Anda di halaman 1dari 5

PERKEMBANGAN TAJUK

Batang pohon mempunyai bentuk sangat kompleks yang tergantung pada

karakteristik jenis dan tajuk . Hal ini terutama karena riap kayu tahunan yang

diletakkan pohon-pohon setiap musim pertumbuhan tidak seragam ketebalannya

sepanjang batang. Pada conifer, tebal lingkungan biasanya cenderung maksimum pada

daerah dekat pangkal tajuk aktif pendek dan mempunyai batang lebih silindris

daripada pohon-pohon yang tumbuh ditempat terbuka yang mempunyai tajuk dalam

yang berakibat batang lebih runcing. Ini terutama merupakan fungsi adanya persediaan

karbohidrat, karena mungkin terdapat lebih banyak makanan yang tersedia kearah

bagian tajuk aktif bawah tempat munculnya banyak daun. Bahkan ketika persediaan

makanan mencukupi, tebal lingkaran biasanya berkurang kea rah pangkal pohon

karena diameter batang lebih besar. Luas lingkaran atau volume bisa bertambah kea

rah pangkal tajuk aktif.

Bentuk tajuk

Ukuran dan bentuk tajuk dikontrol oleh kombinasi genetis bawaan dan factor

lingkungan. Ringkasan terinci interaksi ini telah diberikan oleh Brown (1971) :

Faktor genetis yang mempengaruhi bentuk tajuk pohon adalah factor yang mengontrol

pengaturan daun dan perkembangan kuncup. Pada semua conifer, puncak lebih cepat

tumbuh daripada cabang lateral bawah, yang menimbulkan bentuk kerucut atau

perilaku percabangan yang teratur dengan pusat batang dapat dilihat jelas.
Perilaku percabangan dan bentuk tajuk pohon yang diakibatkannya juga

dipengaruhi oleh umur dan factor lingkungan. Semua pohon hutan mula-mula

memiliki perilaku pertumbuhan teratur selama beberapa periode pada perkembangan

awal, dengan cara lain tidak ada pohon yang berbatang tanpa cabang pada setiap

periode waktu (Brown, 1971).

Penjarangan berakibat pohon yang tertinggal cenderung lebih runcing karena

perlakuan tersebut menaikkan rasio tajuk aktif. Akan tetapi, pangkasan cabang

cenderung memproduksi batang yang kurang meruncing karena perlakuan ini

mengurangi rasio tajuk aktif. Penjarangan dan pangkasan cabang mempunyai

pengaruh yang saling mengimbangi, tetapi derajat potensi perubahan pada bentuk

batang tergantung pada intensitas perlakuan dan sejauh apa kecepatan pertumbuhan

vertambah atau berkurang oleh adanya perlakuan

1. Fase perumbuhan vegetatif

Secara fisiologis, tanaman pada fase vegetatif akan melakukan proses adaptasi

dan aklimatisasi dengan lingkungan areal pertanaman. Untuk memperolehtanaman jati

yang baik, sehat, dan seragam hingga akhir daur,beberapa tindakan teknis yang perlu

dilakuakan.

a) Penyulaman

Setelah 1-2 bulan tanam, lakuakan evaluasi dan lakukan penyulaman terhadap

bibit yang mati atau bibit yang pertumbuhannya tidak baik.

b) Penyiangan
Penyianagan perlu dilakukan dengan membersihkan gulma disekitar tanaman,

mininmal dalam radius 1-2 m. Penyiangan dilakukan dalam upaya menghilangkan

kompotisi hara serta kemungkinan gulma sebagai sumber tempat berkembangnya

jenis-jenis hama dan penyakit tanaman pokok.

c) Pemangkasan (pruning)

Tanaman jati yang baik bila batang yang bebas dari percabangan setinggi 4 m.

Artinya percabangan mulai ada setelah batang mencapai 4 m. Untuk mendapatkan

batang bebas cabang tersebut, matikan tunas atau cabang yang tumbuh dari batang inti.

d) Pemupukan

Ada baiknya bila pertumbuhan tanaman jati perlu selalu dikontrol. Dari hasil

evaluasi lapang tanaman jati yang pertumbuhannya kurang optimal dan teridentifikasi

menunjukan tanda-tanda difisiensi unsur hara perlu diberikan perlakuan pemupukan.

2. Fase Pertumbuhan Generatif

Tanaman jati setelah umur 5 tahun akan memasuki fase pertumbuhan generatif.

Pemeliharaan terhadap tanaman jati pada fase ini menyeliputi beberapa kegiatan antara

lain:

a. Pemengkasan (pruning)

Lakukan pemangkasan cabang yang tumbuh pada pohon inti hingga diperoleh satuan

panjang bebas cabang optimal (>4 m) dengan demikian akan diperoleh satuan volume

produksi yang tinggi pada akhir daur.

b. Penjarangan

Penerapan penjarangan pada tanaman jati dirancang dengan memperlihatkan

struktur dan pola pertumbuhan. Idealnya pohon yang akan dijarangkan merupakan
pohon yang kurang baik pertumbuhannya. Penjarangan pertanaman jati konvensional

ditetapkan dengan memperlihatkan kriteria sifat fisik serta gangguan fisiologis yang

tidak menguntungkan, seperti batang bengkok, tumbuh lambat, tajuk pohon tidak

rindang, tinggi bebas cabang rendah, maupun terserang hama dan penyakit.

Penjarangan ini dilakukan karena tanaman tumbuh lebih besar sehingga membutuhkan

jarak tanam yang lebih lebar. Selain aspek jarak tanam, penjarangan dilakukan untuk

mendapatkan satuan volume produksi yang optimal.

Jati putih (Gmelina arborea) merupakan tanaman asli dari india,

penyebarannya meliputi negara pakistan, Kamboja, Thailand. Pohon tersebut dapat

tumbuh baik pada ketinggian 90-900 m dpl. Dalam keadaan khusus seperti di daerah

lembah, Srilangka dapat tumbuh hingga ketinggian 1.500 m dpl. Curah hujan tahunan

yang dikehendaki tanaman ini berkisar antara 760-4.500 mm. Kayu gmelina

mempunyai sifat yang baik, berat jenisnya berkisar antara 0,40-0,57, keawetan sedang,

mudah digergaji, mudaah dikeringkan, dan kayunya berwarna putih serta tidak berbau.

2. Pengertian Kihujan Samanea saman

Kihujan merupakan tumbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk yang sangat

melebar. Tumbuhan ini pernah populer sebagai tumbuhan peneduh. Pohon Kihujan

tumbuh diberbagai daerah, khususnya daerah yang mempunyai iklim hujan tropis.

Tanaman tersebut mampu bertoleransi dalam keadaan ektrim. Pohon Kihujan

memiliki bentuk daun yang menyerupai bentuk Kujang (senjata tradisional Suku

Sunda). Bentuknya semakin meruncing pada bagian ujung daun. Daun ini akan layu

kearah atas ketika menjelang sore dan malam hari, sehingga daun terlihat saling

berdempetan dalam pasangannya. Dalam satu helai daun umumnya terdiri dari
dedaunan yang bejumlah genap. Memiliki tekstur tulang daun yang sederhana dan

teratur dengan warna daun hijau muda cerah. Posisi daun dalam satu pasang sejajar

simetris dengan kondisi akar tunggang yang menyerupai cakar ayam.

Anda mungkin juga menyukai