Oleh :
Angdela Kirana Apdikasary (P031713411042)
Marwaziah Kurniani Dwiwulan (P031713411056)
Mengetahui,
Pembimbing Materi
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.8 Danger Zone Pada Pengolahan Bahan Makanan.................................... 18
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................... 19
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan .................................................................. 19
3.2 Prosedur .................................................................................................. 19
3.3 Analisa HACCP ..................................................................................... 20
3.4 Pelaksanaan HACCP dan Monitoring .................................................... 35
3.5 Usulan Perbaikan Berdasarkan Pengamatan HACCP ........................... 36
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 37
4.1 Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) ............................... 37
4.2 Penerimaan ............................................................................................. 37
4.3 Pembungkusan ........................................................................................ 38
4.4 Pengukusan ............................................................................................. 38
4.5 Reheating ................................................................................................ 38
4.6 Pemotongan ............................................................................................ 39
4.7 Pendistribusian ke Pantry ....................................................................... 39
4.8 Pemorsian ............................................................................................... 40
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 41
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 41
5.2 Saran ....................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43
LAMPIRAN ......................................................................................................... 45
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
menerapkan HACCP kami melakukan pengamatan tentang “Pengawasan Mutu
Makanan atau Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) pada Rollade
Ayam”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penerapan HACCP pada pengolahan hidangan Rollade Ayam
di Instalasi Gizi RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu
yang telah diperoleh dan menambah pengalaman dari permasalahan yang ditemui.
2
1.4.2 Bagi Instalasi Gizi RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
Sebagai bahan evaluasi terhadap hasil olahan yang disajikan dan dapat
mengatasi atau mengurangi penyimpanan-penyimpanan kualitas dan keamanan
yang ada.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Union) dan oleh beberapa negara termasuk Kanada, Amerika, Australia, New
Zealand dan Jepang. Pada tahun 2005, ISO menerbitkan standar ISO 22000 yang
berisi klausul-klausul tentang sistem penjaminan keamanan yang berbasis
HACCP (Koswara, 2009).
5
d. Menekankan pada mutu, “food safety”, dan eliminasi “economic fraud”
(miss-labelling, kesalahan berat, salah ukuran) untuk menjaga keamanan
bisnis.
e. Membutuhkan sistem keamanan pangan yang sejalan dengan program yang
sejalan dengan jaminan mutu.
f. WTO telah mendesak negara anggota dan industri untuk melakukan
harmonisasi perdagangan, ekivalensi sistem inspeksi, dan mengurangi
hambatan teknis, serta merekomendasi CAC standar untuk memfasilitasi
harmonisasi.
g. CAC telah mengadopsi dan merekomendasi penerapan bagi industri pangan
HACCP keseluruh dunia.
h. Negara-negara mitra bisnis Indonesia telah mengubah regulasi mereka
untuk implentasi HACCP (Purnawijayanti, 2001).
Penerapan HACCP juga bermaksud untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan mencegah kasus keracunan maupun penularan penyakit
melalui makanan (food borne disease). Namun secara khusus HACCP bertujuan
untuk mengevaluasi cara produksi makanan, mengawasi cara produk makanan,
mengevaluasi dan memantau penanganan, sanitasi, pengolahan, dan
meningkatkan inspeksi diri (Purnawijayanti, 2001).
Untuk memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu proses
produksi mempunyai mutu yang baik maka dewasa ini dikembangkan konsep
manajemen mutu yang tidak hanya dititik beratkan pada produk akhir, akan tetapi
pengawasan dari tahap awal sampai dengan akhir. Konsep tersebut dikenal
dengan HazardAnalysis Critical Control Point (HACCP) yang sampai saat ini
kebanyakan baru diterapkan pada industri-industri pengolahan bahan makanan
(Purnawijayanti, 2001).
Di dalam pelaksanaannya, apabila suatu rancangan HACCP sudah
ditetapkan untuk suatu proses produksi maka diperlukan prosedur-prosedur baku
untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian-bagian dari proses
tersebut. Prosedur-prosedur ini berupa Standar Prosedur Operasi (SPO) yang
merupakan petunjuk teknis baku yang singkat yang minimal berisi tujuan, ruang
lingkup, tanggung jawab dan prosedur atau urutan langkah-langkah dalam
6
melakukan suatu kegiatan tertentu yang harus diikuti dan dipatuhi oleh orang-
orang yang melaksanakan. Tujuan dari ditetapkannya SPO adalah menetapkan
prosedur yang baku untuk menjamin bahwa setiap kegiatan dalam suatu proses
dilaksanakan dengan baik dan benar sehingga pada akhir proses nantinya dapat
dihasilkan produk seperti yang diharapkan, baik kualitas maupun kuantitasnya
(Purnawijayanti, 2001).
7
b. Memperbaiki cara produksi pangan dengan memberikan perhatian khusus
terhadap tahap-tahap proses yang dianggap kritis
c. Memantau dan mengevaluasi cara-cara penanganan dan pengolahan pangan
serta penerapan sanitasi dalam memproduksi pangan
d. Meningkatkan inspeksi mandiri terhadap industri pangan oleh operator dan
karyawan (Aritonang, 2012).
Penerapan HACCP adalah untuk menunjukkan letak potensi bahaya yang
berasal dari bahan pangan dengan tujuan melindungi kesehatan konsumen. Letak
potensi bahaya berhubungan dengan jenis bahan pangan yang diolah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, HACCP harus menjadi dasar analisis potensi bahaya
dan ditujukan untuk pencegahan, penghilangan atau pengurangan potensi bahaya
keamanan pangan hingga ke tingkat yang dapat diterima konsumen (Aritonang,
2012).
8
Menurut Koswara (2009) Codex Alimentarius Commision pada tahun 1993
telah mengadopsi sistem HACCP ini yang kemudian disempurnakan pada tahun
1996, telah menyusun pedoman implementasi HACCP dengan langkah-langkah
penerapan secara sistematis dalam 12 langkah, yang terdiri dari lima langkah awal
persiapan dan diikuti dengan tujuh langkah berikutnya yang merupakan tujuh
prinsip HACCP. Kedua belas langkah tersebut digambarkan sebagai suatu alur
tahap penerapan HACCP sebagai berikut :
9
simpan yang direkomendasikan, pelabelan khusus, petunjuk penggunaan,
pengawasan khusus dalam distribus dan dimana produk akan dijual.
10
dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan. Diagram alir proses yang harus
diverifikasi ditempat, dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengamati aliran proses
2) Kegiatan pengambilan sampel
3) Wawancara
4) Mengamati operasi rutin/non-rutin
11
a. Potensi bahaya berkaitan dengan spesies
FDA membagi spesies ke dalam dua kelompok besar, yaitu bertulang
punggung dan tidak bertulang punggung. Potensi bahaya alami yang berkaitan
pada spesies, anatara lain bahaya biologis (parasit) dan bahaya kimia (toksin,
histamine, dan residu obat) (Yoseph, 2009).
12
2.6.2.1 Penentuan CCP dan CP
Decision tree merupakan suatu set alat pengambilan keputusan yang terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan untuk menentukan titik-titik kritis dalam suatu proses
pengolahan bahan pangan. Ada empat pertanyaan dalam setiap keputusan
mengenai penentuan titik kritis (Codex, 1997 dalam Nuryani, et al.,2007).
Decision tree digunakan untuk menentukan titik kendali kritis (Critical
Control Point). Decision Tree ini berisi seri pertanyaan logis yang menanyakan
setiap bahaya dan jawaban dari setiap pertanyaan tersebut akan memfasilitasi Tim
HACCP menetapkan CCP secara logis. Metode ini tidak hanya digunakan untuk
menentukan CCP pada proses pengolahan, akan tetapi juga dapat digunakan untuk
bahan baku maupun komposisi produk (Codex, 1997 dalam Nuryani, et al.,2007).
13
Critical Control Point merupakan poin operasi pengolahan perikanan di
mana kegagalan pengontrolan kemungkinan terjadi yang kemungkinan besar
produksi produk yang tidak aman. Poin ini memaksa kita untuk secara konstan
mengevaliasi untuk menjamin pelaksanaan dengan segala persyaratan produk.
Dengan pengecekan konstan sama saja dengan mengadakan inspeksi dalam dasar
yang tetap (dalam hitungan per setengah jam, jam, dll) setiap berproduksi. Control
Pointselain poin dalam proses operasi, bila terjadi kelalaian dalam proses
produksi tidak akan mempengaruhi keamanan produk. Pengecekan dalam CP
dilakukan tergantung pada kondisi pada saat produksi (Codex, 1997 dalam
Nuryani, et al., 2007).
14
2.6.5 Menetapkan Prosedur Koreksi
Prosedur koreksi sangat penting dilakukan ketika catatan yang ada
terdapat deviasi dalam batas kritis. Prosedur koreksi meliputi: menentukan
penyebab ketidaksesuaian dan membenarkannya menentukan disposisi yang harus
dilakukan pada produk yang tidak sesuai mencatat segala koreksi yang telah
dilakukan (Thaheer, 2005).
15
ini, daging ayam telah menjadi salah satu jenis daging yang paling banyak
dikonsumsi oleh masyarakat dunia (Brown, 2000).
Badan Standarisasi Nasional (2009) mengidentifikasi daging ayam sebagai
otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak dan lazim dikonsumsi manusia.
Daging ayam dapat dikatakan sebagai salah satu tempat penimbunan zat-zat gizi
dalam tubuh. Daging ayam terdiri atas serabut-serabut otot yang serabut-serabut
otot atau muscle fibers. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah serabut-serabut otot
yang terdapat dalam daging sudah lengkap pada saat menetas. Serabut-serabut
otot tersebut akan membesar dengan bertambahnya umur dan masuknya gizi yang
cukup (berasal dari pakan). Zat gizi yang terdapat di dalam daging ayam antara
lain air, protein, lemak, vitamin dan mineral (Hardjosworo, 2000).
Adapun persyaratan tingkatan mutu berdasarkan SNI 3924-2009 dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan Tingkatan Mutu Berdasarkan SNI 3924-2009
Sumber: SNI 3924-2009
Tingkatan Mutu
Faktor Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
Ada sedikit Ada kelainan pada
kelainan pada bagian tulang dada
Konfirmasi Sempurna
bagian tulang dada dan paha
dan paha
Perdagingan Tebal Sedang Tipis
Perlemakan Banyak Banyak Sedikit
Tulang utuh, kulit Tulang ada yang
sobek sedikit, tetapi patah, ujung sayap
Keutuhan Utuh
tidak pada bagian terlepas, kulit sobek
dada pada bagian dada
Ada memar sedikit Ada memar sedikit
Bebas dari memar tetapi tidak pada tetapi tidak ada
Perubahan warna
dan atau freeze burn dada dan tidak freeze burn
freeze burn
Ada bulu bulu tunas
Bebas dari bulu
Kebersihan tetapi tidak pada Ada bulu tunas
tunas
bagian dada
16
Adapun nilai gizi daging ayam dalam 100 gram dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai Gizi Daging Ayam Per 100 gram
Kandungan Nilai Gizi
Air (gr) 55,9
Energi (kkal) 298
Protein (gr) 18,2
Lemak (gr) 25
Karbohidrat (gr) 0
Serat (gr) 0
Abu (gr) 0,9
Kalsium (mg) 14
Fosfor (mg) 200
Besi (mg) 1,5
Natrium (mg) 109
Kalium (mg) 385,9
Tembaga (mg) 0,11
Seng (mg) 0,6
Retinol (mcg) 245
B-Kar (mcg) 0
Kar-Total (mcg) -
Thiamin (mg) 0,08
Riboflavin (mg) 0,14
Niasin (mg) 10,4
Vitamin C (mg) 0
BDD (%) 58
Sumber : (Kementerian Kesehatan RI, 2017)
17
mikroorganisme lainnya yang juga berpotensi mencemari daging ayam (Baran &
Gulmez, 2000).
Suhu Penyimpanan
Disajikan Belum
No. Jenis Makanan Akan segera
dalam waktu segera
disajikan
lama disajikan
1. Makanan kering 25 s.d 30oC
2. Makanan basah
>60oC 10oC
(berkuah)
3. Makanan cepat basi
>65,5oC -5 s.d -1oC
(santan, telur, susu)
4. Makanan disajikan
5 s.d 10oC <10oC
dingin
Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2003)
Selain suhu, waktu pemasakan bahan makanan perlu diperhatikan. Hal ini
berhubungan dengan bahaya yang mungkin muncul selama pemasakan seperti
pertumbuhan mikroba dalam bahan makanan.
Hasil penelitian Sukmaningsih, et al (2005) mengenai masa simpan daging
ayam buras setelah dikukus sebelum pemasaran, menunjukkan bahwa
perlakuan pengukusan uap panas suhu 80oC selama 2, 4, dan 6 menit sebelum
pemasaran mampu menurunkan jumlah bakteri, sehingga dapat lebih lama
disimpan yaitu sampai 8 jam pada suhu ruang.
18
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.2 Prosedur
Bahan :
- Ayam fillet : 40 gr
- Telur ayam : 15 gr
- Tepung panir : 15 gr
Bumbu :
- Bawang merah
- Bawang putih
- Merica
- Gula
- Garam
Cara membuat:
a. Masukkan ayam fillet dan bumbu ke dalam food prosessor. Kemudian
dihaluskan hingga lembut. Selanjutnya sisihkan.
b. Daging ayam telah dihaluskan kemudian ditambahkan dengan telur,
tepung panir dan bumbu A. Kemudian daging ayam yang telah dibumbui
dibungkus memanjang menggunakan plastik.
c. Kukus selama 20 menit.
d. Setelah dikukus buka bungkusan dan dinginkan.
e. Potong dan sajikan.
19
3.3 Analisa HACCP
A. Tim HACCP
No Dokumen: P013/HACCP/QC
DOKUMEN HACCP
Revisi : 0
Tanggal: 3 Februari 2020
TIM HACCP
Halaman : 1 dari
20
JALUR
TROLI
J
A
L
U
R
B Ruang
M Pencucian
S
D. Karbohidrat
Alat-alat Dapur
R. Steril
B. Layout Dapur Pengolahan
Gudang
21
Gudang
Ruang
Pengolahan
Ruang
Persiapan
G. Alat Dapur
R. Ruang
Penerimaan Gudang Ruang Ruang D. R. Cuci
Persiapan
R. Chiller BMS Racik Butcher Alat
R. Panel Buah Susu
C. Deskripsi Produk
No Dokumen: P017/HACCP/QC
DOKUMEN HACCP
Revisi : 0
Tanggal: 3 Februari 2020
DESKRIPSI PRODUK
Halaman : 3 dari
1. Nama Produk Rollade ayam
Rollade ayam merupakan menu protein hewani yang
berbentuk lingkaran pipih yang pengolahannya dengan
2. Deskripsi Produk
cara pengukusan dan dapat disajikan untuk berbagai menu
olahan lainnya.
3. Komposisi produk Ayam fillet, telur ayam, garam, bumbu A
Tekstur : Padat
4. Karakteristik produk Warna : Keabuan
Bau : Khas ayam
Kategori proses
5. Pengukusan
(metode pengolahan)
Biologi: Bakteri Patogen ( Staphylococcus Aureus,
Karakteristik keamanan
Escherichia Coli, dan Salmonella sp)
6. pangan (bahaya biologi, fisik,
Fisik : Bulu, tulang, kulit
kimia)
Kimia : -
Pengemas sekunder (termasuk
8. Plato, wrapper
pengemas untuk transportasi)
10. Kondisi penyimpanan Disimpan pada suhu ± 60oC dalam wadah tertutup
22
ADITIVES / INGREDIENTS / RAW-MATERIALS
Nama: Ayam Fillet Nama: Telur ayam
Deskripsi : bersih, segar, daging tanpa kulit dan Deskripsi : kulit bersih, ± 15-16 btr/kg, tidak
lemak, fillet bagian dada busuk, warna coklat muda
Asal : Supplier Asal : Supplier
Transportasi : menggunakan mobil tertutup Transportasi : menggunakan mobil tertutup
Kemasan: plastik Kemasan: tray telur
Treatment: Disimpan di freezer pada suhu 1 - 40C Treatment: Disimpan di suhu ruang 24 – 33oC
23
D. Diagram Alir
Penerimaan ayam Penerimaan Penerimaan
fillet & telur ayam bumbu basah bumbu kering
(bawang merah & (gula, garam,
bawang putih) merica, tepung
Pencucian
panir)
Penghalusan Pencucian
Penyimpanan
Penyimpanan Penghalusan
Pencampuran
Pembungkusan
Pengukusan
Penyimpanan sementara
Reheating
Pemotongan
Pendistribusian ke pantry
Pemorsian
Penyajian ke pasien
24
E. Verifikasi Diagram Alir
Penghalusan Pencucian
Penyimpanan
T : 06,5oC
Penyimpanan Penghalusan
t : 21 jam T : 27oC
t : 20 menit
Pencampuran
T : 27oC
Pembungkusan
t : 20 menit
T : 80oC
Pengukusan
t : 1 jam
T : 59-69oC
Penyimpanan sementara t : 1 jam
T : 75oC
Reheating
t : 20 menit
T : 53oC
Pemotongan
t : 10 menit
Pendistribusian ke pantry
T : 32oC
Pemorsian
t : 10 menit
o
T : 31,5 C
t : 10 menit Penyajian ke pasien
25
F. Analisa Bahaya
Bahaya Penyebab/Sumber/Justifikasi Tindakan
Tahap/ Input Jenis Bahaya Peluang Keparahan Signifikansi
(M/K/F) Bahaya Pengendalian/Pencegahan
Penanganan pasca pemotongan
Membeli daging ayam dari
daging tidak sesuai standar
S, aureus produsen yang telah memiliki
operasional yang telah
M Salmonella sp sertifikat halal dan sertifikat H H S
Penerimaan ditentukan saat dilakukan
E, coli layak hygiene sanitasi
daging ayam fillet packaging dan pengangkutan
Penerimaan sesuai spesifikasi
daging oleh supplier
Pemotongan dan pemfilletan Pengecekan dan menerima
F Tulang, bulu L M NS
yang tidak sesuai spesifikasi sesuai dengan spesifikasi
Menggunakan air yang sudah
Pencucian daging Bahan baku air yang tidak sesuai memiliki standarisasi sesuai
M E, coli L M NS
ayam dengan standar dengan spesifikasi yang telah
ditentukan
Kurang terawatnya alat
Penghalusan Kontaminasi Pengecekkan dan pembersihan
K pemotong/kebersihan alat M M NS
daging ayam logam meat grinder secara rutin.
kurang terjaga
Penyimpanan Menggunakan alat yang aman
F Debu Kontaminasi dari pengguna alat L M NS
daging ayam dan bersih
Salmonella
Penerimaan telur S. aureus Penanganan oleh supplier Membeli dari supplier
M H H S
ayam Alcaligenes kurang baik terpercaya
spp
Penerimaan Penanganan pasca pembelian Memilih supplier yang
F Tanah, kerikil M M NS
bumbu basah oleh supplier yang kurang baik terpercaya
(bawang merah Kapang,
Penanganan pasca pembelian Memilih supplier yang
dan bawang M Fusarium M M NS
oleh supplier yang kurang baik terpercaya
putih) oxysporum
26
Penghalusan
bumbu basah
Menggunakan alat yang aman
(bawang merah F Debu, pasir Kontaminasi dari pengguna alat L M NS
dan bersih
dan bawang
putih)
Pencucian bumbu
basah (bawang Pencucian menggunakan
K Pestisida Pencucian yang kurang baik M M NS
merah dan pembersih buah & sayur
bawang putih)
Memilih kemasan yang
Penerimaan F Plastik, kerikil Kerusakan pada kemasan M M NS
utuh/sesuai dengan spesifikasi
bumbu kering
Kerusakan pada kaleng,
(gula, garam,
kurangnya ketelitian supplier Meretur barang yang tidak
merica, tepung M C. botulinum L H NS
memilih barang/menyimpan sesuai
panir)
barang
Penyimpanan
bumbu kering
Pengecekkan suhu secara
(gula, garam, M Kapang Suhu chiller yang tidak sesuai M M NS
berkala
merica, tepung
panir)
Kontaminasi silang dari Penjamah menggunakan APD
Rambut, benda
Pencampuran F pengguna alat dan penjamah terstandar, pengecekan M L NS
asing
makanan kebersihan alat
Kontaminasi silang dari
Rambut, benda Penjamah menggunakan APD
F pengguna alat dan penjamah M H S
asing terstandar
makanan
Pembungkusan Polyvinyl
Menggunakan daun pisang,
Cloride Penggunaan plastik yang tidak
K aluminium foil, plastik jenis H H S
(PVC), tepat
polipropilen (PP)
Bisphenol-A
27
(BPA)
Mengukus waktu dan suhu
Clostridium Waktu dan suhu pemasakan
Pengukusan M pengukusan 20-30 menit dengan M H S
botulinum yang tidak tepat
suhu 80-85oC
Clostridium
Penyimpanan Pengecekkan suhu secara
M perfringens Penurunan suhu H M S
sementara berkala
TPC
Clostridium Pengecekkan suhu secara
Reheating M Suhu yang tidak tepat M H S
perfringens berkala
Kontaminasi pada peralatan Petugas menggunakan alat yang
Pemotongan M Salmonella H H S
(talenan, pisau) aman dan bersih
Clostridium Penurunan suhu makanan Pengecekan suhu (60-70oC)
perfringens distribusi menggunakan hot
troly/menggunakan wadah yang
M dapat mempertahankan suhu H M S
Pendistribusian ke
pantry
salmonella, e. Kontaminasi pada penjamah Petugas menjaga kebersihan diri
coli makanan
Kontaminasi ulang dari
F Rambut Menggunakan APD lengkap L M NS
penjamah makanan
Pengecekan suhu (60-70oC)
Clostridium distribusi menggunakan hot
M Penurunan suhu makanan H M S
perfringens troly/menggunakan wadah yang
Pemorsian
dapat mempertahankan suhu
Kontaminasi ulang dari
F Rambut Menggunakan APD lengkap L M NS
penjamah makanan
Petugas menggunakan alat yang
Penyajian ke Clostridium Penurunan suhu makanan dan aman dan bersih mengecek suhu
M L M NS
pasien perfringens kontaminasi udara makanan, setelah penyajian
wadah ditutup dengan wrap
28
G. Penentuan TKK/CCP
Penyebab/Sumber/ Peluang Keparahan Tindakan TKK/ Alasan
Tahap Bahaya P1 P2 P3 P4 Keputusan
Justifikasi Bahaya (H,L,M) (H,L,M) Pengendalian/Pencegahan TK
Pada tahap ini
Penanganan pasca pemotongan
meskipun
daging tidak sesuai standar
Penerimaan Membeli dari produsen yang mikroba masih
operasional yang telah ditentukan
daging ayam M H H telah memiliki sertifikat halal Y T Y T TKK ada tetapi dapat
saat dilakukan packaging dan
fillet dan layak hygiene sanitasi dihilangkan
pengangkutan daging oleh
pada tahap
supplier
berikutnya
Karena
kelengkapan
Kontaminasi silang dari
Penjamah menggunakan APD APD dapat
Pembungkusan F pengguna alat dan penjamah M H Y T Y Y TK mempengaruhi
terstandar
makanan kontaminasi
silang
29
Karena
penggunaan
Menggunakan daun pisang, plastik dalam
Penggunaan plastik yang tidak
K H H aluminium foil, plastik jenis Y T Y T TKK pengolahan
tepat makanan dapat
polipropilen (PP)
mengkontamina
si rollade ayam
Karena waktu
pemasakan dan
Mengukus waktu dan suhu suhu
Waktu dan suhu pemasakan yang
Pengukusan M M H pengukusan 20-30 menit Y Y - - TKK mempengaruhi
tidak tepat pertumbuhan
o
dengan suhu 80-85 C
mikroba yang
tumbuh
Reheating M Suhu yang tidak tepat M H Pengecekkan suhu secara Karena waktu
Y Y - - TKK
pemanasan
30
berkala ulang
mempengaruhi
pertumbuhan
mikroba yang
dapat tumbuh
saat
pendistribusian
Karena
kebersihan alat
Kontaminasi pada peralatan Petugas menggunakan alat
Pemotongan M H H Y T Y T TKK mempengaruhi
(talenan, pisau) yang aman dan bersih kontaminasi
silang
Karena waktu
pendistribusian
yang terlalu
cepat dengan
Pengecekan suhu (60-70oC)
suhu “danger
distribusi menggunakan hot zone” dan
Pendistribusian
M Penurunan suhu makanan H M troly/menggunakan wadah T T - - TK wadah yang
ke pantry tidak tertutup
yang dapat mempertahankan
rapat dapat
suhu menyebabkan
pertumbuhan
mikroba saat
pendistribusian.
31
Karena waktu
pendistribusian
yang terlalu
cepat dengan
Pengecekan suhu (60-70oC)
suhu “danger
distribusi menggunakan hot zone” dan
Pemorsian M Penurunan suhu makanan H M troly/menggunakan wadah Y T Y T TKK wadah yang
tidak tertutup
yang dapat mempertahankan
rapat dapat
suhu menyebabkan
pertumbuhan
mikroba saat
pendistribusian.
32
H. Rencana HACCP
Critical Hazard Batas Kritis untuk Monitoring
Tindakan Verifikasi
Control Point yang setiap Tindakan Records
Koreksi (W/H/F/W)
(CCP) Signifikan Pengendalian What How Frequency Who
Melakukan Log
Penerimaan pengecekan Evaluasi
Bentuk, daging ayam Tolak apabila penerimaan
M Pengecekan saat Bagian tidak sesuai pemasok
daging ayam penerimaan tekstur dan agar sesuai
Setiap 1x3 hari pembelian setiap bulan bahan dan
fillet suhu permintaan barang
dengan
spesifikasi
Tolak/
dikembalikan Evaluasi Log
Penerimaan M Pengecekan saat Melakukan Bagian
penerimaan Bentuk pengecekan Setiap 1x3 hari pembelian apabila tidak pemasok penerimaan
telur ayam sesuai setiap bulan bahan
permintaan
Setiap
Menggunakan daun Log
penerimaan Bagian Tolak apabila Evaluasi
pisang, aluminium Jenis Melakukan penerimaan
Pembungkusan K barang/ pembelian / tidak sesuai pemasok
foil, plastik jenis pembungkus pengecekan bahan dan
pengolahan pengolahan permintaan setiap bulan
polipropilen (PP) barang
rollade ayam
33
Log
Setiap 10
Suhu dan Operator temperatur
Pengukusan M Pengecekkan suhu Melakukan menit dimulai
waktu heat Rework Kalibrasi alat dan log
secara berkala pengecekan pada menit ke
pengukusan treatment tindakan
10 pengukusan
koreksi
Log
Setiap 10
Suhu dan Operator temperatur
Pengecekkan suhu Melakukan menit dimulai
Reheating M waktu heat Rework Kalibrasi alat dan log
secara berkala pengecekan pada menit ke
pengukusan treatment tindakan
10 pengukusan
koreksi
Evaluasi
Peralatan Log
Pengecekan Melakukan Bagian kebersihan
Pemotongan M untuk Setiap hari Rework kebersihan
kebersihan alat pengecekan pengolahan alat
pengolahan alat
pengolahan
Pengecekan suhu
Log
(60-70oC) distribusi
temperatur
menggunakan hot Suhu dan Setiap 5 menit Operator
Melakukan dan log
Pemorsian M troly/menggunakan waktu dimulai pada heat Rework Kalibrasi alat
pengecekan tindakan
wadah yang dapat pengukusan menit ke 5 treatment
koreksi
mempertahankan
suhu
34
3.4 Pelaksanaan HACCP dan Monitoring
No. CCP Kegiatan Batas Kritis Hasil Keterangan
5. CCP 5 Reheating Pengecekkan suhu secara berkala Suhu meningkat hingga 75oC Sesuai
35
3.5 Usulan Perbaikan Berdasarkan Pengamatan HACCP
No. CCP Kegiatan Hasil Usulan Perbaikan
Mengganti plastik berwarna dengan
menggunakan daun pisang/plastik poli propyien
1. CCP 3 Pembungkusan Menggunakan plastik berwarna
(PP)/aluminum foil untuk menghindari penyakit
lain dalam jangka panjang
36
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2 Penerimaan
Penerimaan bahan makanan dilakukan sebelum proses persiapan dan
pengolahan yaitu dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2020. Penerimaan bahan
makanan segar dilakukan setiap 3 hari sekali sesuai pemesanan. Suhu daging
ayam fillet pada saat penerimaan yaitu 24oC. Spesifikasi bahan makanan yang
37
datang termasuk daging ayam fillet sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Pada proses penerimaan telur ayam, langsung ditimbang dan dicek
spesfikasinya apakah sesuai dengan ketentuan. Suhu telur ayam pada saat
penerimaan yaitu 26oC.Dalam penerimaan bumbu seperti bawang merah dengan
suhu 27,2oC, bawang putih 26oC.
4.3 Pembungkusan
Pada tahap pembungkusan ditetapkan sebagai CCP dikarenakan
pembungkus pada rollade ayam menggunakan kantong plastik berwarna putih.
Hal ini perlu diwaspadai, sebab zat pewarna pada kantong plastik kalau terkena
panas, bisa terurai terdegradasi menjadi bentuk radikal, menyebabkan penyakit
(Swamurti, 2009). Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi maka
sebaiknya jika harus menggunakan plastik maka pakailah plastik yang terbuat dari
polietilena dan polypropylene atau bahan alami (daun pisang misalnya) (Haryono,
2008).
4.4 Pengukusan
Adonan rollade yang sudah dibungkus rapi ditaruh pada dandang dan
dikukus. Di awal pengukusan api besar digunakan agar air dalam dandang cepat
mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan hingga adonan rollade matang. Titik
tertinggi dari pengukusan adalah 80oC. Pengukusan dilakukan selama 60 menit,
sudah sesuai dengan waktu minimal pengukusan yaitu 60 menit.
4.5 Reheating
Reheating merupakan proses memanaskan kembali makanan. Hal ini
dilakukan guna menjaga suhu makanan sebelum disajikan ke pasien agar tetap
dalam kondisi hangat. Proses reheating dilakukan selama 20 menit dengan suhu
reheating mencapai 75oC yang sudah sesuai dengan standar reheating dimana
suhunya berkisar ≥60 oC.
38
4.6 Pemotongan
Suhu saat pemotongan rollade ayam yaitu 53,9oC. Pemotongan rollade
dalam keadaan panas tidak disarankan, karena pada suhu yang masih panas
tekstur rollade masih keadaan lunak. Sehingga disarankan untuk pemotongan
rollade ayam dalam keadaan sedikit dingin. Penggunaan peralatan saat memotong
rollade seperti talenan dan pisau kurang diperhatikan kebersihannya, sehingga
memungkinkan terjadinya kontaminasi antara bakteri yang terdapat pada peralatan
yang digunakan dengan rollade ayam. Selain itu, petugas menggunakan APD dan
hand glove, namun masker tidak digunakan dengan baik karena menggantung
dileher sehingga tidak menutupi hidung dan mulut dengan benar.
39
4.8 Pemorsian
Pada tahap pemorsian ditetapkan menjadi CCP karena saat pemorsian dapat
terjadi kontaminasi dari alat yang kotor dan bisa mengalami penurunan suhu yang
akan menimbulkan tumbuhnya bakteri Eschercia Coli serta adanya kontaminasi
silang yang berasal dari penjamah makanan berupa helaian rambut serta
penggunaan alat pelindung diri yang tidak benar. Dari hasil pengamatan ketika
rollade ayam matang dengan suhu 80oC. Hal ini telah sesuai dengan Kemenkes
(2012) yang menyatakan bahwa suhu makanan yang masak yang cocok untuk
pertumbuhan bakteri yaitu suhu yang berdekatan dengan suhu tubuh manusia
(37oC). Pada suhu ini pertumbuhan bakteri akan sangat cepat. Pada suhu lebih
dingin atau lebih panas dari 37oC, bakteri sama sekali tidak tumbuh dan pada suhu
60oC bakteri mulai mati. Oleh karena itu, diusahakan makanan selalu berada pada
suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu pada suhu dibawah 10oC atau di atas
60oC, dan pada suhu 40-45oC pertumbuhan e.coli itu berjalan. Setelah itu, rollade
ayam dipotong membulat, penjamah makanan menggunakan hand glove. Tetapi
penjamah tidak mengganti hand glove saat memegang peralatan lainnya. Hal
inilah yang dapat menyebabkan rollade ayam dapat terkontaminasi. Menurut
Sukmara (2002) menyatakan bahwa kontaminasi tangan pengolah makanan dapat
memindahkan bakteri dan mengontaminasi makanan, terutama bakteri patogen
makanan sebesar 83,9%.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Salah satu makanan yang disajikan di RSUD Al-Ihsan adalah Rollade
Ayam. Pada menu tersebut dilakukannya proses pengamatan HACCP. Konsep
HACCP merupakan suatu metode manajemen keamanan yang sistematis dan
didasarkan pada prinsip-prinsip, yang ditujukan oleh mengidentifikasi bahaya
(hazard) yang kemudian dapat terjadi pada setiap tahap mulai dari persediaan
bahan makanan hingga penyajian ke pasien dan tindakan pengendalian
ditempatkan untuk mencegah timbulnya bahaya (hazard).
Pada proses penerimaan bahan makanan hingga penyajian ke pasien
terdapat beberapa bahaya yang mungkin terjadi. Tahapan tersebut meliputi
penerimaan daging ayam fillet dan telur ayam, penerimaan bumbu basah,
penerimaan bumbu kering, pencucian daging ayam fillet dan bumbu basah,
penghalusan daging ayam fillet dan bumbu basah, pencampuran daging ayam
fillet, telur ayam, dan bumbu basah, pembungkusan rollade, pengukusan rollade,
penyimpanan sementara rollade, reheating, pemotongan rollade, pendistribusian
rolade ke pantry, pemorsian, dan penyajian rolade ke pasien.
Proses tahapan yang menjadi bahaya (hazard) pada menu Rolade Ayam
adalah pada saat penerimaan daging ayam fillet, penerimaan telur ayam,
pembungkusan rollade, pengukusan, reheating, pemotongan rollade, dan
pemorsian. Bahaya (hazard) pada proses tahapan tersebut dapat dicegah salah
satunya dengan memperhatikan hygiene dan sanitasi yang baik serta pengolahan
makanan sesuai dengan ketentuan dan karakteristik makanan. Jika makanan yang
telah terkontaminasi tidak dilakukannya upaya pengendalian, maka dapat
membahayakan pasien ataupun konsumen yang mengkonsumsinya.
5.2 Saran
Sebaiknya setiap petugas yang terlibat dalam pengolahan Rollade Ayam
mulai dari penerimaan hingga penyajian ke pasien menerapkan SSOP dengan baik
yaitu menggunakan APD lengkap saat bekerja sehingga resiko kontaminasi
41
terhadap makanan dapat diminimalisirkan. Selain itu, kendaraan yang digunakan
untuk distribusi makanan ke pantry, sebaiknya menggunakan troly dengan
pemanas sehingga suhu makanan dapat terkontrol dan resiko kerusakan makanan
pun dapat diminimalisirkan dan para petugas pengolahan sebaiknya diberikan
edukasi mengenai penanganan bahan makanan mentah maupun masak dengan
baik dan benar.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. Y., & S. K. Matarneh. 2010. Broilerr Perfomance and the Effects of
Carcass Weight, Broiler Sex, and Postchill Carcass Aging Duration on
Breast Fillet Quality Characteristics. J. Appl. Poultry Research 19: 49 – 58.
Arisman, M.B. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi : Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.
Swamurti, Aqida. 2009. Awas Bahaya Plastik Kresek Hitam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Baran, F. & M. Gulmez. 2000. The Occurence of Escherchia Coli O157:H7 in the
Ground Beef and Chicken Drumstick. J. Food Safety, 2: 13 – 15.
Hermansyah, M., Soenoko, R., & Setyanto, N. W.2013. Hazard Analysis And
Critical Control Point (HACCP) Produksi Maltosa dengan Pendekatan Good
Manufacturing Practice (GMP). Jemis, 1(1) : 14–20.
43
Koswara,S. 2009. HACCP dan Penerapannya Pada Produk Bakeri.
Ebookpangan.com.
Lutfi, M., Bambang, D.A., & Sri, H. 2019. Identifikasi Potensi Bahaya Dan
Pemantauan Critical Point (HACCP) Produk Makanan Penerbangan.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 5(1) : 448-458.
Mbata, T. I. 2005. Poultry Meat Pathogens and its Control.J. Food Safety, 7 : 20 –
28.
Sukmaningsih, T., Joko, dan Hantoro, A. 2005. Masa Simpan Daging Ayam
Buras setelah Dikukus sebelum Pemasaran. Abstrak. Laporan Penelitian
Bidang Ilmu Kimia, PDII-LIPI.
Winarno, F.G., & Surono. 2002. HACCP dan Penerapannya Dalam Industri
Pangan. Bogor: M-BRIO PRESS.
44
LAMPIRAN
45
Penerimaan Telur ayam
Bahan-Bahan
Pencampuran Bahan-Bahan
46
Pembungkusan
Pengukusan
47
Penyimpanan Sementara
Reheating
48
Pemorsian
Penyajian ke Pasien
49