Disusun Oleh :
Indah Damayanti
13031019
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Kebutuhan pangan masyarakat di Indonesia saat ini semakin meningkat. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan tersebut maka diperlukan ilmu dan teknologi
pengolahan hasil pertanian. Dengan adanya ilmu dan teknologi pengolahan hasil
pertanian diharapkan hasil pertanian dapat diolah dan dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia agar kebutuhan primer yaitu pangan terpenuhi.Dengan terpenuhinya
kebutuhan pangan masyarakat, diharapkan gizi pada masyarakat juga terpenuhi.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi
terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara
baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai
pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara
pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap
bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Pengolahan pangan atau pengolahan bahan makanan merupakan proses yang
sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia. Melalui pengolahan
pangan, bahan mentah diolah menjadi bahan jadi untuk dikonsumsi dan bahan
setengah jadi untuk memperpanjang masa simpannya dan agar mudah diolah menjadi
bahan jadi yang siap konsumsi. Dengan adanya pengolahan bahan makanan maka
dapat diperoleh makanan yang baik, bergizi, higienis dan berkualitas. Tujuan dari
pengolahan bahan makanan yaitu untuk meningkatkan kualitas dan memperpanjang
umur simpan, agar makanan mudah dicerna oleh tubuh, memperbaiki aroma, warna,
bentuk dan tekstur bahan makanan, meningkatkan gizi makanan, serta membebaskan
makanan dari jasad-jasad renik dan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan.
Bahan pangan yang berasal dari dagingsangat disukai oleh masyarakat
umum.Selain karena rasanya yang nikmat, daging disukai juga karena kandungan
nilai gizinya.Nilai nutrisi daging yang tinggi disebabkankarena daging mengandung
asam-asam amino yang lengkap dan seimbang. Namun demikian kandungan nilai gizi
daging dari setiap jenis ternak relatif berbeda,setiap 100 gr daging dapat memenuhi
kebutuhan gizi orang dewasa sekitar 10 persen kalori, 50 persen protein dan 35 persen
zat besi (Fe) setiap harinya.
Untuk mengetahui proses pengolahan hasil pertanian maka Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mercu Buana Yogyakarta melakukan
2
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pengolahan daging ayam menjadi nugget.
2. Untuk mengetahui proses pengolahan daging ayam menjadi sosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Daging Ayam
Daging ayam merupakan salah satu produk yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan gizi protein yang mengandung asam amino yang lengkap
(Astawan dan Astawan, 1998). Daging memiliki kandungan gizi yang lengkap,
sehingga keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi. Nilai kalori daging
tergantung pada jumlah daging yang dimakan. Secara relatif kandungan gizi daging
3
dari berbagai bangsa ternak berbeda, tapi setiap gram daging dapat memenuhi
kebutuhan gizi seorang dewasa setiap 10% kalori, 50% protein, 35% zat besi
(Forest,et al., 1975). Komposisi kimia daging ayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Ayam per 100 gram Bahan
Komposisi
Jumlah
Kalori (kal)
302
Protein (g)
18,2
Lemak (g)
25,0
Karbohidrat (g)
0
Kalsium (mg)
14
Fosfor (mg)
400
Besi (mg)
1,5
Nilai vitamin A (SI)
820
Vitain B1 (mg)
0,08
Vitamin C (mg)
0
Air (g)
55,9
b.d.d (%)
58
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., (1996)
Daging merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable food) karena
daging merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pengawetan
daging mempunyai tujuan antara lain untuk mengamankan daging dari kerusakan atau
pembusukan oleh mikroorganisme dan memperpanjang masa simpan (shelf life)
daging. Pengawetan berarti menghambat atau membatasi reaksi-reaksi enzimatis,
kimia dan kerusakan fisik daging.Pengawetan yang menghasilkan produk yang sifat
fisiknya berubah dari bahan bakunya dikenal dengan istilah pengolahan (Buckle et al.,
1987).
2. Nugget
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging
giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung
berbumbu (battered dan braded) (Maghfiroh, 2000). Nugget dikonsumsi setelah
proses penggorengan rendam (deep fat frying) (Saleh et al, 2002). Nugget dibuat dari
daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak
membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan
diselimuti tepung roti (breading). Nugget digoreng setengah matang dan dibekukan
untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan (Astawan, 2007).
Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu
produk yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked),
kemudian dibekukan (Afrisanti, 2010). Produk beku siap saji ini hanya memerlukan
waktu penggorengan selama 1 menit pada suhu 150 C. Tekstur nugget tergantung
dari bahan asalnya (Astawan, 2007).
Adapun Syarat Mutu Nugget Ayam sebagai berikut :
Jenis Uji
Keadaan
Persyaratan
Aroma
Rasa
- Tekstur
- Normal
Air (%,b/b)
Maks.60
Protein (%,b/b)
Min.12
Lemak (%,b/b)
Maks.20
Karbohidrat (%,b/b)
Maks.25
Kalsium (mg/100g)
Maks.30
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2002)
3. Sosis
Sosis merupakan produk olahan yang dibuat dari bahan dasar berupa daging
(sapi atau ayam) yang digiling. Pada prinsipnya semua jenis daging dapat dibuat sosis
bila dicampur dengan sejumlah lemak. Daging merupakan sumber protein yang
bertindak sebagai pengemulsi dalam sosis. Protein yang utama berperan sebagai
pengemulsi adalah myosin yang larut dalam larutan garam (Brandly, 1966). Daging
yang umumnya digunakan dalam pembuatan sosis daging yang kurang nilai
ekonomisnya atau bermutu rendah seperti daging sketal, daging leher, daging rusuk,
daging dada serta daging-daging sisa/tetelan (Soeparno, 1994).
Adapun syarat mutu sosis ayam adalah sebagai berikut :
BAB III
PENGOLAHAN NUGGET DAN SOSIS
A. Pembuatan Chicken Nugget:
Proses pembuatan nugget ayam di PT Dagsap Endura Eatore dimulai dari
proses persiapan bahan baku sampai bahan jadi. Bahan baku yang digunakan adalah
ayam potong. Berikut tahap-tahap pengolahan nugget yang dilakukan :
1. Pemotongan ayam, pembersihan dan pemisahan daging ayam
Sebelum dipotong, ayam ditenangkan menggunakan listrik sehingga
memudahkan dalam proses pemotongan ayam. Ayam yang masih hidup digantung
6
10
11
BAB IV
PEMBAHASAN
12
dalam emulsi daging, juga berfungsi untuk melarutkan protein sarkoplasma dan
sebagai pelarut garam yang akan melarutkan protein myofibril (Afrisanti, 2010).
2. Pengukusan
Pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan granula granula pati
yang disebut gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan peristiwa pengembangan granula
pati sehingga granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan semula
(Winarno, 1997). Mekanisasi gelatinisasi, diawali oleh granula pati akan menyerap
air yang memecah kristal amilosa dan memutuskan ikatanikatan struktur heliks
dari molekul tersebut. Penambahan air dan pemanasan akan menyebabkan amilosa
berdifusi keluar granula, sehingga granula tersebut hanya mengandung sebagian
amilopektin dan akan pecah membentuk suatu matriks dengan amilosa yang
disebut gel (Winarno, 1997).
3. Batter dan Breading
Menurut Fellow (2000), perekat tepung (batter) adalah campuran yang terdiri
dari air, tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan
produk sebelum dimasak. Pelumuran tepung roti (breading) merupakan bagian
yang paling penting dalam proses pembuatan produk pangan beku dan industri
pangan yang lain. Coating adalah tepung yang digunakan untuk melapisi produk
produk makanan dan dapat digunakan untuk melindungi produk dari dehidrasi
selama pemasakan dan penyimpangan. Breading dapat membuat produk menjadi
renyah, enak dan lezat. Nugget termasuk salah satu produk yang pembuatannya
menggunakan batter dan breading. Batter yang digunakan dalam pembuatan
nugget berupa tepung halus dan berwarna putih, bersih dan tidak mengandung
bendabenda asing. Tepung roti harus segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik
atau asam, warnanya cemerlang, serpihan rata, tidak berjamur dan tidak
mengandung benda-benda asing (BSN, 2002).
4. Penggorengan
Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan orang dengan
menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang digoreng
mempunyai permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul
disebabkan karena reaksi pencoklatan (Maillard) (Ketaren, 1986). Reaksi Maillard
terjadi antara protein, asam amino, dan amin dengan gula aldehida dan keton, yang
14
kadar air sosis, bahan pengikat sosis yaitu susu skim bubuk dan bahan pembentuk
yaitu susu skim bubuk dan tepung tapioka. Kadar air sosis menurut SNI 01-30201995 adalah maksimal 67.0% bobot basah. Kadar air yang dihasilkan berasal dari
air yang ditambahkan atau dari bahan-bahan yang ditambahkan dengan kandungan
air yang tinggi.
Menurut Acton dan Saffle (1970), lemak dapat mempengaruhi kestabilan
emulsi lemak menghaSilkan fase dispersi (diskontinue) dari emulsi daging
sehingga lemak merupakan komponen struktural utama. Lemak yang mengandung
asam lemak jenuh lebih mudah diemulsi daripada asam lemak tak jenuh. Menurut
Sulzbacher (1973), penggunaan lemak cair (minyak) pada produk daging olahan
dapat menghasilkan emulsi daging yang lebih stabil daripada minyak padat. Sosis
masak harus mengandung lemak maksimum 30%. Nitrit pada sosis berfungsi
sebagai
Bahan pengikat pada pembuatan nugget maupun sosis memiliki kandungan
protein yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan emulsifikasi lemak dibandingkan
dengan bahan pengisi. Bahan pengikat dalam adonan emulsi dapat berfungsi
sebagai bahan pengemulsi (Afrisanti, 2010). Bahan pengikat juga berfungsi
mengurangi penyusutan pada waktu pengolahan dan meningkatkan daya ikat air.
Pada pengolahan nugget maupun sosis biasanya ditambahkan bahan pengisi.
Bahan pengisi merupakan sumber pati yang ditambahkan dalam produk
restrukturisasi untuk menambah bobot produk dengan mensubstitusi sebagian
daging sehingga biaya dapat ditekan (Rahayu, 2007). Fungsi lain dari bahan
pengisi adalah membantu meningkatkan volume produk. Menurut Winarno (1997)
pati terdiri atas dua fraksi yang dapat terpisah dengan air panas. Fraksi terlarut
disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Fraksi amilosa
berperan penting dalam stabilitas gel, karena sifat hidrasi amilosa dalam pati yang
dapat mengikat molekul air dan kemudian membentuk massa yang elastis.
Stabilitas ini dapat hilang dengan penambahan air yang berlebihan. Bahan pengisi
yang umum digunakan pada pembuatan nugget adalah tepung (Afrisanti, 2010).
Bumbu-bumbu yang ditambahkan pada pembuatan nugget dan sosis adalah
bahan yang sengaja ditambahkan dan berguna untuk meningkatkan konsistensi,
nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk
dan rupa produk (Erawaty, 2001). Pembuatan nugget memerlukan bahan pembantu
yaitu garam, gula, bawang putih dan merica (Aswar, 2005). Garam merupakan
16
komponen bahan makanan yang ditambahkan dan digunakan sebagai penegas cita
rasa dan bahan pengawet. Penggunaan garam tidak boleh terlalu banyak karena
akan menyebabkan terjadinya penggumpalan (salting out) dan rasa produk menjadi
asin. Konsentrasi garam yang ditambahkan biasanya berkisar 2 sampai 3% dari
berat daging yang digunakan (Aswar, 2005).
Pemakaian gula dan bumbu dapat memperbaiki rasa dan aroma produk yang
dihasilkan. Pemberian gula dapat mempengaruhi aroma dan tekstur daging serta
mampu menetralisir garam yang berlebihan (Buckle et al, 1987). Bawang putih
(Allium sativum L.) berfungsi sebagai penambah aroma serta untuk meningkatkan
citarasa produk. Bawang putih merupakan bahan alami yang ditambahkan ke
dalam bahan makanan guna meningkatkan selera makan serta untuk meningkatkan
daya awet bahan makanan (bersifat fungistotik dan fungisidal). Bau yang khas dari
bawang putih berasal dari minyak volatil yang mengandung komponen sulfur
(Palungkun et al, 1992).
Merica atau lada (Paperningrum) sering ditambahkan dalam bahan pangan.
Tujuan penambahan merica adalah sebagai penyedap masakan dan memperpanjang
daya awet makanan. Merica sangat digemari karena memiliki dua sifat penting
yaitu rasa pedas dan aroma khas. Rasa pedas merica disebabkan oleh adanya zat
piperin dan piperanin, serta chavicia yang merupakan persenyawaan dari piperin
dengan alkaloida (Rismunandar, 2003).
17
BAB V
KESIMPULAN
1. Dapat mengetahui proses pengolahan nugget ayam dari bahan baku sampai
pengemasan.
2. Tujuan dari pengawetan daging adalah agar daging tidak mengalami kerusakan
atau pembusukan oleh mikroorganisme, selain itu pengawetan juga bisa
memperpanjang masa simpan (shelf life) daging.
3. Pengawetan yang menghasilkan produk yang sifat fisiknya berubah dari bahan
bakunya dikenal dengan istilah pengolahan.
4. Salah satu contoh pengolahan daging yang bisa memperpanjang umur simpan
daging adalah pengolahan daging menjadi nugget atau sosis.
18
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci dengan
Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Program Studi Peternakan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Nugget Ayam. SNI 01-6683-2002. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta
Buckle,K.A.,1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta.
Brandly, P.J., Migaki G., Taylor K.E. 1966. Meat Hygiene, 3rdEdit. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Dewan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3818, Bakso Daging. Dewan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Effie. 1980. Pembuatan Sosis Ikan Cucut (Centroscymus coelolepsi). Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Fellow, A.P. 2000. Food Procession Technology, Principles and Practise.2nd ed.
Woodread.Pub.Lim. Cambridge. England.Terjemahan Ristanto.W dan Agus Purnomo
Forrest, J. G., E. D. Alberle., H. B. Hendrick., M. D. Judge dan R. A. Merkel. 1975.
Principles of Meat Science. W. H. Freeman, San Fansisco.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia
Press. Jakarta
Rahayu, R.Y. 2007. Komposisi Kimia Rabbit Nugget dengan Komposisi Filler Tepung
Tapioka yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan ke-2. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
19
Tanoto, E. 1994. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Tenggiri. Skripsi. Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
20