PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daging ayam merupakan bahan pangan asal ternak yang digemari
oleh masyarakat karena gizinya tinggi, harganya tergolong murah dan penting
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani (Delfita rina, 2013). Kehalalan
dan keamanan asal ternak harus di perhatiakan, mulai dari proses pemotongan
hinga dikonsumsi oleh konsumen. Sebagaian masyarakat kurang begitu
memahami tentang keamanan pada pangan termasuk pada daging ayam,
kondisi ini cukup memprihatinkan, karena daging ayam merupakan salah satu
bahan pangan yang mudah rusak dan sangat mudah terkontaminasi bakteri.
Selain keamanan pangan, produk makanan juga harus halal termasuk
pada daging ayam boiler yang di konsumsi, sesuai dengan UU No 33 2014
terkait jaminan produk halal, yang dimana pada pasal 4 di terangkan bahwa
produk yang masuk dan beredar di Indonesia harus bersertifikasi halal, oleh
karena itu kehalalan pada produk sangat penting termasuk pada daging ayam
boiler karena ada beberapa titik kritis seperti pada penyembelihannya.
Kehidupan seorang muslim berkaitan erat dengan konsep halal dan
haram. Konsep ini bersifat menyeluruh karena tidak hanya di aplikasikan
pada makanan dan minuman, namun juga memperoleh nafkah, tata cara
berpakayan dan berkomunikasi dengan mahluk hidup lainnya (Riaz dan
Chaudry, 2004).
Makanan merupakan salah satu yang sangat di perhatikan dalam agama islam, dan
makananan yang sifatnya halal. Dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 168, berbunyi :
Artinya :”Wahai manusia, makanlah apa-apa yang saja yang ada dipermukaan bumi ini yang
halal lagi baik. Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya
setan itu adalah musuh kamu yang nyata” (QS al-baqarah : 168).
Selain dari penyembelihan ayam, pengeluaran darah pada ayam juga sangat penting
untuk di perhatikan, karena penyembelihan ayam menurut islam yang sempurna yaitu dengan
memotong oesophagus, Trachea, Vena jagularis, dan arteri carotis sampai putus sehingga
darah dapat pengucur keluar sampai habis. Dan apabila pengeluaran darah tidk sempurna
darah akan mengendap pada daging, sedangkan darah merupakan salah satu yang haram
untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui pengeluaran darah dilakukan secara sempurn,
dilakukan uji Malachite Green.
Metode pengujian yang digunakan dalam diteksi daging bangkai yaitu metode
Malachite Gree (MG).Penelitian ini merupakan modifikasi dari uji malachite green (MG)
yang digunakan untuk pengujian kesempurnaan pengeluaran darah pada pemotongan hewan
sapi, Pada dasarnya MG berkompetisi dengan hemoglobin (Hb) untuk mengikat oksigen.
Karena Hb mempunyai afinitas lebih tinggi duri MG, maka Hb akan mengikat Oksigen lebih
dahulu. Pengeluaran darah positif (+) tidak sempurna jika latutan campuran ekstrak daging, 1-
1202 (3%) dan MG (2%) berwarna hijau keruh, sedang hasil negatif sempurna jika larutan
berwarna hijau-biru jemih (Anonim, 1996b).
Mengingat Hb mempakan faktor penting dalam uji MG, dan daging ayam merupakan
daging putih yang memiliki jumlah mioglobin (heme) jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan daging sapi (daging merah) (Forrest dkk„ 1975 dan Libby, 1975), maka konsentrasi
ekstrak daging harus ditingkatkan untuk mendapatkan jumlah mioglobin (heme) lebih
banyak, Konsentrasi H2O2 dan MG juga perlu disesuaikan dengan konsentrasi ekstrak
daging.Perubahan warna dalam uji MG terhadap daging bangkai yang telah busuk
kemungkinan juga dipengaruhi adanya H2S yang membentuk mioglobin menjadi
sulf•mioglobin.Selanjutnya sulf-mioglobin berikatan dengan MG membentuk warna hijau
(Lawrie, 1995).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis faktor titik kritis dan uji Malachite Green untuk menentukan status
halal ayam potong di tempat pemotongan ayam Kecamatan Menes.
1. Subjek penelitian adalah deteksi apakah objek penelitian( daging ayam ) disembelih
2. Subjek penelitian adalah analisa apakah objek penelitian ayam broiler mengalami
3. Subjek penelitian adalah analisa apakah objek penelitian karkas daging ayam broiler
2. Menguji pengeluaran darah dari ayam broiler tersebut dengan menggunakan uji
Malachite Green
ayam broiler.
1.5. Lokasi
Lokasi pengambilan sampel yang di teliti yaitu di daerah Kecamatan Menes, Kabupaten
Menes.
keamanan dari kehalalan Daging ayam yang beredar di kecamatan menes. Sehingga
masyarakat lebih berhati-hati dan bijaksana dalam mengkonsumsi daging ayam boiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Boiler
Daging ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting,
sehingga ketersediannya harus selalu terjamin baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Hampir semua lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi daging ayam broiler sebagai sumber
protein hewani. Hal ini disebabkan daging ayam merupakan salah satu pangan yang mudah
diperoleh, harganya cukup terjangkau, dan mudah cara pengolahannya. Hal tersebut
menjadikan daging ayam selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat,
sehingga permintaannya terus meningkat (Pratama et al., 2015)
Daging ayam broiler merupakan salah satu bahan pangan yang cukup popular dan
banyak diminati oleh masyarakat. Daging ayam biasanya dijual di pasar-pasar dalam bentuk
karkas ayam yang utuh, potongan karkas, maupun dalam bentuk fillet. Karkas ayam
merupakan bagian tubuh ayam yang telah dilakukan penyembelihan secara halal dan telah
dilakukan pencabutan bulu, pengeluaran jeroan, paru-paru serta ginjal, sehingga didapatkan
daging ayam tanpa kepala, leher, dan kaki (SNI, 2009).
Menurut Badan Pusat Statistik (2015). konsumsi rata-rata per kapita daging ayam
pada tahun 2012 mencapai 0.076 kg, tahun 2013 mencapai 0,078 kg dan tahun 2014
mencapai 0,086 kg. Meningkatnya permintaan daging ayam diikuti dengan semakin
maraknya kasus-kasus negative menyangkut penjualan daging ayam.
Daging ayam biasanya dijual kepada konsumen dalam bentuk karkas utuh, belahan
karkas kiri dan kanan, seperempat karkas, atau potongan-potongan.Potongan komersial
ayam broiler meliputi kaki, paha, paha atas, dada, punggung dan sayap.Komposisi nutrisi
daging ayam dapat dilihat pada Tabel 2.1.
3. Pencabutan bulu
Bulu ayam, setelah melalui proses perendaman dilakukan pembersihan atau
pencabutan, segera setelah perendaman dengan menggunakan mesin pencabut bulu
(plucking machine). Mesin pencabut bulu memiliki semacam jari-jari dari bahan karet
yang berputar sehingga dapat mencabut bulu unggas. Tetapi, pencabutan bulu bisa juga
dengan menggunakan tangan langsung, tetapi cara ini memakan waktu.
Pencabutan bulu setelah proses pencelupan ayam potong kedalam dalam air panas
selesai baru proses pencabutan bulu ayam dilakukan dengan memakai mesin pencabut
bulu 2 (dua) selinder berupa selinder karet, yang pada kedua permukaannya terdapat duri-
duri lunak yang terbuat dari karet. Kedua selinder berputar dengan arah yang berlawanan,
sehingga jika karkas ayam broiler diletakan didalamnya bulu-bulunya akan terkait dan
tercabut dari permukaannya (Metia , 2016).
4. Pengeluaran jeroan
Proses pengeluaran jeroan dilakukan dengan menyayat bagian kloaka, isi perut
dikeluarkan (hati, jantung, empedu, usus dan tembolok), empedu langsung dipisahkan
dari jeroan lainnya untuk mencegah kemungkinan pecah dan mengotori jeroan lainnya
dan karkas ayam (Delfita ,2013).
5. Pendinginan
Pendinginan bertujuan untuk menghilangkan panas badan yang tersisa, disamping
untuk mencegah bibit penyakit, dan bertujuan agar daging ayam potong tahan lama.
Pendinginan dapat dilakukan didalam dengan memakai freezer dengan suhu dibawah
100C (Metia ,2016).
Penjualan ayam tiren dengan alasan apapun haram hukumnya. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dengan tegas menyatakan ayam bangkai haram untuk dikonsumsi umat
Islam.Sementara dari sisi kesehatan, tingkat bahaya akibat mengonsumsi ayam bangkai
ditentukan oleh penyebab, lama kematian, dan kondisi sanitasi lingkungan saat hewan
ternak tersebut mati.
2.5.6. Lain-lain
1. Hewan disunahkan menghadap kiblat
2. Penyembelihan semaksimal mungkin dilakukan secara manual ( tanpa stunning )
3. Stunning ( Pemingsanan ) untuk mempermudah penyembelihan hewan
hukumnya boleh
4. Haram melakukan penggelongan hewan
2.1 Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal
2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan fatwa MUI.
Pasal 19
1) Hewan yang digunakan sebagai bahan Produk wajib disembelih sesuai dengan syariat
dan memenuhi kaidah kesejahteraan hewan serta kesehatan masyarakat veteriner.
2) Tuntunan penyembelihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.11
Pasal 18 tersebut memberi penegasan bahwa setiap hewan yang akan diedarkan untuk
selanjutnya diolah sebagai produk, harus disembelih sesuai dengan syari‟at Islam.
Sedangkan pada Pasal 19 memberikan makna bahwa dalam pasal tersebut dijelaskan
bahwa ketentuan yang mengatur tentang kriteria halal menurut Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 tersebut mengacu pada syariat Islam yang diatur dalam Fatwa Majelis Ulama
Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal dan
kaidah kesejahteraan hewan serta kesehatan masyarakat venteriner yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 Tentang Kesehatan Mayarakat Venteriner
dan Kesejahteraan Hewan.
Aspek fisik dari pemotongan ayam yang tidak diinginkan adalah tidak
terpotongnya esofagus, trakea dan pembuluh darah (arteri karotis dan vena jugularis).
Aspek estetika yang tidak memenuhi syarat yaitu ayam tidak diistirahatkan, ditumpukkan
dalam satu tempat sebelum mati (Soeparno 2004).
1. Esofagus
2. Trakea
3. Pembuluh darah (V. Jugularis)
4. Arteri karotis
Coliform 1 x 102
Escherichia Coli 1 x 101
S. Aureus 1 x 102
Salmonella sp (*) Negatif/25 gram
Chemphylobacter sp Negatif/25 gram
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2009)