Anda di halaman 1dari 12

1.

Bambu

Divisi :  Spermatophyla
Sub divisi :  Angiospermae
Kelas :  Monocotyledoneae
Bangsa :  Poales
Suku :  Gramineae
Marga :  Gigantolochloa
Jenis :  Gigantolochloa apus Kurz

Deskripsi

Habitus :  Pohon, berumpun, tinggi 10-15 m.


Batang :  Berkayu, bulat, berlubang, beruas-ruas, tunas atau rebung berbulu, putih kehitaman,
hijau.
Daun :  Tunggal, berseling, berpelepah, lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal membulat,
panjang 20-30 cm, lebar 4-6 cm, pertulangan sejajar, hijau.
Bunga :  Majemuk, bentuk malai, ungu kehitaman.
Akar :  Serabut, putih kotor.

 Mudah budidaya dan perawatan. Bambu adalah tanaman yang mudah dibudidayakan
oleh manusia. Cara menanamnya cukup mudah dan tidak perlu perawatan khusus
untuk membuatnya tumbuh subur. Setelah panen, tidak memerlukan proses
penanaman kembali. Serumpun bambu dapat mencapai usia 40 tahun baru kemudian
perlu dilakukan penanaman baru.

 Laju tumbuh cukup cepat. Tanaman bambu memiliki laju pertumbuhan yang cukup
cepat. Pada beberapa jenis bambu, bahkan laju tumbuhnya mencapai 5 cenitmeter per
jam! Karena laju tumbuhnya cepat, maka masa panennya juga cukup cepat, yaitu
sekitar 3 hingga 5 tahun. Bandingkan dengan kayu yang memerlukan masa tumbuh
pohonnya hingga 40 tahun untuk mendapatkan kayu dengan kualitas baik.

 Tanaman bambu memiliki daya tahan yang cukup tinggi. Tanaman ini boleh dibilang
sebagai tanaman yang tidak mudah rusak. Saat terjadi angin kencang, pohon-pohon
lain bertumbangan, tetapi bambu masih tetap berdiri.

 Tanaman bambu dapat mencegah erosi, longsor dan banjir sehingga bermanfaat bagi
lingkungan sekitarnya. Rumpun bamboo juga dikenal dapat menjaga kualitas air
tanah.

 
 Harganya relatif murah dibandingkan kayu. Bagi konsumen ini adalah sebuah
kelebihan, tetapi bagi pembudidaya ini adalah sebuah kekurangan. Jika dibandingkan
dengan negara Asia lain, harga material bambu di Indonesia masih rendah.

 Menurut penelitian, bambu lebih kuat dalam struktur dibandingkan beton dan
memiliki sifat fisik dan mekanik yang baik.

 Bambu dikenal sebagai bahan bangunan yang elastis dan sanggup menahan beban
tarik, geser, tekuk, dan tekan. Hal ini membuat bambu mudah untuk dipotong dan
dibentuk.

 Bambu memiliki bobot yang ringan, sehingga tidak membebani beban bangunan seara
keseluruhan.

 Penampilannya eksotik dan artistik, sehingga cocok untuk diekspos.

 Kekuatan sambungnya sangat rendah, karena menggunakan ikatan tali ijuk, paku
maupun pasak. Bambu juga tidak mudah disambungkan dengan material lain.

 Bambu cenderung tidak tahan terhadap jamur, lumut, dan serangan hama seperti
kumbang bubuk yang dapat melemahkan strukturnya. Perlu biaya ekstra untuk
membuat material bambu tahan lama.

 Bambu tidak tahan air untuk waktu lama dan juga tidak tahan api, sehingga mudah
terbakar.

2. Bunga Pukul Empat

Berikut klasifikasi bunga pukul empat :


 Kingdom         : Plantae (Tumbuhan) 
 Subkingdom     : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) 
 Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji) 
 Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) 
 Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) 
 Sub Kelas        : Hamamelidae 
 Ordo:               : Caryophyllales 
 Famili              : Nyctaginaceae 
 Genus              : Mirabilis 
 Spesies            : Mirabilis jalapa L.
Berikut merupakan morfologi yang dapat dilihat dari jenis bunga ini:
1. Daun atau Folium 
Daun Mirabilis jalapa L. termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya memiliki helaian
daun, dan tangkai daunnya saja. tepi daun rata (integer),letaknya berhadapan.  Termasuk daun
majemuk menyirip genap.
 Bangun Daun (Circumcriptio)
Mirabilis jalapa L. memiliki bangun daun atau bentuk daun yaitu banguns egitiga
(triangularis), yaitu bangun segitiga yang sama ketiga sisinya.
 Pangkal Daun (Baifolii)
Bentuk pangkal daun pada Mirabilis jalapa L. yaitu rompang atau rata(truncatus), ini terdapat
pada bangun segitiga, delta, dan tombak.
 Susunan Tulang Daun (Nervatio Atau Venatio)
Susunan tulang daun pada tanaman Mirabilis jalapa L. yaitu susunannya menyirip
(penninervis), daun yang seperti ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke
ujung, dan merupakan terusan pangkal daun.Dari ibu tulang ini ke samping keluar cabang-
cabang seperti mengingatkan kita pada susunan sirip pada ikan. 
 Ujung Daun (Apex folii)
Ujung daun pada Mirabilis jalapa L. yaitu meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang
runcing, tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga
ujung daunnya nampak sempit panjang dan runcing.  Daging Daun (INTERVENIUM)  
Daging daun pada Mirabilis jalapa L., daging daunnya tipis seperti selaput (membranaceus).
Sifat lainnya pada daun adalah warnanya yaitu hijau, dan  permukaannya gundul (glaber). 
 Tata Letak Daun (PHYLLOTAXIS ATAU DISPOSITIO FOLIORUM)
Tata letak daun pada batang pada tanaman Mirabilis jalapa L., yaitu berhadapan bersilangan
(opposite decussata).
2. Batang (Caulis) 
Batang pada Mirabilis jalapa L. merupakan batang basah (herbaceus), yaitu batang yang
lunak dana berair.
 Bentuk Batang
Bentuk batang pada Mirbilis jalapa L yaitu bulat (teres) 
 Arah Tumbuh Batang
Arah tumbuh batang pada Mirabilis jalapa L. yaitu tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya
lurus keatas.  
3. Akar (Radix) 
Sistem perakaran pada Mirabilis jalapa L. merupakan sistem akar tunggal, yaitu jika akar
lembaga tumbuh terus menjadi akar pokokyang bercabang cabang menjadi akar-akar yang
lebih kecil. Warnanya berwarna putih. 
Deskripsi:
Herba tahunan. Kulit umbi cokelat kehitaman, bulat memanjang, panjang 7-9 cm, diameter 2-
5 cm, isi umbi putih. Batang tegak, tinggi 20-80 cm, basah. Daun berbentuk jantung, hijau
tua, panjang 2-11 cm, lebar 8 mm-7 cm, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi daun rata,
letak berhadapan, mempunyai tangkai daun yang panjangnya 6 mm-6 cm. Bunga berbentuk
terompet, banyak warna, antara lain: merah, putih, jingga, kuning, kombinasi tau belang-
belang. Mekar sore hari dan kuncup kembali pagi hari menjelang fajar. Buah keras, hitam,
berbentuk telur (Dalimartha, 2004).

Manfaat

 Bisul. 10-12 helai daun kembang pukul empat dicuci, lumatkan, beri garam.
Tempelkan pada bisul dan sekitarnya, balut. (4)
 Jerawat. Biji kembang pukul empat diambil isinya yang berupa tepung bedak. Beri
sedikit air. Oleskan pada jerawat. (4)

Kerugian

Dibalik bunganya yang cerah, akar dan biji bunga pukul empat jika tertelan atau termakan
dapat menyebabkan keracunan. Adapun gejalanya berupa sakit perut yang akut, muntah-
muntah dan diare terutama terjadi pada anak-anak.

3. Sri Rejeki

Klasifikasi Tanaman Aglaonema


 Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
 Sub Kelas: Arecidae
 Ordo : Arales
 Famili: Araceae (suku talas-talasan)
 Genus: Aglaonema
 Spesies: Aglaonema crispum

 Akar tumbuhan sri rejeki bisa menentukan kondisi tanaman yang dipelihara. Akar
yang mempunyai warna putih menunjukan tanaman ini dalam keadaan baik.
Sedangkan akar tanaman yang berwarna coklat menunjukan bahwa tanaman tersebut
dalam keadaan sakit.
 Batang aglaonema biasanya mempunyai diameter yang kecil yakni sekitar 1-3 cm
atau bergantung dari lingkungan dan kemampuan tumbuh tanaman tersebut.
 Daun merupakan bagian yang menjadi daya tarik utama dari tanaman sri rejeki. Sri
rejeki yang hidup di alam bebas biasanya mempunyai warna daun dominan dengan
corak putih. Sedangkan jenis tanaman yang sengaja dibudidayakan mempunyai warna
daun dominan merah kemerahan. kuning sampai warna jingga. Bentuknya juga
bervariasi dari bentuk lanset, bulat telur sampai bentuk elips.
 Bunga pada tanaman aglaonema memiliki bentuk seperti bunga talas dan keladi yang
muncul dari ketiak daun.
 Buah tanaman sri rejeki biasanya muncul pada pangkal bunga, berbentuk tonjolan
kecil. Buah tanaman ini akan matang dalam waktu 8 bulan setelah terjadi pembuahan.
Bentuk buah seperti bentuk buah kopi dengan besar diameter mencapai 1 cm.

Susunan tulang daun tanaman ini menyirip Tanaman ini berdaun lonjong hijau, dihiasi bintik-
bintik, garis, atau berwarna abu-abu keperakan. Daun merupakan daya tarik utama
aglaonema. Bentuk daun aglaonema memiliki banyak ragam. Ada yang berbentuk bulat
(oval), lanset, menyerupai bentuk jantung, elips, dan ada yang panjang. Warnanya daunnya
pun beragam. Ada yang berwarna merah tua, merah mudah, hijau tua, kuning, atau jingga.
Warna-warna daun tersebut makin menawan dengan adanya hiasan corak bintik, belang,
loreng, atau motif duri ikan.
Daun aglaonema  dan jenis aslinya berwarna hijau (kecuali jenis rotundum).Daun seperti
dibutuhkan untuk menangkap sinar matahari lebih banyak sehingga fotosintesis
optimal.Selain untuk menangkap cahaya, di lingkungan aslinya yang lembap, daun
aglaonema menjadi lebar agar proses transpirasi (penguapan dari permukaan tanaman)
menjadi optimal.Jadi, meski kelembapan tinggi, tanaman ini dapat bertranspirasi.Iklim mikro
dari habitat asli itulah yang dijadikan dasar untuk melakukan modifikasi lingkungan di luar
habitat asli.Itu karena 3 proses utama metabolisme tanaman yaitu transpirasi, respirasi, dan
fotosintesis.
Bunga aglaonema muncul di ketiak daun. Bentuknya bulat lonjong,berwarna putih kehijauan
ditopang batang yang memanjang. Bunga aglaonema termasuk uniseksual, yaitu alat kelamin
jantan dan betina terdapat dalam satu bunga.
Tanaman Aglaonema mempunyai bunga yang sempurna karena memiliki bunga jantan dan
bunga betina, sedangkan menurut Purwanto, bunga Aglaonema sangat sederhana dan
termasuk bunga majemuk tak terbatas dan tergolong bunga tongkol (spadix). Bunga
Aglaonema memiliki waktu kemasakkan  yang berbeda antara bunga jantan dan betina,
sehingga sulit dilakukannya persilangan pada Aglaonema. Bunga Aglaonema berwarna putih
dengan seludang putih kehijau-hijauan. Bunga jantan yang sudah masak akan terlihat serbuk
sarinya berwarna putih.
 Sepintas, buah aglonema mirip dengan buah kopi, saat masih mudah warnanya hijau tua dan
akan berubah menjadi merah terang ketika sudah tua. Di dalam buah terdapat biji yang dapat
ditumbuhkan untuk menghasilkan aglaonema baru. Buah aglonema akan matang setelah
mencapai umur delapan bulan. Aglaonema adalah genus dari sekitar 20 spesies asli dari rawa-
rawa dan hutan hujan tropis Asia Tenggara termasuk Thailand, dan  tumbuh baik pada areal
dengan intensitas penyinaran rendah /cahaya yang tidak langsung  dan kelembaban tinggi.
Secara morfolog, aglaonema  termasuk tumbuhan habitus herba alias tak berkayu dengan
ukuran kecil.Ia tumbuh di lantai hutan primer sampai sekunder tergantung varietasnya.
Perbanyakkan tanaman Aglaonema dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Sedangkan perbanyakan
Agalonema vegetatif dilakukan dengan menggunakan anakan, setek bonggol, setek tunas dan
cangkokkan. Perbanyakan dengan setek dilakukan dengan menggunakan batang Aglaonema
yang berukuran 3-4 cm. Perbanyakan aglaonema secara generatif adalah melalui biji. 
Perbanyakan aglaonema secara vegetatif adalah melalui stek, pemisahan anakan, cangkok
dan kultur jaringan.[kt]

4. Sri Gading
Klasifikasi:
Regnum: Plantae
Divisio: Spermatophyta
Sub Divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Sub Kelas: Sympetalae
Bangsa: Ligustrales/Oleales/Scrophulariales
Famili: Oleaceae
Genus: Nyctanthes
Spesies: Nyctanthes arbor-tristis
Deskripsi:
Srigading tumbuhan asli India, tersebar luas di seluruh dunia yang beriklim panas. Tumbuh
liar di semak-semak atau pinggir hutan, namun sering ditanam sebagai tanaman hias dan
dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m dpl. Perdu atau pohon kecil, tinggi ± 9 m.
Batang berkayu, bulat, bercabang, berambut, kasap, putih kotor. Daun tunggal, bulat telur,
pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, permukaan kasap, tulang menyirip, panjang 4 –
11 cm, lebar 2 – 8 cm, duduk berhadapan, hijau. Bunga majemuk bentuk malai, harum,
kelopak bentuk corong, berambut, panjang ± 7 mm, tabung mahkota silindris, jingga,
mahkota 3 – 5, putih, mekar waktu malam hari dan berjatuhan pada pagi hari. Buah kotak,
bulat telur, pipih, panjang ± 1,5 m, cokelat. Biji keras, cokelat. Perbanyakan dengan biji atau
setek batang.

5. talas

Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms
(unranked): Monocots
Order: Alismatales
Family: Araceae
Subfamily: Aroideae
Tribe: Colocasieae
Genus: Alocasia
Species: Alocasia odora (Roxb.) C.L.Koch

Pada saat daun menguning atau layu, sebaiknya dipotong hingga dekat pangkal batang daun,
yang disebut “chop the top” (potong bagian atas). Dengan demikian tanaman ini akan segera
memunculkan tunas baru yang lebih segar. Jika di tanam di daerah hangat, tanaman ini akan
tumbuh baik pada tanah yang lembab dan sedikit terlindung dari sinar matahari.

Bunga Pagoda

Klasifikasi Bunga Pagoda

 Kingdom     : Plantae (Tumbuhan)


 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi          : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas          : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas   : Asteridae
 Ordo           : Lamiales
 Famili         : Verbenaceae
 Genus         : Clerodendron
 Spesies       : Clerodendron paniculatum Vahl

Bunga pagoda merupakan tanaman yang sering kita jumpai di sekitar kita, yang fungsi bunga
pagoda ini digunakan untuk tanaman hias. Tanaman bunga pagoda ini mempunyai warna
bunga merah yang indah cocok untuk memperindah rumah kita. Tumbuhan bunga pagoda ini
merupakan tumbuhan perdu. Asal bunga pagoda ini berasal dari cina. Habitat bunga pagoda
Tumbuh di pekarangan rumah atau di tepi jalan dataran rendah dan tinggi. Budidaya bunga
pagoda ini menggunakan cangkok dan stek pada batang tanaman. Tanaman
bunga pagoda 
 kegunaannya tidak hanya sebagai tanaman hiasaq saja namun memiliki juga berbagai
manfaat bagi kesehatan. Bentuk bunga pagoda Bunga majemuk yang terdiri atas bunga kecil-
kecil yang berkumpul menjadi bentuk piramid, warnanya merah, keluar dari ujung tangkai.
Buahnya bulat. Tanaman  Perdu meranggas, tinggi 1-3 m. Batangnya dipenuhi rambut halus.
Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur melebar,
pangkal daun berbentuk jantung, daun tua bercangap menjari, panjangnya dapat mencapai 30
cm.

Manfaat Akar Bunga Pagoda


Akar bunga pagoda memiliki sifat dingin dan rasanya pahit. Khasiatnya sebagai antiradang,
peluruh kencing (diuretik), menghilangkan bengkak, dan menghancurkan darah beku.

Akar bunga pagoda ini biasa digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti sakit
pinggang (lumbago), nyeri pada rematik, tuberkulosis paru (TB paru) yang disertai batuk
darah, wasir berdarah (hemoroid), berak darah (disentri), susah tidur (insomnia), dan bengkak
(memar) akibat terbentur benda keras.

Daun dan Bunga Pagoda


Bunga pagoda memiliki rasa yang manis dan sifatnya hangat. Berkhasiat sedatif dan
hemostatis (menghentikan pendarahan). Bunga pagoda biasa digunakan untuk mengobati
penderita anemia, keputihan, wasir berdarah, dan susah tidur (insomnia). Sedangkan daunnya
berkhasiat sebagai antiradang dan mengeluarkan nanah.

Berikut ini beberapa contoh manfaat bunga pagoda untuk kesehatan dan pengobatan
tradisional:

Mengobati bisul dan koreng


Ambil daun dan bunga pagoda yang masih segar, cuci bersih dan digiling atau ditumbuk
hingga halus. Tambahkan sedikit madu, kemudian diaduk hingga rata. Tempelkan ramuan
tersebut diatas bisul atau koreng. Jika sudah kering bisa diganti dua atau tiga kali sehari.

Mengobati susah tidur (insomnia)


Ambil bunga pagoda kering secukupnya, kemudian digiling hingga menjadi serbuk. Ambil
satu sendok teh serbuk tadi, lalu masukkan ke dalam satu seloki arak manis. Aduk rata, lalu
minum sekaligus pada malam hari menjelang tidur.

Mengobati Wasir Berdarah


Cuci bersih 30 gram bunga pagoda dengan usus sapi. Bisa dijadikan sayur atau ditumis.
Setelah matang, kuahnya diminum dan usus sapinya bisa dimakan sebagai lauk.

5. singkong

Klasifikasi Singkong
 Kindom / kerajaan : Plantae / Plants
 Sub kingdom / Sub kerajaan : Tracheabionta / Vasculer Plants
 Super division / super divisi : Spermathopyta / Seed Plants
 Division / divisi : Magnoliophyta / Flowering Plants
 Classing/ kelas : Magnoliopsida / Dicotyledons
 Sub classis / sub kelas : Rosidae
 Ordo / bangsa : Euphorbiales
 Familia / suku : Euphorbiales / Spurge Family
 Genus / marga : Manihot Mill / cassava
 Species / jenis : Manihot esculenta Crantz
 Binominal Name/ Nama latin : Manihot esculenta Crantz
 Common Name / Nama umum : Cassava

 Kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Ordo: Euphorbiales
 Familia: Euphorbiaceae
 Genus: Manihot
 Spesies: Manihot esculenta crantz

 a.Batang
 Batang tanaman singkong berbentuk bulat panjang , berkayu , berbuku-buku dan
tumbuh dengan memanjang . Panjang batang tanaman singkong 2- 3 m . Sedangan
ukuran pada batang yaitu tergantung varietes misalya besar, serta memiliki warna
batang kecoklatan.
 b.Ubi
 memiliki bentuk umbian panjang . Berat ubi yang ideal yaitu 500 gram bahkan lebih.
Dan memiliki warna coklat  keputih-putihan, dan memiliki kulit yang sangat ah tipis .
 c.Daun
 Daun berbentuk 5 jari dan juga lonjong dengan tepi yang rata dan memiliki garis
setiap daun . Sedangkan memiliki bagian ujung daun yang sangat lah tajam . Daun
biasanya memiliki warna hijau tua dan juga kekuning – kuningan .
6. Awar awar

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Urticales

Suku : Moraceae

Marga : Ficus

Jenis : Ficus septica Burm. F. (van Steenis, 1975)

3. Uraian tanaman

Pohon atau semak tinggi, tegak 1-5 meter. Batang pokok bengkok-bengkok, lunak, ranting
bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening. Daun penumpu tunggal, besar, sangat
runcing, daun tunggal, bertangkai, duduk daun berseling atau berhadapan, bertangkai 2,53
cm. Helaian berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung menyempit
cukup tumpul, tepi rata, 9-30 x 9-16 cm, dari atas hijau tua mengkilat, dengan banyak bintik-
bintik yang pucat, dari bawah hijau muda, sisi kiri kanan tulang daun tengah dengan 6-12
tulang daun samping; kedua belah sisi tulang daun menyolok karena warnanya yang pucat.
Bunga majemuk susunan periuk berpasangan, bertangkai pendek, pada pangkalnya dengan 3
daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu, diameter lebih kurang 1,5 cm, pada beberapa
tanaman ada bunga jantan dan bunga gal, pada yang lain bunga betina. Buah tipe periuk,
berdaging , hijau-hijau abu-abu, diameter 1,5-2 cm. Waktu berbunga Januari-Desember.
Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa dan Madura; tumbuh pada daerah dengan
ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, banyak ditemukan di tepi jalan, semak belukar dan
hutan terbuka.

1. Mengobati sakit herpes, sakit kepala dan rematik


Cara menggunakan daun awar-awar untuk mengobati sakit herpes, sakit kepala dan rematik
sangat mudah. Anda tinggal menyediakan daun awar-awar secukupnya kemudian, tumbuk
daun tersebut sampai berbentuk pasta. Jika sudah siap kemudian oleskan pada bagian tubuh
yang gatal dan pada bagian kepala jika anda mengalami sakit kepala.

2. Mengobati bisul dan gatal-gatal


Untuk mengobati gatal-gatal dan bisul dengan menggunakan daun awar-awar ini juga sangat
mudah yaitu dengan mengambil kurang lebih 5 gram daun awar-awar saja dan kemudian
diasapi hingga menjadi layu. Pada saat daun sudah layu kemudian tumbuk dengan
menggunakan penumbuk hingga halus. Jika sudah dalam berbentuk pasta kemudian oleskan
ramuan tersebut pada daerah bisul dan tubuh yang gatal. Jika anda ingin mendapatkan hasil
yang maksimal sebaiknya anda melakukannya dengan rutin setiap hari hingga sakit sembuh.

3. Sebagai penangkal gigitan ular


Jika anda mengalami serangan ular berbisa, anda bisa menggunakan daun awar-awar ini
untuk menangkalnya dengan cara menumbuknya juga. Namun ini bukanlah sebagai
pengobatan sebaiknya jika anda tidak tahu betul apa jenis ular yang menyerang sebaiknya
segera larikan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang lebih intensif.

4. Radang usus buntu


Daun awar-awar juga bisa membantu mengurangi radang usus buntu yang sangat berbahaya
bagi anda.

5. Penangkal mual
Jika anda sedang hamil muda dan mengalami mual dan muntah, anda bisa menggunakan
ramuan daun dan akar awar-awar yang direbus bersama. Kemudian disaring akan menjadi
obat mual dan muntah yang sangat manjur.

6. Mengobati bengkak
Bagian getah tumbuhan awar-awar juga sangat efektif dalam mengobati bengkak di tubuh.
Anda hanya tinggal menempelkan getah di bagian tubuh yang mengalami pembengkakan dan
anda akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

7. Mengatasi sembelit
Jika anda mengalami permasalahan sulit buang air besar sebaiknya anda jangan
menggunakan obat pencahar karena efek dalam jangka panjang akan sangat berbahaya. Cara
lainnya anda bisa menggunakan buah awar-awar untuk mengatasi sembelit karena bisa
digunakan sebagai obat pencahar alami dan pastinya tidak memiliki efek samping bagi tubuh.

Deskripsi tanaman

Pohon atau semak tinggi, tegak 1-5 meter. Batang pokok bengkok bengkok, lunak, ranting
bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening. Daun penumpu tunggal, besar, sangat
runcing, daun tunggal, bertangkai, duduk daun berseling atau berhadapan, bertangkai 2,53
cm. Helaian berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung menyempit
cukup tumpul, tepi rata, 9-30 kali 9-16 cm, dari atas hijau tua mengkilat, dengan banyak
bintik-bintik yang pucat, dari bawah hijau muda, sisi kiri kanan tulang daun tengah dengan
6-12 tulang daun samping; kedua belah sisi tulang daun menyolok karena warnanya yang
pucat. Bunga majemuk susunan periuk berpasangan, bertangkai pendek, pada pangkalnya
dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu, diameter lebih kurang 1,5 cm,
pada beberapa tanaman ada bunga jantan dan bunga gal, pada yang lain bunga betina.
Buah tipe periuk, berdaging , hijau-hijau abu-abu, diameter 1,5 – 2 cm. Waktu berbunga
Januari – Desember. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa dan Madura; tumbuh pada
daerah dengan ketinggian 1200 m dpl, banyak ditemukan di tepi jalan, semak belukar dan
hutan terbuka.

c. Kandungan kimia

Tumbuhan ini mengandung alkaloida, yaitu antara lain fenantroindolisidin (ficuseptines B,


ficuseptines C, ficuseptines D, 10R,13aR-tylophorine N-oxide, 10R,13aR-tylocrebrine N-
oxide, 10S,13aR-tylocrebrine N-oxide, 10S,13aR-isotylocrebrine N-oxide, dan 10S,13aS-
isotylocrebrine N-oxide. (Damu dkk., 2005). Kandungan lainnya adalah (-)-tilosrebrin
(hauptalkaloid), tiloforin, septisin, dan flavonoida (Anonim, 2005)

Anda mungkin juga menyukai