul ini
3. Amati serat, tekstur dan warna kayu tersebut serta tentukan hasil pengamatan
anda yang dituangkan pada Tabel.4
Setelah mahasiswa dapat memahami, mengetahui dan menentukan serat, tekstur
dan warna maka untuk lebih mendalam pengenalan tersebut maka dibuatlah
RISALAH KAYU.
RISALAH KAYU
Sebutkan nama daerah dan dan nama botanis yaitu :
1. 3 jenis kayu yang berserat lurus
2. 3 jenis kayu yang berserat mencong/ miring
3. 3 jenis kayu yang bertekstur halus
4. 3 jenis kayu yang bertekstur sedang
5. 3 jenis kayu yang bertekstur kasar
6. 3 jenis kayu yang berwarna gelap
7. 3 jenis kayu yang berwarna sedang
8. 3 jenis kayu yang berwarna terang
9. Bahas point no 1 s/d 8 berdasarkan Atlas kayu dan kemudian datanya
dimasukkan pada Tabel 4.
13
Tabel 4: RISALAH KAYU
Perbedaan
JENIS KAYU SERAT TEKSTUR WARNA Warna Teras
NO dan Gubal
N. N.
Lurus Miring Halus Sedang Kasar Terang Sedang Gelap Ada Tidak
Daerah Botanis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JUMLAH
Catatan : Pada kolom jumlah semua ciri umum kayu harus terisi.
Tanggal :
Nilai :
Paraf Dosen :
14
Percobaan 3. Berat dan Kekerasan Kayu
a. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami berat dan kekerasan kayu
2. Mahasiswa dapat menentukan berat dan kekerasan kayu
3. Mahasiswa dapat mengukur/ menghitung berat dan kekerasan kayu
c. Alat dan Bahan
Alat : wadah air/ bejana, timbangan elektrik, cutter, dan kaliper.
Bahan : Sampel kayu, dan air
d. Metode pengenalan
1. Berat Kayu
Berat kayu adalah sifat kayu yang berkaitan dengan bobot suatu
kayu, yang dapat ditaksir dengan mengangkat berat atau menghitungnya
berdasarkan rumus.
Berat suatu kayu merupakan petunjuk terhadap berat jenis kayu.
Oleh karena itu untuk menentukan berat kayu dapat dilakukan berdasarkan:
1. berat jenis atau kerapatan. Untuk jelasnya hubungan antara berat dan
berat jenis dapat dilihat pada Tabel 5.
2. Ditimbang langsung
15
4. Dihitung dengan menggunakan rumus
2. Kekerasan Kayu
Kekerasan (Hardness) kayu adalah kesan yang diperoleh apabila
seseorang melakukan penekanan, pengerjaan, pemotongan dan pengirisan
terhadap kayu. Cara tersebut dapat dipakai untuk memperkirakan kekerasan
kayu, walaupun agak subjektif. Secara umum terdapat hubungan antara
kekerasan dan berat kayu, dimana kayu yang keras biasanya termasuk kayu
yang berat dan sebaliknya. Untuk lebih jelas mengenai hubungan tersebut,
dapat dilihat pada Tabel 6.
17
PERCOBAAN 4. PENGUKURAN KADAR AIR KAYU
Tujuan :
1. Mahasiswa dapat lebih memahami pengertian kadar air (KA) kayu
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam KA kayu dan pengertiannya
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung KA kayu menggunakan
metode gravimetris
Prosedur kerja :
1. Siapkan sampel, rapikan dan beri kode (misalnya : nama kelompok, NIM,
dll). Untuk sampel segar, potong ranting hidup berdiameter 1–2 cm,
kemudian dengan menggunakan gergaji tangan, potong ranting tersebut kira-
kira sepanjang 2–3 cm. Sebelum diberi kode, buang kulitnya menggunakan
cutter.
2. Timbang masing-masing sampel menggunakan 2 macam timbangan (manual
dan elektrik) untuk mendapatkan berat awal (BA) masing-masing bahan.
3. Masukkan sampel ke dalam oven bersuhu 103± 2 °C selama kurang lebih 24
jam (semalaman) atau sampai beratnya relatif konstan.
4. Keluarkan sampel dari oven, lalu masukkan ke dalam desikator selama 10–
20 menit.
5. Timbang kembali sampel tersebut menggunakan kedua macam timbangan
tadi untuk memperoleh berat kering tanur (BKT) masing-masing sampel
6. Hitung KA masing-masing sampel dengan menggunakan rumus :
KA = {(BA – BKT) / BKT} X 100 %
18
Hasil :
Penimbangan dan perhitungan KA kayu
Sampel BA (g) BKT (g) KA (%)
manual elektrik manual elektrik manual elektrik
A
B
C
Perhitungan KA :
19
Pembahasan dan Kesimpulan
Tanggal :
Nilai :
Paraf Dosen :
20
PERCOBAAN 5. PENETAPAN KERAPATAN DAN BERAT JENIS KAYU
Tujuan :
Menghitung nilai kadar air (KA), kerapatan kayu (ρ ), dan berat jenis (BJ) dari
beberapa jenis kayu perdagangan indonesia. Khusus kerapatan dan BJ kayu,
dicobakan 3 metode dalam perhitungan volumenya
Prosedur Kerja :
1. Panaskan parafin
2. Siapkan sampel serta beri kode dan garis titik pengukuran
3. Timbang ketiga sampel menggunakan timbangan elektrik untuk
mendapatkan berat awal (BA)
4. Ukur dimensi contoh uji meliputi panjang, tebal, dan lebarnya
menggunakan kaliper, masing-masing dimensi pada setiap sampel diukur 2
kali; kemudian hitung volume awalnya (VA1) dengan terlebih dahulu
merata-ratakan hasil pengukuran dimensi
5. Celupkan contoh uji dalam larutan parafin panas, kemudian
6. Ukur volume awal contoh uji dengan metode gelas ukur (VA2), metode
limpahan (VA3), dan metode Archimedes (VA4)
21
7. Masukkan contoh uji ke dalam oven bersuhu 103± 2 °C sampai beratnya
konstan (umumnya 24 – 48 jam). Setelah itu msukkan sampel ke dalam
desikator selama 10 – 20 menit (hingga dingin).
Keterangan : pada saat mengoven contoh uji harus diberi alas kertas agar
parafin yang mencair akibat panas tidak mengotori oven
8. Timbang kembali ketiga sampel menggunakan timbangan elektrik untuk
mendapatkan berat kering tanur (BKT)
9. Kerapatan dan BJ, serta kadar air kayu dihitung dengan rumus :
Volume ditentukan dengan menggunakan gelas ukur (dalam cm3) = Tinggi muka
air akhir – tinggi muka air awal
Volume ditentukan dengan mengukur limpahan (dalam cm3) = jumlah air yang
tertampung dalam wadah
Volume ditentukan dengan Archimides (dalam cm3) = (berat wadah + sampel + air )
– (berat wadah+ air)
22
Hasil :
23
c. Nilai kadar air, kerapatan, dan BJ kayu
Jenis BA BKT KA Kerapatan (g/ BJ kayu
Kayu (g) (g) (%) Pengukuran Gelas Limpahan Archimides
dimensi Ukur
24
Pembahasan dan Kesimpulan :
Tanggal :
Nilai :
Paraf Dosen :
25
PERCOBAAN 6. PERBANDINGAN NILAI KADAR AIR DENGAN
MOISTURE METER DAN CAR GRAVIMETRI DENGAN
MENGGUNAKAN RUMUS
Tujuan :
Mahasiswa dapat membandingkan nilai KA yang diperoleh dari moisture meter
dengan nilai KA yang diperoleh dari rumus
Prosedur kerja :
1. Sampel kayu dibersihkan serta diberi kode. Setelah itu ditimbang dan
diukur dimensinya (panjang, lebar, dan tebal) dengan mengunakan kaliper
(sebanyak 2 kali atau 2 ulangan).
2. Ukur KA sampel kayu dengan menggunakan moisture meter pada skala
pengukuran 3 sampai 10
3. Buat grafik hubungan antara skala pengukuran KA moisture meter dengan
KA yang diperoleh (menggunakan kertas millimeter blok)
4. Masukkan sampel kayu ke dalam oven bersuhu 103± 2 °C sampai
beratnya konstan
5. Timbang kembali sampeel kayu setelah dikeluarkan darri oven untuk
mendapatkan BKT sampel kayu
6. Hitung KA sampel dengan menggunakan rumus ( seperti pada praktikum
sebelumnya)
7. Bandingkan nilai KA yang diperoleh moisture meter dengan nilai KA yang
diperoleh dari rumus
26
Hasil :
1. Hasil pengukuran dimensi sampel kayu
Jenis Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm) Volume
kayu 1 2 R 1 2 R 1 2 R
27
Kesimpulan :
Tanggal :
Nilai :
Paraf Dosen :
28
PERCOBAAN 7. STABILITAS DIMENSI KAYU
Tujuan :
1. Mahasiswa mengenal dan mengetahui pengertian serta konsep stabilisasi
dimensi pada kayu
2. Mahasiswa mengenal dan mengetahui metode dan usaha-usaha dalam
rangka meningkatkan kestabilan dimensi kayu
3. Mahsiswa dapat membandingkan perbedaan tingakt kestabilan dimensi
kayu dalam berbagai indikator ‘bulking agent’
4. Mahasiswa dapat membandingkan kestabilan dimensi antara kayu yang
diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan
Prosedur Kerja :
1. Rapikan sampel menggunakan kertas amplas, beri kode dan beri garis yang
menandakan lokasi peengukuran. Garis yang dimaksud harus benar-benar
mewakili arah radial dan arah tangensialnya. Dimensi tangensial diwakili
oleh garis yang sejajar dengan lingkaran tumbuh, sedangkan dimensi radial
oleh garis yang tegaklurus terhadap lingkaran tumbuh. Untuk sampel-sampel
yang arahnya belum tepat, temukan garis-garis yang menandakan lingkaran
29
tumbuhnya, lalu buat dua garis yang saling bersilangan tegaklurus (lihat
gambar)
R T
Konsentrasi zat terlarut = (massa zat terlarut (g) / 1000 ml air) x 100 %
Timbang 10 g PEG, lalu masukkan kedalam gelas piala berisi air 1000 ml,
kemudian aduk merata hingga larut.
30
Hasil :
1. Konsentrasi larutan jenuh
Konsenrasi larutan gula :
31
Pembahasan dan kesimpulan :
Tanggal :
Nilai :
Paraf Dosen :
32
PERCOBAAN 8. Aplikasi Sifat Fisis dalam Penggunaan :
PENGUKURAN KERAPATAN KAYU SECARA PRAKTIS DI LAPANGAN
a. Tujuan :
Mahasiswa dapat mengetahui nilai kerapatan kayu secara praktis di lapangan yaitu
menggunakan metode Bouyance, dan membandingkannya dengan nilai kerapatan
kayu sejenis yang diukur dengan rumus standar ataupun dengan nilai yang terdapat
dalam buku teks
c. Prosedur Kerja :
1. Rapikan sampel dengan kertas ampelas, lalu beri kode
A. Metode Bouyance
- Pada salah satu permukaan sampel (sisi panjangnya), ukur panjang sampai
total
- Masukkan sampel ke dalam wadah yang berisi air secara vertical, lepaskan,
lalu beri tanda bagian sampel yang terendam.
- Kerapatan kayu merupakan perbandingan antara jumlah bagian sampel yang
tenggelam dengan panjang sampel total
B. Metode standar
- Ukur dimensi panjang, lebar, dan tebal sampel masing-masing 2 x
menggunakan kaliper lalu timbang beratnya menggunakan timbangan
elektrik
- Hitung volumenya (berdasarkan metode Pengukuran dimensi)
33
- Hitung nilai kerapatan kayu dengan rumus :
Kerapatan kayu = Berat sampel / volume sampel (dalam
g/cm3)
2. Bandingkan kerapatan dari metode Bouyance dengan metode standar
Hasil :
34
Pembahasan dan kesimpulan
Tanggal :
Nilai :
Paraf Dosen :
35