HACCP PLAN
RSUD dr. RASIDIN PADANG
ANGGOTA TIM
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak
asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur
terpenting dalam menentukan derajat kesehatan seseorang, dan memenuhi
kebutuhan hidup, tetapi makanan juga dapat menjadi sumber penularan penyakit.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum laporan ini adalah untuk melaksanakan perencanaan
HACCP pada salah satu menu di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Rasidin Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bahaya produk
b. Mengetahui Critical Control Point (CCP)
2
c. Mengetahui batas kritis dari produk
d. Memantau / memonitoring cara penanganan pengolahan produk
e. Menentukan tindakan koreksi bila menunjukan titik kritis dari produk
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan informasi tentang jaminan keamanan menu tahu
ancoria yang diproduksi di Instalasi Gizi melalui analisa titik kritis yang
mungkin terjadi selama pengolahan.
2. Bagi mahasiswa
a) Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pengawasan mutu
pangan suatu produk.
b) Melatih dan meningkatkan kemampuan serta ketrampilan dalam
melakukan penelitian di lapangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HACCP
HACCP (hazard analysis critical control point) adalah suatu prosedur untuk
mengidentifikasi, menilai, dan mengontrol bahaya-bahaya, secara langsung
beresiko yang berasal dari makanan. Semua jenis makanan yang menyebabkan
penyakit manusia atau yang lebih dikenal dengan istilah food borne disease,
apapun penyebabnya, baik penyebab yang bersifat mikrobiologi (mikroba
patogen), fisik maupun kimia, serta biotoksin.
4
Langkah 2 : Mendeskripsikan produk
Langkah 3 : Mengidentifikasi tujuan penggunaan
Langkah 4 : Menyusun diagram alir
Langkah 5 : Mengkonfirmasi diagram alir dilapangan
Langkah 6 : Melakukan analisis bahaya
Langkah 7 : Menentukan titik-titik pengendalian kritis (CCP)
Langkah 8 : Menentukan batas-batas untuk masing-masing CCP
Langkah 9 : Menentukan suatu sistem monitoring atau pementauan untuk
masing-masing CCP
Langkah 10 : Menentukan tindakan koreksi jika ada penyimpangan dari batas
kritis
Langkah 11 : Menentukan prosedur verifikasi
Langkah 12 : Menentukan sistem dokumentasi dan sistem penyimpanan catatan
rekaman.
Langkah 1. Pembentukan Tim HACCP
Langkah pertama dalam penyusunan HACCP adalah membentuk tim yang
terdiri dari beberapa anggota dengan latar belakang pendidikan atau pengalaman
kerja yang beragam (multi disiplin). Jumlah Tim HACCP terdiri dari 5-6 orang
dari berbagai bagian atau latar belakang keilmuan misalnya ahli mikrobiologi,
sanitasi, ahli kimia, ahli rkayasa, bagian pembelian, bagian QA/QC dst. Orang-
orang yang dilibatkan dalam timyang ideal adalah meliputi : (1) Staff Quality
Assurance atau Staff Quality Control; (2) Personil Bagian Produksi (mengerti
bahan baku dan proses produksi); dan (3) Personil dari bagian Teknis/
Engineering; dan (4) Ahli Mikrobiologi. Salah seorang anggota selanjutnya
dipilih sebagai ketua Tim. Ketua tim harus sudah ada yang menikuti pelatihan
HACCP dan/atau audit HACCP. Tim yang dibentuk bertugas menyusun suatu
rencana HACCP.
25
diterapkan kepada produk tersebut (pH, aw, kadar air), metode pengawetan yang
ditetapkan kepada produk tersebut, pengemasan primer, pengemasan untuk
transportasi, kondisi penyimpanan, metode distibusi, umur simpsn yang
direkomendasikan, pelabelan khusus, petunjuk penggunaan, pengawasan khusus
dalam distribusi dan diman produk akan dijual.
6
Langkah 6. Analisis Bahaya
Pada hampir setiap tahap produksinya, makanan dapat terkontaminasi
dengan bahan asing yang dapat menjadi hazard fisik bagi konsumennya. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, biasanya pengusaha makanan komersial besar
melengkapi pemasangan peralatan detektor logam dan mesin sinar X untuk
mendeteksi hazard fisik ini, namun untuk penyiapan makanan rumah tangga juga
unit gizi (dimana bahan makanan tidak terlalu beragam dan hanya untuk
skala kecil) tindakan tersebut kurang sesuai sehingga kewaspadaan dan tindakan
pencegahan (seperti pembelian pada pemasok atau penjual yang disetujui,
pemeriksaan visual sebelum pengolahan) merupakan cara terbaik untuk
mencegah hazard fisik ini. Oleh karenanya, hazard fisik ini kurang signifikan
terhadap bahaya keamanan makanan karena kurang memiliki peluang untuk
menyebabkan cedera atau bahaya kesehatan pasien.
7
tersebut aman untuk bahan makanan dan digunakan dalam dosis yang tepat,
tidak akan berbahaya bagi kesehatan manusia, Sedangkan bahan kimia yang
lain yaitu zat pemutih pada beras sementara pada air yaitu klorin dan logam berat.
8
Langkah 9. Menetapkan Prosedur Monitoring
Prosedur pemantauan (monitoring) adalah tahapan pengamayan atau
pengukuran batas kritis secara terencana untuk menghasilkan rekaman yang tepat
dan ditunjukan untuk menyakinkan bahwa gbatas kritis tersebut mampu
mempertahankan keamanan produk. Tim HACCP menetapkan rangkaian prosedur
pemantauan untuk tiap-tiap batas kritis yang ditatapkan yang mencakup apa,
siapa, di mana, kapan, dan bagaimana pemantauan tersebut dilakukan.
Langkah 10. Menetapkan Tindakan Koreksi
Tindakan koreksi adalah semua tindakan yang diambil jika hasil
pemantauan pada CCP menunjukan penyimpanan batas kritis (kehilangan kendali)
karena jika kendali hilang, makan produk menjadi tidak memenuhi syarat.
Tindakan koreksi terdiri dari dua jenis yaitu tindakan segera dan tindakan
pencegahan.
Langkah 11. Menetapkan Prosedur Verivikasi
Tim HACCP menyusun suatu prosedur untuk menyakinkan bahwa
rencana HACCP sudah valid dan bahwa rencana HACCP yang disusun sudah
diimplementasikan seperti yang direncanakan. Verifikasi adalah aplikasi suatu
metode, prosedur, pengujian atau evaluasi liainnya untuk menetapkan kesesuaian
suatu pelaksanaan dengan rencana HACCP. Verifikasi memberi jaminan bahwa
rencana HACCP telah sesuai dengan kegiatan operasional sehari-hari dan akan
menghasilkan produk (makanan) dengan mutu baik dan/atau aman untuk
dikonsumsi.
Langkah 12. Dokumentasi dan Rekaman yang Baik
Dokumen atau rekaman data adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan
telah dilakukan. Dokumen disusun dengan menggunakan formulir/boring.
Dokumen tersebut dapat digunakan (1) untuk keperluan inspeksi dan (2) untuk
mempelajari kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan dan menentukan
tindakan koreksi yang sesui. Jenis dokumen (Rekaman Data) yang harus ada
dalam penyusunan rencana HACCP adalah rencana HACCP dan semua materi
pendukungnya, dokumen pemantauan, dokumen tindakan koreksi, dokumen
verivikasi.
9
Jenis Bahaya
Pada hampir setiap tahap produksinya, makanan dapat terkontaminasi
dengan bahan asing yang dapat menjadi hazard fisik bagi konsumennya. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, biasanya pengusaha makanan komersial besar
melengkapi pemasangan peralatan detektor logam dan mesin sinar X untuk
mendeteksi hazard fisik ini, namun untuk penyiapan makanan rumah tangga juga
unit gizi (dimana bahan makanan tidak terlalu beragam dan hanya untuk
skala kecil) tindakan tersebut kurang sesuai sehingga kewaspadaan dan tindakan
pencegahan (seperti pembelian pada pemasok atau penjual yang disetujui,
pemeriksaan visual sebelum pengolahan) merupakan cara terbaik untuk
mencegah hazard fisik ini. Oleh karenanya, hazard fisik ini kurang signifikan
terhadap bahaya keamanan makanan karena kurang memiliki peluang untuk
menyebabkan cedera atau bahaya kesehatan pasien.
10
Tahu ancoria
Tahu ancoria adalah salah satu variasi hidangan tahu yang cara
pembuatannya dengan dikukus dan digoreng dengan minyak goreng di
sebuah wajan. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat tahu ancoria
yaitu :
1. Tahu
Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang
mengalami koagulasi. Dalam 100 gr tahu mengandung kalori sebesar 80 kkal,
protein 10,9 gr, lemak 4,7 gr, kabohidrat 0,8 gr. Sebagai bahan pangan, tahu
merupakan salah satu sumber protein nabati yang tergolong murah dan
mudah didapat. Kondisi tahu yang baik adalah tahu yang memiliki
permukaan yang bersih dan kesat. Bertekstur padat, tidak berlendir atau
berbau asam dan tidak berformalin. Tahu tidak berformalin akan mudah
hancur ketika ditekan dan tidak bertahan lama sedangkan yang berformalin
terksturnya lebih kenyal, tidak mudah hancur, lebih awet, dan aromanya
menyengat.
2. Frozen
Frozen adalah beberapa campuran bahan makanan seperti jagung, buncis,
dan wortel yang direbus lalu disimpan disuhu beku. Jagung, buncis, dan
wortel termasuk dalam golongan IV sayuran B pada DBMP dengan
kandungan gizi dalam 100 gram mengandung energi sebesar 25 kkal, 1
gram protein, dan 5 gram karbohidrat.
3. Telur
Telur merupakan makanan yang tinggi protein yang mudah didapat dan
murah. Pada 1 butir telur mengandung 75 kkal energi, 7 gram protein, dan
5 gram lemak.
11
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Waktu pengamatan HACCP dilakukan pada Kamis, 10 Oktober 2023.
Lokasi pengamatan yaitu Dapur Pengolahan dan Penyaluran Makanan,
Instalasi Gizi, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang.
12
BAB IV
LEMBAR KERJA HACCP
A. DESKRIPSI PRODUK
Tahu ancoria merupakan menu MB, MBTKTP, DD, DH, DJ, RP, DL,
R. Kholesterol, SN, R. Purin, R. Serat, ML, MLTKTP, RG, MLRG, DDRG,
dan MLDDDJ siklus menu ke-10 untuk makan siang sebagai sumber protein
nabati. Masakan ini dibuat dengan beberapa bahan pangan yakni tahu yang
sudah dihancurkan terlebih dahulu kemudian dicampur dengan bumbu yang
sudah dihaluskan dari bahan seperti bawang putih, bawang merah, merica,
garam, bawang prai, dan seledri. Juga dicampurkan telur dan frozen. Semua
bahan
13
yang sudah dicampur kemudian diaduk hingga rata lalu dikukus ± 2 jam.
Setelah itu tahu yang sudah dikukus dipotong-potong seberat ± 50
gram/pasien. Selanjutnya tahu digoreng hingga berwarna coklat keemasan.
14
10. Aspek yang perlu diawasi :Penerimaan, penyimpanan, persiapan,
pengolahan, distribusi dan penyajian
11. Cara pengawasan :
Pengamatan secara langsung mulai dari proses penerimaan,
penyimpanan, persiapan, pengolahan, distribusi, dan penyajian. Setiap
proses yang diamati, dicatat dari mulai urutan proses dengan standar
yang ada, personal hygiene penjamah atau petugas, sanitasi peralatan dan
ruangan yang digunakan, macam dan jenis peralatan yang digunakan,
cara distribusi, waktu yang diperlukan dari mulut persiapan, pengolahan
dan pendistrribusian, baik dari dapur ke dapur ruangan, maupun
pemorsian dan dapur ruangan hingga keadaan makanan sampai disajikan
kepada pasien.
15
C. DIAGRAM ALIR PROSES
Dihaluskan : Bawang
merah, bawang putih,
bawang prai, seledri.
Penggorengan tahu
ancoria hingga berwarna
kuning keemasan
Sajikan
16
D. VERIFIKASI DIAGRAM ALIR
Semua produk tahu ancoria yang telah dibuat akan disajikan kepada
pasien dengan semua jenis diet.
17
E. IDENTIFIKASI BAHAYA DARI PRODUK
Tabel 1
Identifikasi bahaya dan cara pencegahannya
“Tahu ancoria”
Bahan
Tahap/input Bahaya Jenis Bahaya Penyebab Cara Pencegahan
Makanan
Penerimaan Tahu Fisik Debu, rambut, Penggunaan wadah yang Melakukan pemeriksaan
bahan makanan kerikil kurang bersih atau produk yang diterima dari
kontaminasi pada saat rekanan agar sesuai dengan
proses pengangkutan spesifikasi jika ada bahan yang
tidak sesuai spesifikasi maka
dikembalikan ke rekanan
(sortasi).
Biologis Salmonella sp Dari cangkang telur atau isi Pencucian menggunakan air
telur yang terjamin bersih dan steril.
Rekanan memperhatikan
produk sesuai dengan
spesifikasi yang dipesan
1. Persiapan Salmonella, E. Hygiene dan sanitasi Memeriksa kebersihan alat-alat
Tahu Mikrobiologi
coli penjamah (tidak mencuci yang digunakan dan bahan-
21
18
bahan tangan dan menggunakan bahan yang akan digunakan.
makanan sarung tangan ), alat yang Memakai alat-alat
digunakan tidak bersih. perlengkapan kerja sesuai SOP
Bawang Fisik air kotor dan Kebersihan air kurang Memeriksa kebersihan air
merah, berbau diperhatikan sebelum digunakan
bawang Mikrobiologis E.choli, Kebersihan air kurang Memeriksa kebersihan air
putih, Salmonella diperhatikan, penggunaan sebelum digunakan
seledri, APD dan lingkungan yang
bawang tidak bersih
prai,
2. Penyimpanan Tahu Mikrobiologis E.choli, Kebersihan air kurang Memeriksa kebersihan air
Salmonella, diperhatikan, wadah sebelum digunakan
kapang penyimpanan yang tidak
bersih
Fisik Tekstur mudah Penyimpanan yang terlalu Penyimpanan tidak boleh
hancur lama dan ditumpuk terlalu lama
Bawang Fisik tanah, debu, asap Kemasan rusak saat Pengecekan saat penerimaan
Merah / diperjalanan bahan makanan dan
Putih membersihkan tempat
penyimpanan
Mikrobiologi Aspergilus niger, Penyimpanan yang terlalu Wadah yang kering dan
bacillus cerus, lama, suhu dan wadah mengecek suhu penyimpanan
jamur, kapang penyimpanan yang tidak
tepat
Minyak Kurang hati-hati dalam Disimpan dalam plastik dan
Fisik Tengik, padat
goreng mengemas minyak kemasan yang baik
Merica Mikrobiologi Jamur Penyimpanan yang terlalu Lakukan pengecekan
lama dan suhu penyimpanan ketersediaan bahan dan simpan
18
22
yang tidak tepat di suhu sejuk.
Garam Mikrobiologi Bakteri pembusuk Penyimpanan yang tidak Penyimpanan dengan wadah
tepat kering dan melakukan
pengecekan suhu
3. Pengukusan Mikrobiologi Salmonella Hygiene dan sanitasi Memeriksa kebersihan alat-alat
penjamah (tidak mencuci yang digunakan dan bahan-
tangan dan menggunakan bahan yang akan digunakan.
sarung tangan ), alat yang Memakai alat-alat
digunakan tidak bersih. perlengkapan kerja sesuai SOP
4. Penggorengan Mikrobiologi Salmonella Hygiene dan sanitasi Memeriksa kebersihan alat-alat
penjamah (tidak mencuci yang digunakan dan bahan-
tangan dan menggunakan bahan yang akan digunakan.
sarung tangan ), alat yang Memakai alat-alat
digunakan tidak bersih. perlengkapan kerja sesuai SOP
Fisik Hangus Proses penggorengan yang Memperhatikan lama
terlalu lama. penggorengan tahu
5. Pemorsian Fisik Debu dari udara Pemorsian yang dilakukan Memperhatikan kebersihan
tahu ancoria luar mungkin akan terpapar bahan dengan ditutup rapat
disajikan udara luar.
24
18
F. Analisis Bahaya dan Cara Pencegahan Kontaminasi Alat
26
18
G. Kategori Resiko
Tabel 2
Analisa Resiko Bahaya
Nama Masakan : Tahu ancoria
KELOMPOK BAHAYA KATEGORI
NO BAHAN/INGREDIENT
A B C D E F RESIKO
Bahan mentah
1. Tahu + + - + - - III
2 Bawang putih - + - - - - I
3 Bawang merah - + - - - - I
4 Telur + + - - - - II
5 Bawang prai - + - - - - I
6 Seledri - + - - - - I
7 Garam - + - - - - I
8 Frozen - + - + - - I
9 Minyak - + - - - - I
10 Merica - + - - + - II
Kelompok
Keterangan
Bahaya
A Kelompok khusus yang terdiri dari produk non steril yang
ditujukan untuk konsumen berisiko tinggi seperti orang tua,
bayi, dan orang sakit.
B Mengandung bahan/ingridien yang sensitif terhadap bahaya
biologis/kimia/fisik.
C Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya.
D Produk kemungkinan mengalami kontaminasi kembali
setelah pengolahan sebelum pengemasan.
E Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi
pengolahan dan konsumsi.
F Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh
konsumen.
18
27
Kategori
Karakteristik Bahaya Keterangan
Resiko
0 0 (tidak ada bahaya) Tidak mengandung bahaya A s.d.
F
I (+) Mengandung satu bahaya B s.d.
F
II (++) Mengandung dua bahaya B s.d. F
III (+++) Mengandung tiga bahaya B s.d. F
IV (++++) Mengandung empat bahaya B
s.d. F
V (+++++) Mengandung lima bahaya B s.d.
F
VI A+ (katergori khusus) Kategori resiko paling tinggi
(semua makanan yang
mengandung bahaya A, baik
dengan/tanpa bahaya B – F
Kesimpulan :
18
28
H. CCP DESITION TREE
Decision Tree (Menetapkan CCP)
18
29
Bahan Penyebab/Sumber/ Peluang Keparahan Sig CCP/
Tahap Bahaya P1 P2 P3 P4 Alasan keputusan
makanan Justifikasi bahaya (h, l, m) (H, L, M) CP
18
30
adanya kandungan
mikroba didalamnya
18
31
proses selanjutnya
18
32
Penyimpanan Tahu M Tahu disimpan tidak h H S Ya Ya - - CCP Penyimpanan yang
menggunakan wadah tidak tepat dapat
yang tertutup. Tahu menumbuhkan
disimpan dalam bakteri dan jamur
waktu yang cukup yang tidak mudah
lama dan tidak hilang pada saat
ditempatkan di proses pengolahan
tempat yang sesuai.
18
33
Bawang M Bahan tidak disimpan l H S Ya Ya - - CCP Penyimpanan yang
putih, menggunakan wadah tidak tepat dapat
bawang tertutup. menumbuhkan jamur
merah, yang tidak mudah
bawang Bahan terlalu lama hilang saat proses
prai, disimpan dan tidak pengolahan.
seledri ditempatkan di
tempat yang kering.
Garam, F Garam disimpan tidak L L Ts Ya Tida Tida - Bukan Tahap ini dapat
merica menggunakan wadah k k CCP menghilangkan debu
tertutup. dan rambut apabila
disimpan dengan
Penjamah tidak cara yang benar.
menggunakan
penutup kepala.
18
34
Penjamah tidak cara yang benar.
menggunakan
penutup kepala.
Wadah yang
digunakan terbuka
Pemorsian Tahu M Tenaga pemorsi tidak m H S Ya Tida Ya Tida CCP Bahaya tidak dapat
ancoria memakai APD yang k k dihilangkan pada
lengkap proses selanjutnya
18
36
I. HACCP PLAN MATRIKS
18
37
Tahapan Jenis Pemantauan Tindakan Verifikasi Dokumentasi
CCP Batas Kritis
Proses Bahaya Apa Bagaimana Frekuensi Siapa koreksi
Pengukusan M Suhu Suhu Suhu masakan Thermometer Setiap kali Tenaga Proses Kalibrasi Log book suhu
bahan makanan pengolahan pengolah dihentikan thermomete
≥ 100◦ C
sampai r setiap hari
F Karakteristik Durasi Melakukan dilakukan
Durasi
makanan pengukusan pengecekan perbaikan
pengukusan
lama
pengukusan Peringatan
bahan yang kepada
diolah tenaga
pengolah
Penggorengan M Suhu Suhu Suhu masakan Thermometer Setiap kali Tenaga Proses Kalibrasi Log book suhu
bahan ≥ 120◦ C makanan pengolahan pengolah dihentikan thermomete
sampai r setiap hari
F Durasi Warna kuning Durasi Teliti dalam dilakukan
penggorengan keemasan penggorengan proses perbaikan
menggoreng Peringatan
bahan kepada
makanan tenaga
pengolah
18
38
Pendistribusian M Suhu Suhu >800C Suhu makanan Melakukan Setiap kali Tenaga Mempertah Perhatikan Log book suhu
saat pengecekan setelah pramu-saji ankan suhu suhu
didistribusikan suhu makanan distribusi dengan makanan
sebelum memperhati saat
didistribusikan kan waktu distribusi
dan alat
distribusi
18
39
Standar Operasi Prosedur
Tahapan Jenis Pemantauan Tindakan
CCP Batas Kritis Verifikasi Dokumentasi
Proses Bahaya Apa Bagaimana Frekuensi Siapa koreksi
Penerimaan M - Karakteristik Tidak ada bahan Spesifikasi Pemeriksaan Setiap Tenaga Hubungi Lihat form Form
bahan bahan menyimpang dari bahan sesuai, secara visual penerimaan penerimaan Panitia spesifikasi penerimaan
spesifikasi bahan yang penerimaan bahan
diterima dan
F - Kadaluarsa Tidak ada benda Spesifikasi Pemeriksaan putuskan
- Kondisi asing, kemasan bahan sesuai secara visual apakah
kemasan tidak rusak. bahan yang diterima atau
diterima ditolak
Penyimpanan M Tenaga penerimaan Bahan makanan Tempat dan Melakukan Setiap hari Tenaga Peringatan Perhatikan Logbook suhu
bahan & penyimpanan yang disimpan suhu pemeriksaan penerimaan kepada tempat dan
bahan makanan harus dengan penyimpanan secara visual & tenaga suhu
F tempat dan suhu bahan yang penyimpana penerimaan penyimpanan
yang sesuai disimpan n &
penyimpana
n
Pengolahan M Penjamah Penggunaan Penggunaan Melakukan Setiap hari Tenaga Memeriksa Perhatikan Dokumentasi
bahan bahan dan alat bahan dan alat pemeriksaan pengolah kembali bahan yang pengolahan
untuk mengolah sesuai secara visual bahan yang digunakan
makanan bahan yang digunakan, dalam
diolah pengolahan
bahan
F Tidak ada
kerusakan
Pendistribusia Mikro- Suhu Suhu >800C Suhu makanan Melakukan Setiap kali Tenaga Mempertahanka Perhatikan Log book suhu
n suhu dengan
n biologi saat pengecekan setelah pramu-saji suhu
memperhatikan
didistribusikan suhu makanan distribusi waktu dan alat makanan
sebelum distribusi saat
didistribusikan distribusi
18
40
J. Hasil Pemantauan
Institusi/Rumah Sakit : RSUD DR. RASIDIN PADANG
Nama produk : Tahu ancoria
Tanggal Produksi : 10 Oktober 2023
Tim HACCP : Mhd. Aldrian
4 Pengukusan Menggunakan air dan Menggunakan air dan dandang Tenaga pengolah Ada risiko bahaya
dandang yang bersih yang bersih menggunakan APD
Petugas menggunakan Petugas menggunakan APD lengkap
APD lengkap, lengkap, tidak menggunakan
18
41
menggunakan sarung sarung tangan dan masker
tangan dan masker
5 Penggorengan bahan Menggunakan minyak Minyak yang digunakan baru Meningkatkan Ada risiko bahaya
yang baru dan wajan dan wajan yang diggunakan kesadaran petugas saat
yang bersih bersih berada diruang
Petugas menggunakan Petugas tidak menggunakan terbatas/pengolahan
APD lengkap, APD lengkap, tidak dan penggunaan
menggunakan sarung menggunakan masker dan minyak baru
tangan dan masker sarung tangan
6 Pemorsian tahu ancoria Menggunakan paralatan Alat yang digunakan bersih. Tenaga pengolah Tidak ada risiko
yang bersih menggunakan APD
lengkap
Tahu ancoria diporsikan Tahu ancoria bersih, tidak
dalam keadaan bersih dan berubah warna,rasa, bentuk
aman dikonsumsi dan bau, dalam keadaan panas
18
42
7 Pendistribusian makanan Menggunakan trolley Trolley yang digunakan dalam Tidak perlu tindakan Tidak ada risiko
tertutup dan bersih keadaan tertutup koreksi
18
43
BAB IV
PEMBAHASAN PENGAMATAN
Proses penerimaan bahan makanan Tahu ancoria dilakukan pada hari sabtu,
7 Oktober 2023. Penerimaan bahan makanan dilakukan mulai dari jam 09.00 pagi
s/d selesai. Penerimaan bahan makanan yang dilakukan pada pagi harinya
menerima seperti tahu. Bahan-bahan lainnya seperti garam, merica, seledri,
bawang merah, bawang putih, bawang prai, dan telur sudah ada digudang BMK.
Proses penerimaan bahan makanan ini dilakukan oleh satu orang rekanan dan satu
orang tenaga penerimaan bahan makanan. Semua bahan makanan sudah diperiksa
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan dapat diterima oleh pihak
tenaga penerimaan bahan makanan. Semua proses penerimaan bahan makanan
sudah dilakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan, yaitu dimulai dari
pemeriksaan bahan makanan yang disesuaikan dengan spesifikasi di surat
pemesanan, penimbangan, dan pendistribusian bahan ke bagian persiapan dan
pengolahan.
Persiapan bahan makanan Tahu ancoria ini dilakukan pada hari selasa.
Persiapan bahan makanan ini dimulai pada jam 08.30 dengan melakukan
penghancuran tahu didalam baskom. Adapun bahan makanan yang disiapkan
untuk tahu ancoria adalah 41 porsi.
18
45
kekurangan kebutuhan zat gizi karena pemorsian menu hanya berdasarkan
hitungan per potong menu.
E. Penyajian Makanan
Proses penyajian yang dilakukan di dapur ruangan untuk didistribusikan ke
pasien juga sudah dilakukan sesui dengan SOP yang ditentukan. Hygiene dan
sanitasi pada penyajian makanan belum baik, karena tidak mencuci tangan lagi
terlebih dahulu sebelum menyajikan ke pasien.
46
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada proses pembuatan menu tahu ancoria di Instalasi Gizi RSUD dr.
Rasidin terdapat beberapa bahaya yang mungkin terjadi di beberapa tahapan
proses produksinya, yaitu :
1) Bahaya yang ditemukan saat melakukan pengamatan mulai dari tahap
penerimaan bahan makanan hingga pendistribusian yaitu bahaya
mikrobiologi dari Hygiene dan sanitasi ditemukannya beberapa tenaga
pengolah tidak menggunakan masker dan tidak memakai sarung tangan
pada saat pengolahan dan pendistribusian. Penyelesaian yang dilakukan
adalah memberikan teguran kepada tenaga pengolah untuk lebih
memperhatikan hygine dan sanitasi saat pengolahan.
2) Pengendalian CCP yang dilakukan diantaranya: pada saat penerimaan
bahan makanan dilakukan pengecekan sesuai dengan spesifikasi bahan
makanan, pada penyimpanan bahan makanan dipantaunya suhu tempat
penyimpanan agar bahan makananan tidak rusak, pada proses persiapan
bahan makanan dicuci dengan air mengalir dan pada setelah makanan
selesai diolah disimpan dalam wadah stainless steel yang disertai dengan
kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) tenaga penjamah.
3) Batas-batas kritis pada pembuatan tahu ancoria yaitu pada penerimaan
bahan dan bumbu, pencucian bahan, pengolahan makanan, pemorsian dan
pendistribusian.
4) Prosedur pemantauan yang dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan
catatan pembelian dan penerimaan barang, mengamati suhu dan waktu
pemasakan, mencatat lamanya waktu simpan, serta mengamati ada
tidaknya serangga/lalat. Pada Instalasi gizi RSUD dr. Rasidin juga
memiliki 2 orang yang bertugas dibagian instalasi gizi untuk kebersihan
ruangan instalasi gizi.
5) Tindakan koreksi merupakan tindakan yang dilakukan bila tidak
terpenuhinya batas kritis
18
47
B. Saran
1) Setiap tenaga kerja yang ada di instalasi gizi saling mengingatkan dan
pengawasan tentang pentingnya hygiene sanitasi
2) Pengadaan alat pengukur suhu untuk mengukur suhu saat pengolahan
dilakukan seperti suhu pengukusan, suhu penggorengan,dll.
3) Sarung tangan khusus memasak dijaga hygiene sanitasinya
18
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta. EGC.
2. Zulfana I, Sudarmaji. Hazard Analysis And Critical Control Point
(HACCP) Pada Pengelolaan Makanan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit
Islam Lumajang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya; 2015.
18
49