Anda di halaman 1dari 16

KUALITAS KAYU DAN

PERLAKUAN SILVIKULTUR

OLEH :
ROBIYANSYAH MAULANA
(2007025878)
TPK - B
Kualitas kayu dan perlakuan silvikultur
Elemen kualitas kayu
1. Kayu teras
Semakin besar proporsi kayu teras akan meningkatkan
kekuatan kayu, serta meningkatkan gambaran dekoratif kayu
2. Kayu gubal
Merupakan kayu muda yang sel-selnya masih berfungsi
menunjang metabolisme pohon sampai pada saat ditebang.
Keberadaan kayu gubal menurunkan kualitas kayu
3. Kerapatan
Mempengaruhi keawetan dan kekuatan kayu
4. Mata kayu
Dapat menjadi jalan masuk hama dan penyakit, kayu
mudah busuk, mengurangi kekuatan kayu, mengurangi
keindahan. Bagian kayunya lebih lunak dibandingkan
dengan kayu di sekitarnya.
5. Serat
Panjang serat mempengaruhi produk akhir pulp dan
kertas
6. Kandungan lignin, selulosa, zat ektraktif
Mempengaruhi keawetan kayu dan kekuatan kayu
Prinsip utama teknik silvikutur adalah
mengintervensi faktor pertumbuhan
untuk mendapatkan kualitas tanaman yang lebih
baik. Diantaranya adalah
meminimalkan persaingan diantara pohon dalam
memperoleh nutrisi, cahaya dan air.
Praktek silvikultur meliputi kegiatan
membudidayakan dan memelihara pohon hutan,
dengan tujuan mendorong pertumbuhan pohon.
Beberapa teknik silvikultur yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut dan terbukti berpengaruh terhadap kualitas kayu
diantaranya :
1. Pengaturan jarak tanam
Pengaturan jarak tanam adalah pengaturan jarak dari satu pohon ke
pohon
lainnya pada arah tegak lurus pada saat penanaman. Semakin lebar
jarak tanam maka
akan memacu pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan jarak
tanam rapat, karena
faktor cahaya tidak menjadi pembatas. Kualitas kayu yang dipengaruhi
oleh jarak tanam
adalah berat jenis, kayu reaksi, resin, panjang sel, jumlah mata kayu,
diameter, tinggi
dan angka bentuk dolok.
2. Pemangkasan
Pemangkasan adalah pemotongan cabang yang
dilakukan pada tanaman muda dalam rangka
pemeliharaan untuk memperoleh tinggi bebas cabang
(clear bole) yang optimal serta meminimalkan mata
kayu. Pemotongan cabang dilakukan sedekat mungkin
dengan batang utama, pada diameter cabang yang masih
kecil serta letak cabang sedekat mungkin dengan
permukaan tanah atau cabang dan ranting yang sudah
mulai mengering. Kualitas kayu yang dipengaruhi oleh
pemangkasan adalah persentase kayu teras dan gubal
serta angka bentuk atau faktor keruncingan pohon.
3. Pemupukan dan pengairan
Pemupukan dan pengairan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lahan sehingga mendorong pertumbuhan lebih baik.
Efek langsung yang dapat terlihat adalah pertumbuhan tajuk
lebih cepat, sehingga memperluas bidang fotosintesa
sehingga menghasilkan bahan makanan yang cukup untuk
pertumbuhan. Pemupukan pada awal penanaman akan
berpengaruh pada keseragaman pertumbuhan awal tanaman.
Pada sebagian besar pohon, ketersediaan hara dan air yang
cukup membuat laju pertumbuhan lebih cepat, hal ini
memicu pembentukan kayu muda (juvenile wood) dan
memperlambat pembentukan kayu teras (heart wood)
(Kozlowski dan Pallardy, 1997).
4. Penjarangan
Penjarangan bertujuan untuk mengurangi jumlah tanaman
agar tanaman mempunyai ruang lebih besar untuk tumbuh.
Waktu penjarangan akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kualitas kayu dari tegakan sisa. Apabila
penjarangan dilakukan pada awal, maka fungsinya akan
sama dengan penggunaan jarak tanam yang lebar,
mengakibatkan terjadinya peningkatan ukuran dari kayu
muda, sehingga membuat kayu mempunyai berat jenis dan
kekuatan yang rendah, serat yang lebih pendek, kandungan
lignin yang lebih tinggi serta mempunyai penyusutan
longitudinal lebih tinggi.
VARIABILITAS SIFAT DASAR KAYU

A. VARIABILITAS HORIZONTAL
A.1. Dimensi Serat
Variasi panjang trakeid dalam arah horizontal dapat terjadi antara
peralihan dari bagian kayu awal ke kayu akhir dan variasi
panjang trakeid dari pith ke beberapa lingkaran tahun ke arah
kulit. Variasi panjang serabut/trakeid dari kayu awal ke kayu
akhir dipengaruhi oleh sifat peralihan dari kayu awal ke kayu
akhir. Pada kayu daun jarum peralihan yang mendadak antara
kayu awal ke kayu akhir menghasilkan suatu puncak yang tajam
yang disebabkan oleh trakeid yang panjang pada bagian kayu
akhir
A.2. Kerapatan
Kerapatan dari Araucaria sp dan kayu daun lebar tata
baur, memperlihatkan perbedaan kerapatan yang sangat
menyolok pada lingkaran tumbuh. Hal ini disebabkan
oleh variasi iklim dan pembentukan kayu akhir. Variasi
kerapatan pada satu lingkaran tumbuh melebihi variasi
kerapatan yang terjadi antar pohon.
A.3. Sudut Mikrofibril
Menurut Chauhan et al, (2006) variasi sudut mikrofibril pada
lapisan S2. Sudut mikrofibril umumnya besar pada lingkaran
tumbuh dekat pith kemudian menurun beberapa lingkaran kearah
luar kemudian konstan besarnya pada Pinus radiate. Mikrofibril
berkorelasi negatif dengan panjang trakeid/serat artinya makin
panjang sel makin kecil sudut mikrofibrilnya.. Pada kayu daun
jarum yang panjang trakeidnya cenderung lebih panjang
perubahan sudut mikrofibrilnya lebih besar (550-200) dibanding
kayu daun lebar (280-100). Derajat kristalinitas meningkat secara
significant pada lingkaran tumbuh hemlock (Tsuga heterophylla)
dari pith ke kurang lebih lingkaran tumbuh ke 15, setelah itu
meningkat atau menurun secara konstan (Tsoumis, 1991).
A.4. Komponen kimia kayu
Kandungan sellulosa pada Douglas-fir dan beberapa
jenis dari kayu daun jarum yang diteliti menunjukkan
meningkat dari pith ke luar, mengikuti pola secara
umum panjang trakeid (Tsoumis 1991). Kandungan
lignin berlahan-lahan menurun pada beberapa bagian.
Pada lingkaran tumbuh bagian luar pohon yang berumur
tua ditemukan kandungan sellulosa yang lebih tinggi
dan kandungan lignin yang rendah pada kayu akhir
dibandingkan kayu awal pada riap yang sama.
A.5. Kekuatan dan Elastisitas
Sifat fisik kayu erat hubungannya dengan dimensi serat,
sudut mikrofibril, derajat kristalinitas dan ratio antara
lignin dan sellulosa. Pada kayu daun jarum dan daun
lebar (Tsoumis, 1991) MOR dan MOE meningkat dari
pith ke arah luar sejalan dengan panjang trakeid/serat,
berat jenis dan berbanding terbalik dengan sudut
mikrofibril.
B. VARIABILITAS VERTIKAL
B.1. Dimensi Serat
Panjang trakeid di dalam lingkaran tahun yang sama meningkat
dari pangkal ke atas pada jarak tertentu, setelah mencapai
maksimum menurun ke arah ujung pohon, dimana panjang
trakeid lebih pendek dari pangkal
B.2 Kerapatan
Variasi kerapatan pada arah vertikal terdapat tiga pola yang
umum yaitu :
1. Kerapatan menurun dari pangkal ke puncak, contohnya kayu
daun jarum (Pinus), Picea abies, pseudotsuga menziesii, Tsuga
heterophylla. Pada kayu daun tidak lasim ditemukan pola ini
kecuali pada Acer nigrum dan A. saccharinum.
2. Kerapatan menurun di bagian pangkal kemudian naik di
puncak, contohnya kayu daun jarum (P. constanta dan P. strobus)
dan kayu daun lebar ( Liriodendron tulipifera dan Tectona grandis)
3. Naik dari pangkal ke ujung dengan pola yang seragam, Pola ini
banyak terdapat pada kayu daun lebar dan merupakan modifikasi
dari pola yang pertama karena adanya mata kayu. Contoh pada
kayu daun lebar (Fagus sylvatica, Farxinus penusylvanica, Nyssa
aquatic, Liquidambar styraciflua, Quercus falcate) dan kayu daun
jorum (Picea sitchensisi dan Thuja plicata)
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai