Anda di halaman 1dari 13

SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA

PAPER

Oleh:

Septriau Nugroho

2254251056

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan karunia Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan paper ini dalam bentuk maupun Isinya yang sangat sederhana.
Semoga paper ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, maupun pedoman bagi
pembaca. Harapan saya semoga paper ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para Pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi paper ini sehingga
kedepannya Dapat lebih baik. Paper ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang membangun untuk kesempurnaan paper ini.

Penyusun
Latar Belakang

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena
mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari
memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan
kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan
sebagainya. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada
dinding sel berbagai jaringan di batang. Ilmu kayu (wood science) mempelajari berbagai aspek
mengenai klasifikasi kayu serta sifat-sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai
kondisi penanganan. Beberapa jenis kayu dipilih karena bersifat kedap air, isolator terhadap suhu
udara, dan mudah dibentuk.

Kayu telah digunakan manusia selama ribuan tahun karena berbagai kelebihan seperti
tampilannya yang indah dan alami, multifungsi, distribusi yang luas, kuat, mudah untuk diproses,
dan merupakan bahan yang terbarukan. Kayu juga memiliki beberapa karakteristik alami yang
kurang menguntungkan seperti ketidakstabilan terhadap kelembaban serta dapat terdegradasi
oleh mikroorganisme, rayap, api, dan radiasi ultraviolet. Berbagai cara untuk menangani
karakteristik yang kurang diinginkan dari kayu dapat diterapkan, misalnya melalui pengawetan
kayu menggunakan formulasi bahan kimia beracun terhadap organisme perusak kayu atau
dengan melapisi permukaan kayu dengan bahan aditif untuk mencegah penyerapan air dan efek
dari radiasi sinar matahari yang menyebabkan penuaan kayu (aging of wood) (Hidayat dan
Febrianto, 2018).

Dalam mempelajari kayu terdapat beberapa sifat dan karakteristik yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, diantaranya adalah sifat anatomis, sifat fisis sifat mekanis, dan sifat kimianya.
Sifat anatomis kayu merupakan sifat yang berhubungan dengan sel-sel penyusun kayu. Sifat fisis
berhubungan dengan respon kayu terhadap perubahan kelembaban udara (relative humidity/RH)
dan suhu lingkungan di sekitar kayu yang mempengaruhi wujud dan penampilan kayu. Sifat
mekanis kayu merupakan sifat yang berhubungan dengan kekuatan kayu dan merupakan ukuran
kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang bekerja padanya, sedangkan sifat kimia adalah
sifat kayu yang dihubungkan dengan kandungan dan komposisi relatif senyawa kimia penyusun
dinding sel kayu terutama selulosa, hemiselulosa, lignin, zat ekstraktif dan bahan anorganik
lainnya (Bowyer dkk, 2003).

Melalui pemahaman mendalam tentang sifat-sifat kayu dan pemanfaatannya, kita dapat
menghargai keunikan dan pentingnya kayu sebagai bahan yang berharga. Penting bagi kita untuk
mengembangkan solusi yang berkelanjutan dalam penggunaan kayu, dengan mempertimbangkan
praktik pengelolaan hutan yang bertanggung jawab, daur ulang kayu, dan inovasi teknologi
dalam industri kayu. Dengan demikian, kita dapat memastikan kelangsungan sumber daya kayu
yang berharga ini bagi masa depan.

Sifat-sifat kayu

Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis kayu dari banyaknya jenis pohon yang dihasilkan
sebagai
hasil yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Setiap jenis tumbuhan memiliki hasil kayu yang
berbeda sifat-sifat nya (kayu), sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan
penggunaan sesuai dengan yang diinginkan, apakah untuk konstruksi (struktur), apakah itu
digunakan sebagai perabot, atau sebagai bahan untuk kebutuhan seni non struktur. Menurut
Suwarno (1976) sifat sifat kayu dibagi atas beberapa macam yaitu sifat fisik, sifat higroskopik
dan sifat mekanik.

Sifat Fisik

Berat Jenis

Berat jenis kayu banyak dipengamhi oleh kadar lengasnya, oleh karena itu agak sukar dalam
membicarakan berat jenis kayu, dalam hubungan sifat mekanik dan lainnya. Dalam hal ini akan
lebih baik membicarakan berat tiap satuan isi atau kerapatan. Angka rapat adalah hasil bagi berat
kering tungku (oven dry) dan isi potongan kayu itu. Kerapatan ini mempakan indikator yang
terbaik tentang kekuatan kayu meskipun sifat-sifat lain juga ada pengamhnya, Seperti kadar
lengas, arah serat, adanyamata kayu dan sebagainya. Angka rapat itu tergantung daripada
banyaknya zat dinding sel tiap-tiap satuan isi. Kayu yang berserat kasar mengandung sedikit sel-
sel tiap-tiap satuan isi, yang berarti sedikit dinding seinya, jadi rapatnya rendah pula, semakin
kecil angka rapat sesuatu kayu, semakin kuat kekuatan kayu. Pada temperatur biasa, angka mulai
linier kayu dalam arah sejajar serat adalah rendah sekali dibandingkan dengan besi, dan Iain-lain.

Berat jenis kayu ini merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat-sifat kayu, sebagai contoh,
semakin besar berat jenis kayu makin kuat kayunya, demikian sealiknya semakin kecil berat
jenisnya (semakin ringan) semakin berkurang juga kekuatannya.

Warna Kayu
Setiap jenis kayu mempunyai warna yang berbeda-beda, tergantung zat-zat pengisi warna pada
kayu tersebut. Contohnya, kayu jelutung mempunyai warna putih, sedangkan kayu mahoni
mempunyai warna merah. Ada banyak faktor yang mempengaruhi warna kayu, seperti yang
Diperlihatkan di tabel dibawah ini :

Warna Lebih Jelas / Gelap Warna Lebih Terang


1 Bagian kayu teras / inti Bagian kayu gubal
2 Kayu yang lebih tua Kayu muda
3 Sudah lama ditebang Baru ditebang
4 Kayu kering Kayu basah

Keawetan Kayu Alami

Keawetan alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur yang dapat merusak
kayu dari luar, seperti : jamur, rayap, bubuk, cacing danyang lainnya yang diukur dengan jangka
waktu tahunan. Keawetan kayu ini disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu yang
merupakan sebagian unsur beracun bagi perusak kayu tersebut, sehingga perusak tersebut tidak
sempat masuk dan tinggal di dalam kayu dan merusak kayu. Contoh zat-zat tersebut seperti,
tectoquinon pada kayu jati, silica pada kayu ulin dan lain-lain, sehingga jenis kayu-kayu ini
mempunyai cukup keawetan secara alami. Klasifikasi kayu di Indonesia membagi tingkat
keawetan kayu ke dalam 5 kelas awet.

Tekstur
Tekstur kayu adalah ukuran relatif sel-sel kayu atau ukuran relatif serat-serat kayu. Berdasarkan
teksturnya, kayu dapat digolongkan ke dalam :

- Kayu bertekstur halus : giam, nyatoh, ramin, mahoni, pinus

- Kayu bertekstur sedang : jati, sonokeling, kapur, matoa

- Kayu bertekstur kasar : meranti, kempas, keruing, sungkai

Serat

Sifat kayu ini menunjukan arah sel-sel kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah
serat dapat ditentukan oleh alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan
berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Contoh kayu Jabon, kapur,
kruing, matoa, nyatoh, ramin jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap
sumbu panjang batang dikatakan kayu itu berserat mencong. Serat mencong dapat dibagi lagi
menjadi :

- Serat berpadu, bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-Seling,
menyimpang ke kiri dan ke kanan terhadap sumbu batang. Contoh Kayu kulim, renghas,
meranti, (kapur), (kruing), (matoa), (ramin).
- Serat berombak, serat-serat kayu yang membentuk gambaran berombak. Contoh kayu
merbau, kempas.
- Serat terpilin, serat-serat kayu yang membuat gambaran terpilin/terpuntir, Seolah-olah
batang kayu dipilin mengelilingi sumbu. Contoh kayu bintangur, Damar dll.

Pengaruh Temperatur

Seperti pada benda-benda lainnya, kayu akan mengembang jika dipanaskan dan mengecil jika
didinginkan. Tapi pengaruh temperatur ini tidak begitu penting Seperti pengaruh perubahan
kadar lengas kayu. Pada temperatur normal, angka muai linier (λ) kayu dalam arah sejajar serat
rendah sekali ( 4.10-6) dibanding dengan λ besi dan material lainnya. Untuk arah Ʇ serat angka
liniernya besar, tetapi lebih besar lagi perubahannya karena pengaruh kadar lengas kayu,
sehingga untuk arah Ʇ serat akibat perubahan temperatur λ dapat diabaikan.

Sifat Higroskopik
Kadar Lengas

Kebalikan dengan sifat tubuh manusia, kayu tidak begitu peka terhadap perubahan temperatur
udara, tetapi sangat peka terhadap perubahan kelembaban udara. Kadar lengas kayu akan
berubah banyak karena penambahan kelembaban udara apabila temperatur tetap, sebaliknya
kadar lengas kayu tetap atau tidak berubah banyak karena perubahan temperatur dengan
kelembaban udara yang tetap. Perubahan kadar lengas kayu menyebabkan mengembang dan
menyusutnya kayu, disamping mempengaruhi pula sifat-sifat fisik dan mekanik kayu. Sel-sel
kayu mengandung air, sebagian mengisi ruangan antar sel, disebut dengan air bebas (free water),
dan sebagian menembus dinding sel dan ditahan oleh pori-pori dinding sel tersebut, dan air
inidisebut dengan air ikat (imbebet water). Apabila kayu mengering, air bebas akan keluar
terlebih dahulu, baru air ikat akan meninggalkan dinding-dinding selbjika kayu terus mengering.
Pada saat air bebas telah habis keluar, keadaan ini disebut dengan titik jenuh serat (fiber-
saturation point). Kadar lengas pada saat itu sekitar 25% - 35 %, tergantung dari jenis kayunya
( untuk kayu jati ± 28%). Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh seratnya, dinding-dinding
sel menjadi semakin padat, dan serat-serat kayu menjadi semakin kuat dan kokoh.

Kembang Susut

Kayu akan mengembang dan menyusut tergantung kadar lengasnya, tetapi Besaran kembang
susutnya tidak sama di dalam berbagai arah. Kita membedakan perubahan ini dalam tiga arah,
yaitu :

- Arah radial , yaitu arah menuju pusat kayu


- Arah tangensial , yaitu searah dengan garis singgung lingkaran.
- Arah axial , yaitu sejajar dengan arah panjang batang.
Table 1. Kembang Susut Kayu

Gambar 1. Arah serat Kayu

Sifat Mekanik

Sifat mekanis kayu sering disebut juga dengan kekuatan kayu, yaitu sifat-sifat kayu yang
dihubungkan dengan kemampuan kayu dalam menahan suatu beban atau muatan yang diberikan
kepada kayu tersebut. Hasil pengujian sifat mekanis kayu saling-saling yang dilakukan pada
kondisi kering udara (Lempang, 2016).

Hubungan Arah Serat dan Arah Gaya


Gambar 2. Diagram Tegangan Regangan

Karena merupakan bahan yg terdiri dari serat-serat, maka dapat diambil suatu Kesimpulan :

a. Kayu lebih kuat mendukung gaya tarik sejajar arah serat daripada tegak lurus Arah serat (
σ tr // > σ tr l
b. Menurut arah serat kayu, lebih kuat mendukung tarikan daripada mendukung Desakan ( σ
tr // = + 2 – 2,5 σ ds // )
c. Kayu lebih kuat mendukung gaya desak sejajar serat daripada menurut tegak lurus arah
serat ( σ ds // = + 1,2 σ ds l )
d. Kayu lebih kuat mendukung gaya geser tegak lurus arah serat daripada menurut arah
serat ( τ) L > τ // ). Dan τ l ini sedemikian besarnya sehingga jarang terjadi kayu patah
karena gaya geser. Umumnya akan timbul retak-retak akibat gaya desak lebih dulu
daripada retak-retak τ l .

Diagram Tekanan Lentur

Perbedaan besar antara daya dukung terhadap gaya tekan/desak dan gaya tarik menyebabkan
sifat istimewa dari balok kayu. Seperti diketahui σ tr // = + 2 – 2,5 σ ds // . Perbandingan ini
menyebabkan hukum Navier, yaitu anggapan adanya pembagian tegangan yang linier dan
simetrik tidak dapat dipakai. Apabila balok yang dibebani momen sudah mendekati titik
Patahnya, maka diagram tegangannya tidak merupakan segi tiga lagi, melainkan untuk bagian
yang terdesak diagramnya merupakan parabola berpangkat dua dengan titik maximumnya pada
serat yang terluar. Anggapan ini paling mendekati kenyataan.
Gambar 3. Diagram Tegangan

Pengaruh Angka Rapat

Angka rapat ialah hasil bagi berat kering tungku (oven dry) dengan isi potongan kayu itu.
Kerapatan kayu ini adalah suatu indikator terbaik tentang kekuatan kayu, meskipun sifat-sifat
lainnya juga ada pengaruhnya (kadar lengas, arah serat, mata kayu, dll). Angka rapat tergantung
dari banyaknya zat dinding sel tiap-tiap satuan isi. Kayu yang berserat kasar mengandung sedikit
sel-sel tiap-tiap satuan isi, yang berarti sedikit dinding selnya, sehingga rapatnya rendah pula.
Jadi semakin kecil angka rapat suatu kayu semakin lemah pulalah kekuatan kayu, dan semakin
ringan kayu tersebut.

Potensi Kegunaan Kayu

Hasil kajian membuktikan bahwa masing-masing produk yang akan dibuat menuntut persyaratan
yang berbeda. Ini berarti tidak semua jenis kayu cocok digunakan untuk satu jenis produk dan
tidak semua jenis produk berkualitas tinggi dapat dibuat hanya dari satu jenis kayu saja. Yang
harus diperhatikan adalah kesesuaian antara sifat kayu dengan jenis produk yang akan dibuat
(tujuan) dan dengan proses pengolahan yang akan diaplikasikan (Wahyudi, 2013).

Dalam berbagai penggunaan kayu, kekuatan kayu sangat penting untuk diketahui, terutama jenis-
jenis kayu yang diperdagangkan dan kegunaannya untuk konstruksi (bangunan) (Kasmudjo,
2010). Kayu saling-saling memiliki berat jenis 0,40 dan tergolong kayu kelas kuat III.
Berdasarkan sifat dasar yang dimiliki dan informasi penggunaan kayu secara lokal oleh
masyarakat, kayu saling-saling dapat digunakan untuk bahan bangunan dengan beban ringan
(kaso, reng, dinding, langit-langit/plafon dan lis plank). Dari hasil wawancara penggunaan kayu
secara lokal oleh masyarakat diketahui bahwa kayu saling-saling tahan terhadap organisme
perusak kayu bila penggunaannya berhubungan dengan tanah, pada tempat terbuka dan lembab,
serta sangat baik digunakan untuk membuat perahu (kano). Saling-saling juga dapat digunakan
untuk mebel murah, kerajinan (peralatan dapur), kayu komposit (kayu lapis, papan partikel,
papan semen, papan serat), pulp dan kertas, pallet, peti pembungkus dan cetakan beton.

Kayu untuk mebel berdasarkan SNI 01-0608-1989 minimum kayu kelas kuat III dengan berat
jenis (BJ) antara 0,40-0,60 (Krisdianto dan Dewi, 2012), bertekstur agak halus sampai sangat
halus (Kasmudjo, 2010), Mudah dikerjakan, dimensi stabil, serta Memiliki nilai dekoratif atau
penampilan yang Indah (Martawijaya et al., 2005; Prayitno, 2007). Saling-saling tergolong kayu
yang kurang dekoratif (corak polos), memiliki berat Jenis 0,40 dan tergolong kelas kuat III,
penyusutan rendah, dimensinya stabil, tekstur agak halus, kilap permukaan agak mengkilap,
kesan raba agak kesat, kekerasan tergolong sedang, sehingga hanya cocok untuk pembuatan
mebel murah

Kayu untuk bahan baku industri kerajinan/industri krearif adalah jenis kayu yang berasal dari
jenis pohon cepat tumbuh sehingga mudah didapat dan harganya murah, kerapatan kayu rendah
sehingga mudah dikerjakan, lebih disenangi kayu yang berwarna terang, tekstur kayu tergolong
halus sampai moderat, serat lurus, permukaan rata dan sangat diharapkan yang mempunyai
dekoratif unik (Pandit et al., 2011). Kayu saling-saling memiliki corak polos, tekstur agak halus,
arah serat lurus kilap permukaan agak mengkilap, kekerasa tergolong agak lunak dan kerapatan
kayu rendah (0,37 g/cm3), sehingga cocok untuk bahan baku industri kerajinan.

Kayu untuk bahan baku produksi vinir pada umumnya menggunakan kayu yang memiliki
kerapatan 0,40-0,70 g/cm3, yang terbaik kayu yang memiliki kerapatan 0.50-0,55 g/cm3. Saling-
saling memiliki kerapatan 0,37 g/cm3 dan sifat kekerasan yang tergolong agak lunak, sehingga
akan mudah dikupas dalam kondisi dingin tanpa mendapatkan perlakuan pemanasan melalui
proses perebusan atau penguapan. Kayu saling-saling bertekstur agak halus, arah serat lurus,
permukaan kayu agak mengkilap dan kesan raba agak kesat, sehingga vinir yang dihasilkan dari
kayu ini dapat digunakan baik untuk vinir tengah maupun vinir muka pada produk kayu lapis.

Sifat terpenting dari kayu yang berpengaruh terhadap kesesuaian bahan baku kayu untuk papan
partikel adalah berat jenis. Kayu yang cocok untuk papan partikel adalah kayu yang memiliki
berat jenis rendah hingga sedang. Kisaran berat jenis kayu yang pernah dibuat dan menghasilkan
papan partikel yang memuaskan adalah antara 0,40-0,72 (Prabawa, 2005). Berdasarkan hal
tersebut maka kayu saling-saling dengan berat jenis 0,40 cocok bila digunakan untuk bahan baku
papan partikel. Selain untuk papan partikel, juga berpotensi untuk bahan baku produk panel
berserat seperti papan serat berkerapatan tinggi (Hardboards) dan papan serat berkerapatan
Sedang (Medium Density Fiberboards-MDF).
DAFTAR PUSTAKA

Bowyer, J. L, Shmulsky, R. and Haygreen, J. G. 2003. Forest Products and Wood Science –
An Introduction. 4th Edition. Iowa State Press. A Blackwell Publishing Company. Unites States
of America.

Hidayat, W., dan Febrianto, F. 2018. TEKNOLOGI MODIFIKASI KAYU RAMAH


LINGKUNGAN: Modifikasi Panas dan Pengaruhnya terhadap Sifat-sifat Kayu. Pusaka Media,
Indonesia. ISBN 978-602-5947-22-3.

Kasmudjo. (2010). Teknologi Hasil Hutan. Yogyakarta: Cakrawala Media.

Lempang, M. 2016. Basic Properties and Potential Uses of Saling-Saling Wood. Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol. 5 Issue 1 (2016) 79-90.

Pandit, I.K.N., Nandika, D. dan Darmawan, I.W. (2011). Analisis sifat dasar kayu hasil hutan
Tanaman rakyat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 16(2), 119-124.

Prabawa, S. B. (2005). Sifat Fisik dan Dimensi Serat Kayu Mangium berumur empat tahun dari
Daerah Sebulu, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 23(5), 339-348.

Prayitno, T.A. (2007). Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Lecture Note Program Magister Riset
S2. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadja Mada.

Suwarno Wiryomartono, 1976, Konstruksi Kayu, UGM Press, Yogyakarta.

Wahyudi, I. (2013). Hubungan struktur anatomi Kayu dengan sifat kayu, kegunaan dan
pengolahannya. Makalah Diskusi Anatomi Kayu Indonesia (Bogor, tanggal 3-4 Juni 2013).
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.

Anda mungkin juga menyukai