Anda di halaman 1dari 6

BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.4, No.

2, Desember 2019 e-ISSN: 2549-0486

Analisis Vegetasi Gunung Merapi Menggunakan Quadrat Sampling


Techniques

Ni Kadek Sri Ayu Wijayani1), Yulia Nurvita1), Lestari Widyaningsih1), Vania Diah Salsabila
Kusumadyanta1), Ismi Nur Fajriyati A1), Aulia Eka Rahayu1)
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Yogyakarta,
Jl. Colombo No.1, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55288 Indonesia
e-mail: ayuwijayani85@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi dan dominansi pada areal penelitian di kawasan
Gunung Merapi menggunakan teknik quadrat sampling setelah terjadi suksesi pasca 9 tahun erupsi. Data klimatik dan
edafik yang diukur antara lain, suhu udara; suhu tanah; kelembaban udara; pH tanah di daerah Kinahrejo, Umbulharjo,
Cangkringan, Sleman. Penelitian ini menggunakan 2 area plot yaitu plot 1 ( bantaran sungai bekas aliran lahar dingin),
plot 2 (sungai bekas aliran lahar dingin). Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh tumbuhan dari 25 famili dan terdapat 36 spesies yang terbagi dalam 4 habitus. Vegetasi ha-
bitus Lichen, Parmelia saxalitas yang memiliki rerata INP tertinggi dengan jumlah 154,9509% yang ada di plot 2,
Habitus herba dengan indeks nilai tertinggi adalah Cynodon dactylon 158,5050%. Indeks nilai penting tertinggi ha-
bitus semak adalah tumbuhan kelas Poaceae 64,6450 % pada plot 1, berjumlah 6 koloni. Indeks penting tertinggi ha-
bitus tegakan yaitu Tamarindus indica 124,3808 % yang berada di plot 1.

Kata kunci—Dominansi, Keanekaragaman, Merapi, Quadrat Sampling Techniques, Vegetasi.

Abstract
This research aims to determine the diversity of vegetation and dominance in the research area in the Mount Merapi
area using a quadrat sampling technique after a succession after 9 years of eruption. Climatic and edaphic data
measured include air temperature; soil temperature; humidity; Soil pH in the area of Kinahrejo, Umbulharjo,
Cangkringan, Sleman. This research uses 2 plot areas, namely plot 1 (riverbanks of cold lava flow), plot 2 (river of
cold lava flow). The data analysis technique used is descriptive analysis. Based on the research results obtained by
plants from 25 families and there are 36 species that are divided into 4 habitus. Lichen habitus vegetation, Parmelia
saxalitas which had the highest INP rate with 154.9509% in plot 2, herbaceous herbals with value index the highest
is Cynodon dactylon 158.5050%. The highest importance index of shrub habitus was 64,6450% Poaceae grade plants
in plot 1, totaling 6 colonies. The highest important index of stand habitus is Tamarindus indica 124.3808% which is
in plot 1.

Keywords: Domination, Diversity, Merapi, Quadrat Sampling Techniques, Vegetation.

I. PENDAHULUAN vegetasi yang tinggi dapat menunjukkan domi-


Menurut Maharadatunkamsi, et al., (2016) nasi atau penguasaan spesies di suatu area yang
menyatakan Indonesia yang terletak di daerah artinya spesies tersebut memiliki peran dalam
tropis sebagai salah satu negara yang memiliki mengontrol area tersebut (Brewer, 1994).
mega biodiversitas berupa keanekaragaman jenis Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 menun-
tumbuhan dan hewan yang sangat tinggi. Kawa- jukkan bahwa erupsi telah menyebabkan kerusa-
san gunung umumnya menunjukkan tingkat ke- kan yang sangat parah. Gangguan vulkanik seper-
anekaragaman vegetasi yang tinggi. Kerapatan ti terjangan awan panas pada erupsi Gunung Me-

61
Biosfer, J.Bio & Pend.Bio. Vol. , No. , Desember 2019 ISSN:xxxx xxxx

rapi tahun 2010 telah mengakibatkan kebakaran areal paling representatif, alat pengukuran; doku-
hutan dan membentuk lahan terbuka. Lahan ter- mentasi; dan tulis, menentukan luas minimum
buka tersebut kemudian menjadi tempat terjadi- plot meliputi: membuat plot sebesar 2x2 meter
nya suksesi primer yang merupakan bagian pro- pada areal yang dianggap paling representatif dan
ses ekologi gunung berapi aktif (Steenis,2006). memulai identifikasi dan diteruskan hingga jum-
Lereng selatan Gunung Merapi yang sebelumnya lah komulatif spesies tidak mengalami pertum-
berubah menjadi lahan terbuka akibat terjangan buhan.
awan panas akan ditumbuhi vegetasi hasil suksesi Pasca penentuan luas minimum plot:
primer dan atau suksesi sekunder. Perubahan je- membuat grafik luas minimum plot, menentukan
nis vegetasi saat suksesi terjadi secara berangsur- luas minimum plot yang akan dibuat kembali
angsur dan melalui beberapa tahap dari ko- untuk menentukan jumlah minimum plot meli-
munitas tumbuhan sederhana sampai klimaks puti: membuat plot sebesar hasil dari perhitungan
(Mukhtar, 2012). Vegetasi tersebut akan grafik luas minimum plot yaitu 7x7 meter secara
menginvasi lokasi yang sebelumnya terdampak acak namun masih dalam area studi, penentuan
erupsi untuk selanjutnya bisa ditumbuhi oleh je- plot selalu dimulai dari yang paling representatif
nis vegetasi yang lain (Indriyanto, 2006). Vege- hingga jumlah komulatif spesies yang teriden-
tasi yang dapat menunjukkan dominansi atau pe- tifikasi tidak bertambah lagi.
nguasaan spesies di suatu area dapat dikatakan Pasca penentuan jumlah minimum plot:
memiliki peran dalam mengontrol area tersebut. membuat grafik jumlah minimum plot, menen-
tukan jumlah minimum plot sesuai perhitungan
II. METODE PENELITIAN grafik yaitu 2 plot, membuat plot dengan luas
Teknik sampling quadrat adalah sebuah tek- minimum plot yang telah ditentukan yaitu 7x7
nik pendataan vegetasi menggunakan petak deng- meter berjumlah 2 plot, melakukan identifikasi
an ukuran dan jumlah tertentu. Penggunaan petak pada setiap plot
tunggal menunjukkan komunitas vegetasi dengan Analisis data: pengambilan sampel, identifi-
sifat homogen. Kusmana C. (1997) mengung- kasi, inventarisasi, pengukuran klimatik dan eda-
kapkan petak contoh dapat ditentukan secara acak fik, dan penentuan koordinat pada setiap plot. Se-
atau beraturan sesuai dengan prinsip teknik sam- mua data yang telah diperoleh dikumpulkan se-
pling. Sungai bekas aliran lahar dingin kemung- cara sistematis dan disajikan secara informatif.
kinan mengalami suksesi primer, hal ini ditunju-
kan dengan banyaknya material erupsi Gunung III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Indeks Nilai Penting Tertinggi dan Terendah Habitus di
Merapi. Stasiun 4
Penelitian dilakukan pada hari Jumat,11 Habitus Indeks Nilai Penting Indeks Nilai Penting
Oktober 2019 hingga 22 November 2019. Daerah Tertinggi Terendah
Nama Presentas Nama Presentas
pengamatan analisis vegetasi dilakukan di daerah tumbuhan e tumbuhan e
Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan,Sleman de- Lichen Parmelia 154,95% Salix alba 48,73%
ngan titik koordinat plot 1 S07°34’54,4” E110°26 saxalitas L.
Herba Cynodon 158,51% Sorgum 21,83%
’40,1” dan plot 2 S07°34’54,8” E110°26’40,6”. dactylon halepense
Alat yang digunakan pada penelitian ini ya- Semak kelas 64,65% Agrimoni 5,23%
Poaceae a
itu: patok, tali raffia, meteran Panjang, gunting, eupatoria
kertas label, alat tulis, alat dokumentasi, L.
hygrometer, thermometer udara, anemometer, Tegaka Tamarindu 124,38% Psidum 33,69%
n s indica guajava
soil tester, dan luxmeter. Semua Agrimonia 3,4174% Kelas 37,3786
Tahap persiapan: menentukan area studi dan vegetasi eupatoria Poaceae %
menentukan batas-batasnya, menentukan areal L.
yang paling representatif (dalam satu plot ter- Observasi di lereng selatan gunung merapi
dapat banyak jenis tumbuhan), alat dan organisasi didapat data bahwa vegetasinya masih sangat
team, penstratifikasian dan penarikan contoh ser- beragam. Vegetasi yang ditemukan sebanyak 25
ta penyiapan rencana kerja disertai peta kerja. famili dari 36 spesies yang terbagi menjadi 4
Pada tahap ini dilakukan kegiatan: menentukan habitus yaitu lichen, herba, semak dan tegakan.
Tumbuhan yang ditemukan termasuk dalam

62
Biosfer, J.Bio & Pend.Bio. Vol. , No. , Desember 2019 ISSN:xxxx xxxx

famili Acanthaceae, Amaranthaceae, Apocyna- A. Habitus Lichen


ceae, Asteraceae, Cannabaceae, Caprifoliaceae, 200,00%
Chyatheaceae, Cornaceae, Cyperaceae, Denns- 150,00%

INP
taedtiaceae, Dicranaceae, Dryopteridaceae, Fa- 100,00%
50,00%
baceae, Melastomataceae, Myrtaceae, Oxalida-
0,00%
ceae, Parmeliaceae, Phytollaccaceae, Poaceae, Salix alba L. Parmelia
Polygonaceae, Ranunculaceae, Rosaceae, Sali- saxalitas
caceae, Smilacaceae, VerbenaceaeAcanthaceae, Habitus Lichen
Amaranthaceae, Apocynaceae, Asteraceae, Can-
nabaceae, Caprifoliaceae, Chyatheaceae, Cor- Gambar 1. Diagram INP tertinggi dan terendah Habitus Lichen.
naceae, Cyperaceae, Dennstaedtiaceae, Dicra-
naceae, Dryopteridaceae, Fabaceae, Melasto- Gambar 1 menunjukkan perbedaan INP
mataceae, Myrtaceae, Oxalidaceae, Parmelia- vegetasi pada habitus lichen. P. saxalitas meru-
ceae, Phytollaccaceae, Poaceae, Polygonaceae, pakan spesies dari habitus lichen dengan indeks
Ranunculaceae, Rosaceae, Salicaceae, Smilaca- nilai penting tertinggi 154,9509% yang berada
ceae, Verbenaceae. Tumbuhan pada habitus li- pada plot 2. Memiliki morfologi bentuk talus me-
chen ditemukan sebanyak 3 spesies dengan jum- manjang, pipih, berwarna cokelat hingga kehi-
lah 28 koloni, tumbuhan pada habitus herba dite- taman pada lingkar terdalam, pada lingkar terluar
mukan 5 spesies dengan jumlah 59 individu dan berwarna putih, ujung talus bertekstur sangat
atau koloni, tumbuhan pada habitus semak dite- kering, dan biasa ditemukan pada batu-batu be-
mukan paling banyak yaitu dengan 23 spesies se- sar. Sedangkan S. alba L., memiliki indeks nilai
jumlah 119 individu dan atau koloni, dan tum- penting terendah 48,7333% berada pada plot 1
buhan pada habitus tegakan sebanyak 4 spesies dengan morfologi talus memanjang, seperti ber-
sejumlah 12 individu. Tumbuhan pada habitus li- cabang, berwarna hijau dan ditemukan pada
chen yang jumlahnya paling banyak ditemukan tanah yang tidak terpapar matahari, menempel di
yaitu Parmalia saxalitas, tumbuhan yang jumlah- bagian tanah dekat akar tumbuhan lainnya.
nya paling banyak ditemukan pada habitus herba Perbedaan indeks nilai penting ini dapat
yaitu spesies Cynodon dactylon, tumbuhan pada disebabkan karena stasiun yang digunakan untuk
habitus semak yang jumlahnya ditemukan paling penelitian terdiri dari dua lokasi dengan
banyak yaitu tumbuhan Pteridium aquilinum, dan karakterisitik berbeda, yaitu dataran dan bekas
tumbuhan habitus tegakan yang jumlahnya paling sungai yang pernah dialiri lahar dingin letusan
banyak ditemukan dari spesies Anaphalis java- gunung Merapi. Plot 1 berada pada bagian
nica. Data di analisis dari Indeks Nilai Penting dataran dan plot 2 pada bagian bekas sungai. S.
(INP) tertinggi dan terendah dari setiap habitus. alba L. memiliki indeks nilai penting terendah
Habitus lichen, INP tertinggi Parmelia saxalitas untuk habitus herba, karena pada plot 1 hanya
dan INP terendah Salix alba L., habitus herba, ditemukan pada bagian yang berbentuk seperti
INP tertinggi Cynodon dactylon dan INP teren- lereng dan ditutupi banyak tumbuhan. Tumbuhan
dah Sorgum halepense, tumbuhan habitus semak, ini dapat bertahan pada substrat yang tidak
INP tertinggi kelas Poaceae dan INP terendah terpapar matahari secara langsung, sedangkan
Agrimonia eupatoria L. Terakhir tumbuhan ha- pada plot 1 lebih banyak bagian yang cukup
bitus tegakan dengan INP tertinggi Tamarindus terkena paparan sinar matahari. Sehingga kondisi
indica dan INP terendah yaitu Psidum guajava. habitat dan faktor intensitas cahaya matahari
yang kurang sesuai, menyebabkan S. alba L.
memiliki indeks nilai penting terendah. P.
saxalitas memiliki indeks nilai penting tertinggi,
karena terdapat kesesuaian habitat pada plot 2
yang berupa batuan. Kondisi klimatik berupa
intensitas cahaya dan kecepatan angin rupanya
mampu menopang keberlangsungan hidup yang
ditemukan.

63
Biosfer, J.Bio & Pend.Bio. Vol. , No. , Desember 2019 ISSN:xxxx xxxx

B. Habitus Herba
Habitus Semak
200,00%
150,00% 80,0000%
100,00%
60,0000%
INP

50,00%
0,00%
40,0000%
Cynodon Sorgum
dactylon halepense 20,0000%
Habitus Herba
0,0000%
Gambar 2. Diagram INP tertinggi dan terendah Habitus Herba. kelas poaceae Agrimonia eupatoria L.
Gambar 2 menunjukkan perbedaan ting- Gambar 3. Diagram INP tertinggi dan terendah Habitus Semak.
kat INP vegetasi pada habitus herba. Spesies dari
habitus herba dengan indeks nilai penting ter- Gambar 3 menunjukkan perbedaan ting-
tinggi adalah C. dactylon 158,5050%. Memiliki kat INP vegetasi habitus semak. INP tertinggi pa-
morfologi helaian daun panjang seperti garis, tepi da habitus semak merupakan tumbuhan kelas
daun kasar, warna hijau muda, batang pipih, Poaceae, yaitu 64,6450%. Tumbuhan ini me-
rongga batang kecil. Batang tumbuhan ini memi- miliki batang beruas dengan bagian dalam
liki rongga untuk menyimpan air yang sangat co- berongga, ruas-ruasnya sering tumbuh akar,
cok tempat hidupnya yang mana ditemukan pada memiliki daun tunggal dengan posisi tersebar
plot 2 yang merupakan daerah sungai bekas aliran berseling, bentuk daun bulat memanjang atau
lahar dingin dan dipenuhi bebatuan. Karateristik lanset/pita dengan tulang daun sejajar. Menurut
batang yang dapat menyimpan air dan membuat Sastrapradja, S (1980) suku rumput-rumputan
dirinya mampu tumbuh dengan sangat baik di- atau Poaceae merupakan salah satu suku
tanah kering nan bebatuan karena dapat menyim- tumbuhan berbunga terpenting, baik dari segi
pan cadangan air dalam batangnya saat menerima botani maupun pertanian,. Tumbuhan ini mem-
banyak air pada musim hujan. punyai ciri tumbuh berumpun dan jarang soliter
Indeks nilai penting terendah S. Hale- (Slamet,J.S, 1994). Poaceae dapat tumbuh baik di
pense 21,8343% yang berada di plot 2, memiliki plot 1 dengan sistem perakaran serabut sehingga
morfologi sistem perakaran serabut muncul di dapat menyebar dengan baik dan menyerap air
bawah node di atas tanah, tulang daun lurus dan lebih mudah dengan keadaan tanah yang tidak
berwarna putih. Selain itu juga memiliki tingkat terlalu kering dan diperkirakan hanya terkena
toleransi yang tinggi terhadap kekeringan awan panas sehingga kondisi tanahnya tidak
(House, 1985). S. halepense memiliki sistem per- begitu kering. Selain itu tumbuhan kelas ini dapat
akaran serabut, menyebabkan kurang berkem- berkembang pada substrat tanah meskipun dalam
bang di plot 2 yang lebih banyak bebatuan. Aki- kondisi kering sekalipun, dengan karakteristik-
bat kondisi tanah yang tidak begitu basah dan nya ini, kondisi tanah area plot 1 yang cukup
teksturnya agak kering, akar tumbuhan menjadi kering tidak menjadi hambatan yang besar bagi
sulit untuk tumbuh menyebar dan menyerap air keberlangsungan hidupnya.
akibat banyaknya bebatuan pada area plot 2, mes- Indeks nilai penting terendah A. Eupa-
kipun S. halepense memiliki tingkat toleransi toria L., yaitu 5,2291% berada pada di plot 1
yang tinggi terhadap kekeringan. dengan morfologi batang lurus, memiliki ram-but
kasar menutupi seluruh tanaman, daunnya
C. Habitus Semak menyirip, di bagian atas berwarna hijau gelap dan
beludru, hijau muda di bawah, ditempatkan ber-
gantian, memiliki bunga berwarna kuning. Tum-
buhan ini sulit tumbuh di lahan yang sangat basah
sedangkan area plot 1 memiliki karakteristik
tanah yang tidak basah justru cukup kering na-
mun rendahnya INP ini dapat terjadi karena
adanya kemampuan adaptasi yang kurang baik

64
Biosfer, J.Bio & Pend.Bio. Vol. , No. , Desember 2019 ISSN:xxxx xxxx

atau adanya persebaran tumbuhan yang tidak jang. Sedangkan P. guajava memiliki ranting
banyak pada area penelitian. yang kecil sehingga mudah rusak oleh tiupan
angin.
D. Habitus Tegakan
Habitus Tegakan
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpul-
150,0000% kan bahwa ditemukan 36 spesies dari 25 famili
yang terbagi kedalam 4 vegetasi. Vegetasi lichen
100,0000% terdapat 3 spesies, dengan P. saxalitas memiliki
INP tertinggi yaitu 154,9509% dan S. alba L.,
50,0000% memiliki INP terendah yaitu 48,7333%. Kemu-
dian pada vegetasi herba terdapat 5 dengan spe-
0,0000% sies C. dactylon memiliki INP tertinggi yaitu
Tamarindus indica Psidum guajava
158,5050% dan S. halepense memiliki INP
Gambar 4. Diagram INP tertinggi dan terendah Habitus Tegakan. terendah, yaitu 21,8343%. Vegetasi semak ter
dapat 24 spesies, yang mana INP tertinggi pada
Gambar 4 menunjukkan perbedaan INP tumbuhan kelas Poaceae yaitu 64,6450% dan INP
yang dimiliki vegetasi habitus tegakan. INP terendah A. eupatoria L. yaitu 5,2291%. Terakhir
tertinggi habitus tegakan merupakan T. indica vegetasi tegakan ditemukan 4 spesies, dimana T.
yaitu 124,3808 % yang berada di plot 1. indica memiliki INP tertinggi, yaitu 124, 3808%,
Tumbuhan ini berwarna hijau sepanjang tahun, sedangkan P. guajava memiliki INP terendah ya-
bagian atas sangat padat daun, banyak batang dan itu 33,6884%.
ranting, daunnya menyebar dengan luas dan
melingkar, kulit batang kasar, bersisik, dan DAFTAR PUSTAKA
berwarna coklat keabuabuan, buahnya silindris Agung, S dan Wiwit. (2011). Hibah Penelitian
sederhana atau melengkung dengan pinggir yang Strategis Nasiona: Kajian Multi Bahaya,
membulat. Daun tumbuhan ini yang tumbuh me- Keren-tanan, Risiko, Desain Tata Ruang
nyebar dan padat membuatnya dapat menerima Kawasan Rawan Bencana Merapi dan Im-
banyak cahaya matahari dan melaksanakan pro- plementasinya dalam Peningkatan Kapa-
ses fotosintesis cukup intens. Hal ini yang me- sitas dan Kesiapsiagaan Masyarakat Terha-
nyebabkan tumbuhan ini banyak ditemukan dan dap Bahaya Gunungapi. Laporan Pene-
memiliki INP tertinggi. litian. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Indeks nilai penting terendah P. guajava Mada.
33,6884% yang berlokasi di plot 1. Tumbuhan ini Brewer. (1994). The Science of Ecology.
memiliki batang berkayu, berwarna cokelat dan Sounders Collage Publishing. P: 41
bercabang, memiliki daun tunggal berbentuk bu- House, L.R. (1985). Guide to sorghum Breeding,
lat telur dengan ujung tumpul, pangkalnya mem- 2nd ed. India: ICRISAT.
bulat dan tepi daun rata berhadapan, tulang daun Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi
menyirip berwarna hijau kekuningan (Parimin, Aksara
2005). Tumbuhan ini ditemukan masih dalam ta- Kusmana, C. (1997). Metode Survey Vegetasi.
hap pertumbuhan awal, kemungkinan yang terja- Bogor: IPB.
di adalah saat erupsi terjadi biji tumbuhan ini Maharadatunkamsi, T. Bagus Putra Prakarsa, dan
mengalami dormansi dalam tanah dan tumbuh se- Kurnianingsih. (2015). Struktur Komunitas
telah beberapa tahun namun persebaran yang Mamalia Di Cagar Alam Leuweung
tidak merata menyebabkan jumlah individu yang Sancang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Zoo
ditemukan tidak banyak. Perbedaan INP ber- Indonesia, 24(1), 51-59.
dasarkan kondisi klimatis yang menunjukkan Mukhtar, A. S., et al. (2012). Keadaan Suksesi
adanya pergerakan angin yang sangat keras pada Tumbuhan pada Kawasan Bekas Tambang
habitus tegakan ini disebabkan karena T. indica Batu Bara di Kalimantan Timur. Jurnal
tumbuh secara lambat, mampu bertahan terhadap Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi.
angin yang kencang, dan berumur sangat pan-

65
Biosfer, J.Bio & Pend.Bio. Vol. , No. , Desember 2019 ISSN:xxxx xxxx

Parimin. (2005). Jambu Biji Budidaya dan Pe- Slamet, J. S. (1994). Keseimbangan Lingku-ngan.
manfaatannya. Jakarta: Penebar swadaya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sastrapradja, Setijati. (1980). Jenis Rumput Da- Steenis, V. 2006. Flora Cetakan Kelima. Jakarta:
taran Rendah. Bogor: Lembaga Biologi Pradya Paramita.
Nasional.

66

Anda mungkin juga menyukai