PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini masalah keamanan pangan merupakan masalah yang sering terjadi,
sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan
masyarakat. Paparan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian-
kejadian pangan yang terkontaminasi terutama yang disebabkan oleh bakteri patogen,
terjadi tidak hanya di berbagai tempat. Bahan pangan yang berasal dari hewan
merupakan sumber utama bakteri penyebab infeksi dan intoksikasi. Adapun beberapa
bakteri yang biasa hidup pada produk daging ialah Salmonella, Campylobacter,
Clostridium perfringens, Escherichia coli, Yersinia entercolitica, Listeria
monocytogenes,Bacillus cereus,dan Staphilococcus aureus. Akibat dari bakteri-bakteri
patogen ini tidak hanya berupa gejala-gejala ringan seperti mual dan muntah, tetapi
juga dapat menimbulkan akibat yang fatal, seperti Bacillus cereus yangdapat
menyebabkan diare akut yang bisa berakibat pada kematian dan bakteri Salmonella
yangdapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta
orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penerapan HACCP pada Spagetti Schotel di
Instalasi Gizi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan menu Spagetti Schotel
b. Mendeskripsikan tahap penerimaan bahan mentah dan pembuatan Spagetti Schotel.
c. Mendeskripsikan tahap pengolahan sampai pendistribusian pada pembuatan Spagetti
Schotel.
d. Menetapkan identifikasi bahaya dan analisis bahaya pada Spagetti Schotel.
e. Menetapkan cara pengendalian bahaya pada CCP pada Spagetti Schotel.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan langsung
C. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh saat pengamatan
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh beradasarkan data spesifikasi bahan
makanan kering dan basah.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
Data primer didapatkan dengan observasi atau pengamatan secara langsung saat
penerimaan hingga proses produksi. Sedangkan data sekunder didapatkan dari standar
prosedur operasional yang berhubungan dengan spesifikasi bahan makanan.
2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Analisis Masalah
Schotel spageti adalah salah satu snack yang diberrrikan untuk pasien dengan penyakit
DM di rumah sakit PKU Muhammadya Yogyakarta.
3
7 Pelatihan Pekerja tidak mendapat pelatihan khusus untuk Serius
GMP
Keterangan:
Minor : Tingkat penyimpangan yang kurang serius dan tidak menyebabkan risiko terhadap
kualitas keamaan pangan produk
Mayor : Tingkat penyimpangan yang dapat menyebabkan risiko terhadap kualitas keamanan
produk
Serius : Tingkat penyimpangan yang serius dan dapat menyebabkan risiko terhadap kualitas
makanan produk pangan dan segera ditindaklanjuti
4
5
PROSES PEMBUATAN SPAGETTI SCHOTEL
Pencucuan Parut
Kocok Rebus
Pemotongan
Tiriskana
Mencampur dan
mengaduk bahan
Kukus
Dinginkan dan
beri garnish
Distribusi Konsumsi
A. Identifikasi Mutu dan Keamanan Pangan
a. Identifikasi bahaya dan cara pencegahan pada bahan
desulfuricans)
B jamur Cladosporium Cuci dengan air panas
resinae dengan suhu di atas 50oC
saat akan digunakan dan
sesudah digunakan.
3 Kocokan telur F
4 Dandang M Karat (Gallionella, Cuci dengan air panas
Sphaerotilus, dengan suhu di atas 50oC
Pseudonomas, saat akan digunakan dan
Desulfovibrio sesudah digunakan.
desulfuricans)
jamur Cladosporium Cuci dengan air panas
resinae dengan suhu di atas 50oC
saat akan digunakan dan
sesudah digunakan.
5 Pencapit M Karat (Gallionella, Cuci dengan air panas
Sphaerotilus, dengan suhu di atas 50oC
Pseudonomas, saat akan digunakan dan
Desulfovibrio sesudah digunakan.
desulfuricans)
B jamur Cladosporium Cuci dengan air panas
resinae dengan suhu di atas 50oC
saat akan digunakan dan
sesudah digunakan.
7 Pisau M Karat (Gallionella, Cuci dengan air panas
Sphaerotilus, dengan suhu di atas 50oC
Pseudonomas, saat akan digunakan dan
Desulfovibrio sesudah digunakan.
desulfuricans)
B jamur Cladosporium Cuci dengan air panas
resinae dengan suhu di atas 50oC
saat akan digunakan dan
sesudah digunakan.
5. Distribusi - - -
Keterangan:
M: Bahaya Mikrobiologi B: Bahaya Biologi
K: Bahaya Kimia F: Bahaya Fisik
- : Produk langsung di konsumsi ditempat saat penyajian
d. Analisa Risiko Bahaya
Keterangan:
A: Produk beresiko tinggi untuk konsumen (semua kalangan kecuali bayi)
B: Mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C: Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D: Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah proses pengolahan
E: Kemungkinan penanganan yang salah selama penyajian, distribusi, penjualan
dan konsumsi
F: Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa risiko bahaya terhadap pengolahan spageti
shcotel dalam kategori bahaya, karena terdapat empat
A. Penetapan CCP
CCP Dessission Tree ( Spageti)
Apakah spageti mungkin mengadung/sensisitif bahan berbahaya
(mikroorganisme, kimia , fisik) ?
Ya (CCP)
Apakah pengolahan/penanganan selanjutnya (termasuk cara penggunaan
oleh konsumen) dapat mencegah atau mengurangi bahaya sampai pada
tingkat yang aman?
Tidak CCP
Ya (CCP)
Tidak CCP
Ya (CCP)
Ya Bukan CCP
Ya (CCP)
Ya Bukan CCP
Ya (CCP)
Ya Bukan CCP
Tidak
Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi/meningkat sampai melebihi
batas ?
Ya
Apakah tahap selanjutnya dapat menghilangkan/ mengurangi bahaya
sampa batas aman ?
Tidak CCP
Tahap persiapan
Apakah tahap persiapan ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi
bahaya sampai batas aman ?
Tidak
Ya
Apakah tahap selanjutnya dapat menghilangkan/ mengurangi bahaya
sampa batas aman ?
Ya Bukan CCP
Tahap Pengolahan
Apakah tahap pengolahan ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi
bahaya sampai batas aman ?
Tidak
Ya
Apakah tahap selanjutnya dapat menghilangkan/ mengurangi bahaya
sampa batas aman ?
Ya Bukan CCP
Tahap Pemorsian
Apakah tahap pemorsian ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi
bahaya sampai batas aman ?
Tidak
Ya
Apakah tahap selanjutnya dapat menghilangkan/ mengurangi bahaya
sampa batas aman ?
Tidak CCP
Tahap Distribusi
Apakah tahap pendistribusian ditujukkan untuk
menghilangkan/mengurangi bahaya sampai batas aman ?
Tidak
Ya
Apakah tahap selanjutnya dapat menghilangkan/ mengurangi bahaya
sampa batas aman ?
Tidak CCP
Tahap Penyajian
Apakah tahap penyajian ditujukkan untuk menghilangkan/mengurangi
bahaya sampai batas aman ?
Tidak
Ya
Apakah tahap selanjutnya dapat menghilangkan/ mengurangi bahaya
sampa batas aman ?
Tidak CCP
Keterangan:
P1 : Apakah bahan mentah mengandung bahaya sampai pada tingkat yang berbahaya?
Ya = ke P2 Tidak = bukan CCP
P2 : Apakah pengolahan/penanganan selanjutnya (termasuk cara penggunaan oleh
konsumen) dapat mencegah atau mengurangi bahaya sampai pada tingkat yang aman?
Ya = bukan CCP Tidak = CCP
P3 : Apakah formulasi/komposisi produk antara/akhir penting untuk mencegah
meningkatnya bahaya?
Ya = CCP Tidak = bukan CCP
P4 : Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi atau meningkat sampai melampaui
batas?
Ya = ke P5 Tidak = ke P6
P5 : Apakah tahapan proses selanjutnya dapat menghilangkan/mengurangi sampai
batas aman?
Ya = bukan CCP Tidak = CCP
P6 : Apakah tahap pengolahan ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya sampai tingkat yang aman?
Ya = CCP Tidak = bukan CCP
G. Penetapan Verifikasi
1. Tahap Penerimaan
Pada tahap penerimaan bahan makanan basah, bahan langsung di ambil dari kulkas
seperti daging ayam giling, mengambil daging ayamdan telur ayam yang telah distok.
untuk spageti dibeli sendiri di toserba, tidak menerima dari suplier.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan adalah memepersiapkan bahan yang akan digunakan
serta alat-alat yang akan dipergunakan. Pada tahap ini di lakukan proses pencucian
tomat dan peterseli. Namun telur ayam tidak di cuci terlebih dulu, pengocok telur pun
tidak di cuci terlebih dulu, karena telah lama tidak digunakan.
3. Pengolahan
Pada proses pengolahan penjamah tidak menggunakan APD dengan lengkap,
penajamah hanya menggunakan sarung tangan di tagan kanan saja, serta tidak
menggunakan masker. Selain itu sebelum menjamah, penjamah tidak mencuci tangan
dengan sabun. Pada saat perebusan spageti petugas menggunakan wajan yang
biasanya digubakan untuk menggoreng macam-macam bahan makanan. Pada tahap
perebusan sapgeti suhu mencapai 98oC.Petugas tidak menggunakan panci yang
khusus untuk merebus. Setelah spageti matang, spageti didinginkan menggunakan
kipas angin yang dapat menyebakan masuknya debu ke makanan. Setelah semua
bahan di campur, dan di kukus selama ±30 menit. spageti schotel yang matang di
dinginkan diruangan terbuka, setelah itu di taburi keju dan garnish.
4. Pemorsian
Pada tahap pemorsian spageti schotel tidak diberi penutup, hanya diwadah terbuka
yaitu aluminiumfoil.
5. Distribusi
Pada saat distribusi oleh petugas, spageti schotel hanya ditutupi oleh penutup putih,
yang terkadang diletakan di atas nampan yang yang kosong atau nampan yang telah
digunakan tanpa dicuci.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan didapatkan bahwa :
1. Spageti schotel mendapatkan nilai IV beresiko bahaya.
2. Penggunaan APD dari petugas masih kurang pada tahap poduksi.
3. Penggunaan alat saat produksi, masih banayk alat yang tidak tidak
terjamin kebersihannya.
4. Pada saat pengolahan, pendinginan spageti yang telah direbus
menggunakan kipas angin yang dapat menyebabkan kontaminasi langsung
yang berasal dari udara.
5. Pada proses pemorsian, spageti schotel tidak di beri penutup, sehingga
dapat terjadi kontaminasi kembali yang berasal dari udara.
6. Pada proses distribusi sapgeti schotel hanya ditutup kain putih yang tidak
terjamin kebersihannya.
B. SARAN
Diharapkan bagi petugsa atau penjamah lebih teliti lagi dalam penggunaan
alat, serta dapat melengkapi APD saat proses produksi.
LAMPIRAN
Persiapan
Pengolaha
n