Anda di halaman 1dari 18

Paper Silvika Medan, Mei 2020

PERKEMBANGAN PUCUK DAN TAJUK

Dosen Pengampu :
Afifuddin Dalimunthe, SP., MP.

Disusun Oleh :
Rizky Hidayah Saragih
191201170
HUT 2B

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini dengan baik
dan tepat waktu. Tujuaan dari penulisan Paper ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Silvika. Judul dari Paper ini adalah “Perkembangan Pucuk dan Tajuk”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Afifuddin Dalimunthe, SP.,
MP., selaku dosen mata kuliah Silvika di Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa tugas paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan paper ini.

Medan, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pucuk .................................................................................. 3
2.2 Manfaat Pemangkasan Pucuk ................................................................ 3
2.3 Pembungaan pada Pucuk ....................................................................... 4
2.4 Pengertian Tajuk Pohon ........................................................................ 4
2.5 Posisi Tajuk Pohon................................................................................ 6
2.6 Bentuk Tajuk Pohon.............................................................................. 7
2.7 Macam-Macam Tajuk ........................................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
3.1 Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Klasifikasi Posisi Tajuk (Crownposition) ................................... 7
Gambar 2. Klasifikasi Bentuk Tajuk (Crown form) ..................................... 8

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan selalu dikaitkan dengan perkembangan, pada hal kedua istilah
tersebut memiliki pengertian dan konsep yang berbeda, walaupun sama-sama
merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan
volume yang bersifat irreversibel (tidak dapat balik), dan terjadi karena adanya
pertambahan jumlah sel dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Pada proses pertumbuhan
biasa disertai dengan terjadinya perubahan bentuk. Pertumbuhan dapat diukur dan
dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan adalah proses menuju dewasa. Proses
perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan proses yang tidak dapat diukur yaitu bersifat kualitatif,
tidak dapat dinyatakan dengan angka. Perkembangan terjadi karena adanya
diferensiasi sel. Diferensisi sel adalah proses mekanisme yang menyebabkan sel
dengan struktur dan fungsi yang sama menjadi berbeda, yaitu menjadi jaringan
dewasa (Arimbawa, 2016).
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan internal. Faktor-faktor eksternal utama adalah tanah, kelembaban, cahaya dan air.
Faktor-faktor internal dapat mencakup gen, hormon, struktur anatomi dan morfologi
organ tumbuhan serta kandungan klorofil (Sumenda, 2011).
Pertumbuhan tanaman dapat diukur dari beberapa parameter yaitu diameter,
tinggi, luas tajuk, volume, dan sebagainya (Bechtold 2003). Penyusun suatu tegakan
seringkali terdapat pohon yang berukuran lebih besar atau dominan daripada pohon
lainnya. Hal tersebut disebabkan adanya persaingan dalam menyerap sumberdaya
dalam hal ini cahaya matahari, air dan nutrisi di dalam tanah untuk menunjang
pertumbuhan pohon. Dampaknya bisa terlihat pada ukuran individu pohon tersebut
yang berbeda seperti pada tinggi, diameter, luasan tajuk dibanding ukuran
individupohonlaindi sekitarnya (Campoe, 2013).
2

Hutan yang memiliki banyak pohon dengan tajuk yang rapat, hanya tunas-
tunas pepohonan besar, rumput-rumputan dan tumbuhan merambat yang tahan
naungan atau dapat hidup di lantai hutan. Tumbuhan di bawah lantai hutan membawa
pengaruh yang unik terhadap iklim mikro daerah sekitarnya. Akibatnya, sinar
matahari di lantai hutan berkurang sehingga temperaturnya berbeda dengan diluar
naungan. Tajuk hutan yang menaungi lantai hutan secara berlapis-lapis menimbulkan
mikroklimat dan kegiatan mikroorganisme tinggi. Kegiatan mikroorganisme akan
mengakibatkan hancurnya serasah, yang selanjutnya melalui proses pencucian basa
dan memberikan sifat-sifat khusus tanah hutan dan mampu menimbulkan kesuburan
bagi tumbuhan hutan (Arief, 2001).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan maslah dari paper ini, yaitu sebagai berikut.
1. Apa pengertian pucuk?
2. Apa manfaat pemangkasan pucuk?
3. Bagaimana pembungaan pada pucuk?
4. Apa pengertian tajuk pohon?
5. Bagaimana posisi tajuk pohon?
6. Bagaimana bentuk tajuk pohon?
7. Apa saja macam-macam tajuk?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari paper ini, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian pucuk.
2. Untuk mengetahui manfaat pemangkasan pucuk.
3. Untuk mengetahui pembungaan pada pucuk.
4. Untuk mengetahui pengertian tajuk pohon.
5. Untuk mengetahui posisi tajuk pohon.
6. Untuk mengetahui bentuk tajuk pohon.
7. Untuk mengetahui macam-macam tajuk.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pucuk


Pucuk adalah daun muda (di puncak pohon atau di ujung ranting). Sistem
pucuk, merupakan bagian yang terletak di atas tanah, berfungsi untuk
membantu tumbuhan menangkap cahaya matahari untuk keperluan fotosintesis.
Organ sistem pucuk yaitu daun, batang, kerucut, dan bunga.
Semakin banyak pucuk yang terbentuk semakin luas permukaan kanopi.
Seperti dikemukakan dalam metodologi bahwa pendugaan luas permukaan yang
didekati dengan kerucut terpancung dan pengukuran kepadatan pucuk per m 2 pada
setiap umur tanaman yang kemudian dapat dihitung jumlah pucuk untuk setiap
pohon. Terlihat bahwa jumlah pucuk yang berkembang terus sampai umur 25 tahun,
dan diperkirakan masih terus dapat berkembang. Jumlah pucuk tersebut dapat diduga
sebuah fungsi polinomial, jumlah pucuk sebagai fungsi dari umur tanaman.

2.2 Manfaat Pemangkasan Pucuk


Manfaat pemangkasan pucuk utama antara lain yaitu akan mengurangi
persaingan hasil fotosintesis di antara daun dengan buah dan mengurangi insiden
penyakit. Apabila pertumbuhan pucuk daun yang berlebihan dipangkas, peredaran
udara di sekitar kanopi bertambah baik, keadaan ini akan mengurangi kelembaban
iklim mikro di sekitar tanaman dan seterusnya akan mengurangi insiden penyakit
pada tanaman (Sutapradja, 2019).
Perkembangan potensi buah dengan cepat dapat mencapai tingkat yang tinggi.
Melalui manajemen penerapan teknologi pemeliharaan yang terus dikembangkan,
sebagian besar pucuk dapat dirangsang untuk menghasilkan bunga untuk kemudian
menjadi buah yang tersusun dalam tandan. pertumbuhan pucuk pohon baru
mengalami perlambatan pada umur lebih dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman ini sangat produktif pada masa investasi. Selain itu peremajaan dapat
4

dilaksanakan secara bertahap dimulai dari pohon-pohon yang sudah mulai rapuh
(Ferry dan Listiyati, 2009).

2.3 Pembungaan pada Pucuk


Pada pembungaan sering mengalami kendala karena memerlukan syarat
khusus untuk dapat berbunga dan berbuah. Selama masa berbunga tidak semua pucuk
dapat terinduksi dan bertransisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif, sehingga tidak
seluruh pucuk menghasilkan bunga. Dengan kata lain, pada saat bersamaan ada pucuk
berbunga dan pucuk tidak berbunga. Contoh dimulai saat pucuk berada pada periode
akhir masa dormansi (daun berwarna hijau tua ke biru-biruan). Pada saat itu
diperkirakan pucuk akan beralih ke fase reproduktif. Jenis contoh dibedakan atas
contoh pucuk yang diduga akan berbunga (pucuk berbunga) dan contoh pucuk yang
diduga tidak akan berbunga (pucuk tidak berbunga). Contoh pucuk berbunga diambil
dari ranting-ranting yang posisi tumbuhnya pada 50% bagian tengah pohon/cabang
secara vertikal. Contoh pucuk tidak berbunga diambil dari ranting-ranting yang posisi
tumbuhnya pada 25% bagian atas pohon/cabang secara vertikal. Selang waktu
pengambilan contoh adalah setiap dua hari sekali dari sejak akhir masa dormansi
sampai tunas bunga muncul, selanjutnya setiap tiga hari sekali sampai dengan bunga
mekar (Rai, dkk., 2006).

2.4 Pengertian Tajuk Pohon


Ruang tumbuh pohon terbagi ke dalam dua bagian yaitu ruang di atas tanah
dan ruang di bawah tanah. Pengaturan ruang tumbuh di atas tanah dimaksudkan agar
tajuk berkembang secara optimal, dan bertujuan untuk menurunkan persaingan
intensitas cahaya matahari. Tajuk pohon merupakan bagian yang mendukung proses
fisiologis pohon dan memiliki peranan dalam mengatur kerapatan tegakan. Pohon
dominan dalam tegakan yang berukuran lebih besar, memiliki tajuk yang lebar dan
akar yang lebih banyak, memiliki kemampuan dan kecepatan lebih memperebutkan
faktor lingkungan seperti cahaya, unsur hara, dan air. Lebar tajuk memiliki peran
5

untuk mengatur kerapatan tegakan, menentukan teknik prunning, dan juga


penjarangan (Resnanda, 2016).
Kerapatan tegakan menentukan ketersediaan ruang tumbuh yang cukup bagi
pertumbuhan pohon. Tegakan yang rapat menghasilkan pohon dengan diameter yang
kecil dan memanjang ke atas, sedangkan tegakan yang jarang menghasilkan pohon
dengan diameter yang besar atau batangnya yang cenderung melebar ke samping.
Masing-masing pohon mempunyai ruang tumbuh yang terbatas, dikarenakan pohon-
pohon yang bearada di sekitarnya. Keterbatasan tersebut antara lain dalam
mendapatkan cahaya matahari maupun air dan unsur-unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan (Raharjo dan Sadono, 2008).
Tajuk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
tumpangsari. Luasan tajuk pohon menggambarkan persentase penutupan lahan.
Kondisi tajuk yang terlalu rapat atau terlalu renggang dapat menjadi penentu tanaman
pertanian yang sesuai untuk kondisi suatu tegakan. Kerapatan tajuk menjadi perhatian
penting dalam pemanfaaatan ruang lahan.
Tajuk pohon adalah kenampakan dari keseluruhan daun, cabang, ranting,
bunga dan buah. Jarak tanam pohon mempengaruhi posisi dan bentuk tajuk. Pohon
dengan jarak tanam yang lebar memiliki bentuk tajuk yang lebar atau lebih mengarah
kesamping, sedangkan pohon dengan jarak tanam yang sempit memiliki tajuk yang
kecil dan menjulang ke atas. Klasifikasi penutupan tajuk dibagi menjadi tiga, yaitu
tajuk jarang, tajuk sedang, dan tajung berat. Tajuk jarang adalah penutupan tajuk
dimana cahaya matahari masih dapat menembus permukaan tanah diatas 75%. Tajuk
sedang adalah penutupan tajuk dimana cahaya matahari masih dapat menembus
permukaan tanah sebesar 25%-75%. Tajuk berat adalah penutupan tajuk dimana sinar
matahari hanya dapat menembus permukaan tanah di bawah 25% (Mahendra, 2009).
Bentuk dan posisi tajuk mempengaruhi produksi buah. Posisi tajuk yang
terkena cahaya matahari penuh dan bentuk tajuk yang simetris (lebar dan berbentuk
lingkaran utuh) menghasilkan produksi buah yang lebih banyak dibandingkan pohon
dengan posisi tajuk yang tidak terkena cahaya matahari penuh dan bentuk tajuk tidak
simetris (Lanisa, 2015).
6

Penentuan ruang tumbuh bagi pohon dilakukan melalui pengaturan jarak


tanam. Pengaturan jarak tanam dilakukan berdasarkan pada kualitas tempat tumbuh
(bonita). Pertumbuhan tajuk dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan untuk
menentukan besarnya ruang tumbuh yang diperlukan oleh setiap individu. Tajuk yang
tumpang tindih menunjukkan bahwa ruang tumbuh yang tersedia sudah tidak cukup.
Ruang tumbuh dapat mempengaruhi pembentukan tajuk. Ruang tumbuh yang rapat
dapat menyebabkan tajuk pohon menjadi tidak simetris karena lebar tajuk sulit
bertambah dikarenakan adanya persaingan dengan tajuk pohon yang berada
sekitarnya (Raharjo dan Sadono, 2008).
Bila pohon hidup secara individu, perkembangan tajuk secara horizontal
terlihat terus meluas dan pembesaran terus terjadi hingga diameter batang lebih dari
satu meter. Sedangkan pada tanaman yang berdampingan dengan tanaman lain tajuk
pohon cenderung tidak meluas sebagaimana pohon individual, dan cenderung
berkembang vertikal (Ferry dan Listiyati, 2009).

2.5 Posisi Tajuk Pohon


Posisi tajuk pohon berdasarkan klasifikasi Dawkins dengan cara setiap pohon
diberi nilai indeks mulai dari 5 sampai 1 yang meliputi (Cunningham, 2014) :
a. Emergent (nilai indeks = 5) : Tajuk tumbuhan terkena sinar matahari sepenuhnya
dan tidak ada kompetisi dari samping.
b. Full overhead light (nilai indeks = 4) : Tajuk tumbuhan terkena cahaya penuh dari
atas (secara vertikal).
c. Some overhead light (nilai indeks = 3) : Sebagian tajuk yang mendapatkan cahaya
penuh dari atas.
d. Some side light (nilai indeks = 2) : tajuk mendapatkan cahaya hanya dari celah
tajuk pohon diatasnya dari arah atas atau samping.
e. No direct light (nilai indeks = 1) : Tajuk tumbuhan ternaungi dari atas dan dari
samping.
7

Gambar 1. Klasifikasi Posisi Tajuk (Crownposition) menurut Dawkins


(Sumber : ICRAF, 2005)

2.6 Bentuk Tajuk Pohon


Bentuk tajuk pohon berdasarkan klasifikasi Dawkins dengan cara setiap
pohon diberi nilai indeks mulai dari 5 ke 1 yang meliputi (Alder dan Synnot, 1992) :
a. Perfect (nilai indeks = 5) : Kriteria bagi pohon dengan tajuk terbaik dalam hal
bentuk dan pertumbuhan. Tajuk lebar, berbentuk lingkaran utuh, dan simetris.
8

b. Good (nilai indeks = 4) : Kriteria bagi pohon dengan tajuk hampir ideal, dimana
dari segi silvikultur memuaskan, tetapi sedikit tidak simetris dan atau beberapa
cabang mati.
c. Tolerabe (nilai indeks = 3) : Kriteria bagi pohon dengan tajuk yang hanya
memuaskan dari segi silvikultur, tajuk tampak jelas tetapi tidak simetris atau
lonjong. Meskipun demikian masih dapat diperbaiki bentuk tajuk dengan diberi
ruang lebih.
d. Poor (nilai indeks = 2) : Kriteria bagi pohon dengan tajuk yang tidak memuaskan
dari segi silvikultur. Hal ini disebabkan banyak cabang yang mati, sangat tidak
simetris dan hanya memiliki beberapa cabang saja, meskipun demikian masih
memiliki kemungkinan untuk bertahan hidup.
e. Very poor (nilai indeks = 1) : Kriteria bagi pohon dengan tajuk dalam keadaan
tertekan atau rusak berat dan kemungkinan sulit untuk meningkatkan kemampuan
tumbuhnya meskipun sudah terbebas dari tekanan (pesaing ruang untuk
pertumbuhan tajuk).

Gambar 2. Klasifikasi Bentuk Tajuk (Crown form) menurut Dawkins


(Sumber : ICRAF, 2005)
Akan tetapi pada umumnya bentuk tajuk bermacam-macam dan sering
kali khas untuk kelompok tumbuhan tertentu. Bentuk itu ditentukan oleh
proses adaptasi dan bagaimana suatu individu bertahan hidup di tempatnya tumbuh.
Pengukuran terhadap tajuk dipakai untuk mendekati kesehatan suatu tumbuhan dan
9

efisiensi fotosintesis yang dilakukannya. Bentuk tajuk pohon ada bermacam-macam,


seperti:
 Kerucut

 Bulat

 Silinder

 Payung

 Pagoda

2.7 Macam-Macam Tajuk


Macam-macam bentuk tajuk adalah fastigiate, yaitu tajuk dengan bentuk
seperti kubah. Ciri-cirinya yaitu meruncing pada ujung dan pangkal daun. Contohnya
Ficus benjamina. Bentuk tajuk selanjutnya adalah kolom, yaitu tajuk dengan bentuk
silinder. Ciri-cirinya yaitu membuat silinder tipis. Contohnya Canapium coluone.
Selain itu, ada juga bentuk kerucut, yaitu tajuk dengan bentuk seperti kerucut.
Contohnya Iupressus sp. Bentuk tajuk lainnya adalah bulat, yaitu tajuk dengan bentuk
bulat atau membulat. Contohnya Felicium decipiens. Selanjutnya adalah bentuk tajuk
menyebar, yaitu tajuk yang menyebar ke segala arah. Ciri-cirinya adalah melebar.
Contohnya Delonia regia. Selain itu, ada bentuk tajuk tangisan, yaitu tajuk yang
menjari ke bawah. Ciri-cirinya adalah menjuntai. Contohnya Salid batilonica. Bentuk
tajuk terakhir adalah indah, yaitu tajuk dengan pohon yang indah. Ciri-cirinya adalah
bentuknya seperti lukisan. Contohnya Tamarindus indica.

Tajuk, terutama bagian yang terkena cahaya merupakan salah satu bagian
pohon yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan pohon sebagai tempat
terjadinya proses utama fotosintesis dan merefleksikan hubungan yang erat dengan
kesehatan pohon Hasil proses fotosintesis didistribusikan untuk pertumbuhan
diameter batang maupun tinggi pohon, serta digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan dalam pengelolaan tegakan apakah dimensi diameter dan
tinggi pohon tersebut masih sesuai dengan ruang tumbuh yang dibutuhkan Dalam
pengelolaan hutan, diametertajuk dapat dimanfaatkan untuk mengukur kerapatan
10

tegakan. Kerapatan tegakan nantinya akan menentukan ruang tumbuh bagi


pertumbuhan pohon disebabkansetiappohon memiliki ruang tumbuhyang terbatas
yakni dibatasi oleh pohon di sekitarnya. Bentuk bawaan tajuk pohon dapat berubah
ukuran dan bentuk oleh variasi umur, tempat tumbuh, dan kondisi lingkungan
(Cavalli dan Finger, 2016).
Dengan berkembangnya pohon dan pembentukan kanopi, perkembangan
individu tajuk dipengaruhi oleh persaingan dan jarak tanam. Hal ini menjadi landasan
klasifikasi kelas-kelas tajuk yaitu dominan dannon-dominan. Pohon yang dominan
atau yang berukuran lebih besar memiliki kecepatan lebih dalam persaingan untuk
menyerapdan mengambil sumberdaya daripada pohon non-dominan (Campoe, 2013).
Kekuatan pohon untuk bersaing memperebutkan sumberdaya lingkungan
diasumsikan sama dengan ukuran pohon tersebut. Pohon yang mempunyai ukuran
lebih besar (dominan), tajuk yang luas dan akar yang lebih banyak diduga lebih
mampu memperebutkan faktor lingkungan seperti cahaya, unsur hara, dan air. Pohon
dominan dan non-dominan merupakan komponen penting dari tegakan hutan tanaman
seumur, sehingga diperlukan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangannya
karena pohon dominan merupakan penghasil kayu bernilai tinggi (Sharma, 2016).
Dimensi tajuk berperan penting di dalam meningkatkan estimasi biomassa
pohon dan diperlukan sebagai indikator pertumbuhan dan untuk menjawab
permasalahan mengenai penggunaan serta kebutuhan ruang tumbuh. Ketersediaan
ruang tumbuh yang paling baik dari suatu jenis pohon, dapat ditentukan dari dimensi
lebar tajuknya (Sadono, 2016). Keberagaman pola pertumbuhan pohon akan
menghasilkan tajukyang beragampula. Variabel penting dalamtajuk, seringkali
ditunjukkan dalam panjang tajuk, rasio tajuk, ataupun lebar tajuk. Dalam hal
penggunaan dan kebutuhan ruang tumbuh, lebar tajuk memiliki peran yang cukup
penting. Lebar tajuk dapat digunakan untuk memprediksi cahaya matahari yang
terkena pohon maupun yang terhalang dan terintersepsi pada kanopi suatu tegakan,
sehingga dapat digunakan untuk estimasi jumlah sequestrasi karbon (Sharma, 2017).
Lebar tajuk juga dapat menentukan tingkat persaingan antar pohon dalam
tegakan, dimana pohon yang memiliki tajuk yang lebih lebar akan menyerap cahaya
11

matahari lebih banyak dan cepat (Bechtold, 2003). Kerapatan kanopi dari tegakan,
yang berperan penting untuk menilai kesesuaian habitat satwa liar dan risiko
kebakaran, juga dapat diestimasi dengan menggunakan model lebartajuk. Secara
individu pohon, lebar tajuk dapat menggambarkan persaingan antar individu pohon
dan berpengaruh pada ketebalan cabang pohon, serta secara tidak langsung
berpengaruh pada kualitas kayu dan nilai ekonomi pohon tersebut. Berdasarkan
tingkattegakan, lebartajuk berfungsi untuk mengevaluasi penutupan kanopi, di mana
di satu sisi digunakan sebagai ukuran kompetisi secara umum dan di sisi lain untuk
ukuran penting kualitas suatu habitat. Lebar tajuk berkorelasi positif dengan
pencapaian akar dalam memperoleh mineral dalam tanah. Tajuk pohon yang luas
akan memperbesar proses fotosintesis yang terjadi pada pohon yang bersangkutan
sehingga pertumbuhannya juga semakin cepat. Selain itu, lebar tajuk dapat menjadi
tolok ukur kemampuan bertahan hidup suatu pohon dan memungkinkan untuk
memprediksi pertumbuhan, kematian, dan kandungan biomassa di atas tanah dari
pohon tersebut. Pertumbuhan lebar tajuk memiliki peran untuk melakukan dan
menentukan teknik pemangkasan cabang, penjarangan, serta mendukung dalam
pengambilan keputusan terkaitumurrotasi suatu jenis (Campoe, 2013).
Tajuk sering digunakan untuk mengevaluasi kondisi tegakan dan menjadi
indikator yang penting dalam suatu tegakan, misalnya untuk estimasi penutupan
tajuk, faktor kompetisi tajuk dan bahkan untuk produktivitas tapak. Ukuran lebar
tajuk adalah salah satu ciri yang paling mempengaruhi pertumbuhan pohon ke arah
radial karena lebar tajuk mendeskripsikan kerapatan tegakan dan kompetisi individu
pohon. Manfaat diketahuinya model perkembangan lebar tajuk pada tegakan adalah
untuk penentuan kebutuhan ruang tumbuh yang diperlukan tiap individu pohon.
Lebar tajuk dan kebutuhan ruang tumbuh dapat digunakan untuk menentukan jumlah
pohon referensi tiap hektarnya sesuai dengan skema jarak antar pohon, yaitu
segiempat atau segienam (Sadono, 2016).
12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Ruang tumbuh pohon terbagi ke dalam dua bagian yaitu ruang di atas tanah dan
ruang di bawah tanah. Penentuan ruang tumbuh bagi pohon dilakukan melalui
pengaturan jarak tanam.
2. Pucuk adalah daun muda (di puncak pohon atau di ujung ranting). Sistem pucuk,
merupakan bagian yang terletak di atas tanah, berfungsi untuk
membantu tumbuhan menangkap cahaya matahari untuk keperluan fotosintesis.
3. Selama masa berbunga tidak semua pucuk dapat terinduksi dan bertransisi dari fase
vegetatif ke fase reproduktif, sehingga tidak seluruh pucuk menghasilkan bunga.
Dengan kata lain, pada saat bersamaan ada pucuk berbunga dan pucuk tidak
berbunga.
4. Tajuk pohon merupakan bagian yang mendukung proses fisiologis pohon dan
memiliki peranan dalam mengatur kerapatan tegakan. Tajuk pohon adalah
kenampakan dari keseluruhan daun, cabang, ranting, bunga dan buah.
5. Pertumbuhan tajuk dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan untuk menentukan
besarnya ruang tumbuh yang diperlukan oleh setiap individu.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam membuat paper ini penulis bukan hanya membuatnya secara
online saja, tetapi harus melakukan pengamatan secara langsung agar penulis dapat
mengetahui perkembangan pucuk dan tajuk dengan jelas.
13

DAFTAR PUSTAKA

Alder, D dan Synnot, T.J. 1992. Permanent Sample Plot Techniques for Mixed
Tropical Forest. Oxford. Oxford Forestry Institute, Department of Plant
Science. Vol 25.
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta. Kanisisus.
Arimbawa, I. W. P. 2016. Dasar Dasar Agronomi. Denpasar.
Bechtold WA. 2003. Crown-diameter prediction models for 87 species of stand
grown trees in the EasternUnited States. Southern Journal of Applied Forestry
27(4):269-278.
Campoe OC, Stape JL, Nouvellon Y, Laclau JP, Bauerle WL, Binkley D, Le Maire
G. 2013. Stem production, light absorption and light use efficiency between
dominant and non-dominant trees of Eucalyptus grandis across a
productivity gradient in Brazil. Forest Ecologyand Management 288:14–20.
Cavalli, JP., dan Finger, CAG. 2016. Modelling of upper crown exposed to light of
Cedrela fissilis (Vell.) opengrown trees by a non-destructive method. Forestry
8:1-6.
Cunningham, A.B. 2014. Applied Ethnobotany: "People, Wild Plant Use and
Conservation" . New York. Routledge.
Ferry, Y dan D. Listiyati. 2009. Kemiri Sunan (Aleurites trisperma BLANCO),
Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati Potensial. 37
Lanisa, S. 2015. Hubungan Diameter Pohon, Bentuk Tajuk, dan Posisi Tajuk
terhadap Produksi Buah Kemiri (Aleurites moluccana) pada Hutan Kemiri di
Kabupaten Bantaeng [Skripsi] Fakultas Kehutanan. Makassar. Universitas
Hasanuddin.
Mahendra, F. 2009. Sistem Agroforestry dan Aplikasinya. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Raharjo, J.T dan Sadono, R. 2008. Model Tajuk Jati (Tectona grandis L.F) dari
Berbagai Famili Pada Uji Keturunan Umur 9 Tahun.. Jurnal Ilmu Kehutanan.
Vol. 2(2) : 89-95.
14

Resnanda, A. 2016. Perkembangan Lebar Tajuk Pohon Dominan dan Non-Dominan


Jati Plus Perhutani Asal Stek Pucuk pada Umur 3 Sampai 7 Tahun (Doctoral
Dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Rai, I. N., dkk. 2006. Perubahan Kandungan Giberelin dan Gula Total pada Fase-Fase
Perkembangan Bunga Manggis. Hayati Journal of Biosciences, 13(3), 101-106.
Sadono R, S o epridj adi D, He rning t y a s W, Rachmadwiati R. 2016. Growing
space requirement, diameter and height growth of two generative teak clones
in Perhutani-the Indonesia state forest enterprise. Advances in Environmental
Biology 10(4):239-259.
Sharma RP, Bilek L, Vacek Z, Vacek S. 2017. Modelling crownwidth-
diameterrelationship for Scotspine in thecentral Europe. Trees 31(6):1875-
1889.
Sumenda, L. 2011. Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera indica L.)
pada Tingkat Perkembangan Daun yang Berbeda. Jurnal Bios Logos, 1(1).
Sutapradja, H. (2019). Pengaruh Pemangkasan Pucuk terhadap Hasil dan Kualitas
Benih Lima Kultivar Mentimun.

Anda mungkin juga menyukai