Anda di halaman 1dari 35

MODUL PRAKTIKUM FISIKA KAYU

NAMA :

NIM :

SEMESTER/ KELAS :

Oleh :
TIM PENGAJAR

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019

1
KATA PENGANTAR

Fisika Kayu dengan bobot 3 SKS yang diberikan dalam bentuk teori kuliah
berlangsung dan dirangkaikan dengan kegiatan praktikum di laboratorium atau
lapangan. Melalui kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku kuliah sehingga
mampu memahami fenomena yang terjadi tentang sifat kayu secara lebih nyata.

Panduan praktikum ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa dalam


melaksanakan praktikum, dimana materinya disesuaikan dengan materi yang telah
disampaikan dalam teori dan mengacu pada pustaka – pustaka yang berhubungan
dengan Fisika Kayu. Kedepannya, perbaikan dan peningkatan kualitas buku
panduan ini akan terus kami upayakan. Untuk ini kami mengharapkan masukan
dari semua pihak demi kemajuan kita bersama.

Pontianak, September 2019

Tim Pengajar

2
I. PENAMPILAN KAYU

Setiap jenis kayu berbeda satu dengan yang lainnya dan mempunyai corak
penampilan (Appearance) yang karakteristik. Hal tersebut dipengaruhi oleh cara
menggergaji, serat dan tekstur, warna dan kilap, mata kayu dan saluran damar.

Percobaan 1. Arah dan Bidang Potong Kayu

a. Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami arah dan Bidang potong kayu

2. Mahasiswa dapat mengetahui macam–macam arah dan bidang utama kayu.

3. Mahasiswa dapat menetukan dan membedakan bidang utama kayu (Bidang


Radial, Tangensial, dan Transversal )

b. Metode

Dari cara menggergaji dapat diketahui umumnya ada tiga arah utama
kayu dan tiga bidang utama kayu, yang memperlihatkan Sifat Fisika dan Sifat
Mekanika yang berbeda.

Kayu dapat disebut sebagai bahan yang bersifat Ortotropis karena


ketiga arah utama tersebut saling tegak lurus satu dengan yang lainnya
(Artogonal), yaitu :

1. Arah Longitudinal (L) atau axial adalah arah yang sejajar dengan arah
serat atau sumbu batang

2. Arah Radial (R) adalah arah yang sejajar dengan arah jari-jari kayu atau
tegak lurus arah serat
3. Arah Tangensial (T) adalah arah yang tegak lurus arah radial atau salah
satu jari-jari atau searah dengan lingkaran tumbuh

Untuk lebih jelasnya ketiga arah utama tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

3
Gambar 1. Tiga arah utama kayu yang berhubungan dengan arah serat dan lingkaran
pertumbuhan

Sedangkan bidang utama kayu adalah bidang melintang (Transversal),


bidang tangensial dan bidang radial. Untuk lebih jelasnya masing masing bidang
tersebut dapat dilihat uraiannya sebagai berikut :
1. Bidang melintang disebut juga dengan bidang transversal, yaitu bidang yang
tegak lurus dengan sumbu pohon atau tegak lurus arah serat (cross section)
atau end grain.
2. Bidang tangensial, untuk jenis kayu daun lebar disebut Flat Sawn / Back Sawn
atau Plainsawn dan untuk jenis daun jarum disebut Flat Grained atau Slash
Grained. Bidang tangensial tersebut bagian lebarnya tegak lurus dengan salah
satu jari-jari atau tangensial terhadap lingkaran tumbuh.
3. Bidang radial untuk jenis kayu daun lebar disebut Quartersawn dan untuk jenis
daun jarum disebut Edge Grained. Bidang radial ini bagian lebarnya searah
dengan jari-jari kayu atau radial terhadap lingkaran tumbuh.
Dari ketiga bidang tersebut umumnya hanya bidang radial dan tangensial
yang sering digunakan, sehingga keunggulan dan kelemahan bidang tersebut
dijelaskan secara detail pada Tabel 1.

4
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Kayu Pada Bidang Radial dan Tangensial.

No Bidang Tangensial Bidang Radial


1 Kembang susut pada arah tebal : besar Kembang susut pada arah tebal : kecil
dan arah lebar : kecil dan arah lebar : besar
1. Mata kayu bundar atau oval tidak Mata kayu berbentuk baji dan kelihatan
begitu kelihatan jelas dan tidak begitu jelas atau jelas dan mempengaruhi sifat
mempengaruhi sifat keteguhan kayu keteguhan kayu
2. Tidak mudah Collapse (permukaan Mudah Collapse (permukaan
bergelombang) pada proses bergelombang) pada proses pengeringan
pengeringan
3. Serat yang disebabkan pemisahan- Serat yang disebabkan pemisahan
pemisahan lingkaran tumbuh kelihatan lingkaran tumbuh tidak begitu jelas.
jelas
4. Pola-pola gambar yang dibentuk oleh Pola gambar yang dibentuk oleh
lingkaran tumbuh umumnya lebih pembuluh radial, interlocked grain dan
jelas serat bergelombang umunya lebih jelas
5. Biaya produksi papan ini umumnya Biaya produksi papan ini umumnya
lebih murah karena menggergajinya lebih mahal karena menggergajinya agak
lebih cepat tanpa banyak sisa (serbuk) sukar, disebabkan banyak kandungan
ekstraktif dan banyak sisa (serbuk)

6. Kurang dapat menahan zat-zat cair, Dapat lebih menahan zat-zat cair, tetapi
tetapi lebih mudah ditembus zat cair lebih sukar ditembus zat cair

7. Tidak dapat menahan cat dengan baik Dapat menahan cat dengan baik

8. Secara umum hanya terdiri dari kayu Adanya kayu gubal terbatas di bagian
gubal saja pinggir papan dan bagian tengahnya
kayu teras
9. Twisting dan cupping lebih banyak Twisting (terpuntir) dan cupping
(mencawan) lebih sedikit
10. Lebih cepat kering dan peka terhadap Tidak cepat kering dan kurang peka
pecah permukaan, pecah ujung, cacat terhadap pecah permukaan, pecah ujung
bentuk dan pecah dalam dan cacat bentuk lainnya.

11. Mempunyai kekuatan yang agak Mempunyai kekuatan yang lebih tinggi
rendah
12. Kehausan kayu kurang merata Kehausan kayu lebih merata

5
Bidang tangensial dan radial merupakan bidang yang membujur yaitu yang
sejajar sumbu pohon/ arah serat dan tegak lurus bidang lintang. Umumnya kayu
bidang radial tidak dipotong persis sejajar dengan pembuluh radial dan demikian
pula permukaan pada bidang tangensial, dimana bagian dekat sisinya tidak persis
tangensial terhadap lingkaran tumbuh. Secara komersial kayu yang gambaran
lingkaran tumbuhnya membentuk sudut antara 45O sampai 90O terhadap
permukaan kayu dinamakan bidang radial dan kayu yang gambaran lingkaran
tumbuhnya membentuk sudut antara 0O sampai 45O dengan permukaan kayu
dinamakan bidang tangensial. Sedangkan bidang melintang cukup dengan
memotong pohon secara transversal. Kayu daun lebar yang lingkaran tumbuhnya
membentuk sudut 30O – 60O dengan permukaan kayu disebut bidang diagonal
(Bastars). Untuk lebih jelasnya ketiga potongan bidang tersebut dapat dilihat dari
berbagai posisi yang disajikan pada Gambar 2.

II

III L

R
T

Gambar 2. Tiga bidang utama kayu yang dilihat dari berbagai posisi yaitu posisi ke I, II dan
III. Keterangan : L = Bidang Transversal, R = Bidang Radial dan T = Bidang
Tangensial

6
c. Alat dan Bahan

Alat :
Gergaji / Chain Saw, Gergaji Tangan, Mikroskop Selphone, amplas,
busur, Lup, penggaris dan cutter
Bahan :
Kayu log dan kayu gergajian dalam kondisi basah/ kering udara.

d. Prosedur Kerja

a) Kayu Balok (15 cm x 5 cm x 2 cm)

1. Buat papan dengan 3 bidang utama kayu seperti Gambar 1 dengan ukuran 15
cm x 5 cm x 2 cm masing – masing 3 sampel dengan jenis berbeda (sampel
A, B, dan C), kemudian di amplas dan perhatikan tanda – tanda yang ada
pada 3 bidang tersebut.
2. Ukur dimensi kayu (D0) / papan (Gambar 1) pada masing – masing bidang
pada arah Lebar, Tebal dan Panjangnya. dan timbang berat awalnya (B0)
3. Bedakan ke 3 bidang tersebut dilihat dari kelemahan dan keunggulannya
(Cocokkan dengan Tabel 1) dan hasilnya dimasukkan pada Tabel 2 dengan
memperhatikan data pada Tabel 2.
Tabel 2. Pemotongan dan Pengukuran
Arah Besar Sudut pada Bidang
Sampel
Radial Tangensial Longitudinal Radial Tangensial Longitudinal
A
B
C

4. Setelah diukur dimensi awal (D0) dan berat awal (B0) maka kayu tersebut
dimasukkan kedalam Oven, sampai berat konstan (± 3 hari) .
5. Setelah di oven masukkan sampel kayu kedalam Desikator ± 10 – 15 untuk
pengkondisian.

7
6. Ukur kembali dimensi akhir kayu (D1) dan berat akhir (B1). Kemudian
perhatikan perubahan berat, dimensi,tampilan warna dan cacat yang terjadi.
Selanjutnya amati dan bahas apa yang terjadi pada kayu tersebut setelah
dikeringkan.
b. Kayu log (panjang 15 cm dan diameter 15 cm)
1. Buat satu potong log kayu dengan 3 arah utama kayu yang berhubungan
dengan arah serat dan lingkaran pertumbuhan. Contoh seperti Gambar 2
(pilih salah satu bentuk potongan kayu )
2. Bagaimana bentuk jari-jari jika dilihat dengan lope atau mikroskop pada
penampang lintang, tangensial dan radial?
3. Bagaimana bentuk gambaran lingkaran tahun setelah dilihat dengan lup
atau mikroskop pada ketiga bidang kayu?
4. Hasil pengamatan dimasukkan kedalam Tabel 3
Tabel 3. Data Pengamatan Tentang Kayu Log
Tampilan Jari-jari Gambaran Lingkaran Tahun pada Warna pada
Jenis Kayu pada bidang Bidang Kayu
Transversal Radial Tangensial Transversal Radial Tangensial Gubal Teras

8
Pembahasan dan Kesimpulan :

Tanggal :

Nilai :

Paraf Dosen :

9
Percobaan 2. Serat, Tekstur, dan Warna Kayu
a. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami serat, tekstur, dan warna kayu
2. Mahasiswa dapat memahami arah serat, macam tekstur,dan macam warna
kayu.
3. Mahasiswa dapat menentukan arah serat membedakan macam-macam
tekstur, macam-macam dan warna kayu
b. Metode Pengenalan
1. Serat (Grain) berarti menyangkut suatu sifat kayu yang menunjukkan arah
umum sel-sel di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon.
2. Sebagian besar serat kayu berbentuk memanjang dan meruncing di
ujungnya dengan panjang yang bervariasi pada daun lebar rata-rata serat
1 mm dan pada kayu daun jarum berkisar antara 3 mm – 8 mm.
3. Arah serat dapat dilihat pada permukaan kayu dan ditentukan oleh arah
alur-alur yang tampak.
4. Serat kayu dapat dibedakan atas 2 macam yaitu
❖ serat lurus yaitu jika arah sel sejajar dengan sumbu batang (lihat Gambar
3)
❖ serat mencong/miring jika arah sel kayu menyimpang atau membentuk
sudut terhadap sumbu batang

Gambar 3. Arah serat lurus


Meranti Putih

10
Bintangor
Bintangor

Gambar 4. Arah Serat kayu berpadu

u s

Saninten

Gambar 5. Arah Serat kayu berombak

Balau

Gambar 6. Arah Serat kayu terpilin atau terpuntir

11
5. Tekstur
1) Tekstur adalah ukuran relatif sel kayu
2) Tekstur kayu dapat dibedakan atas 3 macam yaitu :
❖ Bertekstur halus
❖ Bertekstur sedang
❖ Bertekstur kasar

(a) (b) (c)


Gambar 6. (a)kayu kulim bertekstur halus, (b) kayu jati bertekstur sedang,
(c) kayu bintangur bertekstur kasar

6. Warna Kayu
1) Warna kayu yang dijadikan warna standar adalah warna asli dari kayu
keras dalam keadaan kering udara
2) Warna kayu beraneka ragam, yaitu berkisar dari hampir terang sampai
gelap, ada yang polos dan ada yang terdiri dari perpaduan dua warna
atau lebih sehingga tampak seperti ada coraknya.

(a)Agathis, (b) kulim, (c) sonokeling


Gambar 7. Aneka warna kayu

12
c. Alat dan Bahan
- Sampel kayu
- Lup

d. Prosedur Kerja
1. Perhatikan dan raba permukaan sampel
2. Cocokan dengan contoh gambar serat, tekstur dan warna pada modul ini
3. Amati serat, tekstur dan warna kayu tersebut serta tentukan hasil pengamatan
anda yang dituangkan pada Tabel.4
Setelah mahasiswa dapat memahami, mengetahui dan menentukan serat, tekstur
dan warna maka untuk lebih mendalam pengenalan tersebut maka dibuatlah
RISALAH KAYU.
RISALAH KAYU
Sebutkan nama daerah dan dan nama botanis yaitu :
1. 3 jenis kayu yang berserat lurus
2. 3 jenis kayu yang berserat mencong/ miring
3. 3 jenis kayu yang bertekstur halus
4. 3 jenis kayu yang bertekstur sedang
5. 3 jenis kayu yang bertekstur kasar
6. 3 jenis kayu yang berwarna gelap
7. 3 jenis kayu yang berwarna sedang
8. 3 jenis kayu yang berwarna terang
9. Bahas point no 1 s/d 8 berdasarkan Atlas kayu dan kemudian datanya
dimasukkan pada Tabel 4.

13
Tabel 4: RISALAH KAYU

Perbedaan
JENIS KAYU SERAT TEKSTUR WARNA Warna Teras
NO dan Gubal
N. N.
Lurus Miring Halus Sedang Kasar Terang Sedang Gelap Ada Tidak
Daerah Botanis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JUMLAH

Catatan : Pada kolom jumlah semua ciri umum kayu harus terisi.

Tanggal :

Nilai :

Paraf Dosen :

14
Percobaan 3. Berat dan Kekerasan Kayu
a. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami berat dan kekerasan kayu
2. Mahasiswa dapat menentukan berat dan kekerasan kayu
3. Mahasiswa dapat mengukur/ menghitung berat dan kekerasan kayu
c. Alat dan Bahan
Alat : wadah air/ bejana, timbangan elektrik, cutter, dan kaliper.
Bahan : Sampel kayu, dan air

d. Metode pengenalan
1. Berat Kayu
Berat kayu adalah sifat kayu yang berkaitan dengan bobot suatu
kayu, yang dapat ditaksir dengan mengangkat berat atau menghitungnya
berdasarkan rumus.
Berat suatu kayu merupakan petunjuk terhadap berat jenis kayu.
Oleh karena itu untuk menentukan berat kayu dapat dilakukan berdasarkan:
1. berat jenis atau kerapatan. Untuk jelasnya hubungan antara berat dan
berat jenis dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kelas Berat Kayu Berdasarakan Berat Jenis

No Kelas Berat Kayu Berat Jenis Contoh Jenis Kayu

1. Sangat berat > 0,90 Giam, Balau, Ulin, Pelawan,


Kempas dan Merbau
2. Berat 0,75 – 0,89 Kapur dan Kulim
3. Agak berat atau sedang 0,60 – 0,74 Bintangur dan Meranti
4. Ringan < 0,60 Pinus, Balsa, Albizia,
Terentang, dan Jelutung.

2. Ditimbang langsung

3. Ditenggelamkan dalam air

15
4. Dihitung dengan menggunakan rumus

Berat produk kayu dapat diperkirakan dengan mudah, apabila


kandungan air dan berat jenisnya diketahui. Dalam menghitung berat
kayu harus digunakan berat jenis dan kandungan air yang sedekat
mugkin dengan kandungan air yang terikat dan rumusnya adalah :

Berat Kayu = Volume Kayu  BJ Kayu  BJ Air  1 +


% KA 

 100% 

2. Kekerasan Kayu
Kekerasan (Hardness) kayu adalah kesan yang diperoleh apabila
seseorang melakukan penekanan, pengerjaan, pemotongan dan pengirisan
terhadap kayu. Cara tersebut dapat dipakai untuk memperkirakan kekerasan
kayu, walaupun agak subjektif. Secara umum terdapat hubungan antara
kekerasan dan berat kayu, dimana kayu yang keras biasanya termasuk kayu
yang berat dan sebaliknya. Untuk lebih jelas mengenai hubungan tersebut,
dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis Kayu Berdasarkan Kekerasan


No Kategori Kekerasan Contoh Jenis Kayu
1. Sangat keras Balau, Giam dll
2. Keras Kapur, Kulim, Pilang dll
3. Sedang Meranti,Jelutung,Mahoni dll
4. Lunak Pinus, Balsa dll

Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan 2 cara yaitu memotong


kayu tersebut pada arah melintang dan mencatat atau menilai kesan
perlawanan oleh kayu itu pada saat pemotongan dan menilai kilapnya
pada bidang pemotongan yang dihasilkan (1). Kayu yang sangat keras akan
sulit dipotong melintang dengan pisau, dimana pisau tersebut akan meleset dan
hasil potongannya akan memberi tanda kilauan atau berkilap pada kayu. Kayu
yang lunak akan mudah rusak dan hasil potongan melintangnya akan
16
memberikan hasil yang kasar dan suram. Cara sederhana untuk
menentukan kekerasan kayu adalah dengan cara menekan kayu tersebut
dengan kuku (2).

17
PERCOBAAN 4. PENGUKURAN KADAR AIR KAYU

Tujuan :
1. Mahasiswa dapat lebih memahami pengertian kadar air (KA) kayu
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam KA kayu dan pengertiannya
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung KA kayu menggunakan
metode gravimetris

Alat dan Bahan :


Alat :
Timbangan manual, timbangan elektrik, oven, gergaji tangan, golok, dan cutter
Bahan :
Sampel kayu dalam kondisi kering udara (2 buah), dan sampel kayu dalam kondisi
segar (fresh cut). Sampel kayu segar tersebut berupa potongan ranting atau cabang.

Prosedur kerja :
1. Siapkan sampel, rapikan dan beri kode (misalnya : nama kelompok, NIM,
dll). Untuk sampel segar, potong ranting hidup berdiameter 1–2 cm,
kemudian dengan menggunakan gergaji tangan, potong ranting tersebut kira-
kira sepanjang 2–3 cm. Sebelum diberi kode, buang kulitnya menggunakan
cutter.
2. Timbang masing-masing sampel menggunakan 2 macam timbangan (manual
dan elektrik) untuk mendapatkan berat awal (BA) masing-masing bahan.
3. Masukkan sampel ke dalam oven bersuhu 103± 2 °C selama kurang lebih 24
jam (semalaman) atau sampai beratnya relatif konstan.
4. Keluarkan sampel dari oven, lalu masukkan ke dalam desikator selama 10–
20 menit.
5. Timbang kembali sampel tersebut menggunakan kedua macam timbangan
tadi untuk memperoleh berat kering tanur (BKT) masing-masing sampel
6. Hitung KA masing-masing sampel dengan menggunakan rumus :
KA = {(BA – BKT) / BKT} X 100 %

18
Hasil :
Penimbangan dan perhitungan KA kayu
Sampel BA (g) BKT (g) KA (%)
manual elektrik manual elektrik manual elektrik
A
B
C

Perhitungan KA :

19
Pembahasan dan Kesimpulan

Tanggal :

Nilai :

Paraf Dosen :

20
PERCOBAAN 5. PENETAPAN KERAPATAN DAN BERAT JENIS KAYU

Tujuan :
Menghitung nilai kadar air (KA), kerapatan kayu (ρ ), dan berat jenis (BJ) dari
beberapa jenis kayu perdagangan indonesia. Khusus kerapatan dan BJ kayu,
dicobakan 3 metode dalam perhitungan volumenya

Bahan dan Alat :


1. Sampel kayu
2. Air Aquades atau air destilata atau air biasa
3. parafin
4. Timbangan elektrik
5. Kaliper
6. Statip dan pemegang contoh uji
7. Gelas erlenmeyer
8. Labu kaca berleher terbuka
9. Gelas plastik
10. Tisu

Prosedur Kerja :
1. Panaskan parafin
2. Siapkan sampel serta beri kode dan garis titik pengukuran
3. Timbang ketiga sampel menggunakan timbangan elektrik untuk
mendapatkan berat awal (BA)
4. Ukur dimensi contoh uji meliputi panjang, tebal, dan lebarnya
menggunakan kaliper, masing-masing dimensi pada setiap sampel diukur 2
kali; kemudian hitung volume awalnya (VA1) dengan terlebih dahulu
merata-ratakan hasil pengukuran dimensi
5. Celupkan contoh uji dalam larutan parafin panas, kemudian
6. Ukur volume awal contoh uji dengan metode gelas ukur (VA2), metode
limpahan (VA3), dan metode Archimedes (VA4)

21
7. Masukkan contoh uji ke dalam oven bersuhu 103± 2 °C sampai beratnya
konstan (umumnya 24 – 48 jam). Setelah itu msukkan sampel ke dalam
desikator selama 10 – 20 menit (hingga dingin).
Keterangan : pada saat mengoven contoh uji harus diberi alas kertas agar
parafin yang mencair akibat panas tidak mengotori oven
8. Timbang kembali ketiga sampel menggunakan timbangan elektrik untuk
mendapatkan berat kering tanur (BKT)
9. Kerapatan dan BJ, serta kadar air kayu dihitung dengan rumus :

Kerapatan kayu = BA / VAi (g/cm2)

BJ kayu = kerapatan kayu / kerapatan air


= (BKT / VAi) / 1 g /cm2
= BKT / VAi
KA = ((BA-BKT) / BKT) x 100%

Dimana i menunjukkan macaam metode yang digunakan

10. Volume contoh uji dihitung dengan rumus :

Macam metode pengukuran volume yang digunakan :

Volume ditentukan dengan mengukur Dimensi (dalam cm3) = P rata-rata x L rata-


rata x T rata-rata

Volume ditentukan dengan menggunakan gelas ukur (dalam cm3) = Tinggi muka
air akhir – tinggi muka air awal

Volume ditentukan dengan mengukur limpahan (dalam cm3) = jumlah air yang
tertampung dalam wadah

Volume ditentukan dengan Archimides (dalam cm3) = (berat wadah + sampel + air )
– (berat wadah+ air)

22
Hasil :

a. Hasil pengukuran dimensi sampel kayu


Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm) Volume
Jenis (cm3)
Kayu 1 2 Rataan 1 2 Rataan 1 2 Rataan

b. Hasil pengukuran volume awal masing-masing sampel kayu menurut metode


Limpahan, Gelas ukur, dan Archimides

Metode Gelas Ukur (cm3) Metode Archimides (cm3)


Jenis Tinggi Tinggi Metode Berat wadah, Berat
kayu muka muka air (2) –(3) Limpahan sampel, dan wadah (6)-(7)
air akhir awal (cm3) air dan air
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

23
c. Nilai kadar air, kerapatan, dan BJ kayu
Jenis BA BKT KA Kerapatan (g/ BJ kayu
Kayu (g) (g) (%) Pengukuran Gelas Limpahan Archimides
dimensi Ukur

24
Pembahasan dan Kesimpulan :

Tanggal :

Nilai :

Paraf Dosen :

25
PERCOBAAN 6. PERBANDINGAN NILAI KADAR AIR DENGAN
MOISTURE METER DAN CAR GRAVIMETRI DENGAN
MENGGUNAKAN RUMUS

Tujuan :
Mahasiswa dapat membandingkan nilai KA yang diperoleh dari moisture meter
dengan nilai KA yang diperoleh dari rumus

Bahan dan alat :


1. Sampel kayu
2. Kaliper
3. Moisture meter
4. Timbangan elektrik

Prosedur kerja :
1. Sampel kayu dibersihkan serta diberi kode. Setelah itu ditimbang dan
diukur dimensinya (panjang, lebar, dan tebal) dengan mengunakan kaliper
(sebanyak 2 kali atau 2 ulangan).
2. Ukur KA sampel kayu dengan menggunakan moisture meter pada skala
pengukuran 3 sampai 10
3. Buat grafik hubungan antara skala pengukuran KA moisture meter dengan
KA yang diperoleh (menggunakan kertas millimeter blok)
4. Masukkan sampel kayu ke dalam oven bersuhu 103± 2 °C sampai
beratnya konstan
5. Timbang kembali sampeel kayu setelah dikeluarkan darri oven untuk
mendapatkan BKT sampel kayu
6. Hitung KA sampel dengan menggunakan rumus ( seperti pada praktikum
sebelumnya)
7. Bandingkan nilai KA yang diperoleh moisture meter dengan nilai KA yang
diperoleh dari rumus

26
Hasil :
1. Hasil pengukuran dimensi sampel kayu
Jenis Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm) Volume
kayu 1 2 R 1 2 R 1 2 R

2. Hasil pengukuran KA dengan menggunakan moisture meter


Jenis Pengukuran kadar air menggunakan moisture meter (%)
Kayu 3 4 5 6 7 8 9 10 R
L
T

3. Hasil pengukuran KA dan BJ berdasarkan rumus


Jenis kayu BA (g) BKT (g) KA (%) BJ

27
Kesimpulan :

Tanggal :

Nilai :

Paraf Dosen :

28
PERCOBAAN 7. STABILITAS DIMENSI KAYU
Tujuan :
1. Mahasiswa mengenal dan mengetahui pengertian serta konsep stabilisasi
dimensi pada kayu
2. Mahasiswa mengenal dan mengetahui metode dan usaha-usaha dalam
rangka meningkatkan kestabilan dimensi kayu
3. Mahsiswa dapat membandingkan perbedaan tingakt kestabilan dimensi
kayu dalam berbagai indikator ‘bulking agent’
4. Mahasiswa dapat membandingkan kestabilan dimensi antara kayu yang
diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan

Bahan dan Alat ;


1. Dua jenis kayu, dimana tiap jenis terdiri atas 4 sampel berukuran 5 x 2 x
0,6 cm. satu sampel sebagai kontrol, sementara yang lainnya untuk sampek
yang diberi perlakuan
2. Air Aquades atau air destilata dan atau air biasa
3. Larutan jenuh gula dan larutan jenuh garam
4. Larutan cuka
5. Kaliper
6. Bak untuk merendam sampel
7. Oven dan desikator
8. Timbangan
9. Gelas ukur dan pengaduk

Prosedur Kerja :
1. Rapikan sampel menggunakan kertas amplas, beri kode dan beri garis yang
menandakan lokasi peengukuran. Garis yang dimaksud harus benar-benar
mewakili arah radial dan arah tangensialnya. Dimensi tangensial diwakili
oleh garis yang sejajar dengan lingkaran tumbuh, sedangkan dimensi radial
oleh garis yang tegaklurus terhadap lingkaran tumbuh. Untuk sampel-sampel
yang arahnya belum tepat, temukan garis-garis yang menandakan lingkaran

29
tumbuhnya, lalu buat dua garis yang saling bersilangan tegaklurus (lihat
gambar)

R T

2. Ukur masing-masing dimensi radial (R1) dan dimensi tangensialnya (T1)


3. Masukkan sampel ke dalam masing-masing bak yang berisi air, dan larutan
penstabil. Diamkan selama 1 minggu.
4. Angkat sampel, tiriskan, lalu ukur kembali dimensi radial (R2) dan
tangensialnya (T2).
5. Masukkan sampel ke dalam oven dengan suhu 103± 2 °C sampai beratnya
konstan, kemudian ukur kembali dimensi radial dan dimensi tangensial
kering tanur (R3) dan T(3).
6. Hitung penyusutan masing-masing dimensi yang terjadi dan hitung pula nilai
T/R rasionya

Cara mempersiapkan larutan :


a. Gula dan garam
Timbang 10-20 g masing-masing bahan (gula atau garam), lalu masukkan ke
dalam gelas piala yang berisi air sebanyak 1000 ml> aduk merata hingga larut.
Tambahkan kembali masing-masing bahan tadi sampai larutan jenuh (ditandai
oleh terbentuknya endapan dari bahan). Catat jumlah masing-masing bahan
yang digunakan. Konsentrasi larutan dihitung dengan rumua :

Konsentrasi zat terlarut = (massa zat terlarut (g) / 1000 ml air) x 100 %

b. PEG (Polyethylene Glicol)

Timbang 10 g PEG, lalu masukkan kedalam gelas piala berisi air 1000 ml,
kemudian aduk merata hingga larut.

30
Hasil :
1. Konsentrasi larutan jenuh
Konsenrasi larutan gula :

Konsentrasi larutan garam :

Konsentrasi larutan PEG :

2. Hasil perhitungan dimensi (Radial dan Tangensial)


Sesudah direndam Kondisi kering tanur
Jenis kayu Indikator R T R T
Air
Gula
Garam
PEG
Air
Gula
Garam
PEG

3. Besar susut masing-masing dimensi dari setelah direndam ke kondisi kering


tanur dan nilai T/R rasionya
Jenis Kayu Indikator Besar susut masing-masing dimensi dan T/R rasio
T R T/R rasio
Air
Gula
Garam
PEG
Air
Gula
Garam
PEG

31
Pembahasan dan kesimpulan :

Tanggal :

Nilai :

Paraf Dosen :

32
PERCOBAAN 8. Aplikasi Sifat Fisis dalam Penggunaan :
PENGUKURAN KERAPATAN KAYU SECARA PRAKTIS DI LAPANGAN

a. Tujuan :
Mahasiswa dapat mengetahui nilai kerapatan kayu secara praktis di lapangan yaitu
menggunakan metode Bouyance, dan membandingkannya dengan nilai kerapatan
kayu sejenis yang diukur dengan rumus standar ataupun dengan nilai yang terdapat
dalam buku teks

b. Bahan dan Alat :


1. Kaliper
2. Wadah air sederhana yang transparan misalnya botol minum air kemasan
3. Sampel 2 jenis kayu dengan penampang bujur sangkar dengan ukuran 1 x 1
cm atau 2 x 2 cm, dengan panjang 10 cm
4. Timbangan
5. Amplas

c. Prosedur Kerja :
1. Rapikan sampel dengan kertas ampelas, lalu beri kode
A. Metode Bouyance
- Pada salah satu permukaan sampel (sisi panjangnya), ukur panjang sampai
total
- Masukkan sampel ke dalam wadah yang berisi air secara vertical, lepaskan,
lalu beri tanda bagian sampel yang terendam.
- Kerapatan kayu merupakan perbandingan antara jumlah bagian sampel yang
tenggelam dengan panjang sampel total
B. Metode standar
- Ukur dimensi panjang, lebar, dan tebal sampel masing-masing 2 x
menggunakan kaliper lalu timbang beratnya menggunakan timbangan
elektrik
- Hitung volumenya (berdasarkan metode Pengukuran dimensi)

33
- Hitung nilai kerapatan kayu dengan rumus :
Kerapatan kayu = Berat sampel / volume sampel (dalam
g/cm3)
2. Bandingkan kerapatan dari metode Bouyance dengan metode standar

Hasil :

1. Hasil Pengukuran dimensi


Jenis Berat Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm) Volume
kayu 1 2 R 1 2 R 1 2 R (cm3)

2. Perbandingan nilai kerapatan kayu

34
Pembahasan dan kesimpulan

Tanggal :

Nilai :

Paraf Dosen :

35

Anda mungkin juga menyukai