Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Ekologi Hutan Medan, November 2021

INVENTARISASI SATWA LIAR

Dosen Penanggungjawab :
Dr. Budi Utomo, SP, MP.

Disusun Oleh :
Aqshal Rayyan Fachlevi Siregar 201201008
Eva Verolina Br Pangaribuan 201201016
Fernando Pratama Manullang 201201020
Lestari Prilia Sihombing 201201132
Lola Anggita Siregar 201201133
Muhammad Rafli Ananda Harahap 201201143

Kelompok 4
HUT 3A

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
dan kasih karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ekologi
hutan ini dengan baik. Laporan Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul
―Inventarisasi Satwa Liar‖ ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum
Ekologi Hutan sebagai syarat masuk praktikum di minggu yang akan datang pada
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Ekologi Hutan Dr. Budi Utomo, SP, MP karena telah memberikan
materi dengan baik dan benar. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
asisten yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama mengikuti kegiatan
praktikum ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki
isi laporan ini akan sangat kami hargai. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Medan, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................................1
Tujuan...............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat...........................................................................................6
Alat dan Bahan.................................................................................................6
Prosedur Praktikum..........................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.................................................................................................................8
Pembahasan......................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan......................................................................................................10
Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Hasil Inventarisasi Satwa Liar........................................................... 7

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar
organisme atau organisme dengan lingkungannya. Berdasarkan perkembangannya
ekologi bisa disebut sebagai ilmu dasar lingkungan, ilmu yang mempelajari
makhluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola
hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya dengan komponen di
sekitarnya. Ekosistem ialah suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat struktur
dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam ekosistem tersebut yakni
berhubungan dengan keanekaragaman spesies atau species diversity. Pada
ekosistem yang strukturnya kompleks, maka akan mempunyai keanekaragaman
spesies yang tinggi. Sedangkan fungsi ekosistem ialah berhubungan dengan siklus
materi dan arus energi melalui komponen ekosistem (Effendi et al., 2018).
Ekosistem terbentuk oleh 3 hal penting yaitu faktor biotik, faktor abiotik
dan hubungan atau interaksi antar keduanya. Keanekaragaman satwa liar di
Indonesia sangat beragam sehubungan dengan variasi keadaan tanah, letak
geografi dan keadaan iklim. Hal ini ditambah pula dengan keanekaragaman
tumbuhan sebagai habitat satwa. Indonesia sebagai salah satu Negara yang
memiliki hutan tropika yang sangat luas dan merupakan gudang keanekaragaman
biologis yang penting di dunia, karena di dalamnya terdapat sumber daya alam
hayati lebih dari 25 ribu jenis tumbuhan berbunga dan 400 ribu jenis satwa
daratan serta berbagai perairan yang belum banyak diketahui (Nugroho, 2017).
Satwa liar adalah binatang yang hidup di dalam ekosistem alam (Bailey,
1984 dalam Alikodra, 2000). Sedangkan menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang
KSDAHE, satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan atau di air
dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas
maupun yang dipelihara oleh manusia. Interaksi antar makhluk hidup yang terjadi
pada sebuah ekosistem, berguna untuk menjaga kestabilan ekosistem tersebut.
Jika interaksi antar makhluk hidup tidak berjalan dengan baik dan seimbang.
Diperlukannya pengetahuan atau pengembangan yang lebih luas mengenai
2

interaksi antar satwa liar guna mengetahui perilaku-perilaku satwa liar khususnya
pada mamalia kecil dan burung dalam kehidupan sehari-hari (Arief et al., 2015).
Keanekaragaman flora maupun fauna disebutkan sebagai salah satu modal
dan daya tarik bagi pengembangan sehingga penting untuk diketahui dan
dilakukan inventarisasi. Selain sebagai potensi, daftar jenis flora dan fauna juga
dapat bermanfaat menjadi data dasar untuk melihat perkembangannya dimasa
depan Sesuai dengan kondisi lingkungannya, flora di suatu tempat dapat terdiri
dari beragam variasi gen yang hidup dibeberapa tipe habitat (tempat hidup) .
Perlindungan dan pelestarian satwa liar adalah salah satu langkah yang sangat
penting untuk dilakukan guna mengurangi dampak lingkungan yang dari waktu ke
waktu terus menurun akibat hilangnya salah satu bagian penyimpan energi yang
sangat besar, yaitu satwa liar. Hutan merupakan sumberdaya alam yang harus
dijaga kelestariannya karena memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup di dalamnya (Arini et al., 2018).
Kondisi satwa sangat bergantung dengan kualitas dan kuantitas habitat
yang mencukupi, bagi dukungannya terhadap kesejahteraan mereka. Oleh karena
itu, setiap organism mempunyai habitat yang sesuai dengan kebutuhannya. Fauna
yang mudah teramati adalah jenis-jenis burung dengan habitat di kanopi pohon.
Rapatnya kanopi (tajuk) hutan dengan ketinggian 15-20m dalam waktu singkat
relatif sulit untuk mengenali jenis burung berdasarkan morfologi Sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting dari sumberdaya alam
yang terdiri dari alam hewani dan nabati maupun berupa fenomena alam, baik
secara masing-masing maupun bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat
sebagai unsure pembentuk lingkungan hidup. Hutan tidak hanya bermanfaat
secara ekonomi tapi juga bermanfaat secara ekologi sebagian besar masyarakat
menggantungkan hidupnya di hutan (Heriyanto et al., 2019).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul ―Inventarisasi Satwa
Liar‖ adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai satwa liar di
dalam atau sekitar kampus USU agar potensi tersebut dapat dikelola dan
dimanfaatkan untuk keperluan pengetahuan umum.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Inventarisasi satwa merupakan kegiatan untuk mengetahui kondisi


populasi jenis tumbuhan dan satwa termasuk habitatnya.Tujuan kegiatan
inventarisasi satwa liar adalah untuk mengetahui satwa yang ada disuatu daerah
agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik, melalui ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan wisata. Kegiatan inventarisasi satwa liar merupakan kegiatan
pengumpulan data/informasi tentang suatu jenis satwa liar. Data dan inventarisasi
minimal yang harus dihasilkan mencakup jumlah jenis dan individu, ukuran dan
struktur populasi, serta penyebaran dan pergerakan (Nugroho, 2015).
Parameter populasi merupakan besaran/ukuran yang dapat dijadikan bahan
untuk ditindak lanjuti pada aktivitas manajemen terhadap populasi. Dimana
jumlah merupakan variabel yang menggambarkan banyaknya individu dalam
populasi. Sedangkan kelimpahan (abundance) merupakan variabel yang
menggambarkan ukuran/banyaknya populasi secara relatif. Berdasarkan hasil
populasi maka dapat ditentukan kepadatan suatu spesies, dimana kepadatan
(density) merupakan suatu besaran populasi berkaitan pada jumlah setiap unit luas
atau ruang (Nugraha et al., 2012).
Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan salah
satu bentuk kekayaan dan keanekaragaman (biodiversity) sumberdaya alam
hayati, karena itu perlu dilakukan perlindungan. Untuk dapat melakukan
perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebarannya pada habitat satwa liar.
Penentuan jumlah satwa liar tersebut dapat dilakukan berbagai metode sensus
yang memudahkan kita untuk melakukan estimasi. Dalam perkembangan metode
inventarisaasi satwa liar dibutuhkan suatu metode yang dapat memberikan hasil
dengan cepat (Achmad, 2013).
Metode-metode dengan rapid assessment (penilaian cepat) dikembangkan
untuk menilai keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan. Selain itu pendugaan
populasi satwa liar dalam rangka pengelolaan atau monitoring dapat mengunakan
bermacam-macam metode inventarisasi. Salah satunya dengan menggunakan jalur
Pembuatan jalur inventarisasi satwa liar di lapangan, bisa dilakukan dengan
berbegai metode yang menggunakan jalur. Satwaliar merupakan komponen
4

yang sangat penting dalam suatu sistem ekosistem. Komponen yang satu
akan saling terkait dengan komponen lainnya sehingga akan saling
mempengaruhi (Tuharea, 2011).
Metode-metode inventarisasi satwa liar yang menggunakan jalur adalah
metode IPA (Index Point of Aboudance), metode Transek dengan Lebar Tetap
(Transect with Fixed Width), metode Transek dengan Lebar Tidak Tetap
(Transect with Variable Width), Metode Penghitungan Suara (Call Count),
Metode Penghitungan Populasi Berdasarkan Adanya Sarang (Nest Count),
Triangle Call Count Method, dan lainnya. Penempatan jalur ini dapat dilakukan
dengan cara acak melalui petak atau ditempatkan pada daerah-daerah yang
merupakan tempat berkumpulnya satwa yang akan diinventarisasi (hasil survey
pendahuluan atau hasil studi pustaka). Namun dalam penerapan di lapangan
pembuatan jalur ini mendapat berbagai macam kendala seperti kondisi topografi,
keadaan vegetasi yang rapat, dan lainnya. Masalah topografi yang menghambat
dalam pembuatan jalur inventarisasi satwa liar diantaranya adalah jurang, sungai
yang besar yang memotong jalur, tanjakan dengan kelerangan yang cukup curam,
dan lainnya. Pada vegetasi yang rapat sulit untuk dilewati dan juga sulit untuk
membuat jalur (Maula et al., 2019).
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dapat dilakukan dengan
cara membelokkan jalur untuk menghindari kondisi-kondisi yang sulit tersebut.
Selain itu pembuatan jalur juga tidak mutlak harus lurus. Dalam penentuan
metode inventarisasi dengan jalur, hal perlu ditekankan adalah bahwa jalur yang
dibuat tidak mutlak harus lurus, jalur yang dibuat dapat dibuat dengan
menyesuaikan dengan kondisi alam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
inventarisasi satwa liar yang dilakukan, selain itu juga untuk menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan. Secara umum metode
jalur inventarisasi satwa liar merupakan metode inventarisasi yang cepat dan
mudah untuk dilakukan karena hanya tinggal mengikuti jalur yang ada dan
mencatat satwa liar yang ditemui baik itu dari samping jalur, belakang jalur,
maupun didepan jalur. Walaupun metode jalur ini juga memiliki kekurangan,
tetapi metode jalur inventarisasi satwa liar ini sering dipakai untuk inventarisasi
5

satwa liar. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti atau
memakai jalur setapak yang sudah ada (Sukistyanawati et al., 2016).
Dalam penentuan metode inventarisasi dengan jalur, hal perlu ditekankan
adalah bahwa jalur yang dibuat tidak mutlak harus lurus, jalur yang dibuat dapat
dibuat dengan menyesuaikan dengan kondisi alam. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah inventarisasi satwaliar yang dilakukan, selain itu juga untuk
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan. Secara
umum metode jalur inventarisasi satwaliar merupakan metode inventarisasi yang
cepat dan mudah untuk dilakukan karena hanya tinggal mengikuti jalur yang ada
dan mencatat satwaliar yang ditemui baik itu dari samping jalur, belakang jalur,
maupun didepan jalur. Walaupun metode jalur ini juga memiliki kekurangan,
tetapi metode jalur inventarisasi satwaliar ini sering dipakai untuk inventarisasi
satwaliar. Metode titik hitung, metode ini biasanya digunakan untuk pengamatan
atau inventarisasi burung, baik yang terlihat secara langsung maupun melalui
suara. Metode tititk hitung (Point Count) merupakan metode yang menetapkan
radius titik hitung sebagai dasar untuk pengamatan burung dan metode yang
paling banyak digunakan. Metode ini terdapat efektivitas (Kinanto et al., 2018).
Metode titik hitung ini lebih banyak digunakan dan diterapkan di habitat
hutan yang lebat dengan tajuk yang tinggi, terutama di hutan hujan tropis.
Alasannya dengan berdiri di satu lokasi selama jangka waktu tertentu, seorang
pengamat mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk mendeteksi burung dan
tidak banyak berpindah. Penempatan titik hitung/stasiun pengamatan bisa secara
acak atau dapat juga mengikuti jalan setapak, alur sungai. Untuk menghindari
bias, jarak antara stasiun sensus umumnya 200-250 m untuk hutan yang lebat, bila
tujuan studi adalah burung-burung kecil yang cenderung menetap maka jarak bisa
diperkecil menjadi 150 m, sedang untuk burung berukuran besar dan banyak
bergerak jarak antara stasiun biasanya 350-400 m. Periode yang biasa digunakan
dalam pengamatan atau menghitung populasi pada setiap stasiun sensus (titik
hitung) berkisar antara 5-10 menit dan dapat disesuaikan dengan tujuan studi.
Satwa liar salah satu komponen akan sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem tersebut (Rahmawati et al., 2017).
6

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul ―Inventarisasi Satwa Liar‖ yang
dilaksanakan pada hari Jum’at, 17 September 2021 Pada pukul 10.00 WIB sampai
dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan dirumah masing-masing secara daring
melalui aplikasi Google Meet, Google Classroom beserta WhatsApp.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah binokuler atau teropong,
kompas, kamera, meteran, patok dan tali rafia/plastic.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ekosistem hutan.

Prosedur Praktikum
1. Menentukan lokasi jalur yang akan diinventarisasi (Unit contoh). Metode yang
digunakan adalah metode pengamat bergerak atau strip transek. Metode ini
dilakukan dengan radius 500-1.000 m2.
2. Buatlah jalur (transek) sepanjang 500 m dengan ukuran 25 m X 500 m.
3. Inventarisasi semua satwa yang ada di jalur (transek) tersebut dengan
mengidentifikasi jenis satwa, jumlah satwa, perilaku satwa, dan
penyebaran/pergerakan satwa.
4. Lakukan pencatatan semua data hasil pengamatan dan atau pengukuran
kedalam tally sheet, kemudian analisislah semua hasil pengamatan.
Analisis Data
Data yang diperoleh di setiap petak contoh dianalisis dengan
menggunakan formulasi:
1. Indeks kekayaan dan Margalef

Keterangan: Ri = Indeks Margalef


S = jumlah jenis
n = jumlah total individu
2. Indeks keanekaraganian dan Shannon –Wienzrs
7

Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon — Wiener


S = jurnlah jenis n
i = jurnlah individu jenis ke-i
N = Tutal seluruh individu
3. Indeks kemerataan

Keterangan : E = Indeks kemerataan


H’= Indeks keanekaragarnan Shannon Wiener
S = jumlah jenis
Contoh tabel

Tabel 1. Data Hasil Inventarisasi Satwa Liar Ekosistem Hutan


No Nama Nama Jumlah Perilaku Penyebaran/ Ket
jenis Ilmiah Pergerakan
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul
―Inventarisasi Satwa Liar‖ ini adalah:
Tabel 1. Data Hasil Inventarisasi Satwa Liar Ekosistem Hutan
No Nama Nama Ilmiah Jumlah Perilaku Penyebaran/ Ket
jenis Pergerakan
1 Nyamuk Culex.sp 15 Mengerumuni Berkelompok
manusia
2 Laba-laba Araneae sp. 1 Membuat jaring Individu
Mencari mangsa
3 Katak Anvia sp. 2 Berjalan ditanah Individu
Mengerumuni
4 Siput Gastropoda 2 pohon Individu
sp.
5 Semut Oechopylla 15 Berkelompok
rang-rang sp.
Jumlah total 35

Analisis Data
A. Indeks kekayaan dan margalef = 1,12
B. Indeks kekayaan dan shanon wieners
1. H’ Nyamuk = 0.361
2. H’ Laba-laba = 0,099
3. H’ Katak = 0,163
4. H’ Siput = 0,163
5. H’ Semut rang-rang = 0,361
C. Indeks kemerataan = 0,716
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, diperoleh 5 jenis satwa yaitu
nyamuk (Culex.sp), laba-laba (Araneae sp.), katak (Anvia sp.), siput (Gastropoda
sp.), dan semut rangrang (Oechopylla sp.) dengan jumlah total satwa sebanyak 35
individu. Menurut Tuharea (2011) jumlah satwa liar pada habitatnya di alam
bebas (hutan), merupakan salah satu bentuk kekayaan dan keanekaragaman
(biodiversity) sumberdaya alam hayati, karena itu perlu dilakukan perlindungan.
Untuk dapat melakukan perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebarannya pada
habitat satwa liar. Penentuan jumlah satwa liar tersebut dapat dilakukan berbagai
metode sensus yang memudahkan kita untuk melakukan estimasi.
9

Pada praktikum ini inventarisasi dilakukan dengan mengguanakan metode


bergerak. Hal ini dilakukan karena metode ini merupakan salah satu metode yang
cukup sederhana untuk diterapkan. Hal ini sesuai pernyataan Maula et al, (2019)
yang menyatakan bahwa dalam penerapan di lapangan pembuatan jalur mendapat
berbagai macam kendala seperti kondisi topografi, keadaan vegetasi yang rapat,
dan lainnya sehingga metode yang digunakan haruslah menyesuaikan lokasi.
Masalah topografi yang menghambat dalam pembuatan jalur inventarisasi satwa
liar diantaranya adalah jurang, sungai yang besar yang memotong jalur, tanjakan
dengan kelerangan yang cukup curam, dan lainnya. Pada vegetasi yang rapat sulit
untuk dilewati dan juga sulit untuk membuat jalur
Menurut Sukistyanawati et al, (2016) dalam penentuan metode
inventarisasi dengan jalur, hal perlu ditekankan adalah bahwa jalur yang dibuat
tidak mutlak harus lurus, jalur yang dibuat dapat dibuat dengan menyesuaikan
dengan kondisi alam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah inventarisasi satwa
liar yang dilakukan, selain itu juga untuk menghindari terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan seperti kecelakaan. Secara umum metode jalur inventarisasi
satwa liar merupakan metode inventarisasi yang cepat dan mudah untuk dilakukan
karena hanya tinggal mengikuti jalur yang ada dan mencatat satwa liar yang
ditemui baik itu dari samping jalur, belakang jalur, maupun didepan jalur.
Satwa yang ditemukan diamati perilaku, penyebaran/pergerakannya serta
banyaknya jumlah satwa yang ditemukan. Pergerakan/penyebaran dapat berupa
berkelompok atau individu. Hal ini sesuai pernyataan Nugraha et al, (2012)
yang menyatakan bahwa kegiatan inventarisasi satwa liar merupakan
kegiatan pengumpulan data/informasi tentang suatu jenis satwa liar. Data dan
inventarisasi minimal yang harus dihasilkan mencakup jumlah jenis dan
individu, ukuran dan struktur populasi, serta penyebaran dan pergerakan.
Parameter populasi merupakan besaran/ukuran yang dapat dijadikan bahan untuk
ditindak lanjuti pada aktivitas manajemen terhadap populasi. Dimana jumlah
merupakan variabel yang menggambarkan banyaknya individu dalam populasi.
Berdasarkan hasil populasi maka dapat ditentukan kepadatan suatu spesies,
dimana kepadatan (density) merupakan suatu besaran populasi yang berkaitan
dengan jumlah setiap unit luas atau ruang.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Inventarisasi satwa merupakan kegiatan untuk mengetahui kondisi populasi
jenis tumbuhan dan satwa termasuk habitatnya.
2. Tujuan kegiatan inventarisasi satwa liar adalah untuk mengetahui satwa yang
ada disuatu daerah agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.
3. Metode-metode inventarisasi satwa liar yang menggunakan jalur adalah
metode IPA (Index Point of Aboudance), metode Transek dengan Lebar Tetap
(Transect with Fixed Width),
4. Dari data yang didapat, diperoleh jenis dari satwa liar tersebut adalah 5 jenis,
yang terdiri dari : nyamuk, laba-laba, katak, siput, dan semut rang-rang
5. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah total hewan satwa liar yang
diperoleh sebanyak 35.

Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu sebaiknya dalam praktikum ini
dilaksanakan secara langsung (offline) agar praktikan dapat lebih mudah
memahami penerapan metode praktikum. Sebaiknya praktikan lebih aktif dan
antusias dalam mengikuti praktikum, seperti aktif dalam memberikan respon
kepada asisten atau mengajukan pertanyaan ketika ada yang kurang. Untuk
mendapat hasil yang sesuai dan maksimal, diperlukan ketelitian dan ketepatan
praktikan dalam mengikuti prosedur praktikum. Dan untuk para praktikan agar
lebih diperhatikan lagi dalam hal pengumpulan tugas, baik masalah waktu,
maupun masalah kebenaran dan kejelasan tugasnya yang diberikan asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, H., Mujiarto, J. dan Rahman, A. 2015. Keanekaragaman dan status


perlindungan satwa liar di pt. riau sawitindo abadi. Jurnal Media
Konservasi, 20(1) : 159-165.

Arini , D., Kinho, J., Diwi, M., Halawane, J. E., Fahmi, M. F. dan Kafiar, Y.
2018. Keanekaragaman satwa liar untuk ekowisata taman hutan aqua
lestari, minahasa utara. Jurnal WASIAN, 5(1) : 1- 14.

Hasibuan, S., Susdiyanti, T. dan Septiana, F. 2018. Keanekaragaman burung dan


mamalia pada lahan reklamasi pt. aneka tambang bogor, jawa barat. Jurnal
Ekologi, 18(1) : 1-9.

Heriyanto, N. M., Samsoedin, I. dan Bismark, M. 2019. Keanekaragaman hayati


flora dan fauna di kawasan hutan bukit datuk dumai provinsi riau. Jurnal
Sylva Lestari, 7(1) : 82-94.

Jariyah, N. 2018. Daya dukung lahan di kawasan hutan dengan tujuan khusus
(KHDTK) Gombong. Journal of Watershed Management Research, 2(1) :
35-44.

Kinanto, Hendri, Setia Budhi, Hafiz Ardian. 2018. Keanekaragaman Jenis Primata
Di Taman Nasional Sentarum. Jurnal Hutan Lestari, 6(4) : 894-903.

Maula, Zaqi, Riskyana, Putri Wahyuni, Bainah Sari Dewi. 2019. Keanekaragaman
Satwa Liar Di KHDTK Getas. Jurnal Of Tropical Uploand Resources,
20(20) : 1-6.

Nugraha, Taufik Herdian, Tun Susdiyanti, Luluk S. 2012. Keanekaragaman Satwa


Liar Pada Tegakan Jati. Jurnal Sains Natural UNB. 2(2) : 143-154.

Nugroho, A. F., Ichwandi, I. dan Kosmaryandi, N. 2017. Analisis pengelolaan


kawasan hutan dengan tujuan khusus. Jurnal of Env. Engineering & Waste
Management, 2(2) : 51-59.

Rahmawati, Ervina, Jafron Wasiq Hidayat. 2017. Kepadatan Populasi Lutung


Jawa Di Cagar Alam Kecubung. Proceeding Biology Education
Conference, 14(1) : 64-69.

Sukistyanawati, Agustin, Hari Pramono, Bagus Suseno. 2016. Inventarisasi Satwa


Liar Di Cagar Alam Pulau Sempu. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan,
8(1) : 26-35.

Tuharea, Nengsih. 2011. Inventarisasi Potensi Satwa Burung Dan Analisa


Vegetasi Di Hutan. Jurnal Agroforesti, 4(1) : 1-7
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6

Gambar 7 Gambar 8

Anda mungkin juga menyukai