Anda di halaman 1dari 11

Tumbuhan Gamal

Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong-polongan
(suku Fabaceae alias Leguminosae). Sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh,
perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting
setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Tanaman gamal berasal dari amerika tengah,
disana tanaman ini digunakan sebagai pelindung untuk tanaman cokelat, sekitar tahun 1900-
an tanaman ini masuk ke Indonesia lewat perkebunan teh yang dikelola oleh pemerintah
Belanda.

A. Klasifikasi Tanaman Gamal

klasifikasi tanaman gamal sebagai berikut ini:

 Kingdom : Plantae
 Sub Kingdom : Viridiplantae
 Infra Kingdom : Streptophyta
 Super Divisi : Embryophytha
 Divisi : Tracheophytha
 Sub Divisi : Spermathopyhtina
 Kelas : Magnoliopsida
 Super Ordo : Rosanae
 Ordo : Fabales
 Famili : Fabaceae
 Genus : Gliricidia Kunt
 Spesies : Gliricidia sepium Kunt

B. Morfologi Tanaman Gamal

Ciri dan morfologi tanaman gamal yakni sebagai berikut :

1. Morfologi Batang Gamal

Batang pada tanaman Gamal ini bervariasi ada yang tunggal dan ada yang bercabang,
namun jarang ditemukan yang menyemak, tingginya sendiri bervariasi bisa mencapai 2
sampai 15 meter dengan diameter batang 5 sampai 30 Cm. Kulit batang luarnya memiliki
warna coklat keabu-abuan dengan variasi alur alur kecil pada batang ya g sudah berumur,
selain itu batang nya memiliki bercak putih.

Perdu atau pohon kecil, biasanya bercabang banyak, tinggi 2–15m dan gemang (besar
batang) 15–30 cm. Pepagan coklat keabu-abuan hingga keputih-putihan, kadang kala beralur
dalam pada batang yang tua.

Gambar. Batang Gamal

2. Morfologi Daun Gamal

Daun pada tanaman Gamal agak menyirip dengan bentuk daunnya yang oval, satu
daun dengan daun yang lain saling berhadap hadapan dengan panjang 4 sampai 17 cm, selain
itu juga daunnya runcing dan sangat jarang ditemukan yang berbentuk bulat.

Daun majemuk menyirip ganjil, panjang 15–30 cm; ketika muda dengan rambut-
rambut halus seperti beledu. Anak daun 7–17 (-25) pasang yang terletak berhadapan atau
hampir berhadapan, bentuk jorong atau lanset, 3–6 cm × 1.5–3 cm, dengan ujung runcing dan
pangkal membulat.[6] Helaian anak daun gundul, tipis, hijau di atas dan keputih-putihan di sisi
bawahnya.

Panjang daunnya sendiri bervariasi dari 9 – 19 cm, dimana semakin kedepan daunnya
semakin mengerucut tajam, daunnya sendiri Berjumlah 7 sampai dengan 17 helai dengan
bentuk jorong yang saling berhadapan, bewarna hijau serta keputihan pada bagian bawah
daunnya.

Daun sempurna tersusun dari tiga bagian: pelepah, tangkai (petiolus) dan helai daun.
Pelepah daun mendudukkan daun pada batang. Tangkai daun menghubungkan pelepah atau
batang dengan helai daun. Helai daun merupakan bagian terpenting dari kebanyakan daun
karena di sinilah fungsi utama daun sebagai organ fotosintetik paling dominan bekerja.
Bentuk helai daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal.
Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk
dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang.
Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.

Perhiasan daun bermacam-macam. Permukaan daun dapat ditumbuhi oleh rambut-


rambut kecil. Di antara pangkal daun atau tangkai daun sering kali dihiasi dengan daun
penumpu. Pada daun rumput-rumputan, di bagian perbatasan helai dan pelepah sering kali
dihiasi lidah-lidah (ligula).

Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus) dan berakibat daun
kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga
dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.

Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah
senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang
energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya
karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru,
atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya
berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).

Gambar. Daun Gamal

3. Morfologi Bunga Gamal

Morfologi yang selanjutnya yaitu bunga pada tanaman Gamal, dimana bunga ini
cenderung bewarna merah mudah hingga kemerahan, dan biasanya terdapat titik kuning yang
tersebar pada area kelopaknya.
Gamal mempunyai bunga, sehingga sebagian orang menanamnya sebagai tumbuhan
yang eksotik. Bunga gamal sering Tampak di seluruh pohon, meskipun dalam kondisi daun
yang sangat sedikit. dengan 10 helai benang sari, biasanya akan mulai tumbuh di penghujung
musim kemarau.

Susunan bunganya tegak, dimana bunganya membentuk sebuah kelompok pada


tangkai muda maupun tua, kelopak bunganya berbentuk bulat dan hampir berdiri tegak
dengan ukuran 15 – 20 mm dan lebar 4 – 7 mm

Karangan bunga pada tanaman Gamal ini berupa malai yang berisikan 25 – 50
kuntum dengan panjang kurang lebih 5 – 12 cm, sedangkan mahkota bunganya memiliki
warna putih keungua Karangan bunga, muncul ketika daun berguguran

Bunga berkelopak 5, hijau terang, dengan mahkota bunga putih ungu dan 10 helai
benangsari yang berwarna putih. Umumnya bunga muncul di akhir musim kemarau, tatkala
pohon tak berdaun. Buah polong berbiji 3-8 butir, pipih memanjang, 10–15 cm × 1.5–2 cm,
hijau kuning dan akhirnya coklat kehitaman, memecah ketika masak dan kering, melontarkan
biji-bijinya hingga sejauh 25 m dari pohon induknya.

Gambar. Bunga gamal

4. Morfologi Buah Gamal

Sedangkan untuk buah dari tanaman Gamal sendiri merupakan polong bewarna hijau
dan kuning kecoklatan saat memasuki tua, pada buahnya terdapat 3 sampai 8 biji, memiliki
bentuk pipih yang memanjang, bewarna hijau saat muda, serta kuning dan coklat pada saat
tua, selain itu ujungnya memilki sedikit warna hitam saat tua.
Gambar. Buah Gamal

Tumbuhan Kersen

Divisi           : Tracheophyta
Upadivisi   : Spermatophytina
Klad             : angiosperms
Klad             : mesangiosperms
Klad             : eudicots
Klad             : core eudicots
Klad             : superrosids
Klad             : rosids
Klad             : malvids
Ordo            : Malvales
Famili          : Muntingiaceae
Genus          : Muntingia
Spesies        : Muntingia calabura

Morfologi

Batang

Batang tanaman kersen termasuk jenis berkayu ringan dengan cabang-cabang yang mendatar
dan membentuk naungan rindang. Pada bagian ranting-rantingnya memiliki rambut halus dan
sedikit berkelenjar. Karena kulit dan batang kayunya lunak dan mudah kering, orang-orang
pun kerap menggunakannya sebagai bahan tali serta kayu bakar

Daun

Sistem pertulangan pada daun tanaman ini menyirip dengan bentuk tidak simetris dengan
tepian-tepian daun yang bergerigi. Sementara itu dalam satu tangkai bunga terdiri atas 1-5
kuntum. Letak bunganya berada di sisi atas tempat tumbuhnya daun.

Bunga

Bunga kersen atau talok berada di sisi atas tempat tumbuhnya daun. Tangkainya memanjang
berkelamin dua serta berbilangan lima. Benang sari bunga kersen berjumlah 10-100 helai.

Ketika mekar bungan akan menonjol keluar. Namun setelah menjadi buah akan menggantung
ke bawah dan tersembunyi di bawah helaian daun. Dalam tiap berkas bunga, umumnya hanya
akan tumbuh 1-2 biji buah.

Buah dan Biji

Bentuk buah kersen bulat hampir sempurna dengan diameter 1-1,5 cm. Warna utamanya
adalah hijau kekuningan. Namun ketika sudah masak akan berwarna merah. Dalam satu buah
kersen berisi ribuan biji berukuran kecil, bertekstur halus, dan berwarna putih kekuningan.

Penyebaran

Buah kersen yang umumnya digemari anak-anak ini mudah dijumpai di Indonesia. Karakter
pohonnya teduh dan mudah beradaptasi menjadikan tanaman ini pilihan utama untuk
halaman atau kebun masyarakat.

Sifat dan daya tahan pohonnya yang luar biasa ini menyebabkan kersen menjadi salah satu
tumbuhan pionir yang paling banyak dijumpai di wilayah hunian manusia, terutama di
kawasan tropis. Sebenarnya asal mula buah dengan kandungan air tinggi ini dari daratan
Meksiko Selatan, Amerika Tengah, Peru, hingga Bolivia.

Persebarannya di Asia Tenggara dibawa masuk dari Filipina pada akhir abad ke-19. Setelah
itu, jenis buah ini begitu cepat tersebar hingga ke seluruh wilayah tropis di Asia Tenggara
termasuk Indonesia.

Habitat

Kersen tumbuh liar di tempat terbuka dan perbukitan terbuka, di tepi-tepi jalan, tepi-tepi
sungai juga dataran rendah yang drainasenya baik, dan pada tanah liat berpasir. Kersen
tumbuh mengelompok dan tersebar, pada umumna tumbuh pada ketinggian hingga 1.000
mdpl, tumbuh baik pada tanah pH 5,5-6,5. Kersen banyak ditanam sebagai pohon buah dan
pelindung.
Tumbuhan Bambu

Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang terdapat rongga dan ruas pada
batangnya. Secara ilmiah tanaman ini memiliki banuak jenis yang tersebar hampir di seluruh
dunia. Di Indonesia, sebutan lain untuk bambu adalah bulur, aur, awi, buluh, eru dan aur.

Bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat di dunia. Sistem
perakaran rhizoma-dependen yang unik membuatnya dapat tumbuh sepanjang 60 cm bahkan
hingga 100 cm dalam 24 jam tergantung jenis tanah dan iklim habitatnya.

Secara umum ada dua bentuk bambu, yaitu bambu berkayu dari
suku Arundinarieae dan Bambuseae, serta bambu rerumputan dari suku Olyreae. Analisis
molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat garis keturunan utama tiga sampai lima
garis dari bambu.

Taksonomi
Klasifikasi ilmiah tumbuhan bambu dapat dilihat pada tabel berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Viridiplantae

Divisi : Tracheophyta

Super Divisi : Embryophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Bambusa

Spesies : Bambusa Sp

Morfologi Tanaman Bambu


1. Morfologi Akar Bambu
Akar dari tanaman bambu ini terdapat di bagian bawah permukaan tanah dan membentuk
sistem percabangan. Dari ciri percabangan ini, maka Anda bisa untuk membedakan
kelompok bambu tersebut.

Bagian dari pangkal akar rimpang bambu ini lebih sempit dari pada bagian ujung tanaman
ini. Setiap ruas memiliki kuncup serta akar.
Kuncup pada akar rimpang ini juga akan berkembang menjadi sebuah rebung yang kemudian
memanjat serta akhirnya bisa menghasilkan buluh.

2. Morfologi Batang Bambu


Batang-batang bambu ini muncul dari akar-akar rimpang, ketika sudah tua maka batang
bambu ini mengeras dan biasanya akan berongga.

Batang tanaman bambu ini memiliki bentuk yang silinder memanjang serta terbagi dalam
beberapa ruas. Tinggi dari tanaman bambu ini sekitar 0.3 meter sampai 30 meter, dan
memiliki diameter batangnya kira-kira sekitar 0.25 sampai 25 cm dengan ketebalan dinding
sampai sekitar 25 mm.

Batang dari bambu ini diselimuti oleh beberapa daun yang disebut dengan pelepah batang
serta biasanya akan gugur ketika sudah terlihat tua.

Pada bagian ujung dari pelepah batang, terdapat sebuah perpanjangan tambahan yang terlihat
berbentuk segitiga serta disebut subang.

3. Morfologi Daun Bambu


Daun tanaman bambu in yaitu daun lengkap karena mempunyai beberapa bagian seperti
pelepah daun, tangkai daun serta helaian daun.

Bangun daun tanaman ini berbentuk lanset, ujung pada daunnya meruncing, pangkal daun
terlihat tumpul, tepi daun merata, serta daging daun terlihat seperti kertas.

Pertulangan tanaman daun bambu ini sejajar, yaitu mempunyai satu tulang yang ada di tengah
yang besar sedangkan beberapa tulang lainnya lebih kecil serta tampak sejajar dengan sebuah
ibu tulang daun. Permukaan dari daun bagian atas terlihat berbulu, sedangkan pada
permukaan daun pada bagian bawah berbulu kasar.

Bagian atas dari daun mempunyai warna hijau cerah sedangkan untuk permukaan bagian
bawahnya mempunyai warna hijau gelap.

Manfaat Tanaman Bambu


Banyak sekali manfaat dari tanaman pohon bambu ini, mulai dari daun, batang serta bagian
selainnya.

1. Sebagai Makanan Hewan


Dikarenakan tunas dari tanaman bambu ini yang empuk, ranting serta dedaunan dari pohon
bambu disini menjadi sebuah sumber makanan utama dari panda di Cina.

Panda Merah yang ada di Nepal, dan lemur bambu yang ada di Madagascar. Tikus pun juga
akan memakan buah bambu. Golirra gunung Afrika juga diketahui memakan bambu, serta
Simpanse serta Gajah juga memakan bagian dari batang bambu ini.

2. Sebagai Kuliner
Tunas tanaman bambu ini dalam kondisi terfermentasi merupakan bahan utama dalam
berbagai macam kuliner yang ada di Himalaya.
Di India disebut juga dengan Khorisa. Di Nepal, maka tunas bambu ini di fermentasikan
dengan kunyit serta minyak sayut. Kemudian dimasak dengan campuran kentang menjadi
sebuah masakan yang dimakan bersama dengan  nasi.

Sedangkan di Indonesia itu sendiri, maka tunas bambu biasanya di potong tipis-tipis
kemudian direbus bersama dengan santan serta berbagai rempah untuk bisa membuat gulai
rebung.

3. Sebagai Alat memasak


Bagian dalam batang tanaman bambu tua ini biasanya digunakan sebagai sebuah alat
memasak yang ada di banyak budaya Asia.

Sup serta Beras yang dimasak di dalam batang bambu ini akan dipaparkan ke api sampai
matang. Memasak di dalam batang bambu ini bisa dipercaya untuk menghasilkan rasa yang
sangat berbeda.

4. Sebagai Bahan Membuat Alat Memasak


Tanaman bambu ini juga digunakan untuk bisa membuat sumpit serta alat memasak yang
lainnya seperti spatula. Bambu disini memang menjadi sebuah bahan baku dari berbagai
macam peralatan rumah tangga, seperti halnya bakul nasi, tampah, perangkap ikan, topi
bambu atau caping.

Tumbuhan Biduri

Biduri atau Widuri (Calotropis gigantea) merupakan tanaman perdu menahun (perennial).
Tinggi pohon bisa mencapai 4 meter. Batang biduri berbentuk silindris dengan percabangan
bertipe simpodial (cabang menyerupai batang). Batangnya berwarna hijau keputihan dan
berlapis lilin. Batang mengeluarkan getah yang berwarna putih susu saat dilukai.

Klasifikasi Ilmiah Biduri.

Kingdom : Plantae.

Divisi : Tracheophyta.

Kelas : Magnoliopsida.

Ordo : Icacinales.

Famili : Apocynaceae.

Genus : Calotropis.

Spesies : Calotropis gigantea (L.) Dryand.


Morfologi Tumbuhan Biduri

1. Daun

Tanaman widuri memiliki daun tunggal, berbentuk bulat telur atau bulat panjang,
bertangkai pendek, tumbuh berhadapan (folia oposita), pangkal berbentuk jantung, tepi
rata, pertulangan menyirip (pinnate), panjang 8-30 cm dan lebar 4-15 cm berwarna
hijau muda. Permukaan atas daun muda berambut rapat dan berwarna putih (lambat
laun menghilang), sedangkan permukaan bawahnya tetapberambut tebal dan berwarna
putih.

2. Batang berbentuk bulat, kulit tebal, berwarna putih. Permukaan batang halus dengan
tinggi ± 2 m, percabangan simpodial (batang utama tidak tampak jelas).
3. Akar
Akar tanaman widuri berjenis akar tunggang, yang memiliki fungsi untuk memperteguh
berdirinya tanaman.
4. Bunga
Bunga majemuk, tumbuh dalam anak payung di ujung atau di ketiak daun, tangkai
bunga panjang dan berambut rapat, mahkota berbentuk kemudi kapal. Kelopak
berwarna hijau, mahkota berwarna putih sedikit keunguan, panjang mahkota ± 4 mm.
5. Buah
Buah bumbung (folliculus), bulat telur, warna hijau, bentuk dengan biji lonjong, kecil
dan berwarna cokelat.
6. Buah

Bijinya kecil, lonjong, pipih, berwarna cokelat, berambut pendek dan tebal, umbai
rambut serpa sutera panjang. Jika salah satu bagian tumbuhan dilukai, akan
mengeluarkan getah berwarna putih, encer, rasanya pahit dan kelat, tetapi
lamakelamaan teras manis, baunya sangat menyengat serta beracun

Manfaat Biduri (Calotropis gigantea)


Di Indonesia tanaman Biduri belum banyak dimanfaatkan. Pemanfaatan biduri yang
umumnya diketahui di Indonesia adalah sebagai tanaman obat-obatan (herbal) terutama pada
bagian kulit akar, daun, getah, dan bunga. Sedangkan getahnya mengandung racun. Daun
tanaman biduri mengandung saponin, flavonoida, polifenol, tanin, dan kalsium
oksalat.Bagian daun digunakan obat herbal untuk mengobati kudis, luka kulit, bisul
(furunculus), sariawan, gatal pada cacar air (varicella), campak (measles), demam, dan batuk.
Akar Biduri mengandung saponin, sapogenin, kalotropin, kalotoksin, uskarin, kalaktin,
gigantin, dan harsa. Bagian ini dapat dimanfaatkan untuk mengobati demam, perut terasa
penuh, kaki pegal dan lemas, gigitan ular beracun, bisul (furunculus), dan Penyakit kulit
lainnya. Batang mengandung tanin, saponin, dan kalsium oksalat.

Anda mungkin juga menyukai