KARAKTERISTIK ANATOMI KAYU DURIAN (Durio zibethinus)
The Anatomical Characteristic of Durio zibethinus
Meylida Nurrachmania1
1Dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Simlaungun
Abstrak: Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur dan karakteristik
anatomi kayu durian (Durio zibethinus). Karakteristik struktur anatomi yang diamati meliputi ciri makroskopis dan ciri mikroskopis. Pengamatan ciri makroskopis meliputi: warna, corak, tekstur, arah serat, kilap, kesan raba, dan kekerasan. Pengamatan ciri mikroskopis dilakukan dengan bantuan mikroskop terhadap preparat maserasi dan sayatan mikrotom. Parameter yang diamati yaitu dimensi serat (diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding sel), pori, jari-jari, pembuluh (panjang dan diameter pembuluh). Hasil Penelitian menunjukkan rata- rata dimensi serat yaitu panjang serat 1866, diameter serat 35.55, diameter lumen 31.76 dan tebal dinding serat 1.88. Kualitas seratnya termasuk dalam kelas II.
Kata Kunci: Anatomi Kayu, Durio zibethinus
PENDAHULUAN sampai pada unsur penyusunan di
dalamnya diantaranya sebagai bahan Latar Belakang baku pulp kertas. Kayu merupakan suatu Bahan baku pulp dan kertas kebutuhan yang tidak dapat pada prinsipnya dapat diperoleh dari dipisahkan dari kehidupan manusia. kayu, yaitu 90 % sedangkan sisanya Jumlah penduduk bertambah berarti berasal dari tanaman berserat bertambah pula kebutuhan akan lainnya. Serat-serat kayu akan kayu, hal ini menimbulkan mempengaruhi tujuan pembuatan kekhawatiran bahwa ketersediaan pulp dan kertas yang meliputi kayu tidak seimbang dengan penggunaan hasil, kekuatan serta permintaan. Makin tinggi kemajuan rendemen yang dihasilkan teknologi makin beraneka ragam (Kasmudjo, 1988). mutu, manfaat kayu yang digunakan Sifat-sifat kayu yang unik oleh manusia. inherent dalam struktur anatomi sel- Penggunaan kayu sebagai sel penyusunnya (Bodig dan Jayne bahan baku industri pengolahan kayu 1982; Haygreen dan Bowyer 1986). semakin luas dengan semakin Kayu Durian (Durio zibethinus) berkembangnya ilmu pengetahuan memiliki potensi yang cukup besar dan teknologi. Penggunaan kayu dari segi manfaatnya, maupun tidak hanya terbatas pada bentuk kegunaannya. Sifat anatomi kayu aslinya. Namun penggunaan kayu Durian yang diamati meliputi sifat telah berkembang sedemikian jauh makroskopis dan sifat Jurnal Akar Volume 6 Nomor 2 Edisi Agustus 2017
mikroskopisnya. Sifat makroskopis ditutup dengan cover glass. Serat
meliputi warna kayu teras dan kayu siap diamati dibawah mikroskop gubal, tekstur kayu dan riap tumbuh. kemudian diukur. Dimensi yang Sifat mikroskopisnya yang diamati diukur adalah panjang serat, diameter meliputi pori, parenkim jari-jari, serat, tebal dinding serat dan parenkim aksial dan sel serabut. diameter lumen.
METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur anatomi yang 1.Ciri Makroskopis
diamati biasanya meliputi ciri makroskopis dan ciri mikroskopis. Ciri umum kayu durian menurut Ciri umum atau ciri makroskopis Pandit dan Dani (2008) dan menurut kayu diamati pada contoh kayu yang Porsea Indonesia (2002), yaitu: telah dihaluskan permukaannya. Ciri - Warna: kayu teras berwarna umum yang diamati sebagaimana coklat muda kemerah-merahan, pola yang telah disusun dalam merah atau coklat merah tua, Mandang & Pandit (1997) adalah gubal agak putih, coklat kuning meliputi : warna, corak, tekstur, arah pucat atau kuning merah pucat, serat, kilap, kesan raba, kekerasan batas antara gubal dan teras itu dan bau. sering tidak tegas. Adapun prosedur pengamatan - Corak: umumnya polos sebagai berikut contoh uji berukuran - Tekstur: kasar sampai sangat (0,5 x 0,5 x 2) cm dimasukkan ke kasar dan merata. dalam tabung reaksi berisi larutan - Arah serat: lurus dan berpadu H2O2 (Hidrogen Peroksida) dan - Kilap:Permukaan agak licin CH3COOH (Asam Asetat) dengan sampai mengkilap perbandingan 2 : 1 sampai terendam. - Kesan raba: agak licin sampai Tabung reaksi kemudian dimasukkan licin dalam penangas air dengan suhu - Kekerasan: agak lunak sampai 1200C selama 4-5 jam sampai agak keras. potongan kayu berwarna putih dan terlihat adanya tanda-tanda serat 2.Ciri Mikroskopis mulai lepas. Aquades dimasukkan dan dikocok untuk mendapatkan Pori serat-serat yang melepas sempurna. Jaringan ini berfungsi untuk Kemudian dicuci berulang-ulang di menyalurkan cairan den sedikit hara atas kertas saring sampai bebas mineral dalam pohon dan tersusun asam. Setelah itu serat dipindahkan secara vertikal. Pori atau sel ke dalam cawan petri dan diberi pembuluh adalah suatua sel beberapa tetes safranin 2% kemudian pembuluh yang berbentuk tabung ditunggu selama 6-8 jam agar zat dengan kedua dinding ujungnya warna benar-benar meresap dalam terletak horizontal sampai mirning. serat. Kemudian dipindahkan ke Pori atau pembuluh yang dalam object glass, dan dilakukan terlihat pada penampang lintang pemisahan serat. Preparat kemudian berbentuk bulat sampai oval. Pola Jurnal Akar Volume 6 Nomor 2 Edisi Agustus 2017
penyebaran pori berdasarkan pada seperti lubang-lubang dengan
pengamatan di mikroskop dan diameter yang hampir sama. Susunan Pedoman Identifikasi Kayu di porinya soliter dan bergabung radial Lapangan (Porsea Indonesia, 2002) terdiri 2-3 pori. Hasil pengukuran sama yaitu merata atau tata baur pori kayu Kuku secara terperinci (diffuse porous) dimana pori tersebar disajikan pada Tabel 1. merata pada bidang lintang kelihatan
Tabel 1. Dimensi Pembuluh Kayu Durian
Jenis kayu Rataan panjang pembuluh Rataan diameter () pembuluh () Durio zibethinus) 682,79 338,28
Sebagai penghubung antara Indonesia (2002), kayu durian
pori atau pembuluh yang satu dengan memiliki endapan yang berwarna sel pembuluh lain yang terletak di putih. sampingnya, ada semacam celah yang disebut dengan noktah (pit). Parenkim Pada kayu Durian pola Di dalam kayu, parenkim penyusunannya adalah alternate merupakan jaringan yang berfungsi (berselang-seling). untuk menyimpan serat mengatur Dinding horizontal yang cadangan makanan, dan menurut merupakan batas antara sel penyusunnya terbagi atas 2 yaitu: pembuluh yang di atas dengan sel 1. Parenkim aksial (parenkim), pembuluh di bawahnya ada fase yang tersusun secara vertikal tertentu, telah diabsorbir, sehingga 2. Parenkim jari-jari (jari-jari terjadi lubang yang memanjang kayu), yang tersusun secara batang menyerupai saluran. Bidang horizontal pertemuan antara dua sel pembuluh Parenkim aksial terdiri dari yang terletak di atas dan di sel-sel berdinding tipis serta relatif bawahnya disebut sebagai bidang pendek. Berdasarkan pada tembusan atau bidang perforasi pengamatan di mikroskop kayu (perforation plate). Menurut Porsea Durian memiliki parenkim aksial Indonesia (2002) bentuk bidang tidak ada atau sangat sedikit. perforasi pada kayu Durian adalah Menurut Pedoman Identifikasi Kayu bentuk sederhana (simple perforation di Lapangan (Porsea Indonesia, plate). 2002), kayu Durian memiliki Menurut Pandit dan Dani parenkim terutama bertipe apotrakea (2002), pori bila diperhatikan pada baur, berupa garis-garis tangensial penampang melintang, radial atau pendek di jari-jari atau ada juga yang tangensial dapat berisi zat-zat berbentuk jala. Dan menurut Pandit tertentu. Isi pori ini terbentuk dan Dani (2008) kayu Durian bersamaan waktunya pada saat memiliki parenkim apotrakeal garis berubahnya kayu gubal menjadi kayu tangensial pendek, yaitu parenkim teras, pada saat inilah diendapkan yang terdapat dalam kelompok- zat-zat tersebut. Menurut Porsea kelompok yang mengarah.tangensial. Jurnal Akar Volume 6 Nomor 2 Edisi Agustus 2017
Parenkim jari-jari adalah lebar (uniseriate hingga
parenkim yang di susun ke arah multiseriate), letaknya jarang sampai horizontal, tetapi berbeda dengan agak jarang, ukurannya pendek parenkim aksial, dinding selnya sampai agak pendek. relatif lebih tebal dibandingkan parenkim aksial. Sel jari-jari Serat seluruhnya terdiri dari sel baring Berdasarkan pada Tabel 3. (sumbu terpanjang, mengarah tersebut diperoleh kualitas seratnya horizontal) atau seluruhnya terdiri termasuk dalam kelas II. Kelas dari sel-sel tegak (dimana sumbu kualitas serat menunjukkan terpanjang mengarah vertikal, atau kecocokkan kayu untuk dapat berbentuk kubus). Apabila lebar jari- dijadikan bahan baku pulp dan kertas jari hanya terdiri dari satu baris sel, yang diperoleh dari nilai turunan maka jari-jari tersebut dinama dimensinya. Turunan dimensi uniseriate. Bila lebarnya lebih dari memberikan berpengaruh terhadap satu baris sel, disebut biseriate dan kualitas kertas yang dihasilkan. Kayu bila lebih dari dua barus disebut Durian memiliki serat yang panjang multiseriate. dengan diameter yang lebar. Jari-jari pada kayu Durian yaitu sangat sempit sampai agak
Tabel 2. Rata-rata dimensi serat
Jenis kayu Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata tebal panjang diameter diameter lumen dinding serat serat () serat () () () Durio 1866 35,55 31,76 1,88 zibethinus
Tabel 3. Kualitas serat kayu Durian
Jenis Runk Felting Muhlste Flexibility Cooeficient Tota Kelas Kayu el power ph ratio ratio of rigidity l kualit ratio skor as Durio 0,16 15,43 77,86 0,08 0,04 zibethinu 275 II Nilai 100 25 25 25 100
Nilai Runkel Ratio tipis apabila dibuat kertas akan
menunjukkan bahwa apabila nilainya menghasilkan lembaran yang lebih semakin kecil maka kayunya pipih (gepeng) dan hasil ikatan serat semakin baik untuk digunakan yang diperolehnya lebih kuat dan sebagai bahan baku pulp, karena lebih baik (Kasmudjo, 1994). kayu tersebut mempunyai dinding Nilai Muhlsteph Ratio serat yang sangat tipis. Serat yang berkaitan dengan sifat plastisitas Jurnal Akar Volume 6 Nomor 2 Edisi Agustus 2017
seratnya, tingkat kehalusan dan pintu dan jendela, perabot rumah
kerataan kertas yang dihasilkan. tangga sederhana (termasuk lemari), Nilai Muhlsteph Ratio yang semakin lantai, dinding, sekat ruangan, kayu besar (tidak sampai maksimal), maka lapis, peti, sandal kayu, peti jenazah, hasil kertasnya plastis artinya ketika (Porsea Indonesia, 2002). diremas dan atau dilipat tidak mudah robek (Kasmudjo, 1994). Nilai KESIMPULAN Felting Power berkaitan dengan tingkat kelicinan kertas, yaitu Kayu durian memiliki warna semakin besar berarti semakin licin agak putih, coklat kuning pucat atau kertas yang dihasilkan. Sampai kuning merah pucat, dengan tekstur batas-batas tertentu secara umum, kasar sampai agak kasar, permukaan semakin licin kertas semakin baik agak licin dan sedikit mengkilap, (Kasmudjo, 1994 dalam Azhari dan kekerasan agak keras. Rudi, 2005). Pori kayu Durian tersebar Nilai Cooefisient of Rigidity merata (tata baur) dengan berkaitan dengan kekuatan kertas susunannya soliter dan bergabung yang dihasilkan, yaitu semakin radial terdiri 2-3 pori. Parenkimnya rendah nilainya maka kertas yang apotrakeal, jari-jari uniseriate hingga dihasilkan semakin tidak mudah multiseriate. putus apabila terkena tarikan. Kualitas serat kayu Durian Kekuatan kertas lainnya juga sangat termasuk dalam kelas II yang dipengaruhi oleh nilai kekakuan ini didasarkan pada kriteria penentuan (kekuatan sobek, lipat dan jebol) nilai kualitas serat kayu untuk bahan (Kasmudjo, 1994 dalam Azhari dan baku pulp dan kertas dalam selang Rudi, 2005). 225 – 449. Nilai Flexibility Ratio menunjukkan bahwa apabila nilainya DAFTAR PUSTAKA semakin tinggi maka semakin baik hasil pulpnya, artinya serat dalam Kasmudjo, 1988. Struktur dan Sifat komposisi kertasnya lebih fleksibel Kayu Gemelina Sebagai terhadap daya tarikan. Sehingga Bahan Baku Kertas, Tesis apabila dijadikan produk kertas Pasca Sarjana UGM. tertentu kualitasnya sangat baik Yogyakarta. (Kasmudjo, 1994 dalam Azhari dan Bodig, J. and B.A. Jayne. 1982. Rudi, 2005). Mechanics of Wood and Wood Composites. Van Sifat dan Penggunaan Nostrand Reinhold Company. Kayu Durian (Durio New York, Toronto, London, zibethinus) famili Bombaceae Melborne. memiliki berat jenis rata-rata Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer. terendah 0,54 dan tertinggi 0,79 dari 1986. Hasil Hutan dan Ilmu 13 jenis, memiliki kelas awet IV/V Kayu. (terjemahan). Gadjah dan kelas kuat II-III. Kayu Durian Mada University Press. dapat digunakan untuk bangunan- Yogyakarta. bangunan di bawah atap, rangka Jurnal Akar Volume 6 Nomor 2 Edisi Agustus 2017
Husein, N. 2004. Anatomi Kayu Utara. Medan. (Tidak
Palele (Castanopsis Dipublikasikan) javanica). Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Volume 2 (2) Irawati, A. dan Rudi H. 2005. Pemanfaatan Kayu KI Acret (Spatholdea campanulata Beauv) Sebagai Bahan Baku Pulp Kertas Melalui Uji Turunan Dimensi Serat. Jurnal Komunikasi Penelitian. Vol 17 (6) Mandang, Y. I. dan Pandit, N. K. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan PROSEA Bogor. Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan. Bogor Panggabean, M. 2008. Struktur Anatomi Kayu Mindi (Melia azedarach L.) pada Umur 6 Tahun. Skrips: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan (Tidak Dipublikasikan) Prosea Indonesia. 2002. Seri Manual; Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. Yayasan Porsea Bogor. Santoso, GI., 1996. Restrukturisasi Industri Hasil Hutan Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan. (Makalah Seminar Mahasiswa Kehutanan VI). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Trisnawati. 2009. Kajian Beberapa Sifat Dasar Batang Pinang (Areca catechu L.). Skripsi Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera