Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS VEGETASI DAN KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI

EKOSISTEM MANGROVE KALIMANTAN TIMUR

Vegetations Analysist and Macrozoobenthos Communities in The East Kalimantan

Nafisah Muthia Afini1*, Fakhrana Meida Mazaya1, Alma Fadilah1, Lala Sabila1, Fanesya Putri
Muslim1, Ayudia Oktaviani1, Yayan Mardiansyah Assuyuti2, Khohirul Hidayah2
Mahasiswa Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah
1
2
Dosen Praktikum Ekologi Perairan, Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah
*Corresponding author:nafisah.afini19@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak

Mangrove adalah sistem perairan yang didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan
mampu tumbuh dalam perairan payau. Makrobenthos adalah komponen biotik pada ekosistem
perairan yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi biologi suatu perairan, digunakan
sebagai indikator kualitas air. Tujuan penelitian ini adalah mengukur kualitas perairan dan
mengetahui struktur komunitas makrozoobentos di ekosistem mangrove. Pengambilan sampel
bentos dilakukan pada bulan Maret-Juni 2017 di Kalimantan Timur. Analisis data yang
dilakukan yaitu dengan menghitung indeks keanekaragaman, indeks dominansi, indeks
kemerataan, dan indeks morisita’s. Kelas makrozoobentos yang ditemukan pada 5 stasiun yaitu
gastropoda, bivalvia, crustaceae, porifera, chordata, polychaeta, dan echinodermata. Hasil
perhitungan Evenness dan Dominansi menunjukan kategori baik, index diversity pada 5 stasiun
menunjukkan index diversity pada 5 stasiun memiliki kategori sedang, Evenness pada 5 stasiun
berkategori baik, Dominansi pada 5 stasiun berkategori baik, serta indeks morisita (Mi) pada 5
stasiun berkategori seragam.

Kata kunci: Mangrove; Indeks; Makrozoobentos; Vegetasi

Abstract
Mangrove is an aquatic system in which there is dominated by typical tree or shrub species and is able to
grow in brackish waters. Macrobenthos or also called aquatic macroinvertebrates is a biotic component
in aquatic ecosystems that can provide an overview of the biological conditions of a waters quality. The
purpose of this study was to measure water quality and determine the structure of the macrozoobenthos
community in the mangrove ecosystem. Benthic sampling were carried out in March-June 2017 in the
mangrove area of East Kalimantan. Data analysis was carried out by calculating the diversity index (H'),
dominance index (D), evenness index (E), and Morisita's index (MI). The macrozoobenthos class found in
5 station include gastropods, bivalves, crustaceae, sponges, chordates, polychaeta, and echinoderms. The
results of the calculation of Evenness and dominance show a good category, the diversity index at 5
stations shows a moderate category, Evenness at all stations has a good category, Dominance all
stations have a good category, and the morisita index at all stations has a uniform category.

Keywords: Mangroves; Index; Macrozoobenthos; Vegetation


PENDAHULUAN berasosiasi dengan mangrove termasuk
komunitas Gastropoda (Supriyanto dkk,
Hutan mangrove merupakan salah 2014)
satu ekosistem alamiah yang unik yang
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis Ekosistem mangrove ini juga
yang tinggi. Fungsi ekologis ekosistem berpotensi untuk berasosiasi dengan
mangrove antara lain: pelindung pantai dari Makrofauna benthos yang bernilai ekonomis
serangan angin, arus dan ombak dari laut, dan nantinya dapat bermanfaat bagi
habitat (tempat tinggal), tempat mencari penduduk sekitar. Oleh karena itu terlebih
makan (feeding ground), tempat asuhan dan dahulu harus diketahui bentuk korelasi
pembesaran (nursery ground), dan tempat antara makrofauna benthos dengan
pemijahan (spawning ground) bagi biota ekosistem mangrove di lokasi tersebut.
perairan. Fungsi ekonomis ekosistem
mangrove adalah penghasil keperluan rumah Beberapa penelitian menunjukkan
tangga, penghasil keperluan industri, dan bahwa komposisi makrofauna benthos di
penghasil bibit (Priosambodo dkk, 2018) zonasi mangrove dipengaruhi oleh
komposisi spesies mangrove yang ada di
Komunitas benthos adalah organisme zonasi mangrove tersebut. Lokasi
yang hidup di dasar perairan. Selanjutnya pengambilan sampel yang memiliki
dinyatakan bahwa epifauna adalah yang beberapa kesamaan jenis vegetasi mangrove
hidup di atas dasar, sedangkan infauna hidup dan kesamaan kondisi lingkungan,
di antara partikel sedimen. Berdasarkan menimbulkan adanya kesamaan spesies
ukurannya fauna benthos dibagi menjadi makrofauna benthos. Hal ini
makrofauna (> 0,5 mm), meiofauna (10-500 mengindikasikan adanya hubungan antara
μm) dan mikroorganisme (< 10 μm) zonasi (sebaran) mangrove dengan
(Suwandana dkk, 2018) keanekaragaman makrofauna benthos di
lokasi penelitian (Sulistyowati, 2019).
Komunitas makrofauna benthos
termasuk Gastropoda dapat digunakan juga MATERIAL DAN METODE
sebagai indikator pulihnya fungsi vegetasi
mangrove, yaitu dengan mempelajari Waktu dan Tempat
struktur komunitas. Gastropoda yang
terdapat dalam berbagai tingkatan vegetasi Praktikum ini dilaksanakan pada bulan
mangrove. Kondisi habitat vegetasi Maret-Juni 2017 di wilayah estuaria
mangrove yang meliputi komposisi dan Kalimantan Timur. Titik pengambilan
kerapatan jenisnya akan menentukan sampel dibagi menjadi 5 stasiun dengan
karakteristik fisika, kimia dan biologi kondisi perairan yang berbeda-beda.
perairan yang selanjutnya akan menentukan
struktur komunitas organisme yang
Alat dan Bahan Setelah dibuat transek dan kuadrat,
dicatat nama jenis, diameter, tinggi pohon,
Alat yang digunakan dalam bentuk akar, jenis substrat, dikoleksi daun
praktikum ini diantaranya roll meter dan dan buah mangrove diawetkan untuk
meteran, alat tulis, GPS, refractometer, identifikasi herbarium. Tahap kedua
thermometer, kamera, data pasang surut, dilakukan analisis vegetasi mangrove
kuadrat 50 cm3, tali plastic, secchi disk, deep dengan rumus INP. Tahap ketiga
gauge, cool box, botol/plastic sampel, alas pengambilan keanekaragaman biota dan
kaki, snorkel, masker, pelampung, scuba set, susbtrat mangrove, yang terdiri dari empat
buku identifikasi biota, mangrove, lamun, langkah yang dapat dilihat pada tahap
dan terumbu karang, peta. Sedangkan, bahan selanjutnya
yang dibutuhkan diantaranya alcohol 70%,
formalin, kertas koran. Analisis Vegetasi Mangrove

Pengambilan Analisis Vegeteasi


Mangrove

Cara kerja dalam praktikum ini


Gambar 2. Transek kuadrat untuk
terbagi menjadi beberapa tahap, yang
pengambilan sampel biota di ekosistem
pertama pengambilan analisis vegetasi
mangrove (K=kuadrat 50cm2)
mangrove dengan metode transek garis.
Metode transek garis melibatkan alat berupa Setelah itu difoto kuadrat, dikoleksi sampel
meteran, alat tulis, roll meter, kuadrat 50cm2 biota dan dicatat factor kimia fisik dan
dan tali plastik. Pengambilan data substratnya. Kemudian dianalisis
menggunakan metode ini bertujuan untuk keanekaragaman, kepadatan, dan
mengamati jumlah pohon dan anakan yang sebarannya.
selanjutnya setelah didapat data akan
dilakukan analisis vegetasi mengrove HASIL
tersebut. Kemudian setiap transek garis
terdiri dari 3 kuadrat yang berukuran 10 x 10 Pengukuran Index Keragaman Bentos
m.
Berdasarkan perhitunga Index pada
keragaman bentos pada ekosistem mangrove
diketahui bahwa pada semua stasiun
memiliki nilai yang sama yaitu H’ dalam
kategori sedang, evenness dengan
kemerataan yang baik, dominansi yang baik
dan indeks morista yang seragam.
Gambar 1. Teknik pengambilan vegetasi
mangrove dan asosiasi biota
Pengukuran Index pada Stasiun Satu Pengukuran Index pada Stasiun Empat

Index diversity (H’) menunjukkan Index diversity (H’) berada dalam


tingkat keanekaragaman yang sedang, kategori 1< H’<3 yang menunjukkan tingkat
keanekaragaman sedang. Evenness (E)
karena berada dalam kategori 1< H’<3.
menunjukkan kemerataan yang baik karena
Begitu pula evenness (E) yang menunjukkan berada dalam jangkauan 0 – 1, dominansi
kemerataan yang baik karena berada dalam (D) menunjukkan dominansi yang baik
jangkauan 0 – 1. Hasil perhitungan karena berada dalam jangkauan 0 – 1, dan
dominansi (D) menunjukkan dominansi indeks morisitas (Mi) menunjukkan nilainya
yang baik karena berada dalam jangkauan 0 seragam, karena berada dalam kategori Mi <
– 1 dan indeks morisitas (Mi) menunjukkan 1.
nilainya seragam, karena berada dalam
kategori Mi < 1. Pengukuran Index pada Stasiun Lima

Index diversity (H’) menunjukkan


Pengukuran Index pada Stasiun Dua tingkat keanekaragaman yang sedang,
karena berada dalam kategori 1< H’<3.
Index diversity (H’) menunjukkan Kemudian hasil evenness (E) menunjukkan
tingkat keanekaragaman yang sedang, kemerataan yang baik karena berada dalam
karena berada dalam kategori 1< H’<3. jangkauan 0 – 1. Hasil perhitungan
Evenness (E) menunjukkan kemerataan dominansi (D) menunjukkan dominansi
yang baik karena berada dalam jangkauan 0 yang baik karena berada dalam jangkauan 0
– 1, dominansi (D) menunjukkan dominansi – 1 dan indeks morisitas (Mi) menunjukkan
yang baik karena berada dalam jangkauan 0 nilainya seragam, karena berada dalam
– 1, dan indeks morisitas (Mi) menunjukkan kategori Mi < 1.
nilainya seragam, karena berada dalam
kategori Mi < 1.

Analisis Vegetasi Mangrove


Pengukuran Index pada Stasiun Tiga
Berdasarkan perhitungan Indeks
Index diversity (H’) menunjukkan Nilai Penting vegetasi mangrove, terlihat
tingkat keanekaragaman yang sedang, bahwa pada Kerapatan Relatif yang peling
karena berada dalam kategori 1< H’<3. tinggi adalah Rhizophora stylosa, yaitu
Kemudian hasil evenness (E) menunjukkan 56,11% yang terdapat pada stasiun 8,
kemerataan yang baik karena berada dalam sedangkan Kerapatan Relatif yang paling
jangkauan 0 – 1. Hasil perhitungan rendah adalah Acanthus ilicifolius, yaitu
dominansi (D) menunjukkan dominansi 0,2% yang terdapat pada stasiun 1. Menurut
yang baik karena berada dalam jangkauan 0 Kusmana (2010) tingginya Kerapatan relatif
– 1 dan indeks morisitas (Mi) menunjukkan dari jenis Rhizophora sp. dikarenakan
nilainya seragam, karena berada dalam memiliki kawasan yang luas untuk hidup
kategori Mi < 1. sehingga mampu berkembang dengan baik
sampai ke daerah pedalaman selama masih
mendapatkan suplai air asin dengan baik.
Frekuensi jenis adalah parameter jenis mangrove dalam suatu komunitas maka
vegetasi yang dapat menunjukan pola peranannya akan terbagi-bagi dan besarnya
distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalan indeks akan semakin bervariasi.
ekosistem. nilai ini dipengaruhi oleh nilai Indeks Nilai Penting (INP)
petak ditemukannya jenis mangrove. Nilai merupakan indeks yang menentukan tingkat
Frekuensi Relatif pada semua stasiun sama dominasi jenis dalam suatu komunitas
yaitu 25%. Berdasarkan tabel Penututupan tumbuhan. Berdasarkan hasil perhitungan
Relatif paling tinggi adalah Acanthus Indeks Nilai Penting tertinggi adalah
ilicifolius, yaitu 61,35% yang terdapat pada Rhizophora stylosa, yaitu 116,39% yang
stasiun 4, sedangkan Penutupan Relatif berada pada stasiun 10, sedangkan INP
terendah adalah Acanthus ilicifolius yang terendah adalah Acanthus ilicifolius, yaitu
berada pada stasiun 10 yaitu 5,43%. 46,53% yang berada di stasiun 10.
Terdapat beberapa faktor yang Perbedaan INP pada vegetasi mangrove
menyebabkan rendahnya nilai penutupan, dikarenakan adanya kompetisi setiap jenis
diantaranya adalah kondisi lingkungan dan untuk mendapatkan unsur hara dan sinar
kondisi mangrove yang heterogen. Menurut matahari. (Kusmana, 2010).
Raymond dkk. (2010) semakin heterogen

Tabel 1. Hasil Perhitungan Indeks Bentos


Stasiun H’ E D MI
1 1.76706 0.73692 0.263077 0.189711
2 2.2234 0.89476 0.105239 0.021678
3 1.62813 0.74099 0.259007 0.358573
4 1.39043 0.60386 0.396145 0.33259
5 1.71095 0.68854 0.311463 0.1351

Tabel 2. Hasil Analisis Vegetasi Mangrove


Stasiun Jenis Pohon
Di RDi Fi RFi Ci RCi INP
(%) (%) (%)
1 Rhizophora
4.22 43.5052 1 25 39.250 22.893 75.445
stylosa
Sonneratia alba 3.86 39.7938 1 25 226.080 10.175 104.766
Acanthus
0.02 0.2062 1 25 173.093 35.771 55.810
ilicifolius
Bruguiera
1.6 16.4948 1 25 127.170 31.161 63.979
gymnorrhiza
Total 9.7 100 4 100 565.593 100 300
2 Rhizophora
6.04 41.3133 1 25 56.520 61.036 89.207
stylosa
Sonneratia alba 4.08 27.9070 1 25 25.120 16.143 63.082
Acanthus
0.7 4.7880 1 25 88.313 14.400 65.559
ilicifolius
Bruguiera 3.8 25.9918 1 25 76.930 8.421 82.152
gymnorrhiza
Total 14.6
100 4 100 246.883 100 300
2
3 Rhizophora
3 42.0168 1 25 19.233 5.634 128.053
stylosa
Sonneratia alba 1.6 22.4090 1 25 5.087 20.338 63.552
Acanthus
1.18 16.5266 1 25 4.537 61.352 55.926
ilicifolius
Bruguiera
1.36 19.0476 1 25 2.653 12.676 52.468
gymnorrhiza
Total 7.14 100 4 100 31.510 100 300
4 Rhizophora
4 50.0000 1 25 1.570 5.634 80.634
stylosa
Sonneratia alba 0.92 11.5000 1 25 5.668 20.338 56.838
Acanthus
1.08 13.5000 1 25 17.097 61.352 99.852
ilicifolius
Bruguiera
2 25.0000 1 25 3.533 12.676 62.676
gymnorrhiza
Total 8 100 4 100 27.868 100 300
5 Rhizophora
2.26 34.2424 1 25 3.533 19.297 78.539
stylosa
Sonneratia alba 1.92 29.0909 1 25 5.668 30.961 85.051
Acanthus
0.8 12.1212 1 25 5.087 27.787 64.909
ilicifolius
Bruguiera
1.62 24.5455 1 25 4.019 21.955 71.501
gymnorrhiza
Total 6.6 100 4 100 18.306 100 300
6 Rhizophora
3.52 43.0318 1 25 3.533 26.102 94.134
stylosa
Sonneratia alba 2.06 25.1834 1 25 5.087 37.587 87.770
Acanthus
1 12.2249 1 25 2.261 16.705 53.930
ilicifolius
Bruguiera
1.6 19.5599 1 25 2.653 19.606 64.165
gymnorrhiza
Total 8.18 100 4 100 13.533 100 300
7 Rhizophora
2.54 39.0769 1 25 1.570 10.638 74.715
stylosa
Sonneratia alba 1.4 21.5385 1 25 7.599 51.489 98.028
Acanthus
1.14 17.5385 1 25 1.570 10.638 53.177
ilicifolius
Bruguiera 1.42 21.8462 1 25 4.019 27.234 74.080
gymnorrhiza
Total 6.5 100 4 100 14.758 100 300
8 Rhizophora
5.32 56.1181 1 25 2.261 9.412 90.530
stylosa
Sonneratia alba 1.42 14.9789 1 25 9.813 40.850 80.829
Acanthus
1.16 12.2363 1 25 5.668 23.595 60.831
ilicifolius
Bruguiera
1.58 16.6667 1 25 6.280 26.144 67.810
gymnorrhiza
Total 9.48 100 4 100 24.021 100 300
9 Rhizophora
3.5 43.9698 1 25 7.599 45.065 114.035
stylosa
Sonneratia alba 1.66 20.8543 1 25 3.077 18.250 64.104
Acanthus
1.7 21.3568 1 25 3.533 20.950 67.307
ilicifolius
Bruguiera
1.1 13.8191 1 25 2.653 15.736 54.555
gymnorrhiza
Total 7.96 100 4 100 16.862 100 300
10 Rhizophora
3.56 50.2825 1 25 189.970 41.110 116.393
stylosa
Sonneratia alba 1.32 18.6441 1 25 83.665 18.106 61.750
Acanthus
1.14 16.1017 1 25 25.120 5.436 46.538
ilicifolius
Bruguiera
1.06 14.9718 1 25 163.343 35.348 75.320
gymnorrhiza
Total 7.08 100 4 100 462.098 100 300

PEMBAHASAN sedangkan nilai keanekaragaman yang


sedang dan tinggi akan memberikan
Analisis Vegetasi Mangrove kesempatan terhadap masing-masing jenis
untuk melangsungkan daur kehidupan yang
Penutupan Jenis mangrove yang lebih teratur, efisien, dan produktif.
ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak Menurunnya keanekaragaman jenis
empat jenis, yaitu Rhizophora stylosa, pada ekosistem mangrove diakibatkan oleh
Sonneratia alba, Acanthus ilicifolius, dan perubahan fisik dan kimia ekosistem
Bruguiera gymnorrhiza. Keanekaragaman mangrove, akibatnya beberapa jenis
spesies cenderung rendah dalam ekosistem- mangrove mati dan terjadi dominasi pada
ekosistem yang secara fisik dan kimia jenis mangrove yang mampu bertahan pada
mendapat tekanan dan akan cenderung situasi yang ekstrem ini (Schaduw,2019).
tinggi apabila dalam ekosistem diatur oleh Berdasarkan table,Penutupan Relatif
alam dan kurang mendapat tekanan. Nilai paling tinggi adalah Acanthus ilicifolius,
keanekaragaman yang kecil terdapat pada yaitu 61,35% yang terdapat pada stasiun 4,
daerah dengan lingkungan yang ekstrem, sedangkan Penutupan Relatif terendah
adalah Acanthus ilicifolius yang berada pada selama masih mendapatkan suplai air asin
stasiun 10 yaitu 5,43%.Presentase tutupan dengan baik.
mangrove,ditinjau dari Kepmen LH No 201 Pola sebaran vegetasi melalui potensi
Tahun 2004 tentang kriteria kerusakan kerapatan menunjukkan potensi penguasaan
mangrove termasuk pada kategori rusak dan sumber hara oleh jenis vegetasi mangrove.
rendah dengan nilai tutupan kanopi Vegetasi mangrove yang memiliki kerapatan
mangrovenya yaitu ≤ 75%. Terdapat tertinggi berarti memiliki tingkat
beberapa faktor yang menyebabkan penguasaan hara yang terbesar (Ray et al,
rendahnya nilai penutupan, diantaranya 2014 ; Tama et al,2009). Selain kaya akan
adalah kondisi lingkungan dan kondisi unsur hara, daerah mangrove yang memiliki
mangrove yang heterogen. Menurut nilai kerapatan yang besar biasanya
Raymond dkk. (2010) semakin heterogen memiliki suplai air tawar yang baik, serta
jenis mangrove dalam suatu komunitas maka sedimen yang berpasir atau berlumpur.
peranannya akan terbagi-bagi dan besarnya
indeks akan semakin bervariasi. Indeks Nilai Penting Mangrove
Kerapatan jenis mangrove adalah
jumlah tegakan jenis i dalam suatu area Frekuensi jenis adalah peluang
sedangkan kerapatan relatif jenis mangrove ditemukannya jenis ke i dalam petak
adalah perbandingan antara jumlah tegakkan contoh/plot yang diamati sedangkan
jenis i dengan jumlah total tegakkan seluruh frekuensi relatif jenis adalah perbandingan
jenis. Tingginya nilai kerapatan jenis
antara frekuensi jenis ke i dan jumlah
ditentukan oleh banyaknya jumlah individu,
begitu pula sebaliknya jika jumlah frekuensi untuk seluruh jenis. (Prengky dkk,
individunya sedikit maka nilai kerapatannya 2020). Frekuensi jenis adalah parameter
rendah (Babo,2020). vegetasi yang dapat menunjukan pola
Berdasarkan perhitungan Indeks distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalan
Nilai Penting vegetasi mangrove, terlihat ekosistem. nilai ini dipengaruhi oleh nilai
bahwa pada Kerapatan Relatif yang paling petak ditemukannya jenis mangrove. Nilai
tinggi adalah Rhizophora stylosa, yaitu
Frekuensi jenis dan Frekuensi Relatif pada
56,11% yang terdapat pada stasiun 8.
Kerapatan jenis tertinggi disebabkan oleh semua stasiun sama yaitu 25%, hal ini
subsrat yang cocok,dan kemampuan disimpulkan karena terlihat pada data bahwa
beradaptasi dengan kondisi lingkungan. semua spesies mangrove berjumlah 1 pada
Faktor yang menyebabkan pertumbuhan setiap stasiun sehingga frekuensi jenis dan
mangrove relatif jarang adalah kondisi akar relatif nya sama. Frekuensi suatu jenis
pohon yang tergolong besar sehingga menunjukan penyebaran suatu jenis dalam
pertumbuhan mangrove tersebut menjadi
suatu areal. Nilai frekuensi semakin besar
kurang optimal (Agustini et al.,2016).
Sedangkan Kerapatan Relatif yang jika penyebaran jenis merata, nilai frekuensi
paling rendah adalah Acanthus ilicifolius, semakin kecil jika penyebaran jenis
yaitu 0,2% yang terdapat pada stasiun 1. tumbuhan tidak merata pada suatu kawasan
Menurut Kusmana (2010) tingginya yang diteliti. (Syarifuddin, 2012).
Kerapatan relatif dari jenis Rhizophora sp. Indeks Nilai Penting (INP) Nilai
dikarenakan memiliki kawasan yang luas Penting suatu jenis berkisar antara 0%
untuk hidup sehingga mampu berkembang
sampai 300%. Indeks Nilai Penting
dengan baik sampai ke daerah pedalaman
memberikan suatu gambaran mengenai
pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan untuk pertumbuhan spesies ini dan juga jenis
mangrove terhadap komunitas mangrove. ini merupakan tumbuhan perintis atau pioner
Indeks Nilai Penting adalah kerapatan relatif di kawasan pesisir yang berlumpur dan
jenis (RDi), frekuensi relatif jenis (RFi) dan berpasir (Cahyadi, dkk., 2018).
penutupan relatif jenis (RCi).
Usman dkk (2013) menjelaskan
INP = RDi + RFi + RCi. bahwa area mangrove yang memiliki nilai
penting tinggi menandakan bahwa mangrove
Berdasarkan hasil perhitungan di area tersebut dalam kondisi baik dan
Indeks Nilai Penting tertinggi adalah belum mengalami perubahan, sebaliknya
Rhizophora stylosa, yaitu 116,39% yang apabila kondisi ini berkurang atau berubah
berada pada stasiun 10, sedangkan INP menjadi daratan karena sedimentasi dan
terendah adalah Acanthus ilicifolius, yaitu rusak karena ulah manusia, maka perlu
46,53% yang berada di stasiun 10. Agustini, dilakukan rehabilitasi agar keseimbangan
dkk. (2016), berpendapat bahwa spesies- ekosistem terjaga.
spesies yang dominan dalam suatu
Index Keanekaragaman (H’), Dominansi
komunitas tumbuhan memiliki indeks nilai
(D), Kemerataan (E), dan Morisita’s (MI)
penting yang tinggi, sehingga spesies yang
paling dominan memiliki indeks nilai Berdasarkan hasil pengukuran index
penting yang paling besar. Parmadi, dkk. diversity (H’) pada stasiun 1 didapatkan
(2016) menyatakan bahwa Perbedaan indeks hasil sebesar 1,76 maka tingkat
nilai penting vegetasi mangrove ini keanekaragaman pada stasiun 1 tergolong
dikarenakan adanya kompetisi pada setiap sedang. Dengan ditemukannya 11 spesies
jenis untuk mendapatkan unsur hara dan dan 63 individu bentos. Lalu hasil
sinar cahaya matahari pada lokasi penelitian. pengukuran index evenness (E) yaitu sebesar
Selain dari unsur hara dan matahari, faktor 0,73 maka kemerataan pada stasiun 1
lain yang menyebabkan perbedaan kerapatan tergolong baik. Kemudian hasil pengukuran
vegetasi mangrove ini adalah jenis substrat dominansi (D) sebesar 0,26 maka dominansi
dan pasang surut air laut. Rhizophora pada stasiun 1 juga tergolong baik.
stylosa memiliki indeks nilai penting Selanjutnya pengukuran index morisitas
tertinggi karena didukung dengan nilai (Mi) yaitu sebesar 0,18 maka menunjukkan
kerapatan yang tinggi (baik jenis dan relatif), nilai yang seragam karena berada di kategori
dan nilai penutupan yang tertinggi (baik Mi < 1. Jenis makrozoobentos yang
jenis dan relatif nya), karena indeks nilai ditemukan pada stasiun 1 yaitu sangat
penting dipengaruhi kerapatan, penutupan beragam seperti gastropoda, bivalvia,
dan frekuensi maka jadilah spesies echinodermata, chordata, porifera, dan
Rhizophora stylosa menjadi spesies dengan polychaeta. Spesies yang paling banyak
indeks nilai penting tertinggi selain itu Hal ditemukan yaitu Didemnum molle dari filum
tersebut disebabkan kondisi substrat tempat chordata atau tunikata sebanyak 31 individu.
spesies ini tumbuh yang umumnya lumpur Hartati et al., (2012) mengatakan, ketika
mengandung bahan organik sehingga sesuai
suatu ekosistem memiliki keanekaragaman Spesies yang paling banyak ditemukan yaitu
yang tinggi, maka ekosistem tersebut Echinostrephus aciculatus dari filum
mempunyai kondisi yang cenderung echinodermata sebanyak 6 individu dan
seimbang. Sebaliknya apabila indeksnya spesies Phallusia sp. dari filum chordata
rendah, dapat dikatakan bahwa ekosistem atau tunikata sebanyak 6 individu juga.
tersebut dalam kondisi tertekan atau Kelimpahan Echinodermata di suatu lokasi
terdegradasi. Makrozoobenthos merupakan dipengaruhi oleh lingkungan baik faktor
organisme yang hidup melata, menempel, biotik dan abiotik yang saling terkait satu
memendam dan meliang baik di dasar dengan yang lain serta interaksi antara
perairan maupun di permukaan dasar berbagai spesies yang membentuk sistem
perairan. Makrozoobenthos yang menetap di tersebut (Hadi, 2011). Tunikata merupakan
kawasan mangrove kebanyakan hidup pada organisme yang bersifat filter feeder yaitu
substrat keras sampai lumpur (Arief, 2003). organisme yang mendapatkan makanan
Hewan ini memegang beberapa peran dengan cara menyaring (Brodie et al., 2011).
penting dalam perairan seperti dalam proses Ada 5 jenis substrat yang teridentifikasi
dekomposisi dan mineralisasi material sebagai tempat tinggal tunikata yaitu coral
organik yang memasuki perairan, serta branching (CB), death coral algae (DCA),
menduduki beberapa tingkatan trofik dalam death coral (DC), coral masive (CM), dan
rantai makanan. Makrozoobenthos yang cangkang moluska (CKM).
umum ditemui di kawasan mangrove adalah
dari Kelas Crustacea, Polychaeta, Bivalvia Berdasarkan hasil pengukuran index
dan Kelas Gastropoda. diversity (H’) pada stasiun 3 didapatkan
hasil sebesar 1,62 maka tingkat
Berdasarkan hasil pengukuran index keanekaragaman pada stasiun 3 tergolong
diversity (H’) pada stasiun 2 didapatkan sedang. Dengan ditemukannya 9 spesies dan
hasil sebesar 2,22 maka tingkat 85 individu bentos. Lalu hasil pengukuran
keanekaragaman pada stasiun 2 tergolong index evenness (E) yaitu sebesar 0,74 maka
sedang. Dengan ditemukannya 12 spesies kemerataan pada stasiun 3 tergolong baik.
dan 27 individu bentos. Lalu hasil Kemudian hasil pengukuran dominansi (D)
pengukuran index evenness (E) yaitu sebesar sebesar 0,25 maka dominansi pada stasiun 3
0,89 maka kemerataan pada stasiun 2 juga tergolong baik. Selanjutnya pengukuran
tergolong baik. Kemudian hasil pengukuran index morisitas (Mi) yaitu sebesar 0,35
dominansi (D) sebesar 0,1 maka dominansi maka menunjukkan nilai yang seragam
pada stasiun 2 juga tergolong baik. karena berada di kategori Mi < 1. Jenis
Selanjutnya pengukuran index morisitas makrozoobentos yang ditemukan pada
(Mi) yaitu sebesar 0,02 maka menunjukkan stasiun 3 hanya terdapat echinodermata.
nilai yang seragam karena berada di kategori Spesies yang paling banyak ditemukan yaitu
Mi < 1. Jenis makrozoobentos yang Colobometra perspinosa sebanyak 30
ditemukan pada stasiun 2 yaitu sangat individu dan spesies Comanthus suavia
beragam seperti gastropoda, bivalvia, sebanyak 30 individu juga yang berasal dari
echinodermata, chordata, dan polychaeta. filum echinodermata. Echinodermata adalah
spesies yang mencolok di ekosistem pesisir melindungi diri dari gelombang laut. Hal ini
dan laut, dan dalam banyak kasus, mereka didukung oleh Irwanto (2006) bahwa sistem
memiliki peran ekologis dalam struktur perakaran mangrove jug menjadi tempat
komunitas, bertindak sebagai yang predator perlindungan, mengasuh dan membesarkan
teratas dan pemakan bentik (Steneck et al., biota laut. Spesies D. setosum banyak
2018). Menurut Hadi (2011) Echinodermata terdapat di daerah mangrove karena spesies
mempunyai cara dan kemampuan dalam ini hidup berkelompok dan menempel pada
menentukan lokasi yang cocok untuk tempat celah-celah akar mangrove untuk
hidupnya, sehingga perbandingan jenis dan beradaptasi melindungi diri terhadap
kelimpahan Echinodermata di suatu lokasi perubahan suhu dan hempasan ombak yang
pada waktu yang berbeda perlu untuk keras agar tidak terbawa oleh gelombang
dipelajari. Echinodermata bersifat pemakan laut. Karakteristik dari spesies ini yaitu
detritus, sehingga peranannya dalam suatu hidup menyebar hampir pada semua zona
ekosistem untuk merombak sisa-sisa bahan yang ada di laut (Rumahlatu et al., 2008).
organik yang tidak terpakai, adanya buangan
sampah organik dari aktivitas pemukiman Berdasarkan hasil pengukuran index
menjadi makanan bagi Echinodermata diversity (H’) pada stasiun 5 didapatkan
(Katili, 2011). hasil sebesar 1,71 maka tingkat
Berdasarkan hasil pengukuran index keanekaragaman pada stasiun 5 tergolong
diversity (H’) pada stasiun 4 didapatkan sedang. Dengan ditemukannya 12 spesies
hasil sebesar 1,39 maka tingkat dan 54 individu bentos. Lalu hasil
keanekaragaman pada stasiun 4 tergolong pengukuran index evenness (E) yaitu sebesar
sedang. Dengan ditemukannya 10 spesies 0,68 maka kemerataan pada stasiun 5
dan 82 individu bentos. Lalu hasil tergolong baik. Kemudian hasil pengukuran
pengukuran index evenness (E) yaitu sebesar dominansi (D) sebesar 0,31 maka dominansi
0,6 maka kemerataan pada stasiun 4 pada stasiun 5 juga tergolong baik.
tergolong baik. Kemudian hasil pengukuran Selanjutnya pengukuran index morisitas
dominansi (D) sebesar 0,39 maka dominansi (Mi) yaitu sebesar 0,13 maka menunjukkan
pada stasiun 4 juga tergolong baik. nilai yang seragam karena berada di kategori
Selanjutnya pengukuran index morisitas Mi < 1. Jenis makrozoobentos yang
(Mi) yaitu sebesar 0,33 maka menunjukkan ditemukan pada stasiun 5 yaitu sangat
nilai yang seragam karena berada di kategori beragam seperti gastropoda, bivalvia,
Mi < 1. Jenis makrozoobentos yang echinodermata, chordata, porifera, dan
ditemukan pada stasiun 4 yaitu beragam cnidaria. Spesies yang paling banyak
seperti gastropoda, bivalvia, echinodermata, ditemukan yaitu Didemnum molle dari filum
dan crustaceae. Spesies yang paling banyak chordata atau tunikata sebanyak 30 individu.
ditemukan yaitu Diadema setosum dari Menurut Hartati et al., (2012), kelimpahan
filum echinodermata sebanyak 47 individu. makrozoobentos juga dipengaruhi oleh
Diduga akar pohon mangrove merupakan kondisi mangrove sebagai ekosistem.
faktor pendukung keberadaan spesies D. Kondisi, kerapatan dan jenis mangrove akan
setosum, karena dapat digunakan untuk mempengaruhi bahan organik yang
dihasilkan. Semakin baik kondisi mangrove Hasil perhitungan index diversity
sebagai ekosistem, semakin melimpah pula (H’) pada kelima stasiun tergolong kedalam
makrozoobentos. Tunikata merupakan kategori sedang karena berada dalam
hewan sesil maka arus dan gelombang kategori 1< H’<3. Lalu perhitungan
merupakan faktor pembatas distribusi dan evenness (E) pada kelima stasiun tergolong
kelimpahannya (Edgar et al., 2011). baik karena berada dalam jangkauan 0 – 1.
Didemnum molle merupakan hewan yang Kemudian perhitungan dominansi (D) pada
memiliki kemampuan berkoloni dan kelima stasiun juga terlong baik karena
memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, berada dalam jangkauan 0 – 1. Terakhir
daya adaptasi yang baik serta dapat yaitu perhitungan indeks morisitas (Mi) pada
dominan di lingkungan dengan bahan kelima stasiun menunjukkan nilai yang
organik yang tinggi (Edgar et al., 2011). seragam karena berada dalam kategori Mi <
1. Jenis makrozoobentos yang ditemukan
KESIMPULAN pada kelima stasiun sangat beragam seperti
gastropoda, bivalvia, crustaceae, porifera,
Penutupan Jenis mangrove yang
chordata, polychaeta, dan echinodermata.
ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak
empat jenis, yaitu Rhizophora stylosa, Pada stasiun 1 spesies yang paling banyak
Sonneratia alba, Acanthus ilicifolius, dan ditemukan yaitu Didemnum molle dari filum
Bruguiera gymnorrhiza. kerusakan chordata atau tunikata, stasiun 2 yaitu
mangrove termasuk pada kategori rusak dan Echinostrephus aciculatus dari filum
rendah dengan nilai tutupan kanopi echinodermata dan Phallusia sp. dari filum
mangrovenya yaitu ≤ 75%. Kerapatan chordata atau tunikata, stasiun 3 yaitu
Relatif yang paling tinggi adalah
Colobometra perspinosa dan Comanthus
Rhizophora stylosa, yaitu 56,11% yang
terdapat pada stasiun 8. Kerapatan jenis suavia dari filum echinodermata, stasiun 4
tertinggi disebabkan oleh subsrat yang Diadema setosum dari filum echinodermata,
cocok,dan kemampuan beradaptasi dengan stasiun 5 Didemnum molle dari filum
kondisi lingkungan. chordata atau tunikata.

DAFTAR PUSTAKA Banggai Laut,Central Sulawesi).


Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Agustini, N.T., Ta’alidin, Z., Purnama, D. Volume 8 Nomor 2 Tahun 2020
(2016). Struktur Komunitas Mangrove
Di Desa Kahyapu Pulau Enggano. Brodie, J. E., Devlin, M., Haynes, D., &
Jurnal Enggano Vol 1 No. 1. Waterhouse, J. (2011). Assessment of
the eutrophication status of the Great
Arief, AMP. (2003). Hutan Mangrove Barrier Reef lagoon (Australia).
Fungsi dan Manfaatnya. Yogyakarta: Biogeochemistry, 106(2): 281-302.
Kanisius.
Cahyadi, F.D., Khakhim, N., & Mardiatno,
Babo,P.,dkk,.(2020). Mangrove Community D. (2018). Integrasi SWOT dan AHP
Structure at Bone Baru Village, Sub- dalam Pengelolaan Ekosistem
District of Banggai Utara, District of Mangrove di Kawasan Wisata Bahari
Gugusan Pulau Pari. Jurnal Kusmana, C. (2010). Respon Mangrove
Pariwisata Pesona, 3(2). Terhadap Perubahan Iklim Global:
Aspek Biologi dan Ekologi Mangrove.
Edgar, G. J., Banks, S. A., Bessudo, S., Makalah disajikan dalam Loka Karya
Cortés, J., Guzmán, H. M., Nasional Peran Mangrove dalam
Henderson, S., Martinez, C., Rivera, Mitigasi Bencana dan Perubahan
F., Soler, G., Ruiz, D., & Zapata, Iklim, KKP, Jakarta 14-15 Desember
F. A. (2011). Variation in reef fish 2010.
and invertebrate communities with
level of protection from fishing Parmadi, JC, E.H., Dewiyanti, I., Karina, S.
across the Eastern Tropical Pacific (2016). Indeks Nilai Penting Vegetasi
seascape. Global Ecology and Mangrove Di Kawasan Kuala Idi,
Biogeography, 20(5): 730-743.
Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Hadi, A., Hartati, R. & Widianingsih.
Unsyiah. Vol 1 No. 1 : 82-95.
(2011). Fauna Echinodermata di
Indonoor Wreck, Pulau Kemujan, Priosambodo, Dody Dan A. Evi Erviani.
Kepulauan Karimunjawa. Ilmu (2018). Spesies Dan Mikrohabit
Kelautan: Indonesian Journal of Kepiting Di Kawasan Mangrove
Marine Sciences, 16(4): 236-242. Lantangpeo Kepulauan Tanakeke
Hartati, R., Ulum, M., & Widiningsih. Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Alam
(2012). Komposisi Kelimpahan Dan Lingkungan. 9 (17) :59 – 69.
Makrozoobenthos Krustasea di
Prengky P. Babo, Calvyn F.A. Sondak,
Kawasan Vegetasi Mangrove Kel.
James J.H. Paulus , Joshian N.W.
Tugurejo, Kec. Tugu, Kota Semarang.
Schaduw, Ping Astony Angmalisang ,
Journal of Marine Research, 1(2): Adnan S. Wantasen. (2020). Struktur
243-251. Komunitas Mangrove Di Desa Bone
Baru, Kecamatan Banggai Utara,
Irwanto. (2006). Keanekaragaman Fauna
Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi
Pada Habitat Mangrove. Surabaya:
Tengah. Jurnal Pesisir dan Laut
Tinta Ilmu. Tropis Volume 8 Nomor 2 Tahun 2020
Katili, A.S. (2011). Struktur Komunitas Raymond, G., Harahap, N., Soenarno.
Echinodermata pada Zona Intertidal di (2010). Pengelolaan Hutan Mangrove
Gorontalo di Gorontalo. Jurnal Berbasis Masyarakat Di Kecamatan
Penelitian dan Pendidikan, 8(1): 51- Gending, Probolinggo. Agritek,
18(.2):185-200.
61.
RN, Majumder, Chowdhury C & Jana TK.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
(2014). Biogeochemical cycle of
Hidup No. 201 tahun 2004 tentang
nitrogen in a tropical mangrove
Kriteria Baku dan Pedoman
ecosystem,eastcoastofIndia.MarineC
Penentuan Kerusakan Mangrove.
hemistry167:33–43.
Rumahlatu, D., Gofur, A. dan Sutomo, H. Suwandana, Endan Dan Reni Pebrianti.
(2008). Hubungan Faktor Fisika Kimia (2019). Penghitungan Luasan
Lingkungan Dengan Keanekaragaman Ekosistem Hutan Mangrove Dengan
Echinodermata Pada Daerah Pasang Pendekatan Teknik Unit Komunitas Di
Negeri Malang. 37 (1): 77-85. Kabupaten Tangerang. Kebijakan
Pembangunan Daerah .3(1): 49 – 59.
Tama NFY, Wonga AHY, Wong MH &
Wong YS. (2009). Mass Balance Of Sulistiyowati, 2019. Biodiversitas Mangrove
Nitrogen In Constructed Mangrove
Wetlands Receiving Ammonium-Rich di Cagar Alam Pulau Sempu. Jurnal
Wastewater: Effects Of Tidal Regime Sainstek, 8(1):59-63.
And Carbon Supply. Ecological
Engineering 3 (5 ):453–462 Supriyanto, Indriyanto, dan Bintoro, A.,
2014. Inventarisasi Jenis Tumbuhan
Syarifuddin , A Dan Zulharman. (2012). Obat di Hutan Mangrove Desa
Analisa Vegetasi Hutan Mangrove Margasari Kecamatan Labuhan
Pelabuhan Lembar Kabupaten Maringgai Lampung Timur. Jurnal
Lombok Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Sylva Lestari, 2(1):67-75.
Gamma 7(2) : 01-13
Usman, L, Syamsuddin, dan Hamzah, N.S.
Steneck, R. S., M. H. Graham, B. J. (2013). Analisis Vegetasi Mangrove di
Bourque, D. Corbett, J. M. Erlandson, Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek
J. A. Estes & M. J. Tegner. (2018). Kabupaten Gorontalo Utara. Nikè:
Kelp forest ecosystems: biodiversity, Jurnal Ilmiah Perikanan dan
stability, resilience and future. Kelautan. 1(1), 11-17.
Environmental Conservation, 29(1):
436–459.

LAMPIRAN

Data Stasiun 1
No. Spesies St 1 Pi LnPi PiLnPi
1 Conus circumcisus 3 0.047619 -3.04452 -0.14498 LN S 2.397895
2 Tridacna maxima 1 0.015873 -4.14313 -0.06576 E 0.73692
3 Petrosia sp. 4 0.063492 -2.75684 -0.17504 D 0.263077
Echinostrephus 0.047619 -3.04452 -0.14498 0.189711
4 3 MI
aciculatus
5 Comanthina schlegelii 1 0.015873 -4.14313 -0.06576
6 Cassis cornuta 2 0.031746 -3.44999 -0.10952
7 Didemnum molle 31 0.492063 -0.70915 -0.34895
Polycarpa cryptocarpa 0.07936 -2.5337 -0.20109
8 5 0.263077
5
9 Conus planorbis 1 0.015873 -4.14313 -0.06576
10 Phallusia sp. 5 0.079365 -2.5337 -0.20109
11 Spirobranchus giganteus 7 0.111111 -2.19722 -0.24414
Total 63 (H')1.76706
X^2 3969
Jumlah Individu Total 311
Jumlah Plot 5

Data Stasiun 2
No. Spesies St 2 Pi LnPi PiLnPi
Echinostrephus 0.222222 -1.50408 -0.33424 2.484907
1 6 LN S
aciculatus
2 Ophiomastix janualis 2 0.074074 -2.60269 -0.19279 E 0.89476
3 Cypraea felina 1 0.037037 -3.29584 -0.12207 D 0.105239
4 Comanthina schlegelii 2 0.074074 -2.60269 -0.19279 MI 0.021678
5 Tridacna maxima 1 0.037037 -3.29584 -0.12207
6 Holothuria atra 1 0.037037 -3.29584 -0.12207
7 Nassarius reticulatus 1 0.037037 -3.29584 -0.12207
8 Colobometra perspinosa 3 0.111111 -2.19722 -0.24414
9 Diadema setosum 1 0.037037 -3.29584 -0.12207
10 Sabellastarte indica 2 0.074074 -2.60269 -0.19279
11 Phallusia sp. 6 0.222222 -1.50408 -0.33424
12 Comanthus parvicirrus 1 0.037037 -3.29584 -0.12207
Total 27 2.2234
X^2 729
Jumlah Individu Total 311
Jumlah Plot 5

Data Stasiun 3
No Spesies St 3 Pi LnPi PiLnPi
1 Comanthina schlegelii 5 0.058824 -2.83321 -0.16666 LN S 2.197225
2 Colobometra perspinosa 30 0.352941 -1.04145 -0.36757 E 0.74099
3 Comanthus suavia 30 0.352941 -1.04145 -0.36757 D 0.259007
4 Comanthus briareus 2 0.023529 -3.7495 -0.08822 MI 0.358573
5 Comaster nobilis 5 0.058824 -2.83321 -0.16666
6 Comanthus suavia 4 0.047059 -3.05636 -0.14383
7 Liparometra regalis 6 0.070588 -2.65089 -0.18712
8 Stephanometra sp. 1 0.011765 -4.44265 -0.05227
9 Echinostrephus aciculatus 2 0.023529 -3.7495 -0.08822
Total 85 1.62813
X^2 7225
Jumlah Individu Total 311
Jumlah Plot 5

Data Stasiun 4
No. Spesies St 4 Pi LnPi PiLnPi
1 Ophiomastix janualis 15 0.182927 -1.69867 -0.31073 LN S 2.302585
2 Diadema setosum 47 0.573171 -0.55657 -0.31901 E 0.60386
3 Linckia laevigata 2 0.02439 -3.71357 -0.09057 D 0.396145
4 Comanthus parvicirrus 1 0.012195 -4.40672 -0.05374 MI 0.33259
5 Stenopus hispidus 1 0.012195 -4.40672 -0.05374
6 Comatella maculata 1 0.012195 -4.40672 -0.05374
7 Nassarius incrassatus 1 0.012195 -4.40672 -0.05374
8 Tridacna maxima 7 0.085366 -2.46081 -0.21007
9 Pedum spondyloideum 6 0.073171 -2.61496 -0.19134
10 Linkia guildingi 1 0.012195 -4.40672 -0.05374
Total 82 1.39043
X^2 6724
Jumlah Individu Total 311
Jumlah Plot 5

Data Stasiun 5
No. Spesies St 5 Pi LnPi PiLnPi
1 Comanthina schlegelii 2 0.037037 -3.29584 -0.12207 LN S 2.484907
2 Heteractis crispa 3 0.055556 -2.89037 -0.16058 E 0.68854
3 Petrosia sp. 3 0.055556 -2.89037 -0.16058 D 0.311463
4 Didemnum molle 30 0.555556 -0.58779 -0.32655 MI 0.1351
5 Tridacna maxima 4 0.074074 -2.60269 -0.19279
6 Linckia laevigata 2 0.037037 -3.29584 -0.12207
7 Cypraea pantherina 1 0.018519 -3.98898 -0.07387
8 Linckia multifora 1 0.018519 -3.98898 -0.07387
9 Colobometra perspinosa 1 0.018519 -3.98898 -0.07387
10 Polycarpa aurata 2 0.037037 -3.29584 -0.12207
11 Ophiomastrix sp. 2 0.037037 -3.29584 -0.12207
12 Sarcophyton sp. 3 0.055556 -2.89037 -0.16058
Total 54 1.71095
X^2 2916
Jumlah Individu Total 311
Jumlah Plot 5

DATA MANGROVE

Analisis Vegetasi Mangrove


Kerapatan Jenis (Di)
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rhizophora
4.22 6.04 3 4 2.26 3.52 2.54 5.32 3.5 3.56
stylosa
Sonneratia alba 3.86 4.08 1.6 0.92 1.92 2.06 1.4 1.42 1.66 1.32
Acanthus
0.02 0.7 1.18 1.08 0.8 1 1.14 1.16 1.7 1.14
ilicifolius
Bruguiera
1.6 3.8 1.36 2 1.62 1.6 1.42 1.58 1.1 1.06
gymnorrhiza
Jumlah 9.7 14.62 7.14 8 6.6 8.18 6.5 9.48 7.96 7.08

Kerapatan Relatif (RDi)


Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rhizophora 43.5052 41.313 42.0168 50.000 34.2424 43.0318 39.076 56.1181 43.969 50.2825
stylosa 3 0 9 8
Sonneratia 27.907 11.500 21.538 20.854
alba 39.7938 0 22.4090 0 29.0909 25.1834 5 14.9789 3 18.6441
Acanthus 13.500 17.538 21.356
ilicifolius 0.2062 4.7880 16.5266 0 12.1212 12.2249 5 12.2363 8 16.1017
Bruguiera
gymnorrhiz 25.991 25.000 21.846 13.819
a 16.4948 8 19.0476 0 24.5455 19.5599 2 16.6667 1 14.9718

Frekuensi Jenis (Fi)


Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rhizophora stylosa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sonneratia alba 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Acanthus ilicifolius 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Bruguiera gymnorrhiza 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Frekuensi Relatif (RFi)


Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rhizophora stylosa 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Sonneratia alba 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Acanthus ilicifolius 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Bruguiera gymnorrhiza 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Penutupan Jenis (Ci)


Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rhizophora 39.250 56.520 19.23 1.570 3.533 3.533 1.570 2.261 7.599 189.970
stylosa 3
Sonneratia 226.080 25.120 5.087 5.668 5.668 5.087 7.599 9.813 3.077 83.665
alba
Acanthus 173.093 88.313 4.537 17.097 5.087 2.261 1.570 5.668 3.533 25.120
ilicifolius
Bruguiera 127.170 76.930 2.653 3.533 4.019 2.653 4.019 6.280 2.653 163.343
gymnorrhiz
a
 Total 565.593 246.883 31.51 27.868 18.306 13.53 14.758 24.021 16.86 462.098
0 3 2

Penutupan Relatif (RCi)


Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rhizophora 6.940 22.89 61.036 5.634 19.29 26.102 10.63 9.412 45.06 41.110
stylosa 3 7 8 5
Sonneratia 39.972 10.17 16.143 20.338 30.96 37.587 51.48 40.850 18.25 18.106
alba 5 1 9 0
Acanthus 30.604 35.77 14.400 61.352 27.78 16.705 10.63 23.595 20.95 5.436
ilicifolius 1 7 8 0
Bruguiera 22.484 31.16 8.421 12.676 21.95 19.606 27.23 26.144 15.73 35.348
gymnorrhiz 1 5 4 6
a

Indeks Nilai Penting (INP)


Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rhizophora 75.445 89.207 128.053 80.634 78.539 94.134 74.715 90.530 114.035 116.393
stylosa
Sonneratia 104.76 63.082 63.552 56.838 85.051 87.770 98.028 80.829 64.104 61.750
alba 6
Acanthus 55.810 65.559 55.926 99.852 64.909 53.930 53.177 60.831 67.307 46.538
ilicifolius
Bruguiera 63.979 82.152 52.468 62.676 71.501 64.165 74.080 67.810 54.555 75.320
gymnorrhiza
 Total 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300

Anda mungkin juga menyukai