Disusun Oleh:
Natalia Christiani (11516018)
Cahya Gumilar (11516022)
Nadhira Adhesta (11516029)
Rizky Ramadhan (11516030)
Tari Utami Refianti (11516049)
Tifani Zuraida (11516050)
Kelompok 3
Asisten:
Susi Handayani (11515040)
1.2 Tujuan
Membandingkan komposisi dan struktur vegetasi pada tiga tapak berbeda di kawasan
kampus ITB Jatinangor.
BAB II
METODOLOGI
Gambar 2.3 Rona lingkungan tapak Gmelina arborea (dari atas ke bawah, kiri ke kanan: selatan,
barat, utara, timur)
Gambar 2.2 Rona lingkungan tapak Hutan Campuran (dari atas ke bawah, kiri ke kanan: selatan,
barat, utara, timur)
2.2 Metode Kerja
2.2.1 Analisis Vegetasi
Dilakukan dengan pembuatan plot Pada bagian tengah plot dibuat plot
penculipkan. Plot dibuat tiga tapak yang berukuran (1x1) m untuk pencuplikan
berbeda. biomassa.
Peralatan yang digunakan dalam analisis vegetasi berupa tali rafia, roll meter, pasak,
dan kompas brunton untuk pembuatan plot. Trashbag diperlukan untuk pencuplikan biomassa
dari lapangan dan alumunium foil digunakan untuk pencuplikan 100 gram biomassa untuk di
oven.
2.2.1 Struktur Komunitas Tumbuhan (Diagram Profil)
Plot berukuran (20x10) m dibuat oleh masing-masing kelompok dengan arah yang sama.
Dilakukan identifikasi jenis tumbuhan, (untuk tumbuhan yang tidak bisa diidentifikasi,
sampel diambil untuk diidentifikasi di laboratorium).
Koordinat pohon diukur untuk setiap tiang/pohon (diameter >10 cm) dan diukur terhadap titik
pusat (x,y). Parameter lain yang diukur berupa tinggi pohon, tinggi percabangan pertama,
diameter batang, dan lebar penutupan kanopi.
Hasil pengukuran yang diperoleh digambarkan secara horizontal (tampak samping) dan
vertikal (tampak atas) pada kertas millimeter blok.
Peralatan yang digunakan pada struktur komunitas tumbuhan yaitu roll meter, rafia,
kompas brunton, dan pasak untuk pembuatan plot. Haga hypsometer untuk mengukur tinggi
pohon, pita ukur untuk menghitung diameter pohon/tiang, dan roll meter untuk pengukuran
diameter tajuk.
2.2.3 Pengukuran Faktor Lingkungan
Parameter yang diukur pada pengukuran faktor edafik tanah berupa pH tanah, suhu tanah,
bobot isi, bor auger untuk mencuplik tanah, menentukan kandungan air tanah, kandungan
oragnik dan kandungan mineral tanah.
keterangan:
keterangan:
H’ > 3 : tinggi
Gambar 3.1 Grafik Jumlah Total Spesies Per Bentuk Hidup di Setiap Tapak
Berdasarkan data yang diperoleh sehingga didapat nila grafik total spesies
perbentuk hidup di setiap tapak (Gambar 3.1). Untuk bentuk hidup pohon pada tapak
satu dan tapk dua spesiesnya cenderung lebih homogen dibandingkan dengan tapak 3
yang memiliki jumlah spesies pohon yang lebih banyak sehingga lebih heterogen, pada
tapak satu dan tapak dua hanya memiliki 3 jenis pohon sedangkan pada tapak 3
memiliki 13 jenis pohon. Untuk bentuk hidup perdu pada ketiga tapak memiliki jumlah
spesies yang hampir sama, pada tapak satu sebanyak 5 spesies pada tapak dua sebanyak
4 spesies dan pada tapak tiga sebanyak 5 spesies. Dan untuk bentuk hidup herba pada
tapak satu memiliki jumlah spesies yang paling banyak dibandingkan dengan kedua
tapak yang lain, pada tapak satu ada sebanyak 19 spesies pada tapak dua sebanyak 16
spesies dan pada tapak tiga sebanyak 11 spesies. Menurut Umar (2013) suatu komunitas
memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh
banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hamper sama. Sebaliknya jika
spesies disuatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies
yang dominan pada kounitas tersebut maka keanekaragaman spesiesnya rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh sehingga didapat nila grafik Kerapatan total
pohon di setiap tapak (Gambar 3.2). Pada tapak 3 memiliki kerapatan total yang paling
tinggi dibandingakn dengan kedua tapak yang lain, sedangkan pada tapak satu
kerapatan total pohonya paling rendah dibandingkan dengan kerapatan total pohon pada
kedua tapak yang lainya, pada tapak satu kerapatan total pohonya sebesar 225
pohon/Ha, pada tapak dua kerapatan total pohonya sebesar 316, 67 pohon/Ha dan pada
tapak tiga kerapatan total pohonya sebesar 408, 33 pohon/Ha. Kerapatan suatu spesies
menunjukan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan
menggambarkan banyaknya spesies tersebut pada suatu lokasi. Nilai kerapatan belum
dapat memberikan gambaran tentang pola penyebaran dan distribusi (Arrijani, 2006).
3.1.2 Perbandingan H’ dan Nama Komunitas (Berdasarkan INP) Per Bentuk Hidup di
Setiap Tapak Serta IS Dari Kedua Tapak
Tabel 3.1 Data Nilai Penting dari Tiga Tapak
Nilai Penting
Bentuk Nama
Tapak Nama INP Nama INP
Hidup Komunitas
Spesies 1 (%) Spesies 2 (%)
Gmelina Toona Gmelina-
Pohon arborea 152,6% sinensis 122,7% Toona
Penamaan komunitas per bentuk hidup dapat ditentukan berdasarkan dua nilai
tertinggi indeks nilai penting tumbuhan herba pada suatu habitat menunjukkan karakteristik
suatu komunitas herba, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penamaan vegetasi di
suatu habitat (Abdiyani, 2008). Sehingga berdasarkan tabel (1), didapat nama komunitas pada
tapak 1 untuk bentuk hidup pohon adalah Gmelina-Toona, untuk perdu adalah Bidens-
Stachytarpeta dan herba adalah Paspalum-Centrosema. Nama komunitas yang terdapat pada
tapak 2, untuk bentuk hidup pohon adalah Swietenia-Aleurites, untuk perdu adalah Mimosa-
capsicum dan herba adalah Asystacia-paspalum. Kemudian nama komunitas yang terdapat
pada tapak 3, untuk bentuk hidup pohon adalah Antidesma-Swietenia, untuk perdu adalah
Urena-Stachytarpeta dan herba adalah Paspalum-Centrosema.
Gambar 3.1 Grafik frekuensi semai, pancang dan tiang tapak hutan Gmelina arborea
Pada tapak hutan Gmelina arborea (gambar 3.1), vegetasi pancang didominasi oleh
Gmenina arborea, vegetasi tiang didominasi oleh Gmelina arborea dan tidak ada vegetasi
semai.
Gambar 3.2 Grafik frekuensi semai, pancang dan tiang tapak hutan belakang sekretariat HMH ‘Selva’
Pada tapak hutan belakang sekretariat HMH ‘Selva’ (gambar 3.2), vegetasi semai
didominasi oleh Antidesma bunius dan Artocarpus altilis, vegetasi tiang didominasi oleh
Swietenia macrophylla dan tidak ada vegetasi pancang.
Gambar 3.3 Grafik frekuensi semai, pancang dan tiang tapak hutan campuran
Pada tapak hutan campuran (gambar 3.3), vegetasi semai didominasi oleh Swietenia
macrophylla, vegetasi tiang didominasi oleh Antidesma bunius dan Swietenia macrophylla
serta tidak adanya vegetasi pancang.
Regenerasi adalah sebuah peristiwa yang terjadi di alam dimana pohon yang masih
muda akan menggantikan pohon yang sudah dewasa dikarenakan beberapa alasan, seperti
karena penebangan, kebakaran, tumbang atau mati secara fisiologis (Samsoedin, 2010).
Terdapatnya semai di masing – masing tapak dapat menjadi salah satu indikator yang
menjelaskan bahwa pohon induk sudah pernah berbuah dan menghasilkan benih yang viable.
Selain itu, keberadaan semai juga berperan untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam bentuk
anakan alam, terutama pada saat tidak terjadi musim berbuah (Atmoko, 2011). Penggambaran
proses regenerasi hutan yang ideal ditandai dengan gambar grafik yang membentuk huruf ‘J’
terbalik (Sidiyasa, 2009) tidak terjadi pada ketiga tapak. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari
ketiga tapak tidak ada yang memiliki regenerasi yang ideal. Namun tapak hutan belakang
sekretariat HMH ‘Selva’ dan hutan campuran memiliki regenerasi yang lebih baik dari tapak
hutan Gmelina arborea karena pada kedua tapak tersebut terdapat permudaan dalam jumlah
yang cukup banyak. Dari ketiga grafik di atas dapat diprediksi bahwa tapak hutan Gmelina
arborea akan didominasi oleh vegetasi Gmelina arborea, tapak hutan belakang sekretariat
HMH ‘Selva’akan didominasi oleh Antidesma bunius dan Artocarpus altilis dan pada tapak
hutan campuran akan didominasi oleh Swietenia macrophylla.
Analisis vegetasi yang dillihat secara struktur vertikal dan horizontal dapat
menggunakan metode diagram profil. Struktur vertikal digunakan untuk melihat komposisi
tegakan yang ada dalam plot pengamatan. Sedangkan struktur horizontal digunakan untuk
melihat penutupan kanopi dari setiap individu yang ada dalam plot pengamatan (Irwanto,
2014). Dalam praktikum ini, diagram profil pohon digunakan untuk melihat klasifikasi
tumbuhan berdasarkan ketinggian.
Pada tapak satu, vegetasi yang didapati adalah pohon Swietenia macrophylla dan
Delonix regia. Pada tapak ini memiliki vegetasi yang di dominasi mahoni, tapak terletak di
belakang sekretariat Selva. Pada tapak dua, terdapat pohon Eucalypyus deglupta, Swietenia
macrophylla dan Antidesma bunius, tapak ini terletak di hutan campuran. Pada tapak tiga,
terdapat pohon Toona sureni dan Gmelina arborea, terletak di tegakan Gmelina sehingga
tapak ini di dominasi oleh pohon Gmelina. Menurut Richard (1954) pohon yang berada di
stratum B memiliki tajuk yang kontinyu, batang memiliki banyak cabang, tinggi bebas
cabang tidak terlalu tinggi dan dapat bertahan hidup di bawah naungan. Lalu stratum C
memiliki tajuk yang kontinu, pohon rendah, dan memiliki cabang yang tersusun rapat. Sesuai
dengan teori, diagram profil ketiga tapak ini memiliki stratifikasi pohon pada stratum B dan
C, lalu memiliki tajuk yang kontinyu dengan tinggi bebas cabang yang tidak terlalu tinggi.
Dari hasil didapatkan bahwa pohon di ketiga tapak ini merupakan pohon masa depan
yang dapat dilihat dari potensi tegakan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang di masa yang akan datang, lalu memiliki tajuk yang masih mampu berkembang
lebih lebar dan memiliki tinggi pohon yang cenderung sama. Pembeda dari ketiga tapak ini
adalah variasi pohon dan dominasi pohon pada tiap tapak. Lalu, kerapatan pohon jika di
urutkan dari yang terbesar adalah tapak 2 yaitu hutan campuran, tapak 3 yaitu tegakan
Gmelina lalu tapak 1 tegakan mahoni. Kerapatan yang tinggi membuat kompetisi vegetasi
untuk tumbuh menjadi lebih tinggi juga. Selanjutnya menurut Indriyanto (2006) bahwa jarak
antar tumbuhan merupakan hal yang sangat penting dalam persaingan. Persaingan yang
paling keras itu terjadi antar tetumbuhan yang berspesies sama, sehingga tegakan besar dari
spesies tunggal sangat jarang ditemukan.
Daerah yang tertutup kanopi terlindungi dari kekeringan, karena kondisi tanah
terlindungi oleh suhu yang rendah dan tingginya kelembaban yang dihasilkan oleh kanopi
yang tebal, selain itu terlindungi dari air hujan secara langsung sehingga kandungan
hara tanah tidak tersapu dan tetap terjaga. Proyeksi kanopi pada ketiga tapak kontinyu dan
saling tumpang tindih. Akan tetapi tapak satu memiliki kanopi yang tidak terlalu tumpang
tindih, dalam hal ini kerapatan pohon sangat mempengaruhi ruang tumbuh kanopi. Karena
kerapatan pohon yang tinggi pada tapak dua dan tapak tiga membuat proyeksi kanopi
tumpang tindih. Selain kerapatan pohon, tinggi pohon juga berpengaruh terhadap susunan
kanopi hutan. Pohon yang tinggi memiliki ruang tumbuh kanopi yang lebih luas dan leluasa
mendapatkan sinar matahari dari atas maupun samping.
3.2.2 Kaitan struktur fisiognomi hutan dengan faktor lingkungan dan komunitas
tumbuhan bawah
Berdasarkan hasil pengamatan, tapak dengan komunitas tumbuhan bawah terbesar
terdapat di tapak Gmelina arborea. Sedangkan tapak dengan kerimbunan maupun kerapatan
tertinggi berdasarkan hasil sketsa tutupan kanopi dan diagram profil terdapat pada Hutan
Campuran.
Menurut Webb dan Tracey (1994) dalam Kartawinata (2013), fisiognomi hutan
dicerminkan oleh wujud vegetasi serta interaksi antara tumbuhan, hewan, dan lingkungan
yang dihuninya. Sehingga dapat disimpulkan, keseluruhan faktor lingkungan yang diukur
berpengaruh pada struktur pepohonan yang berada di ketiga tapak serta membedakan
ketiganya. Dalam pengamatan ini, misalnya, dengan banyaknya vegetasi pada tapak Hutan
Campuran dibandingkan dua tapak lainnya, maka terdapat lebih banyak interaksi di
dalamnya, baik itu antar pohon maupun antara pohon dan tumbuhan bawah. Namun
demikian, perbedaan antar tapak tidak begitu kentara.
BAB IV
KESIMPULAN
Total spesises yang ditemukan perbentuk hidup pada setiap tapak memiliki
perbedaan, pada bentuk hidup pohon pada tapak tiga memiliki total spesies yang lebih banyak
sejumlah 13 spesies dibandingkan dengan 2 tapak yang lainya yang hanya memiliki 3 spesies
pohon. Pada bentuk hidup herba jumlah spesies antar tapak cenderung sama yaitu pada tapak
satu sebanyak 5 spesies, pada tapak 2 sebanyak 4 spesies, dan pada tapak tiga sebanyak 5
spesies. Dan pada bentuk hidup herba pada tapak satu memiliki jumlah spesies yang paling
banyak dibandingkan dengan kedua tapak yang lain, pada tapak satu ada sebanyak 19 spesies
pada tapak dua sebanyak 16 spesies dan pada tapak tiga sebanyak 11 spesies.
Kerapatan pohon pada ketiga tapak memiliki nilai yang berbeda, kerapatan total
pohon pada tapak tingga memiliki nilai yang paling tinggi yaitu 408, 33 pohon/Ha. Pada
tapak satu yang memiliki nilai kerapatan pohon total paling kecil dibandingkan dengan kedua
tapak yang lainya dengan nilai kerapatan total pohon sebesar 225 pohon/Ha. Dan pada tapak
dua kerapatan total pohonya sebesar 316, 67 pohon/Ha.
Nama komunitas pada tapak 1 untuk bentuk hidup pohon adalah Gmelina-Toona,
untuk perdu adalah Bidens-Stachytarpeta dan herba adalah Paspalum-Centrosema. Nama
komunitas yang terdapat pada tapak 2, untuk bentuk hidup pohon adalah Swietenia-Aleurites,
untuk perdu adalah Mimosa-capsicum dan herba adalah Asystacia-paspalum. Kemudian
nama komunitas yang terdapat pada tapak 3, untuk bentuk hidup pohon adalah Antidesma-
Swietenia, untuk perdu adalah Urena-Stachytarpeta dan herba adalah Paspalum-Centrosema.
Indeks keanekaragaman pada tapak 1 untuk habitus pohon, pancang, perdu dan herba,
masing-masing adalah 0,823; 0; 1,086 dan 2,227. Pada tapak 2 untuk habitus pohon, semai,
perdu dan herba, masing-masing adalah 0,326; 0,693; 1,031 dan 1,728. Pada tapak 3 untuk
habitus pohon, semai, perdu dan herba, masing-masing adalah 1,568; 0,363; 1,295 dan 1,781.
Indeks kesamaan antara tapak 1 dan tapak 2 untuk bentuk hidup pohon sebesar 33%,
perdu sebesar 0% dan herba sebesar 34%. Indeks kesamaan antara tapak 2 dan tapak 3 untuk
bentuk hidup pohon sebesar 0%, perdu sebesar 0% dan herba sebesar 37%. Indeks kesamaan
antara tapak 1 dan tapak 2 untuk bentuk hidup pohon sebesar 15%, perdu sebesar 20% dan
herba sebesar 27%.
Pada tapak hutan Gmelina arborea, vegetasi pancang didominasi oleh Gmenina
arborea, vegetasi tiang didominasi oleh Toona sinensis dan tidak ada vegetasi semai. Pada
tapak hutan belakang sekretariat HMH ‘Selva’, vegetasi semai didominasi oleh Antidesma
bunius dan Artocarpus altilis, vegetasi tiang didominasi oleh Swietenia macrophylla dan
tidak ada vegetasi pancang. Pada tapak hutan campuran, vegetasi semai didominasi oleh
Swietenia macrophylla, vegetasi tiang didominasi oleh Antidesma bunius dan Swietenia
macrophylla serta tidak adanya vegetasi pancang.
Diagram profil pohon pada ketiga tapak memiliki variasi vegetasi yang berbeda –
beda. Stratifikasi pohon pada ketiga tapak termasuk ke dalam stratum B dan C. Diagram
proyeksi kanopi seluruh tapak kontinyu dan memiliki tinggi bebas cabang yang tidak terlalu
tinggi. Tapak satu memiliki tajuk kanopi yang tidak terlalu tumpang tindih karena kerapatan
pohon kecil pada tapak tersebut.
Odum, E.P. (1996). Dasar-dasar ekologi (T. Samingan, Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Onrizal & C. Kusmana. 2008. Studi Ekologi Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera
Utara. Biodiversitas 9 (1): 25-29.
Richard, L.A. 1954. Diagnosis and Improvement of Saline and Alkali Soils. Department of
Agriculture Handbook, Vol 60, Washington DC, USA.
Sadono, R dkk. 2010. Penentuan Tingkat Kompetisi Tajuk Tegakan Jati Hasil Uji Keturunan
Umur 11 Tahun Di KPH Ngawi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Samsoedin. 2010. “Struktur dan Komposisi Jenis Tumbuhan Hutan Pamah di Kawasan Hutan
dengan Tujuan Khusus (Khdtk) Carita, Provinsi Banten”. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam, VII (2), p. 139 – 148.
Sidiyasa. 2009. “Struktur dan komposisi tegakan serta keanekaragamannya di hutan lindung
Sungai Wain, Balikpapan, Kalimantan Timur”. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, VI(1), 79-93.
Terborgh, J. 1992. Diversity and The Tropical Rain Forest. New York. Scientific American
Library.
Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Webb, L.J.; Tracey, J.G.; Williams, T. 1994. “The value of structural features in tropical
forest typology”. Austral Ecology Volume 1 Issue 1.
LAMPIRAN
Intensitas
Ulangan Suhu Udara Kelembaban Kelemb
Kelompok Cahaya pH Tanah
ke- (ͦC) Udara (%) Tanah
(Lux)
1 1393 26 81 6.2 50
5
2 1351 28 85 6.2 59
1 689 28 79 6,8 55
6
2 557 27 71 6,6 65
1 tertutup, dominasi
7 44.02 55.97
2 eucalyptus,
0,533
1 tapak tertutup, tajuk
9 39,96 60,04 tapat, dominasi
2 0.49538 Antdeesma bunius
Tabel 4. Data Pohon di Tapak 1
Jumlah Individu per plot Jumlah
NO NAMA SPESIES
1 2 3 Total
Gmelina arborea
1 (pohon) 3 11 14
2 Toona sinensis 6 6 12
3 Melia azedarach 1 1
Total 27
1 Bidens 37 15 2. 55 6.2%
pilosa .5 5
4 Mimosa 2. 1 2. 20 2.3%
pudica 5 5 5
6 Hyptis 2. 2. 5 0.6%
capitata 5 5
7 Mikania 2. 2. 2. 15 1 2. 40 4.5%
micrantha 5 5 5 5 5
9 Thunbergia 15 15 1.7%
alata
10 Paspalum 15 15 1.7%
sp.
12 Erigeron 25 25 2.8%
sumatraensis
16 Cynodon 15 15 1.7%
dactylon
17 Pseudelepan 15 15 1.7%
thopus
spicatus
18 sp 4 37 15 62 115 13.0
angkatan .5 .5 %
19 sp 2 37 37. 4.2%
angkatan .5 5
4 Cyperus 15 2. 2. 20 2.0%
killingia 5 5
8 Colocassia 2. 2. 2. 2. 10 1.0%
gigantea 5 5 5 5
11 Dieffenbachi 1 15 2.14
a seguine 5 %