Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR

“PENJARANGAN POHON DI DESA BONGLO KECAMATAN BASSEANGTEMPE, KABUPATEN


LUWU, SULAWESI SELATAN.”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
Rahmat dan hidayah-Nya sehingga kai dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Laporan Penjarangan Pohon” ini tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Silvikultur. Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Kurnia S.Hut., M.Hut, selaku Dosen Silvikultur yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dab berbagai
sumber yang tidak dapat kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya
sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Palopo,28 Mei 2023

Penulis,
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penjarangan merupakan tindakan silvikultur terhadap tegakan hutan
tanaman yang dilaksanakan secara periodik untuk memberikan tempat dan
ruang tumbuh yang optimal. Diperoleh kayu konstruksi dan kayu industri yang
berukuran besar dengan kualitas tinggi sesuai dengan kemampuan tingkat
tumbuh dengan penekanan pada tegakan tinggal di akhir daur. Pelaksanaan
dari taksasi produksi sebagai hasil penjarangan bukan tujuan utama, oleh
karena itu tindakan penjarangan mutlak harus dilakukan.
Penjarangan sangat diperlukan untuk menstimulir keadaan tegakan dan
lingkungan. Penjarangan tegakan dilakukan ter utama terhadap HTI (Hutan
Tanaman Industri) untuk tujuan produksi kayu pertukangan, sedangkan untuk
kayu bakar, kayu serat dan non kayu tidak dilakukan penjarangan. Kegiatan
penjarangan dilakukan pada masing-masing petak tanaman paling banyak
tiga kali dalam satu daur.
Dampak penjarangan memberikan ruang tumbuh yang lebih baik pada
tegakan tinggal, terutama perkembangan tajuk maupun pertambahan riap.
Dapat diungkapkan pula bahwa pada penjarangan pohon-pohon dengan
diameter yang snagat kecil yaitu kurang dari 5 cm memang tidak
menguntungkan dan menambah bebean biaya pemeliharaan.
Penjarangan pohon cemara di desa Bonglo

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.3 Tujuan Penulis


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjarangan
Penjarangan merupakan kegiatan yang dijalankan pada tegakan seumur ata
uckelompok seumur dan tegakan tidak seumur pada setiap saat sebelum
permulaan
atau periode permudaa. Tujuannya yaitu pemungutan pohon terutama untuk men
distribusikan
kembali potensi pertumbuhan atau untuk meningkatkan kualitastegakan tinggal
(Soekotjo, 1992).

Pada dasarnya penjarangan adalah suatu upaya pemeliharaan yang dilakuk


an manusia pada tegakan pohon dalam suatu areal hutan, tujuannya adalah
menciptakan keseimbnagan antara kepentingan biologi dari pohon dan
kepentingan eki:onomi untuk memperoleh hasil yang maksimal dikemudian hari.
Penjarangan berpengaruhterhadap tegakan yaitu meningkatkan diameter
batang, tinggi tegakan dan volume total tegakan. Selain itu jumlah batang
tegakan dan volume tegakan tinggal berkurang (Wanggai, 2009).

Dampak penjarangan adalah memberikan ruang tumbuh yang lebih baik


pada
tegakan tinggal, terutama perkembangan tajuk aupun pertambahan riap. Dapat
diungkapkan pula bahwa pada penjarangan pohon pohon dengan diameter yang
sangat kecil yaitu kurang dari 5 cm memang tidak menguntungkan dan
menambah beban biaya pemeliharaan. Dengan alasan tersebut, maka dalam ba
nyak hal,kegiatan penjarangan tidak dilaksanakan, jika dianalisis lebih lanjut,
makatampak bahwa pohon
pohon tanpa penjarangan akan sangat berpengaruh pada hasil akhir yang
diperoleh dari suatu kawasan hutan (Wanggai, 2009).

Manan (1976) " mengemukakan bahwa secara alami terjadi persaingan


dalam suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pada kondisi yang demikian, terjadi
suksesi hingga mencapai kondisi klimaks, yaitu saat tercatat keseimbangan
antara masyarakat tumbuh-tumbuhan dengan lingkungannya. Pohon-pohon yang
tertekan, kalah dalam persaingan akan mati dan ini merupakan penjarangan
alami. Dalam proses demikian akan terjadi pengurangan jumlah pohon secara
bebas dan tidak teratur akibat seleksi alami dalam suatu kawasan hutan.
Selanjutnya diungkapkan bahwa penjarangan secara alami akan membiarkan
banyak energi dan materi yang terbuang dalam jangka panjang sehingga
memerlukan campur tangan manusia. Untuk itu penjarangan buatan perlu
dilakukan agar lebih banyak energi dan materi alam dapat digunakan oleh
tumbuhan secara optimum sesuai ruang dan waktu tertentu.

Penjarangan dapat dilakuan 2 kali pada umur 5-7 tahun sebanyak 25% dan
padaumur 10 tahun sebanyak 25% dan pada umur 15 tahun dilakukan tebang
habis atau panen total. Penjarangan dan penebangan dilakukan dengan
berbagai pertimbangan yang mungkin bisa dilakukan ini tergantung pada jarak
tanah; kesuburan tanah Perawatan Pelaksanaan penjarangan sendiri didasarkan
atas beberapa pertimbangan antara lain- Pertimbangan ekonomis Jumlah pohon
persatuan luas ideal Penjarangan sistematik Penjarangan seleksi rendah
Penjarangan tajuk berkaitan dengan prinsip-prinsip penjarangan tersebut, maka
yang ideal adalah dilakukan dengan kaidah selemah mungkin akan tetapi
sesering mungkin. Pebab penjarangan yang terlalu keras akan menyebabkan
ruang tumbuh yang terlalu terbuka yang mengakibatkan tanaman menjadi
lunglai, sedangkan penjarangan yang telalu lemah menyebabkan tanaman
menjadi kurang optimal pertumbuhannya (Maman, 1976).

Hawley dan Smith (1962) dalam Maman (1976) mengemukakan bahwa pada
umumnya terdapat lima metode penjarangan yang digunakan, yaitu :

1. Penjarangan Rendah (Low Thinning)

Disebut penjarangan rendah karena dimulai dari lapisan


tajuk yang paling bawah dan merupakan cara tertua diterapkan di
Jerman sehingga cara ini dikenal dengan istilah metode Jerman.
Prinsip dasar yang diterapkan dalam metode ini adalah semua
pohon dan tajuk jelek pada lapisan paling bawah ditebang
kemudian disusul pohon-pohon dengan tajuk yang jelek pada
lapisan tajuk di atas sampai pada lapisan tajuk paling atas.

2. Penjarangan Tajuk (Crown Thinning)


Penjarangan tajuk lebih diarahkan pada pohon-pohon
kelas tajuk paling atas(dominanan trees) dan kelas tajuk
pertengahan. Dari proses penjarangan ini maka perbedaan pokok
antara low thinning dan crown thinning adalah bahwa dalam crown
thinning tidak ada penjelasan ringan karena dimulai dari pohon
kelas tajuk paling atas serta pohon-pohon yang ditinggalkan
untuk penjarangan ringan karena dimulai dari pohon kelas tajuk
kodominan dan dominan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pohon-pohon yang ditinggalkan berasal dari dua kelas
lapisantajuk dalam satu kelas umur. Kelemahan metode
penjarangan ini adalah dua kelas diterapkan pada tegakan pohon
yang distribusi atau sebaran kelas-kelas tajuknya yang tidak jelas
dalam satu kelas umur tegakan.
3. Penjarangan Seleksi (Selection Thinnning)
Ciri khusus dari penjarangan ini seleksi adalah dimulai dari
pohon-pohon dominan dengan tajuk paling atas akan
dimanfaatkan kayunya. Penjarangan seleksi sangat berbeda
dengan penjarangan rendah yaitu dimulai pada pohon-pohon yang
tertekan. Prinsip dari penjarangan seleksi adalah memanfaatkan
secara maksimal hasil terbaik pohon selama daurnya. Dengan
demikian, pohon kododminan dan yang tertekan diberi ruang
tumbuh yang lebih baik untuk dimanfaatkan kayunya pada
penjarangan berikutnya. Dapat disimpulkan bahwa cara
penjarangan ini lebih cocok diterapkan pada suatu tegakan
yangmenghasilkan kayu dengan diameter sedang dan kecil.
4. Penjarangan Mekanik (Mechanichal Thinning)
Penjarangan ini berbeda dengan metode- metode lainnya
yaitu dengan metode mekanik,yang menjadi pertimbangan utama
atau dasar penjarangan pohon adalah posisi tajuk pohon yang
akan ditebang. Biasanya metode penjarangan ini diterapkan pada
tegakan seumur dan tingginya hampir seragam. Dalam
aplikasinya, pohon pada jarak tertentu ditebang sehingga disebut
pula penjarangan jalur atau row thinning. Secara umum
penjarangan ini diterapkan pada tegakan yang berukuran sedang
setelah mencapai ukuran poles atau tiangmaka digunakan metode
lain.

5. Penjarangan Bebas (Free Thinning)


Penjarangan bebas umumnya merupakan gabungan
penerapan dari metode lain sehingga disebut free thinking tidak
terikat pada persyaratan tertentu. Pada umumnya penjarangan
bebas dilakukan pada tegakan yang belum dilakukan
penjarangan. Dalam pelaksanaan penjarangan beberapa hal
seperti jarak, posisi tajuk, bentuk batang menjadi pertimbangan
dalam penetapan tegakan yang akan ditebang. Dengan demikian,
pohon-pohon yang ditinggalkan berpenampilan kekar dan
diharapkan memberikan produk kayu terbaik dikemudian hari.

III.PEMBAHASAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktek diantaranya :

Tali Rafia 1 gulung

Roll Meter 1 Buah (30 meter)

Tally sheet 1 Lembar

ATK

Busur 1 buah

Mistar 1 buah

Benang

Pemberat 1 buah

Pita Meter 1 buah

3.2 Waktu Dan Tempat


Praktik ini di laksanakan pada tanggal 28 Mei 2023, Di desa Bonglo Kecamatan
Basseangtempe, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
3.3 Metode Penelitian dan Penambilan Data
3.3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif.

Penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung di lapangan, dengan

mengeksplorasi situasi sesuai keadaan. Penelitian ini menggunakan teknik

observasi dengan cara pengamatan langsung ke lapangan.

3.3.2 Metode Pengambilan Data


Pengambilan data selanjutnya menggunakan metode kuadrat petak tunggal.

Plot atau petak adalah teknik pengamatan dengan membentuk kuadrat dimana

panjang dan lebarnya sama (Diwimothy, 2012). .

3.4 Prosedur Pengumpulan Data


3.4.1 Plot
Pengukuran Plot menggunakan Roll Meter dengan ukuran 5 X 5.

3.4.2 Tinggi Total


Pengukuran Tinggi Total menggunakan alat ……dengan Rumus

T =tgβ −tgα
KETERANGAN :

T = Tinggi Pohon

tgβ = Ujung atas Pohon


Tgα = ujung Bawah pohon

3.4.3 Keliling
Pengukuran keliling Pohon Menggunakan Pita ukur

3.4.4 Jarak Antar Pohon


Pengukuran jarak antar pohon menggunakan pita ukur

3.5 Teknis Analisis Data


3.5.1 Diameter
k
d=
π
KETERANGAN :

d = Diameter Pohon

k = Keliling pohon

π = 3,14

3.5.2 Volume

π dk
vk= x . tk . n . f
4 10.000
KETERANGAN :

Vk = volume kayu
Π = 3,14
Tk = Tinggi kayu
N = jumlah kayu
F = 0,7

IV. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN
Dalam praktikum diharapkan dapat menggunakan alat ukur dan
pembacaannyasecara teliti agar data yang diperoleh akurat serta mengolah data dengan
benar agardata yang diperoleh lebih jelas dan akurat

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai