Topik
Analisis Vegetasi Menggunakan Metode Titik
B. Tujuan
1. Mengetahui jenis tumbuhan herba yang hidup di Savana Bekol Taman Nasional
Baluran Kabupaten Situbondo
2. Mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) setiap jenis tumbuhan pada suatu vegetasi
dengan menggunakan metode Titik di Savana Bekol Nasional Baluran Kabupaten
Situbondo
3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap dominansi tumbuhan yang ada di Savana
Bekol Taman Nasional Baluran Kabupaten Situbondo
C. Dasar Teori
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik sesame individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun organism lainnya, sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis (Martono, 2012).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi
dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan
oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air
tanah dan lain-lain. Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di
antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuhtumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara
horizontal, ini disebut stratifikasi. Metode titik sangat efektif untuk sampling pada
vegetasi yang rendah, rapat, dan membentuk anyaman yang tidak jelas batasnya antara
satu dengan yang lainnya. (Syafei, 1990). Metode titik merupakan variasi dari metode
kuadrat. Metode ini sangat efektif untuk sampling yang memiliki bentuk vegetasi rendah,
rapat, dan membentuk anyaman yang tidak jelas batasnya antara satu dengan lainnya
(Suhadi, 2003).
Rangkaian alat yang biasa digunakan dalam metode ini terbuat dari kawat yang
disusun dari frame diberi lubang dengan jarak lubang yang sama. Lubang tersebut
merupakan jalan vertikal jarum tegak lurus dengan tanah. Frame diletakkan secara acak
pada suatu tegakan. Jarum ditusukkan ke tanah pada tiap lubang, maka tumbuhan yang
pertama kali tertusuk oleh jarum tersebut adalah individu yang menjadi sasaran
percobaan. Kelemahan metode titik adalah tidak dapatnya densitas untuk diukur,
sedangkan frekuensi yang diukur adalah frekuensi cover (Rohman & Sumberartha,
2001).
D. Alat dan Bahan
1. Roll meter
2. Point frame
3. Plastik
4. Lembar data
E. Prosedur Kerja
menentukan komunitas vegetasi yang akan dipakai untuk
pengamatan
5 meter
F. Hasil Pengamatan
G. Analisis Data
Frekuensi =
No
Spesies
Frekuens
i
Dominans
Frekuensi
Dominans
Relatif
i Relatif
RAN
INP
Brachiaria
1 decumbens
Meremmia
0,05
0,005
7,14%
4,55%
11,69
176,6
2 mamossa
Philantus
0,6
0,1
85,71%
90,91%
3 urinaria
Jumlah
0,05
0,7
0,005
0,11
7,14%
100,00%
4,55%
100,00%
11,69
Dari hasil analisis vegetasi menggunakan metode titik pada observasi Savana
Bekol, Taman Nasional Baluran menghasilkan urutan jenis tumbuhan yang mendominasi
pada daerah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Meremmia mamossa, 2. Brachiaria
decumbens, dan 3. Philantus urinaria.
H. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data pada praktikum analisis vegetasi dengan metode
titik ditemukan 3 jenis tumbuhan yaitu Meremmia mammosa, Brachiaria decumbens,
dan Philantus urinaria. Tumbuhan yang mendominasi adalah Merremia mammosa, hal
itu dapat dilihat pada Indeks Nilai Penting (INP) yaitu 176,63. Secara ekologi dapat
dikemukakan bahwa nilai penting (INP) yang diperlihatkan oleh setiap spesies
merupakan indikasi bahwa spesies yang bersangkutan dianggap dominan di tempat
tersebut yaitu mempunyai nilai frekuensi, densitas, dan dominansi lebih tinggi
dibandingkan spesies lain (Rohman & Sumberartha, 2001), oleh karena itu spesies
Meremmia mamossa mendominansi pada Savana Bekol Taman Nasional Baluran. Hal ini
juga dibuktikan bahwa habitat dari spesies Meremmia mamossa yaitu pada hutan dan
hidup dengan baik pada daerah tropis dan panas (Manzi, 2008).
Pada data hasil pengukuran faktor abiotik menunjukkan bahwa suhu udara 36 oC,
kelembaban udara 60%, suhu tanah 32oC, pH tanah 7, dan intensitas cahaya 8. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan yang berada di Savana Bekol Taman Nasional
Baluran termasuk lingkungan yang memiliki suhu panas dan kering.
Lingkungan sangat berperan dalam menyeleksi spesies untuk dapat bertahan pada
suatu habitat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan dominasi setiap spesies yang
berbeda-beda tergantung pada kemampuan spesies untuk hidup pada suatu tempat
terhadap kondisi lingkungan di tempat tersebut (Setiadi, 2005).
I. Kesimpulan
1. Jenis tumbuhan herba yang hidup di Savana Bekol Taman Nasional Baluran
Kabupaten Situbondo adalah Meremmia mammosa, Brachiaria decumbens, dan
Philantus urinaria.
2. Indeks Nilai Penting (INP) setiap jenis tumbuhan di Savana Bekol Nasional
Baluran Kabupaten Situbondo adalah 1. Meremmia mammosa 176,63, 2.
Brachiaria decumbens 11,69, dan 3. Philantus urinaria 11,69.
3. faktor abiotik menunjukkan bahwa suhu udara 36oC, kelembaban udara 60%,
suhu tanah 32oC, pH tanah 7, dan intensitas cahaya 8. Dari data tersebut dapat
Daftar Rujukan
Manzi, R. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak etanol Umbi Bidara Upas (Meremmia
mammosa Chois) sterhadap Staphylococcus aureus dan Escherchia coli serta Brine
Shrimp Lethality Test.Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Martono,
D.
S.
2012.
Agritek.
Analisis
Vegetasi
dan
Asosiasi
antara
Jenis-
Jenis Pohon Utama penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional Gun
uung Rinjani Nusa Tenggara Barat vol 13 (2). (Online),
(http://www.unmermadiun.ac.id/repository_junal_penelitian/Jurnal%20Agritek/Jurnal
%20Agritek%202012/September/3_Djoko%20SM%20hal%2018-27.pdf)
diakses