PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI 2
1.1. Latar Belakang 3
1.3. Hipotesis 5
1.4. Tujuan Penelitian 5
1.5. Manfaat Penelitian 5
1.6. Kerangka Berpikir 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2. Tinjauan Pustaka 6
2.1. Penyembelihan dalam Islam 6
BAB III 14
DAFTAR PUSTAKA 16
Darmawan, A. (2017). IDENTIFIKASI Salmonella sp PADA DAGING
AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA
MAKASSAR. Skripsi. Universitas Hasanuddin: Makassar. 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Penjaminan Pangan Asal Hewan (PAH) yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal)
memegang peranan penting dalam memberikan keamanan bagi konsumen. Dalam
rangka peningkatkan pengawasan peredaran pemalsuan daging yang salah satunya
yakni dengan menggunakan daging celeng, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 00006/SE/PD.620/F/06/2014 tanggal 30
3
Juni 2014 tentang Peningkatan pengawasan peredaran PAH ASUH. Di butuhkan sebuah
system pendekatan berupa cara-cara produksi pangan asal hewanyang baik pada setiap
mata rantai produksi, mulai dari peternakan sampai ke meja makanguna memperoleh
produk daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH).
Makanan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik, sedangkan yang buruk adalah
kebalikannya. Oleh karena itu untuk manusia Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya
untuk memakan makanan yang baik dan melarang mereka memakan makanan yang buruk.
Dalam Islam penyembelihan hewan ternak sebelum di konsumsi merupakan salah satu hal
yang sangat penting. Di samping belakangan di temukan tentang alasan kesehatan, binatang
yang di sembelih bukan atas nama Allah menjadi haramnya untuk di makan. Karena
pentingnya makanan halal bagi muslim, maka memberikan perhatian penuh pada makanan
dari sumber hewani yang akan di konsumsi menjadi penting. Terutama pada proses
penyembelihan dan pengelohannya. Perhatian ini dianggap perlu karena semakin banyak dan
kompleksnya jenis makanan yang menurut sebagian orang dianggap modern dan memenuhi
syarat kesehatan, tetapi tidak jelas halal haramnya karena tidak jelas penyembelihannya.
Dalam pelaksanaan proses penyembelihan hewan, banyak sekali toko pemotong hewan yang
memanfaatkan peralatan modern seiring dengan perkembangan teknologi, sehingga muncul
beragam model penyembelihan dan pengelolahan yang menimbulkan pertanyaan terkait
dengan kesesuaian pelaksanaan penyembelihan tersebut dengan hukum Islam. Oleh karena
itu, dipandang perlu adanya fatwa MUI tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal untuk
dijadikan pedoman. Berdasarkan pada Ketentuan Fatwa MUI yang menjelaskan tentang
Sertifikasi Penyembelihan Halal tersebut ;
c. Kondisi hewan harus memenuhi standar kesehatan hewan yang di tetapkan oleh lembaga
yang di miliki kewenangan.
2. Standar penyembelihan,
b. Alat dimaksud bukkan kuku, gigi/taring atau tulang. Standar proses penyembelihan,
c. Penyembelihan di laksanakan dengan niat menyembelih dan menyebut atas nama Allah.
f. Memastikan adanya aliran darah dan/atau gerakan hewan sebagai tanda hidupnya hewan
(hayyah mustaqirrah).
Syarat mutu karkas dan daging ayam menurut Dewan Standarisasi Nasional SNI 7388:2009
menyatakan bahwa Salmonella merupakan bakteri patogen berbahaya sehingga di dalam
produk pangan tidak boleh mengandung Salmonella. Bakteri tersebut merupakan penyebab
infeksi, jika tertelan dan masuk ke dalam tubuh. Penularan Salmonella sp ke manusia diketahui
melalui makanan (80,1%), air (3,2%), antar individu manusia (6,3%), dan kontak dengan hewan
(4,3%). Khusus untuk penularan melalui makanan, ayam merupakan sumber penularan yang
paling sering dilaporkan yaitu sebesar 37,3% (Lee dan Middleton, 2003 dalam Darmawan,
2017)
Banyak jenis kuman yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan salah satunya adalah
Salmonella sp. Berdasarkan besarnya resiko yang disebabkan oleh infeksi Salmonella sp maka
perlu dilakukan penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya cemaran bakteri Salmonella sp pada
daging ayam yang dijual di pasar tradisional di Jakarta Timur. Informasi tentang adanya
cemaran Salmonella sp pada produk daging ayam yang dijual pada pasar tradisional di Jakarta
Timur akan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat Jakarta Timur dalam membeli dan
mengkonsumsi daging ayam yang dijual di pasar-pasar yang ada di sekitar Jakarta Timur.
2. Apakah terdapat perbedaan cemaran bakteri antara ayam yang dipotong sesuai syariat
islam dan yang tidak?
3. Bagaimana tingkat cemaran bakteri Salmonella sp pada daging ayam yang dijual di pasar
tradisional di Jakarta Timur?
1.3. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah
1. Terdapat pengaruh penyembelihan ayam secara syariat Islam terhadap jumlah cemaran
bakteri Salmonella sp.
Sampling
daging
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Penyembelihan dalam Islam
Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar
Sertifikasi Penyembelihan Halal disebutkan dalam ketentuan umum bahwa
“Penyembelihan adalah penyembelihan hewan sesuai dengan ketentuan hukum Islam”.
Menurut bahasa menyembelih artinya baik dan suci. Maksudnya, bahwa hewan yang
disembelih sesuai dengan aturan syara‟ menjadikan hewan yang disembelih itu baik dan
suci serta halal untuk dimakan. Sedangkan menyembelih menurut istilah adalah
mematikan atau melenyapkan roh hewan dengan cara memotong saluran napas dan
saluran makanan serta urat nadi utama dilehernya dengan pisau, pedang, atau alat lain
yang tajam sesuai dengan ketentuan syara‟, selain tulang dan kuku, agar halal dimakan.
Penyembelihan binatang tidak sama dengan mematikan. Mematikan binatang dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti dipukul, disabet dengan senjata, disiram dengan
air panas atau dibakar. Namun cara-cara tersebut tidak dicontohkan oleh Rosululloh
SAW dan termasuk tindakan kejam.
2. Syarat Penyembelihan
Secara umum syarat-syarat penyembelihan yang wajib dipenuhi bagi kehalalan
mengkonsumsi daging hewan sembelihan adalah Syarat yang harus dipenuhi untuk
penyembelihan halal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 Tentang
Kesehatan 16 Masyarakat Venteriner dan Kesejahteraan Hewan disebutkan dalam Pasal
8 dan Pasal 9, yang berbunyi :
7
Pasal 8
(1) Pemotongan Hewan potong yang dagingnya diedarkan harus dilakukan di rumah
potong Hewan yang:
a. Memenuhi persyaratan teknis yang diatur oleh Menteri; dan
b. Menerapkan cara yang baik.
(2) Pendirian rumah potong Hewan harus memenuhi persyaratan teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Cara yang baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan:
a. Pemeriksaan kesehatan Hewan potong sebelum dipotong;
b. Penjaminan kebersihan sarana, prasarana, peralatan, dan lingkungannya
c. Penjaminan kecukupan air bersih;
d. Penjaminan kesehatan dan kebersihan personel;
e. Pengurangan penderitaan Hewan potong ketika dipotong;
f. Penjaminan penyembelihan yang Halal bagi yang dipersyaratkan dan bersih;
g. Pemeriksaan kesehatan jeroan dan karkas setelah Hewan potong dipotong; dan
h. Pencegahan tercemarnya karkas, daging, dan jeroan dari bahaya biologis, kimiawi,
dan fisik.
(4) Pemeriksaan kesehatan Hewan potong sebelum dipotong dan pemeriksaan kesehatan
jeroan dan karkas setelah Hewan potong dipotong sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf g harus dilakukan oleh Dokter Hewan di rumah potong Hewan atau
paramedik Veteriner di bawah Pengawasan Dokter Hewan Berwenang.
Pasal 9
1) Pemeriksaan kesehatan Hewan potong sebelum dipotong sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a dilakukan untuk memastikan bahwa Hewan potong yang
akan dipotong sehat dan layak untuk dipotong.
2) Hewan potong yang layak untuk dipotong harus memenuhi kriteria paling sedikit: 24
a. Tidak memperlihatkan gejala penyakit Hewan menular dan/atau Zoonosis;
b. Bukan ruminansia besar betina anakan dan betina produktif;
c. Tidak dalam keadaan bunting; dan
d. Bukan hewan yang dilindungi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan tata cara penyembelihan halal antara lain
a. Bagi Penyembelih
1) Beragama Islam dan sudah akil baligh.
Orang yang menyembelih harus muslim dan mempunyai akal, sebab penyembelihan itu
merupakan salah satu sarana ibadah kepada Allah yang membutuhkan niat. Hal itu tidak
terjadi jika orang yang akan menyembelih adalah orang gila, orang mabuk, atau anak
kecil yang belum tamyiz.
a. Alat penyembelihan
1) Alat penyembelihan harus tajam.
2) Alat dimaksud bukan kuku, gigi/taring atau tulang
Alat penyembelihan yang tajam dimaksudkan agar tidak menyakiti hewan. Sedangkan
larangan menggunakan kuku, gigi/taring atau tulang dikarenakan penyembelihan
dengan gigi dan kuku merupakan penyiksaan terhadap binatang.
Berikut tata cara penyembelihan sesuai syariat Islam:
1) Penyembelihan dilaksanakan dengan niat menyembelih dan menyebut asma Allah.
Hal tersebut berdasar pada Qur‟an Surat Al-An’aam ayat 121:
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah
menjadi orang-orang yang musyrik. (…)
2) Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui pemotongan saluran
makanan (mari’/esophagus), saluran pernafasan/tenggorokan (hulqum/trachea), dan dua
pembuluh darah (wadajain/vena jugularis dan arteri carotids). Pada saat penyembelihan,
dianjurkan untuk memotong empat bagian leher tersebut karena mempermudah
keluarnya ruh dari tubuh binatang. Tindakan ini merupakan bentuk perbuatan baik
tehadap binatang yang disembelih.33
3) Penyembelihan dilakukan dengan satu kali dan secara cepat.
4) Memastikan adanya aliran darah dan/atau gerakan hewan sebagai tanda hidupnya
hewan (ha’yah mustaqirrah).
5) Memastikan matinya hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut
9
kontaminasi mikroorganisme pada daging segar berasal dari pisau pemotong, bagian
yang tersembunyi dari daging, saluran pencernaan, tangan manusia, wadah,
penanganan, dan penyimpanan. Kemampuan pertumbuhan mikroorganisme pada daging
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi
ketersediaan nutrisi, pH, aktivitas air (aw) yang terdapat dalam daging, potensi oksidasi-
reduksi dan ada tidaknya substansi penghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi suhu ruang penyimpanan, kelembaban relatif, dan
kondisi oksigen atmosfer (Jay et al., 2005 dalam Hasrawati, 2017).
Salmonella tidak dapat dibedakan dengan E. coli jika dilihat dengan mikroskop ataupun
dengan menumbuhkannya pada media yang mengandung nutrien umum. Salmonella
dapat tumbuh optimum pada media pertumbuhan yang sesuai dan memproduksi koloni
yang tampak oleh mata dalam jangka waktu 24 jam pada suhu 37°C. Salmonella sensitif
terhadap panas dan tidak tahan pada suhu lebih dari 70°C dan pasteurisasi pada suhu
71,1°C selama 15 menit (Cox et al, 2000 dalam Darmawan, 2017). Salmonella
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon disaat genus lainnya
membutuhkan sumber karbon kompleks sebagai sumber nutrisinya. Beberapa
Salmonella kecuali S. typhi memproduksi gas selama proses fermentasi. Salmonella
mampu mengubah Nitrat menjadi Nitrit dan tidak membutuhkan NaCl untuk
pertumbuhannya (Hanes, 2003 dalam Darmawan, 2017).
Salmonellosis adalah penyakit menular yang dapat menyerang hewan maupun manusia.
Hal ini dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh bakteri
Salmonella (Dominguez, et al., 2002). Pang et al.,(1995) menyebutkan bahwa peristiwa
typoid salmonellosis (demam enterik) relatif stabil dengan jumlah terendah terjadi di
12
daerah negara maju, tetapi peristiwa non- typhoid salmonellosis (gastroenteritis) relatif
meningkat di seluruh negara. Kasus gastroenteritis (diare) akut adalah 1,3 milyar kasus
dengan tiga juta jiwa meninggal, sedangkan kasus demam enterik adalah 16 juta kasus
dengan kematian sebanyak 600 ribu kasus. Pada hewan terutama unggas, Salmonellosis
menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Hal ini berhubungan dengan
penurunan produktivitas, dengan angka morbiditas sampai 80%, sedangkan angka
mortalitasnya 10-20% atau lebih tinggi, selain itu sifat zoonosisnya yang dapat
ditransmisikan dan menimbulkan penyakit pada manusia (Direktorat Jendral
Peternakan, 1982).
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Metode Penelitian
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal Januari secara analisis di Laboratorium
Mikrobiologi Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi pasar tradisional di Jakarta Timur
DAFTAR PUSTAKA