Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS

KUNJUNGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH INDUSTRI BAKPIA KEMUSUK 033


Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Sedayu I, Bantul, Yogyakarta

Disusun Oleh :
Ardhitapramesti A. H. P. (20110310002)
Maharani Primastuti Arganist (20110310020)
Ayunia Adha Henanda Putri (20110310046)
Athika Dwi Sofiana (20110310118)
Candra Widhi Wicaksono (20110310204)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2016

INDUSTRI RUMAH PEMBUATAN BAKPIA KACANG HIJAU KEMUSUK


033
KEMUSUK, ARGOMULYO, SEDAYU BANTUL, YOGYAKARTA
A. Pendahuluan
Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang memiliki luas wilayah sekitar 508,1
dengan 947.568 penduduk.

Kabupaten Bantul terdiri dari beberapa

kecamatan, salah satunya Kecamatan Sedayu yang terdiri dari 4 desa, yaitu
Desa Argodadi, Desa Argorejo, Desa Argosari dan Desa Argomulyo.
Kecamatan Sedayu merupakan wilayah kerja Puskesmas Sedayu I dan Sedayu
II. Khusus Puskesmas Sedayu I memiliki wilayah kerja Desa Argosari dan
Desa Argomulyo. Secara keseluruhan Kecamatan Sedayu berada di dataran
rendah dengan kepadatan penduduk 11.000 jiwa/

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang sangat


berpengaruh dalam dunia industri sehingga perlu diperhatikan, tidak hanya
dalam dunia industri modern berskala besar, tetapi juga kecil dan menengah.
Menurut pasal 23 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja, kesehatan
kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya dan agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal. Penekanan utama kesehatan kerja adalah
pencegahan dan promosi kesehatan seperti health protection, hazard, dan
health promotion.
Kesehatan

kerja

bertujuan

untuk

melakukan

promosi

dan

pemeliharaan kesehatan fisik, mental, serta sosial pekerja; mencegah


gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan kondisi kerjanya;
2

melindungi pekerja dari risiko akibat faktor yang menganggu kesehatan, serta
menempatkan pekerja

dalam lingkungan kerja yang sesuai dengan

kemampuan fisik dan psikologisnya. Selain itu, kesehatan kerja bertujuan


untuk mencegah terjadinya faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja,
yaitu beban kerja (fisik, mental), kapasitas kerja (usia, jenis kelamin, ukuran
tubuh,

status

kesehatan/gizi,

ketrampilan),

serta

lingkungan

kerja

(fisik,kimia,biologi, psikologi, ergonomi). Beban kerja, kapasitas kerja, dan


lingkungan kerja yang tidak terkendali dapat menyebabkan kecelakaan kerja,
penyakit, cacat, bahkan kematian. Efek buruk pada pekerja akan menurunkan
efisiensi dan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, pengaturan beban
dan kapasitas kerja, serta perlindungan pekerja dari bahaya perlu dilakukan
untuk mencapai produktivitas kerja maksimal.
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan salah
satu bentuk manajemen risiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan
pangan dengan pendekatan pencegahan (prefentif). HACCP dianggap dapat
memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi
konsumen. Tujuan penerapan HACCP adalah untuk mencegah terjadinya
bahaya serta mengendalikan mutu produk, mulai dari persiapan bahan baku
hingga produk akhir selesai diproduksi dan didistribusikan.
Konsep HACCP terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP
tercakup pula di dalamnya. Penerapan HACCP di industri pangan dipicu oleh
permintaan konsumen terutama dari negara pengimpor. Selain komitmen yang
tinggi, kesuksesan HACCP pada suatu perusahaan memerlukan penerapan
Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard Sanitation Operational
Procedure (SSOP). Meski terdengar rumit, penerapan sistem HACCP pada
industri pangan memiliki keuntungan, antara lain meningkatkan keamanan
pangan pada produk makanan yang dihasilkan, meningkatkan kepuasan
konsumen,

memperbaiki

fungsi

pengendalian,

mengubah

pendekatan

pengujian akhir yang bersifat retrospektif kepada pendekatan jaminan mutu


yang bersifat preventif, serta mengurangi limbah dan kerusakan produk atau
waste.
B. Langkah Penyusunan dan Penerapan Sistem HACCP
1. Pembentukan Tim HACCP
Tim HACCP terdiri dari individu berlatar pendidikan beragam dengan
keahlian spesifik dari bidang ilmu yang bersangkutan, seperti ahli
mikrobiologi, ahli mesin/ engineer, serta ahli kimia. Tim HACCP melakukan
brainstorming untuk mengambil keputusan mengenai produk pangan yang
aman. Jika keahlian tersebut tidak dapat diperoleh dari dalam perusahaan,
saran-saran dari para ahli dapat diperoleh dari luar.
2. Deskripsi Produk
Tim HACCP menyusun deskripsi atau uraian produk pangan untuk
melakukan evaluasi secara luas dan komprehensif. Deskripsi tersebut
meliputi:

Jenis produk
Komposisi
Formulasi
Proses pengolahan
Daya simpan
Cara distribusi,

serta keterangan lain yang berkaitan dengan produk. Semua informasi tersebut
diperlukan tim HACCP.
3. Identifikasi Pengguna yang Dituju
Tim HACCP menuliskan kelompok konsumen yang mungkin
berpengaruh pada keamanan produk. Konsumen dapat berasal dari orang
umum atau kelompok masyarakat khusus, contohnya kelompok balita, remaja,
4

atau orang tua. Pada kasus tertentu, tim harus dipertimbangkan kelompok
populasi pada masyarakat berisiko tinggi.
4. Penyusunan Diagram Alir Proses
Penyusunan diagram alir proses pembuatan produk dilakukan dengan
mencatat seluruh proses, sejak bahan baku diterima hingga menghasilkan
produk jadi yang siap disimpan. Cara distribusi produk dapat disertakan pada
diagram alir tersebut. Diagram alir proses disusun untuk menggambarkan
keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses wajib disusun untuk
produk-produk yang mungkin mengalami kerusakan selama distribusi.
Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP dalam
melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang
atau lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya.
5. Verifikasi Diagram Alir Proses
Diagram alir proses perlu diverifikasi oleh tim HACCP untuk menguji
dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram tersebut. Bila
ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka
tim HACCP harus melakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah
terverifikasi kemudian didokumentasikan.

6. Prinsip 1: Analisa Bahaya


Setelah lima tahap di atas terpenuhi, tim HACCP melakukan analisa
dan indentifikasi bahaya. Hal ini bertujuan untuk mengenali bahaya-bahaya
apa saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses pengolahan sejak awal
hingga ke tangan konsumen. Analisa bahaya dilakukan terhadap bahan baku,
komposisi, setiap tahap proses produksi, penyimpanan produk, distribusi,

serta penggunaan oleh konsumen. Hasil analisis bahaya ditindaklanjuti oleh


tim HACCP untuk mencari pencegahan dan pengendaliannya.
7. Prinsip 2: Penetapan Critical Control Point (CCP)
CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik, langkah
atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan
pangan dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang
dapat diterima. Pada setiap bahaya yang telah diidentifikasi dalam proses
sebelumnya, maka dapat ditentukan satu atau beberapa CCP dimana suatu
bahaya dapat dikendalikan.
8. PRINSIP 3: PENETAPAN Critical Limit (CL)
Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus
dipenuhi

ntuk

setiap

tindakan

pencegahan

yang

ditujukan

untuk

menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai batas aman. Batas ini akan
memisahkan antara "yang diterima" dan "yang ditolak", berupa kisaran
toleransi pada setiap CCP.
9. PRINSIP 4: PENETAPAN PROSEDUR PEMANTAUAN UNTUK
SETIAP CCP
Kegiatan pemantauan (monitoring) adalah pengujian dan pengamatan
terencana dan terjadwal terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP dan
CL untuk menjamin bahwa CL tersebut menjamin keamanan produk. CCP
dan CL dipantau oleh personel yang terampil serta dengan frekuensi yang
ditentukan berdasarkan berbagai pertimbangan, misalnya kepraktisan.
Pemantauan dapat berupa pengamatan (observasi) yang direkam dalam suatu
checklist atau pun merupakan suatu pengukuran yang direkam ke dalam suatu
datasheet. Pada tahap ini, tim HACCP perlu memperhatikan mengenai cara

pemantauan, waktu dan frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan
orang yang melakukan pemantauan.
10. PRINSIP 5: PENETAPAN TINDAKAN KOREKSI
Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap
batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi yang dilakukan jika terjadi
penyimpangan, sangat tergantung pada tingkat risiko produk pangan. Pada
produk pangan berisiko tinggi misalnya, tindakan koreksi dapat berupa
penghentian

proses

produksi

sebelum

semua

penyimpangan

dikoreksi/diperbaiki, atau produk ditahan/tidak dipasarkan dan diuji


keamanannya. Tindakan koreksi yang dapat dilakukan selain menghentikan
proses mproduksi antara lain mengeliminasi produk dan kerja ulang produk,
serta tindakan pencegahan seperti memverifikasi setiap perubahan yang telah
diterapkan dalam proses dan memastikannya agar tetap efektif.
11. PRINSIP 6: VERIFIKASI PROGRAM HACCP
Verifikasi adalah metode, prosedur dan uji yang digunakan untuk
menentukan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana HACCP yang
ditetapkan. Dengan verifikasi maka diharapkan bahwa kesesuaian program
HACCP dapat diperiksa dan efektifitas pelaksanaan HACCP dapat dijamin.
12. PRINSIP 7: PEREKAMAN DATA (DOKUMENTASI)
Dokumentasi program HACCP meliputi pendataan tertulis seluruh
program HACCP sehingga program tersebut dapat diperiksa ulang dan
dipertahankan selama periode waktu tertentu. Dokumentasi mencakup semua
catatan mengenai CCP, CL, rekaman pemantauan CL, tindakan koreksi yang
dilakukan terhadap penyimpangan, catatan tentang verifikasi dan sebagainya.
Oleh karena itu dokumen ini dapat ditunjukkan kepada inspektur pengawas
makanan jika dilakukan audit eksternal dan dapat juga digunakan oleh
operator.
7

TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pembibitan jamur serta olahannya, kususnya
jamur tiram dan merang
2. Untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan dari
industry rumahan pembibitan jamur diwasan industry
3. Untuk mengetahui standar keamanan perlindungan diri pada petana
maupun pekerja di industri jamur
B. PROFIL INDUSTRI
Usaha Kecil Menengah (UKM) Bakpia 33 berdiri pada tahun 2004.
UKM ini dirintis oleh Ibu Harman yang aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah
tangga. Awalnya Ibu Harman mencoba membuat bakpia kemudian dititipkan di ibu
arisan. Semakin lama semakin banyak pesanan yang dikirim ke luar kota. Ide ini
muncul ketika Ibu Harman ingin membantu suami.
Sebelum membuat bakpia sendiri, Ibu Harman berlatih membuat
bakpia di tempat kakak perempuannya yang berjualan bakpia. Modal awal yang
digunakan Rp. 100.000,00 memperoleh separuh keuntungan dengan alat yang
diberikan oleh kakak. Sekarang produksi bakpia 1 harinya bisa mencapai 25 kg
bisa menjadi 100-150 kotak. Pesanan biasanya meningkat saat akhir pekan.
Sampai saat ini Ibu Harman hanya melayani pesanan dan penjualan bakpia di
rumah.
UKM Bakpia 33 berlokasi di Kemusuk Kidul, Argomulyo RT 32,
Sedayu, Bantul. UKM ini sudah memiliki cabang dan badan hukum dan didirikan
berdasarkan asas kekeluargaan dengan memberdayakan sumber daya manusia di
wilayah Desa Kemusuk kidul, Argomulyo, Sedayu, Bantul sehingga membuka
lapangan pekerjaan bagi warga disekitar UKM tersebut.
Produk Bakpia: Rasa kacang hijau tiap dus berisi 20 bakpia.

C. OMSET dan KEPEGAWAIAN


Bakpia Kemusuk 033 merupakan industri rumahan dengan rata-rata
omset 40 juta per bulan dengan produksi yang baik, kemudian untuk biaya
operasional sekitar 30 juta sehingga keuntungan bersih sekitar 10 juta rupiah.
Sistem kepegawaian yang diterapkan adalah sistem karyawan tetap dengan gaji
yang dibayar per-2minggu yaitu sekitar Rp.700.000-800.000 rupiah. Jumlah
karyawan ada 7 orang dan semua karyawannya adalah perempuan. Karyawan
bakpia kemusuk berada di rentang usia 32-50 tahun. Sistem kerja 8 jam sehari
yaitu dari jam 07.00-15.00 namun jam kerja ini kondisional tergantung dari
banyaknya pesanan bakpia. Ada juga beberapa karyawan yang lembur hingga jam
tertentu apabila pesanan banyak dan harus diantar besok pagi. Biasanya lembur
diberi uang Rp.10.000/jam. Karyawan di bakpia kemusuk masuk setiap hari
karena tidak ada hari libur.
Istirahat ada 1 kali kesempatan yaitu pada jam 12.00 12.30,
ketika sholat dan jam makan siang. Proses perekrutan karyawan tidak berdasarkan
medical check up maupun pembatasan usia. Paling tertua karyawan ini berusia 50
tahun yang masih bekerja di bagian penggilingan. Setelah direkrut, karyawan
diberikan pengarahan oleh Ibu Harman kemudian langsung bekerja dengan
observasi 1 minggu dibawah pengawasan karyawan yang lebih senior atau lebih
dahulu bekerja di tempat tersebut baru setelah itu dilepas.
D. PROSES PRODUKSI BAKPIA
Pengadaan

dan

Penanganan

Bahan

Baku
Dalam

pembuatan

bakpia,

perusahaan

Bakpia

Kemusuk 033

menggunakan tepung terigu dan kacang sebagai bahan baku utamanya, serta
menggunakan beberapa
baku

bahan

pendukung

tambahan

lainnya.

Bahan

biasanya didatangkan dari beberapa tempat grosir yang siap di order

setiap saat.
9

a. Pengadaan Bahan
1) Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan bakpia adalah
tepung terigu sebagai bahan kulit bakpia dan kacang hijau sebagai bahan
isi/kumbu. Tepung terigu yang digunakan adalah tepung terigu merk Cakra
dan segitiga. Dalam pengadaannya perusahaan Bakpia Kemusuk 033
mendatangkan

dari grosir langsung, sedangkan kacang hijau dalam

pengadaannya biasanya didatangkan

dari

Surabaya,

dan

pembelian

langsung ke petani atau penampung hasil pertanian setempat.


2) Bahan Pembantu
Dalam pembuatan bahan
bahan

pembantu

dalam

campurannya.

Bahan-

tersebut antara lain : minyak goreng (minyak kelapa barco), gula

pasir, dan garam halus yang beriodium. Minyak goreng biasanya dibeli
dalam kemasan ember atau dirigen, gula pasir dalam kemasan karung,
sedangkan garam dalam kemasan plastik. Frekuensi pembelian biasanya satu
minggu sekali disesuaikan kebutuhan.
b. Penyimpanan
1) Bahan Baku Utama
Cara penanganan atau penyimpanan bahan baku utama antara lain sebagai
berikut:
-

Tepung terigu diletakkan

dengan cara ditumpuk

(palet) tidak langsung

bersentuhan

mencegah

tepung

kerusakan

diatas alas kayu

dengan lantai bertujuan

terigu

karena

kelembaban.

untuk
Stok

tepung terigu berada di dekat proses pembuatan adonan agar lebih efektif
dan efisien waktu serta tenaga.
-

Kacang

hijau

disimpan

digudang

terpisah

dimasukan

dalam

kemasan ember dan karung goni, kemudian diletakan diatas lantai


dengan alas kayu (palet) supaya tidak bersentuhan langsung dengan

10

lantai, bertujuan untuk menjaga kacang hijau agar tidak rusak dan dapat
tahan lama. Tempat untuk memecah kacang hijau berada di dalam
gudang kacang hijau agar bisa efektif dan efisien baik waktu maupun
tenaga. Semua bahan disimpan dan digunakan denganm sistem FIFO
( First In First Out).
II) Bahan Pembantu
Bahan pembantu dalam pembuatan Bakpia, yaitu minyak goreng
(minyak kelapa barco), gula pasir, garam dan air. Minyak goreng untuk
penyimpanannya dilakukan dengan cara meletakannya diatas lantai
dengan dialasi palet diruang penyimpanan bahan atau dekat pembuatan
adonan. Gula pasir untuk penanganannya dimasukan kedalam karung dan
diletakan

diatas

lantai

dengan

dialasi

palet, disimpan diruang

pembuatan adonan, sedangkan garam cara penangannya dimasukan


kedalam rak garam.
Proses Pembuatan Bakpia
1. Pembuatan kulit Bakpia
-

Pertama gula dan garam dicampur lalu masukkan di dalam air diaduk hingga
larut, lalu masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit lalu diaduk hingga
menjadi adonan, dalam proses pencampuran semua bahan ini paling lama
diperlukan waktu setengah jam dan tidak ada patokannya , patokannya adalah
sampai kalis atau sudah halus semua adonan tercampur.

2. Proses pembuatan isi dari bakpia


-

Kacang hijau dipecah dan direndam selama 3 hari selanjutnya dicuci dan
dikukus selama satu jam kemudian dihaluskan lalu masak dengan minyak ,
garam dangula pasir , kira-kira gula pasir yang dibutuhkan adalah 700 gram
11

proses pemasakan ini dilakukan selama 3 jam dan perbandingan antara garam
dan gula pasir juga bisa disesuaikan sesuai dengan selera masing-masing .
3. Pembuatan kulit luar bakpia
-

Campurkan garam dan gula dengan air dan masukkan minyak kelapa setelah
semua

tercampur

masukkan

tepung

terigu

sedikit

demi

sedikit

perbandingannya adalah lebih banyak air yaitu 1000:700. Banyak terigu yang
dibutuhkan menyesuaikan masukkan sedikit demi sedikit sambil diuleni atau
diaduk.
4. Pembuatan kulit dalam bakpia
-

200 ml minyak dicampur dengan 500 gr tepung terigu , jika menggunakan


tepung terigu merk segitiga biru tepung terigu ini memiliki keunggulan yaitu
lebih kering , jika menggunakan tepung terigu yang lainitu tergantung
kandungan dan kelembapan terigunya.

Waktu yang diperlukan untuk proses pembuatan bakpia dari awalsampai proses
pengemasan
-

Pembuatan kulit 15 menit

Pengovenan kurang lebih 15 menit

Dan dari proses oven sampai pengemasan membutuhkan waktu 15 menit


sampai 30 menit

Bakpia ini bisa tahan sampai 5 hingga 15 hari, dan khususnya terigu jika tidak
segera dipakai akan mengembang
12

Jadi dari awal pembuatan bakpia ini sampai proses pengemasan membutuhkan
waktu sekitar 5 sampai 6 jam

Ini adalah info yang tidak kalah

penting

untuk pembuatan bakpia yaitu

perbandingan tepung terigu menyesuaikan seperti kita membuat onde-onde dan yang
penting kalis atau tercampur dengan rata. Dan juga perlu diperhatikan untuk bakpia
ini ketika dalam keadaan yang masih panas uap tidak keluar seperti nasi ataupun
kacang hijau.
E. PENGELOLAAN LIMBAH BAKPIA
Limbah yang dihasilkan dari industri Bakpia Kemusuk 033 ini antara lain:

Air bekas mencuci dan merendam kacang hijau

Kulit ari kacang hijau


Dengan limbah tersebut, industri Bakpia Kemusuk 033 tidak memerlukan
pengelolaan limbah yang rumit atau khusus. Limbah kulit ari dibuang dengan
bantuan petugas kebersihan setempat. Sedangkan air limbah, baik bekas mencuci
dan merendam kacang hijau, maupun air kotor lain yang termasuk dalam proses
produksi seperti air mencuci peralatan memasak, serta air untuk membersihkan
penggiling dan pencampur bahan baku, dibuang melalui saluran pipa pralon yang
dibuat secara khusus di tempat produksi bakpia. Pipa tersebut bermuara ke sarana
pembuangan air limbah masyarakat. Selama ini tidak ada kendala dalam
pembuangan limbah, selain itu tidak timbul bahaya atau pencemaran bermakna
karena limbah yang dihasilkan tidak berbeda dengan limbah rumah tangga pada
umumnya, serta tidak mengandung bahan berbahaya bagi lingkungan.

F. PEMBAHASAN
Resiko Kecelakaan Kerja dan Aspek Kesehatan Masyarakat

13

Berdasarkan observasi dan analisis kami setelah melakukan pengamatan pada


Industri Rumahan (UKM) Bakpia Kemusuk 033, masih banyak hal-hal yang perlu
diperbaiki berkaitan dengan resiko kesehatan dan keselamatan kerja.
Pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan kondisi
kerjanya serta perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang mengganggu
kesehatan, kemudian penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya perlu
dilakukan dan diperhatikan. Dalam setiap lingkungan kerja yang berhubungan
dengan Biologi, Kimia, Fisik, dan Ergonomi semua terdapat bahaya (hazard).
Bahaya (hazard) adalah suatu kemungkinan terjadinya masalah atau resiko secara
fisik, kimia dan biologi dalam suatu kegiatan produksi yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia.
Jenis Bahaya

Contoh

Industri

Rumahan

Bakpia Kemusuk 033

Lingkungan
Kerja
Biologi

Sel

Vegetatif

Salmonella

: Sulit
sp,

dinilai,

karena

diperlukan tes lebih lanjut


untuk membuktikan.

Escherichia coli
Parasit:Cryptosporodiu
m sp
Spora

bakteri

Clostridium
botulinum,

Bacillus

cereus
Serangga : kumbang,
kutu
Fisik

Suhu

ruangan

yang Suhu ruangan yang cukup

14

panas, Oven, sangkar panas

dapat

burung yang berada pekerja


ditempat
bakpia

membuat

merasa

tidak

pembuatan nyaman serta bisa memicu


timbulnya dehidrasi. Oven
yang

digunakan

untuk

memanggang bakpia dapat


membuat pekerja terkena
luka bakar ringan juga
tidak berhati-hati.
Sangkar

burung

berada

di

yang
tempak

pembuatan bakpia dapat


menjadi salah satu sumber
bakteri pada bakpia.
Ergonomis

Posisi bekerja (duduk Posisi duduk dilantai


dilantai selama berjam ketika memasukkan isi
jam)

bakpia kedalam kulit yang


dilakukan berjam-jam oleh
pekerja dapat
meningkatkan resiko
terjadinya LBP (Low Back
Pain).

Keterbatasan APD dan SOP


Berkaitan dengan APD dan/ SOP pada industri bakpia ini memerlukan
perhatian. Hal tersebut dikarenakan tidak disediakannya APD secara khusus oleh
pemilik perusahaan bagi para pekerjanya. Maka dari itu seolah-olah menjadi suatu

15

kebiasaan para pekerja untuk tidak menggunakan APD selama bekerja. Padahal
dalam bekerja seharusnya memperhatikan prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
yang tentunya berkaitan dengan penggunaan APD.
Berikut adalah permasalahan mengenai APD dan/ SOP pada industri bakpia :

Tidak tersedianya atau kurangnya APD seperti penutup kepala, hal ini
penting untuk mencegah produk dari rambut yang rontok maupun bendabenda lain yang dapat menmpengaruhi ke-higenisan produk.

Tidak tersedianya atau kurangnya APD seperti masker yang dapat


berfungsi untuk mencegah kontaminasi produk dari udara pernapasan
yang dihembuskan pekerja(CO2), selain itu penggunaan masker juga dapat
melindungi pekerja dari resiko alergi dari bahan baku berupa tepung.

Tidak tersedianya atau kurangnya APD seperti sarung tangan plastik


khusus makanan. Dalam mencetak adonan bakpia para pekerja
menggunakan tangan, maka adanya sarung tangan plastic dapat menjaga
kehigenisan adonan bakpia.

Tidak tersedia alat pemadam kebakaran, Untuk mematangkan adonan


bakpia dibutuhkan komporgas. Pada industri ini didapatkan lebih dari satu
kompor gas yang digunakan. Maka dari itu tersedianya alat pemadam
kebakaran diperlukan.

Posisi ergonomis yang kurang benar: kebanyakan pekerja bekerja dengan


posisi duduk selama berjam-jam dan istirahat hanya pada waktu solat
dzuhur dan makan siang. Hal ini dapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya pegel-pegel pada boyok, atau myalgia.

Karena sejak awal pemilik usaha tidak menyediakan APD maka pekerja
menjadi terbiasa untuk tidak menggunakan APD. Menunjukkan kurangnya
kesadaran dan kepahaman pemilik usaha dan pekerjanya untuk memakai
APD guna menunjang K3.

16

Jam Kerja dan Kompetisi kerja

Jam

kerja

pegawai,

berkaitan

dengan

efektifitas,

efisiensi

dan

produktivitas pegawai. Jam kerja pegawai sehari-hari sudah ideal yaitu 8


jam. Aktivitas pembuatan bakpia dimulai jam 7 pagi sampai jam 3 sore.
Biasanya apabila pesanan meningkat di akhir pekan, pegawai yang lembur
datang kembali ke rumah setelah maghrib sampai jam 9 malam.

Lingkungan kerja yang cukup luas membuat pegawai nyaman untuk


bekerja. Selain itu tersedia ventilasi yang cukup sehingga tidak terasa
panas walaupun pegawai bekerja menggunakan kompor gas. Pegawai
yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga menciptakan suasa
kekeluargaan yang tinggi. Tidak terdapat persaingan kerja antar pegawai.

G. SARAN

Edukasi kepada pemilik usaha beserta para pekerjanya tentang betapa


pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dimana didalamnya termasuk
penggunaan APD. Maka dari itu diharapkan ada upaya khususnya dari pemilik
usaha tentang ketersediaan APD bagi para pekerjanya. APD yang dapat
disediakan adalah penutup kepala, sebagai alternatif bagi pekerja yang muslim
dapat mengenakan kerudung. Selanjutnya adalah masker,dan sarung tangan
plastik.

Apabila APD telah tersedia maka penting untuk menjaga kedisiplinan para
pekerja dalam memakai APD, cara yang dapat digunakan adalah pemilik
membuat SOP bahwa semua pekerja yang bekerja diharuskan memakai APD
selama bekerja.

Dilakukan penunjukkan satu orang sebagai kader Keselamatan dan Kesehatan


Kerja untuk selalu bertanggung jawab terhadap K3 dari rekan-rekannya atau
mengajari penggunaan APD kepada pegawai baru.

17

Pemilik membuat SOP bahwa semua pekerja yang bekerja di Industri Jamur
diharuskan memakai APD selama bekerja.

Penambahan pamflet yang mengingatkan K3 serta pamflet penggunaan APD


disetiap sudut tempat.

18

H. DOKUMENTASI

Isi Bakpia

Penggiling kacang hijau

Oven

Pencampur adonan

Pekerja sedang memasukkan isi bakpia

19

Tempat cuci tangan

Sangkar Burung yang berada


disekitar tempat produksi

Tempat cuci piring

Banner Bakpia yang berada


ditembok rumah produksi

20

Saat berkunjung ke Bakpia

21

Anda mungkin juga menyukai