Abstract
Abstrak
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam seperti flora dan fauna
dengan ekosistem yang sangat melimpah dikarenakan Indonesia berada di garis katulistiwa
dan memiliki iklim tropis. Kekayaan melimpah diIndonesia tidak lepas dengan keadaan
geografis yang memiliki beberapa gunung-gunung aktif di setiap pulaunya. Gunung-gunung
aktif ini dapat berdampak positif pada kesuburan tanah karena mengandung unsur hara,
sehingga menyebabkan flora yang tumbuh subur.
Gunung Galunggung merupakan salah satu gunung api yang berstatus aktif sampai
sekarang dengan kubah berbentuk strato dan dalam sejarahnya telah empat kali meletus yaitu
pada tahun 1822, 1894, 1918 dan 1982 (Katili, J.A. dan Sudrajat, A., 1983). Letusan gunung
galunggung mengakibatkan rusaknya seluruh ekosistem termasuk vegetasi yang ada, namun
setelah 35 tahun gunung galunggung meletus vegetasi baru akan terbentuk akibat peran
tumbuhan tingkat rendah yaitu lumut, lichen, dan paku yang akan mengubah lingkungannya,
seperti kondisi tanah dan faktor-faktor lain untuk tumbuhan lain dapat tumbuh dengan baik,
peristiwa tersebut disebut suksesi.
Suksesi merupakan aspek penting dalam bidang ekologi dan restorasi (Raeval et al.
2012). Pemulihan kondisi tanah dan vegetasi bisa membutuhkan waktu lebih dari 2000 tahun
tergantung pada kondisi formasi tanah, proses pemulihan vegetasi, dan tingkat kolonisasinya
(Grishin et al. 1996). Namun, pemulihan kondisi tanah dan vegetasi di gunung galungungung
tidak memerlukan waktu selama 2000 tahun, yang bisa terlihat pada saat penelitian sudah
banyak ditemukan berbagai jenis tumbuhan yang dapat hidup pada bukit dan kawah gunung
galunggung. Suksesi vegetasi dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan, termasuk kondisi-
kondisi edafik, pola iklim dan ketersediaan air, interaksi antara faktor-faktor biotik dengan
abiotik, pola persebaran spesies,serta dinamika habitat (Raevel et al. 2012). Faktor-faktor
lingkungan ini saling berkaitan dan dalam banyak hal terjadi secara kombinasi atau saling
bergantung dan akhirnya mempengaruhi komposisi dan pola keanekaragaman vegetasi
(Ozinga et al.2005; del Moral et al. 2010).
Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kolonisasi tumbuhan yang
berada pada bukit dan kawah gunung galunggung setelah 35 tahun letusan gunung
galunggung.
.
2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendeskripsikan
tentang keanekaragaman dan pola persebaran jenis tumbuhan gymnospermae di Cagar Alam
Batukahu, Kebun Raya Bali. Penentuan lokasi penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu berdasarkan keberadaan tumbuhan gymnospermae yang dianggap mewakili
tempat tersebut. Penelitian dilakukan dengan pengamatan secara langsung menggunakan
metode Belt Transek. Menurut Fachrul (2007) Belt Transek adalah jalur sempit melintang
pada lahan yang akan dipelajari atau diselidiki.
Metode yang digunakan agar pengambilan sampel dapat merata adalah dengan
menentukan satu titik transek menggunakan patok. Belt transek dibentangkan secara
horizontal dari daerah penelitian dengan tempat tertentu yang dipilih secara acak, kemudian
dibagi menjadi 10 titik pengamatan dengan ukuran 20 m/titik pengamatan. Pada masing-
masing titik pengamatan disepanjang garis transek dibuat polt ukuran 10 x 10 m (fase pohon);
5 x 5 m (fase pancang); 2 x 2 m (fase semai) (Gambar 3.2). Pengamatan vegetasi pada tingkat
pohon dan pancang meliputi identifikasi jenis, jumlah individu, tinggi, dan diameter,
sedangkan pada tingkat semai pengamatan hanya meliputi indentifikasi jenis dan jumlah
individu.
Kusuma (1995) mengungkapkan, secara ekologis cukup penting untuk membedakan
tumbuhan ke dalam stadium pertumbuhan. Untuk keperluan kriteria ini yang dapat digunakan
adalah : Tingkat semai (seedling), yaitu tumbuhan yang mulai berkecambah dengan tingginya
kurang dari 20 cm. Tingkat pancang (sapling), yaitu tumbuhan yang tingginya kurang dari 1,5
meter dengan diameter kurang dari 10 cm. Tingkat pohon (trees), yaitu tumbuhan yang
tingginya lebih dari 1,5 meter dengan diameter lebih dari 10 cm.
Pengumpulan data ini dilakukan secara langsung yaitu dengan cara menghitung
anggota tumbuhan gymnospermae yang ada dalam plot kemudian di masukkan dalam tabel
perekam data dan dicatat juga deskripsi setiap tumbuhan gymnospermae.
2. Data Sekunder : Data yang diperoleh secara tidak langsung dari Cagar Alam
Batukahu, Kebun Raya Bali.
H‘ = − ∑ pi In pi
𝑖=1
Keterangan :
Gunung Galunggung adalah gunung berapi yang berstatus aktif sampai sekarang yang
telah mengalami letusan terakhir pada tahun 1982. Akibat letusan Gunung Galunggung
mengakibatkan seluruh vegetasi yang ada rusak. Namun, pada saat penelitian setelah 35
tahun Gunung Galunggung meletus sudah terdapat vegetasi yang baru. Vegetasi yang baru
ini, tumbuh dikarenakan peran dari tumbuhan tingkat rendah yaitu lumut, lichen, dan paku
(nama nama nya cari di excel) yang akan mengubah kondisi tanah dan faktor untuk tumbuhan
tumbuh seperti pH tanah (data sekunder dari karin) dari letusan gunung galunggung yang
awalnya tanah tersebut sulit untuk tempat tumbuhan untuk tumbuh, selain tumbuhan tingkat
rendah.
Pada saat penelitian di daerah kawah dan di lereng Gunung Galunggung ditemukan tumbuhan
antara lain, tumbuhan paku : tumbuhan berbiji : (liat nama di excel).
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel dominansi tumbuhan yang terdapat pada
kawah dan lereng gunung galunggung adalah......dan INP yang paling tinggi adalah... maka
tumbuhan..... adalah tumbuhan yang memiliki koloni terbesar di kawasan gunung
galunggung, dan juga merupakan tanaman yang terpenting dalam terbentuknya vegetasi baru
setelah 35 tahun Gunung Galunggung meletus. Tumbuhan.... mendominasi kawasan gunung
galunggung dikarenakan tumbuhan.... cocok dengan ph (liat data sekunder karin). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tumbuhan tingkat rendah sudah berperan dengan baik dalam
menjalankan tugasnya untuk menjadi tumbuhan pionir yang akan mengakibatkan tumbuhan
berbiji dapat tumbuh.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA