Anda di halaman 1dari 10

DESKRIPSI JELUTUNG RAWA

( Dyera lowii, Dyera polyphylla )

Jelutung rawa (Dyera lowii Hook.f) adalah jenis pohon lokal (indigenous species) yang tumbuh
alami di hutan rawa dan sangat sesuai untuk hutan tanaman berproduktivitas tinggi dan ramah
lingkungan (Bastoni dan Lukman, 2004), karena:

1. Mempunyai daya adaptasi yang baik dan teruji pada lahan rawa,
2. Mempunyai pertumbuhan yang cepat (riap diameter 2,0 – 2,5 cm/tahun, riap tinggi 1,6
-1,8 m/tahun),
3. Dapat dibudidayakan dengan manipulasi lahan minimal tanpa pembuatan kanal untuk
saluran drainase,
4. Mempunyai hasil ganda, Getah (untuk permen karet, kosmetik, isolator) dan Kayu (untuk
pencil slate, vinir, moulding),
5. Sudah dikenal dan dimanfaatkan lama oleh masyarakat,
6. Dapat dibudidayakan seperti tanaman karet, pada masa produktif disadap getahnya, pada
akhir daur dimanfaatkan kayunya. Jelutung Rawa (Dyera lowii) sesuai ditanam pada
Lahan Rawa Gambut dan Lahan Rawa Bergambut, seperti di:
- Kawasan hutan produksi bekas tebangan & kebakaran
- Zona penyanggah kawasan konservasi
- Areal konservasi, pohon kehidupan dan pohon unggulan pada HTI rawa
- Lahan usaha transmigrasi daerah rawa yang kurang sesuai untuk tanaman pangan dan
lahan rawa tidak produktif milik masyarakat Jelutung Rawa (Dyera lowii) dapat
dikembangkan dengan pola Perhutanan Sosial (hutan rakyat, hutan kemasyarakatan),
HTI, campuran dengan kelapa sawit, atau tumpangsari dengan tanaman pertanian dan
kolam (Agrosilvofishery) untuk memperoleh hasil getah, kayu dan pemulihan fungsi
lingkungan suatu wilayah.

Klasifikasi tanaman Jelutung rawa menurut taksonominya adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliopsida (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Dicotyledonae (Berkeping dua/dikotil)
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Dyera
Spesies : Dyera lowii (Hook. f.), Dyera polyphylla (Miq.) Steenis
Jelutung terdiri dari 2 jenis, yaitu jelutung darat (Dyera costulata) dan jelutung rawa
(Dyera lowii atau Dyera polyphylla). Kedua jenis jelutung tersebut dapat dibedakan secara
mudah dari bentuk daunnya. Jelutung darat memiliki daun lebih lebar, daun lebih tipis dan ujung
daun meruncing. Sedangkan daun jelutung rawa lebih kecil, daun lebih tebal dan ujung daun
melekuk ke dalam seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Bentuk daun jelutung darat (Dyera costulata) dan jelutung rawa (Dyera lowii atau D. polyphylla)

Jelutung rawa asal Sumatera dan Kalimantan juga memiliki postur (habitus) pohon yang
berbeda. Postur pohon jelutung rawa asal Sumatera lebih besar dan daun lebih lebar dibandingkan
dengan jelutung rawa asal Kalimantan seperti terlihat pada Gambar 2. Oleh karena itu jelutung rawa asal
Kalimantan lebih dikenal dengan nama botani Dyera polyphylla dan jelutung rawa asal Sumatera dikenal
dengan nama botani Dyera lowii.

Gambar 2. Postur (habitus) pohon jelutung rawa asal Sumatera (Dyera lowii) dan asal Kalimantan (D.
Polyphylla)
Deskripsi Morfologi Jelutung Rawa
a. Daun (folia)

 Kedudukan/tata letak daun karangan/roset (terpusar)

 Komposisi daun majemuk 6-8 helai

 Bentuk helaian daun (lamina) ovalis/jorong

 Daun tidak lengkap karena tidak ada pelepah/upih daun

 Pinggir/ tepi daun (margo folii) rata


 Pangkal daun (basis folii) bulat

 Tangkal daun (petiolus) bulat,pipih

 Ujung daun (apex folii) runcing (acutus)

 Warna daun permukaan atas hijau, berkerut (rogusus)


 Permukaan bawah hijau keputihan.

 Tunas baru berwarna merah atau hijau muda.

 Daging daun tipis seperti kertas tetapi cukup tegar

 Ibu tulang daun (nervatio) menyirip, urat daun pertama sejajar pinggir, urat daun
kedua/sekunder menyirip mendatar
b. Batang (caulis)
 Lurus, silindris (tabung)

 Pangkal batang mulus/tidak berbanir/ tanpa bentuk perakaran lainnya

 Tinggi mencapai 50 – 80 m, tinggi bebas cabangnya 15 – 30 m, diameter


mencapai 300 cm dengan tajuk yang tipis.

 Kulit batangnya berwarna kelabu kehitaman, permukaan halus dengan sisik agak
persegi, kulit bagian dalam tebal,
 Bila ditoreh akan keluar getah berwarna putih seperti susu kental.

 Percabangan monopodian, yaitu batang pokok tampak jelas/lebih besar dari


cabang lain.

 Arah tumbuh cabang mendatar (horizontalis), yaitu hampir membentuk 90


derajat.
b. Bunga (flos)
 Bunga pada ujung batang
 Bunga majemuk berbatas (cymous), bersifat dichasial yaitu dari ibu jari keluar
dua cabang yang berhadapan (anak payung menggarpu/dichasium

Ket : a. bractea (daun-daun pelindung)


b. penduculus (ibu tangkai bunga)
c. pedicellus (tangkai bunga)
d. tajuk bunga
 Bunga sempurna/lengkap (hemaphroditus) yang disebut bunga banci/kelamin dua
karena terdapat benang sari (kelamin jantan) dan putik ( kelamin betina).
 Tajuk bunga bentuk bintang (rotates/stellatus)

d. Akar
 Akar tunggang (radix primaria), dimana akar lembaga tumbuh terus menjadi akar
pokok yang bercabang-cabang. Dimiliki tumbuhan dikotil.
 Selain akar tunggang, pada jelutung rawa terdapat akar napas (pneumatophora)
yang membedakannya dengan jelutung bukit.

 Cabang-cabang akar napas tumbuh muncul ke permukaan tanah/air dan


mempunyai banyak liang/celah (pneumathoda) untuk jalan masuk udara.
e. Buah dan Biji
 Berupa buah polong semu (siliqua) karena memiliki dua daun buah, mempunyai
satu ruangan dengan tembuni pada perlekatan daun buah, membentuk sekat semu.

 Saling berhadapan, berukuran 12-26 x 1,8-2 cm, warna buah tua coklat tua.

 Buah sejati/buah sungguh (fructus nudus) karena semata-mata terbentuk dari


bakal buah semata.
 Buah sejati tunggal kering karena dapat pecah sedemikian sehingga biji
terlepas/meninggalkan buah.

 Tumbuhan biji belah (dycotiledone) karena memiliki dua daun lembaga

Nama : Suzet Rotua Tasya Nababan


Kelas: A
NIM: 193010404006

Anda mungkin juga menyukai