LAPORAN HACCP
(HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT)
KUNJUNGAN PABRIK BAKSO
Disusun Oleh :
Almira Febri Jayanti
Fitri Widya Handayani
Rifa Amalia Afnan
Siska Nurkomariah
DIV.B/SMT-5
A. Latar Belakang
Bakso merupakan salah satu produk olahan daging berbentuk bulat yang
populer di berbagai kalangan di Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran
daging sapi dan tepung, tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam atau ikan.
Jenis bakso daging sapi, ayam, dan ikan sekarang mulai banyak di tawarkan dalam bentuk
frozen yang dijual di super market, swalayan dan mall-mall. Dalam penyajiannya bakso
biasa dicampur dengan kuah bening dan mi.
Secara konvensional bakso diolah dengan cara yang kurang hygienis, bahkan
menggunakan bahan baku daging yang tidak segar lagi. Hal ini berakibat pada kurangnya
perlindungan terhadap kesehatan konsumen dan rendahnya kualitas produk. Disamping
itu beberapa pedagang bakso sering menggunakan bahan tambahan pada produknya,
seperti bahan pemutih dan bahan pengawet. Beberapa bahan ini termasuk bahan kimia
yang dilarang penggunaannya dalam produk pangan. Untuk menghindari konsumsi bahan
tambahan yang terlalu banyak, bakso dapat dibuat sendiri di rumah dengan mengurangi
atau menghindari sama sekali penggunaan bahan-bahan tersebut.
Dengan maraknya penggunaan bahan tambahan pangan yang berbahaya dan tidak
diperbolehkan untuk digunakan, maka kami akan melakukan pengamatan terhadap
bahaya yang mengancam dalam proses produksi bakso Home Industry dengan sistem
HACCP di salah satu tempat produksi bakso keliling di daerah Tangerang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang muncul
adalah apakah bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dalam proses pembuatan
bakso sapi Home Industry di daerah Tangerang?
C. Tujuan
Untuk mengetahui proses pembuatan bakso di Home Industry dan menganalisis
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi selama proses produksi hingga distribusi
berlangsung.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian HACCP
HACCP adalah suatu sistem control dalam upaya pencegahan terjadinya
masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis didalam tahap
penangananan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk
manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan
dengan pendekatan pencegahan (preventif) yang dianggap dapat memberikan
jaminan dalam mengahsilkan makanan yang aman bagi konsumen. Kunci utama
HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan kepada
pengujian produk akhir.Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan
keamanan pangan yang zero-risk atau tanpa resiko, tetapi dirancang untuk
meminimumkan resiko bahaya keamanan pangan. Sistem HACCP juga dianggap
sebagai alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai pasokan
pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobilogis,
kimia dan fisik.
HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari produsen
utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan, distribusi,
pemasaran hingga sampai kepada pengguna akhir. Keberhasilan dalam penerapan
HACCP membutuhkan tanggung jawab penuh dan keterlibatan manajemen serta
tenaga kerja. Keberhasilan penerapan HACCP juga membutuhkan pendekatan tim,
tim ini harus terdiri dari tenaga ahli yang tepatTujuan dari penerapan HACCP
dalam industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat
dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tuntutan konsumen.HACCP
bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai
produk akhir diproduksi dan didistribusikan. HACCP juga berfungsi sebagai
promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki daya saing kompetitif.
B. Langkah HACCP
HACCP memiliki 7 Prinsip dan 12 langkah yang harus dilakukan pada setiap
melakukan analisis bahaya. 7 prinsip HACCP dalam penerapan sistemnya adalah
sebagai berikut:
Prinsip 1 : Mengidentifikasi analisis bahaya
Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan produksi
pangan pada semua tahapan, mulai dari usaha tani,penanganan, pengolahan
dipabrik dan distribusi, sampai kepada titik produk pangan dikonsumsi.
Penilaian kemungkinan terjadinya bahaya dan menentukan tindakan
pencegahan untuk pengendaliannya.
Beberapa kerugian dari HACCP adalah tidak cocok bila diaplikasikan untuk
bahaya atau proses yang hanya sedikit diketahui, tidak melakukan kuantifikasi
(perhtiungan) memprioritaskan resiko dan tidak melakukan kuantifikasi dampak
dari tambahan kontrol terhadap penurunan resiko.
D. Standar SNI
Salah satu alat manajemen mutu yang dapat digunakan adalah HACCP yang
telah banyak dilakukan di berbagai negara dan telah menjadi salah satu alat
pengawasan yang berdasarkan prinsip pencegahan. Konsep ini telah banyak
diterapkan pada industri pangan. Konsep ini berdasarkan atas kesadaran dan
pengertian bahwa bahaya akan timbul pada berbagai titi atau tahapan produksi,
namun upaya pengendalian dapat dilakukan untuk mengontrol bahaya tersebut.
Melalu Badan Standarisasi Nasional (BSN) pemeerintah Indonesia juga telah
mengadaptasi konsep HACCP menjadi SNI 01-4852-9298 beserta pedoman
penerapannya untuk diaplikasikan pada berbagai industri pangan di Indonesia.
Menurut SNI 01-4852-9298, HACCP adalah piranti untuk menilai bahaya dan
menetapkan sistem pengendalian yang memfoskuskan pada pencegahan daripada
mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir (end Product Testing) atau
suatu sistem pencegahan untuk keamanan pangan. HACCP dapat diterapkan pada
seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan
penerapannya harus dipandu oleh bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan
manusia. Sistem HACCP bukan merupakan suatu jaminan keamanan pangan yang
tanpa resiko tetapi dirancang untuk meminimumkan resiko bahaya keamanan
pangan.
E. Bahan-Bahan
1. Daging Sapi
Menurut FDA Daging adalah urat daging (otot) yang telah dikuliti dengan
baik, berasal dari sapi, babi, domba, kambing, yang telah cukup dewasa dan
sehat pada penyembelihan, terdiri dari otot-otot pada rangka, lidah,
diafragma, jantung, dan esofagus, tetapi tidak termasuk otot-otot pada bibir,
hidung atau moncong, dan telinga. Syarat umum daging yang sehat adalah :
a. bersih atau terang, f. daging yang sudah ditiriskan
b. berwarna merah segar, tidak berdarah,
c. lapisan luar kering, g. aroma bau tidak amis dan
d. berasal dari rumah tidak bau asam,
potong hewan, h. daging masih elastis dan tidak
e. ada cap pemeriksaan kaku,
dari pemerintah i. bila ditekan tidak banyak
setempat, mengeluarkanCairan.
2. Tepung Sagu
3. Es Batu
Es batu merupakan air yang dibekukan, yang didinginkan di bawah 0 °C.
Es batu digunakan sebagai pelengkap minuman. Studi di beberapa negara
menunjukkan bahwa es batu yang digunakan dalam makanan dan minuman
yang dibuat pabrik es mengandung Escherichia coli, dan bakteri coliform.
Kehadiran kuman-kuman tersebut disebabkan rendahnya kualitas sumber air
atau kurangnya higiene dalam pembuatan dan pengelolaan (Anonim-2, 2005).
Es digunakan sebagai salah satu metode atau cara pengawetan bahan-
bahan makanan, daging, ikan, makanan dalam kaleng, serta digunakan untuk
pendingin minuman. Es yang digunakan dalam pengawetan atau pendinginan
selain es batu adalah es balok. Apabila dari bahan baku es tersebut
mengandung bakteri, dikhawatirkan akan mencemarkan bahan makanan yang
akan berdampak buruk bagi kesehatan. Es balok pada pasar-pasar tradisional
sering digunakan dalam mengawetkan ikan, daging, bahan baku makanan,
bahkan tedapat es balok yang langsung digunakan sebagai pendingin
minuman (Anonim, 2008)
4. Bawang Goreng
Bawang goreng merupakan salah satu bentuk olahan dari bawang merah
yang dapat meningkatkan dan memberikan nilai tambah, serta
memperpanjang daya simpan produk tersebut. Selain itu, produk olahan
bawang merah juga sebagai salah satu produk tambahan bagi industri mie
instan. Jika dilihat dari kandungan gizinya, bawang merah memiliki
kandungan gizi yang baik bagi kesehatan manusia dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi. Sayuran rempah ini memiliki peranan penting bagi masyarakat
Indonesia, terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita
rasa dan kenikmatan makanan.
5. Garam
Garam adalah senyawa ionikyang terdiri dari ion positif (kation) dan
ionnegatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan).
Garamterbentuk dari hasil reaksi asamdan basa.
6. Penyedap Rasa
Penyedap makanan berfungsi untuk menguatkan rasa. Penggunaan
penyedap bertujuan untuk : Meningkatkan citarasa makanan, Mengembalikan
citarasa makanan yang mungkin hilang waktu pengolahan, Memberikan
citarasa tertentu pada makanan yang tidak mempunyainya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
1. Tempat
Pelaksanaan pengamatan HACCP bakso dilakukan di Home Industry
kediaman Bapak Agus. Pengamatan dilakukan didua tempat yaitu pasar
tradisional dan ruang pengolahan.
2. Waktu
Pengamatan dan penerapan HACCP dilakukan pada hari minggu, 22
November 2015
B. Jenis Data
1. Data Primer
Diperoleh dari pencatatan hasil pengamatan yang dilakukan oleh tim
terhadap proses produksi bakso.
2. Data Sekunder
Diperoleh melalui wawancara langsung kepada Bapak Agus (Produsen)
pada setiap proses penyelenggaraan makanan, yang terdiri dari proses
penerimaan, persiapan, dan penyimpanan, pengolahan, dan pendistribusian
makanan.
3. Ketenagakerjaan
Untuk ketenagakerjaan dalam pembuatan bakso ini, Bapak Agus hanya
bekerja sendiri dan untuk proses persiapan dibantu oleh istrinya. Bapak Agus
mulai berangkat ke pasar antara jam 3 hingga jam 4 pagi. Ia berbelanja bahan
segar, seperti daging sapi, tahu, dan sayuran. Lalu sekitar jam setengah 5 pagi,
ia sudah mulai mengolah baksonya hingga pukul 6 pagi dan ia mulai berjualan
keliling sekitar pukul 8 pagi hingga 5 sore.
b. Prosedur
1. Pilih daging sapi yang masih segar, giling hingga halus bersama garam, lada
bubuk, bawang goreng, dan penyedap rasa.
2. Tambahkan tepung sagu dan es batu
3. Giling daging hingga halus dan tercampur rata.
4. Panaskan air hingga mendidih, jika sudah mendidih matikan apinya.
5. Ambil adonan bakso dan bentuk sesuai selera (bulat atau gepeng)
menggunakan sendok.
6. Celupkan adonan bakso yang sudah jadi ke dalam air rebusan, lakukan
sampai habis.
7. Adonan yang sudah matang, akan berubah warna menjadi keabu-abuan
dan mengapung.
8. Nyalakan kembali apa dan masukkan bakso kedalam kuah yang telah
dibuat.
Pembuatan Bakso
Pembuatan Mixing :Daging sapi, tepung Persiapan Komponen
Kuah sagu, es batu, bawang goreng, Pendukung (mi basah,
garam, lada, penyedap rasa soun, sayur, sambal, tahu)
Pembentukan
Perebusan
Distribusi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Produk
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang lazim ditemukan pada
masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campurandaging sapi giling
dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang terbuat
dari daging ayam, ikan, atau udang bahkan dagingkerbau. Dalam penyajiannya,
bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening,
dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur dan ditaburi bawang goreng dan
seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari
gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso sekarang
banyak ditawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual dipasar
swalayan ataupun mal-mal. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis
makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai.
5. Pemorsian makanan
Pemorsian makanan merupakan proses persiapan pembagian makanan
sesuai dengan kebutuhan penjualan. Pemorsian bakso terdapat 4 buah bakso
dalam 1 mangkok, dengan ukuran sedang bakso daging.
C. Pembahasan
Untuk penyimpanan penjual ini tidak ada bahan makanan yang disimpan
terlebih dahulu, dikarenakan dia hanya membeli bahan makanan untuk 1 kali penjualan
saja . Pada tahap persiapan bahan yang digunakan dicuci terlebih dahulu, kecuali daging
karena daging setelah dibeli langsung digiling di tempat penggilingan daging di pasar.
Saat pengolahan daging dibentuk bulat” dan kemudian direbus dengan air panas sampai
bakso tersebut mengambang, kemudian diangkat.untuk distribusi produk penjual
melakukannya dengan cara berkeliling dengan menggunakan gerobak.