HACCP
Disusun Oleh:
Hanifah Albana Nur Adhini
( 13031026 )
Aris Arpian
( 13031032 )
( 13031036 )
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol
dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi
titiktitik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan
salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan
pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat
memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.
Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah
terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna
memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu
sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan
didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan mencegah
resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP
juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki
daya saing kompetitif.
Pada beberapa negara penerapan HACCP ini bersifat sukarela dan banyak
industri pangan yang telah menerapkannya. Disamping karena meningkatnya
kesadaran masyarakat baik produsen dan konsumen dalam negeri akan keamanan
pangan, penerapan HACCP di industri pangan banyak dipicu oleh permintaan
konsumen terutama dari negara pengimpor. Penerapan HACCP dalam industri pangan
memerlukan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen perusahaan yang
bersangkutan. Disamping itu, agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan
perlu memenuhi prasyarat dasar industri pangan yaitu, telah diterapkannya Good
Manufacturing Practices (GMP) dan Standard Sanitation Operational Procedure
(SSOP).
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu industri pangan dengan
penerapan sistem HACCP antara lain meningkatkan keamanan pangan pada produk
Indonesia
mengadopsi
sistem
HACCP
versi
CAC
tersebut
dan
menuangkannya dalam acuan SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan
Pengendalian Titik-Titik Kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya yaitu
Pedoman BSN 1004/1999. Sistem yang penerapannya masih bersifat sukarela ini
telah digunakan pula oleh Departemen Pertanian RI dalam menyusun Pedoman
Umun Penyusunan Rencana Kerja Jaminan Mutu Berdasarkan HACCP atau Pedoman
Mutu Nomor 5.
1. Pembentukan Tim HACCP
produk tersebut.
(Tabel
4).
Signifikansi
bahaya
dapat
diputuskan
oleh
tim
dengan
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
penyusunan suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka
mencegah bahaya keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko
tinggi dan tindakan pencegahan harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang
signifikan atau yang memiliki resiko tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam
penetapan critical control point.
10
11
12
alasan kuat mengapa batas tersebut digunakan dan harus dapat divalidasi artinya
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan serta dapat diukur. Penentuan batas
kritis ini biasanya dilakukan berdasarkan studi literatur, regulasi pemerintah, para
ahli dibidang mikrobiologi maupun kimia, CODEX dan lain sebagainya. Untuk
menetapkan CL maka pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah komponen
kritis yang berhubungan dengan CCP?.
Suatu CCP mungkin memiliki berbagai komponen yang harus dikendalikan
untuk menjamin keamanan produk. Secara umum batas kritis dapat digolongkan
ke dalam batas fisik (suhu, waktu), batas kimia (pH, kadar garam). Penggunaan
batas mikrobiologi (jumlah mikroba dan sebagainya) sebaiknya dihindari karena
memerlukan waktu untuk mengukurnya, kecuali jika terdapat uji cepat untuk
pengukuran tersebut.
9. Prinsip 4: penetapan prosedur pemantauan untuk setiap CCP
Kegiatan pemantauan (monitoring) adalah pengujian dan pengamatan
terencana dan terjadwal terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP dan CL
untuk menjamin bahwa CL tersebut menjamin keamanan produk. CCP dan CL
dipantau oleh personel yang terampil serta dengan frekuensi yang ditentukan
berdasarkan berbagai pertimbangan, misalnya kepraktisan. Pemantauan dapat
berupa pengamatan (observasi) yang direkam dalam suatu checklist atau pun
merupakan suatu pengukuran yang direkam ke dalam suatu datasheet. Pada tahap
ini, tim HACCP perlu memperhatikan mengenai cara pemantauan, waktu dan
frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan orang yang melakukan
pemantauan.
10. Prinsip 5: penetapan tindakan koreksi
Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap batas
kritis suatu CCP. Tindakan koreksi yang dilakukan jika terjadi penyimpangan,
sangat tergantung pada tingkat risiko produk pangan. Pada produk pangan
berisiko tinggi misalnya, tindakan koreksi dapat berupa penghentian proses
produksi sebelum semua penyimpangan dikoreksi/diperbaiki, atau produk
ditahan/tidak dipasarkan dan diuji keamanannya. Tindakan koreksi yang dapat
13
bahwa CCP yang ditetapkan masih dapat dikendalikan. Verifikasi juga dilakukan
jika ada informasi baru mengenai keamanan pangan atau jika terjadi keracunan
makanan oleh produk tersebut.
12. Prinsip 7: perekaman data (dokumentasi)
Dokumentasi program HACCP meliputi pendataan tertulis seluruh program
HACCP sehingga program tersebut dapat diperiksa ulang dan dipertahankan
selama periode waktu tertentu. Dokumentasi mencakup semua catatan mengenai
CCP, CL, rekaman pemantauan CL, tindakan koreksi yang dilakukan terhadap
penyimpangan, catatan tentang verifikasi dan sebagainya. Oleh karena itu
dokumen ini dapat ditunjukkan kepada inspektur pengawas
makanan jika
14
II.
PENETAPAN HACCP
15
16
17
Pengolahan Ikan
Ikan Sarden Kaleng
Warna merah, pedas manis, ikan tidak
Karakteristik produk
Cara Penggunaan
Tipe Kemasan
Masa
Simpan
Penyimpanan
Konsumen
Label Khusus
Spesifikasi Produk Akhir
ekor
Dipanaskan terlebih dahulu
Kaleng double seamer
dan
Ikan kaleng merupakan produk olahan ikan yang telah melalui pemrosesan,
dikemas dalam kaleng kedap udara, dan diberikan panas untuk mematikan bakteri di
dalamnya
serta
salah
satu
jenis
18
Ingredien/Tahap
Identifikasi
.
1.
pengolahan
Penerimaan
Potensi Bahaya
Fisik : Ada
Jenis Bahaya
Kondisi
Tindakan
pencegahan
ikan Pencucian,
kualitas
19
Bakteri patogen
bahan baku
Pencucian,
tahap
pemanasan
Melakukan
pengecekan
Bahan
Kimia : Ada
Logam berat
bahan
baku
yang
7.
Sortasi
13.
tidak seragam
spesifikasi/
standar
Biologis : Ada
Kimia : Fisik : Ada
sisa
ikan, duri
Kontaminasi
Pembersihan ikan
Biologis : Ada
mikrobia,
Kimia : -
bakteri patogen
Kontaminasi
Pengecilan
benda
pencucian
Pencucian,
tahap
pemasakan
-
asing Pemotongan
dengan
ukuran
Pencucian
ikan berdasarkan
Fisik : Ada
10.
Ukuran
bahan
Biologis : Ada
mikrobia
patogen
Kontaminasi
benda
Hygiene
pekerja,
tahap pemasakan
Meminimalisir
Kontaminasi
Biologis : Ada
Kimia : Perendaman
16.
Larutan
10%
Fisik : Ada
garam
Biologis : Kimia : Fisik: Ada
19.
Pencucian
Menggunakan
mikrobia
melalui
media
air
Kontaminasi
benda
air
ikan
hancur
Meminimalisir
gesekan/tekanan saat
pencucian
Menggunakan
Kontaminasi
air
Biologis : Ada
Kimia : -
media air
-
Fisik : Ada
Benda asing
industri
Wadah
penirisan
bersih
Kontaminasi
22.
Penirisan
Biologis : Ada
Kimia : 25.
Pewadahan
udara
atau Tempat
serangga
dan bersih
debu
Ikan
tercecer,
ukuran
Fisik : Ada
tidak
seragam,
kontaminasi
benda asing
Biologi : Ada
penirisan
bersih
ikan
dalam
kaleng
(standar),
tempat
poduksi
bersih
dan
Kontaminasi
mikrobia
alat
patogen
dan
pekerja
21
Kimia : -
28.
100 C 20 menit
Biologi : Kimia : -
Fisik : Ada
31.
Penirisan
Kimia : Fisik : -
37.
40.
produksi
-
asing
(logam, plastik,
mikrobia
patogen dengan
media udara
Kontaminasi
Menghindari
benturan,
menjaga
sanitasi
Tahap
pemanasan
mikrobia
Kimia : Ada
patogen
filling
Dosis MSG dan
Menimbang dengan
pewarna
kadar
yang
tepat
makanan serta
sesuai ADI
Na benzoat
Memperhatikan
Fisik : Ada
Daging hancur
waktu,
Kontaminasi
Biologi : Ada
mikrobia
anaerob
gas pada produk
Kondisi kaleng Penutupan
dengan
Saus
Exhausting
(bocor, peyok)
dengan
metode
saus
Biologi : Ada
Penambahan
Penutupan
benda
kayu, kaca)
Kontaminasi
Biologi : Ada
34.
Kontaminasi
suhu
double seamer
22
hot
dan
Kontaminasi
43.
46.
49.
Sterilisasi
Biologi : Ada
mikrobia
Kimia : Fisik : -
patogen
-
Pendinginan
Pelabelan
exhausting
sempurna
Kontaminasi
Biologi : Ada
Proses
bakteri patogen
Mencapai
tekanan
suhu,
dan
waktu
Kimia : Fisik : -
Kontaminasi
yang di tetapkan
Melakukan
shock
Biologi : Ada
mikrobia
Kimia : Fisik : -
thermofilik
Kontaminasi
mengalir
Memperhatikan
Biologi : Ada
mikrobia
patogen
pekerja
Kategori
resiko
Sarden -
IV
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
-
+
-
IV
II
I
I
I
II
I
Kaleng
Bahan mentah:
Ikan sarden segar
Air
Tomat
Cabai
Bawang putih
Gula
Garam
23
Maizena
MSG
+
+
I
I
b. Bahaya Kimia
Nama produk: Ikan Sarden Dalam Kaleng
Kelompok bahaya
Produk/ingredien
Kategori
resiko
Produk:
Ikan Sarden Segar
IV
Bahan mentah:
Ikan sarden segar
Air
Tomat
Cabai
Bawang putih
Gula
Garam
Maizena
MSG
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
III
I
I
I
I
II
I
I
IV
c. Bahaya Fisik
Nama produk: Ikan Sarden Segar
Kategori
Kelompok bahaya
Produk/ingredien
Produk:
Ikan
Sarden
Kaleng
Bahan mentah:
Ikan sarden segar
Air
Tomat
Cabai
Bawang putih
Gula
Garam
Maizena
resiko
II
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
I
II
I
I
I
I
I
II
24
MSG
II
Tahap Proes
P1
P2
P3
P4
P5
CCP/ Bukan
Ya
CCP
CCP
Tidak Ya
Tidak
Tida
Ya
Tidak
Bukan CCP
CCP
Tidak -
k
-
Bukan CCP
Ya
Ya
Tida
Tidak
Bukan CCP
Ya
Tidak
k
-
Bukan CCP
Ya
Ya
Tida
Tidak
Bukan CCP
Penirisan
Tidak Pewadahan
Tidak Pemasakan Awal Ya
Ya
k
Ya
Bukan CCP
Bukan CCP
CCP
1000C 20 menit
Penirisan
Penambahan
Tidak Ya
-
Bukan CCP
CCP
Saus
Exhausting
Penutupan
Sterilisasi
Pendinginan
Pelabelan
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
-
CCP
CCP
CCP
Bukan CCp
Bukan CCP
Penerimaan
Ya
Bahan
Sortasi
Pembersihan
ikan
Pengecilan
Ya
ukuran
Pencucian
Perendaman
Larutan
garam
10%
Pencucian
Ya
Ya
Ya
Tidak
-
25
Jenis
CCP
Batas kritis
Karakteristik
penerimaan:
telah ditentukan
bahaya
Fisik
Kimia
-Kondisi fisik
-Kesegaran
Penerimaan Bahan :
Ikan Sarden Segar
Ikan
-Tingkat
Logam berat
Mikrobi
-Kondisi fisik
Air
ologis
-Kondisi
mengalir
Pembersihan ikan
memenuhi
persyaratan,
air
mikrobiologi
Fisik
Penambahan Saus
Exhausting
Penutupan
Sterilisasi
Fisik
Mikrobi
logam
Ada cemaran Tidak ada mikroorganisme berbahaya
ologi
Fisik
Mikrobi
mikrobiologi
ologi
mikrobiologi
Pemantauan
Apa
Bagaimana
Frekuensi
Siapa
-Setiap
-QC
26
ikan sarden
Bahan :
segar,
Ikan
Sarden
kandungan
Segar
logam berat
Kondisi fisik
Pembersihan
ikan
Penambahan
ikan
lab
logam berat
Pemeriksaan
mikrobiologi
Sampling
s air
proses
-QC proses
air -QC
mikrobilogi
-QC WTP
metal
pengujian
formulasi
detector
terhadap
fungsi (sebelum
dari
metal dilakukan
batch Bagian
QC
proses
dengan pelarutan
melewatkan
formula saus)
sampel standar
Uji mikrobiologi
Tiap
mikrobiologi
produksi
-QC
s
Kondisi fisik Pemeriksaan
Sampling
mikrobiologi
QC proses
kaleng
kebocoran kaleng
setiap
Uji mikrobiologi
produksi
Tiap
batch -QC proses
Kondisi
Sterilisasi
-Sampling
Setiap
Kondisi
Penutupan
-Setiap proses
mikrobiologi)
Sistem pada Melakukan
detector
Exhausting
untuk
dan visual,
Saus
-PPIC
mikrobiologi
batch
produksi
-QC
s
mikrobiologi
I. Langkah 10 (PRINSIP 5): penetapan tindakan koreksi
Penetapan tindakan koreksi dilakukan oleh tim HACCP untuk mengantisipasi
penyimpangan terhadap CCP. Contoh penyimpangan pada CCP saringan adalah
saringan rusak. Tindakan koreksinya misalnya dengan menghentikan produksi.
Tindakan koreksi dicantumkan dalam lembar kerja HACCP plan (Lampiran 1).
J. Langkah 11 (PRINSIP 6): verifikasi program HACCP
27
sampai
dengan
bulan
setelah
masa
kadaluarsa
produk.
28
CCP
bahay
Batas
Pemantauan
kritis
Kimia
Penerima
an
Bahan :
Ikan
Sarden
Segar
Apa
Bagaiman Frekuen
si
-Setiap
han ikan
Karakteristi
Sesuai
a
Kondisi Pemeriksa
dengan
fisik
QC/manager
penerimaan: standar
ikan
sampling
QC
-Kondisi
kualitas
sarden
uji
fisik
untuk
diterima
-Kesegaran
ditentukan
kandun
logam
tidak.
Ikan
gan
berat
-menghubungi
-Tingkat
logam
dept PPIC
Logam
berat
-komplain
-Kondisi
Dokumentas
Siapa
-QC
an
lab
form Form
penerimaan
penerimaan
bahan baku
diputuskan
berat
Pembersi Mikro
Verifikasi
koreksi
a
Fisik
Tindakan
atau
ke
supplier
Air
Kondisi Pemeriksa
-Setiap
-QC
-Reproses
Review
biolog fisik
memenuhi
fisik
an visual,
proses
proses
pembersihan
proses
is
persyarata
ikan
Sampling
-QC
ikan
mikrobil
-Kondisi
mikrobiolog n,
air dan
29
Fisik
mengalir
mikrobi (uji
air ogi
QC/manager
ologis
mikrobiol
secara
-QC
QC
air
ogi)
periodik
WTP
Komplain
WTP
dan
ke
Water
Treatment
Plant
(WTP)
jika
ada
kondisi
air
yang
Ada
Formulasi
Sistem
Melakuka
Setiap
Bagian
menyimpang
-Hubungi Spv Review
cemaran
tepat,
pada
batch
QC
QC/manager
logam
negatif
metal
pengujian
formulas
proses
QC
logam
detecto
terhadap
berat
produksi harus
Penamba
metal
dilakuka
dihentikan
han Saus
detector
-Hubungi
dengan
pelarutan
bagian
Fisik
melewatka formula
maintanace
untuk
sampel saus)
standar
Exhaustin Mikro
Ada
apakah detector
proses
Form laporan
test detector test
setiap hari
mengecek alat
Tiap
-QC
detector
-Hubungi Spv Review
biolog cemaran
i
mikroorga
mikrobiolog nisme
i
mikrobi mikrobiol
batch
proses
QC/manager
ologis
produksi
-QC
QC
mikrobio
produk
logi
lanjutkan atau
ogi
berbahaya
apakah produksi
dapat
produksi ikan
kaleng
tidak
-Komplain ke
Fisik
QC
Produksi
-Hubungi Spv Review
Kaleng
Kondisi Pemeriksa
Samplin
tertutup
fisik
an
g setiap proses
QC/manager
rapat
kaleng
kebocoran
batch
QC
kaleng
produksi
produk
apakah produksi
dapat
produksi ikan
kaleng
lanjutkan atau
Penutupa
tidak
-Hubungi
bagian
maintanace
untuk
mengecek alat
Sterilisasi Mikro
Ada
biolog cemaran
i
Tiap
-QC
penutup kaleng
-Hubungi Spv Review
mikroorga
mikrobi mikrobiol
batch
proses
QC/manager
ologis
produksi
-QC
QC
mikrobio
produk
mikrobiolog nisme
i
berbahaya
ogi
apakah produksi
dapat
logi
lanjutkan atau
tidak
-Komplain ke
Produksi
32
III.
KESIMPULAN
penambahan saus, exhausting, penutupan dan sterilisasi. Titik CCP pada proses
pertama yaitu penerimaan bahan dapat dicegah dengan cara melakukan
pengecekan bahan baku dan menerima bahan baku yang hanya sesuai standar
produksi. Proses pembersihan ikan dapat dicegah dengan cara pembersihan dan
pencucian dilakukan sesuai SOP. Proses penambahan saus dapat dicegah dengan
cara peenambahan saus dengan metode hot filling, menimbang dengan kadar
yang tepat sesuai ADI dan memperhatikan waktu, suhu dan tekanan selama
proses. Proses exhausting dapat dicegah dengan cara memperhatikan waktu,
suhu dan tekanan selama proses dan menghentikan saat sudah tidak ada
gelembung gas pada produk. Proses penutupan dapat dicegah dengan cara
penutupan dengan double seamer dan proses exhausting sempurna. Proses
terakhir yaitu sterilisasi dapat dicegah dengan cara melakukan sterilisasi
mencapai suhu, tekanan dan waktu yang di tetapkan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34