OLEH :
DINDA PUTRI SUKMA NINGRUM
NIM. PO.62.31.3.16.227
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi
pasien. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk, hal ini akibat tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi tubuh, karena diet yang sudah diupayakan penyelenggaraannya
oleh petugas tidak bisa optimal ( PGRS, 2003 ). Menurut Moehyi (2002), beberapa
faktor penyebab kekurangan gizi di Rumah Sakit umumnya karena dua sebab,
pertama asupan gizi yang kurang bisa disebabkan oleh nafsu makan yang kurang
sehingga intake berkurang dan kedua kerena infeksi penyakit. Upaya pemenuhan zat
gizi bagi pasien di Rumah Sakit adalah tanggung jawab nutrisionis, preskripsi yang
sesuai dengan tujuan pelayanan gizi Rumah Sakit akan tercapai bila tim asuhan gizi
dibantu oleh panitia asuhan gizi bekerja dengan sebaik – baiknya (Catur, A 2003).
B. TUJUAN
1. Memahami peranan dokter, perawat dan ahli gizi (dietisien) dalam pelayanan
gizi kepada pasien di ruang rawat inap.
2. Melakukan skrining, asessment pada pasien dan melakukan wawancara atau
anamnesa riwayat gizi dengan pasien untuk mempelajari kebiasaan makan di
rumah dan di RS dalam rangka perencanaan diet.
3. Mampu mempelajari data pasien (penyakit, biokimia, dll) dari dokumen rekam
medik.
4. Mampu membuat diagnosa gizi pasien
5. Mampu melakukan intervensi gizi : penentuan diet, mekanisme pemesanan dan
distribusi makanan dari dapur kepada pasien di ruangan.
6. Melakukan wawancara dengan pasien mengenai daya terima dan persepsi pasien
terhadap diet, dalam rangka monitoring dan evaluasi pelayanan diet pasien.
7. Melakukan edukasi ke pasien
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. NARASI KASUS
Klien dengan inisal An. P.G jenis kelamin laki-laki, dengan tanggal lahir 05 Mei 2015
yang berusia 3 tahun 6 bulan saat masuk Rumah Sakit doris Sylvanus, pasien adalah
pasien rujukan dari Rumah Sakit Buntok, memiliki berat badan 15,1 kg dan TB (Metlin )
98 cm.
Identitas pasien :
Nama : PG
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 3 tahun 6 bulan (42 bulan)
Pekerjaan :-
Berat Badan : 15,1 kg
Tinggi Badan : 98 cm (metlin)
Aktivitas : Ringan
Klinis :
Suhu : 38,1oC
Tensi : 90/70
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 24
Lab :
Salmonela Ig M test : +6 (indikasi kuat infeksi demam tifoid aktif)
Obat
3
Nama Obat Dosis Frekuensi Cara Indikasi obat
pemberian
IUFD RL Infus Nyeri dada, detak jantung tidak
normal, turunnya tekanan darah,
kesulitan bernapas, batuk, bersin-
bersin, ruam kulit, gatal pada kulit,
sakit kepala.
CEFOTAXIME 350 8 jam IV (Hz) Diare, pusing, nyeri atau
mg pembengkakan di bagian yang
disuntik, ruam kulit, demam.
RANITIDINE 10 mg 12 jam IV Kegelisahan, depresi, halusinasi,
reaksi alergi seperti kulit ruam, gatal
atau gatal-gatal, pembengkakan
wajah, bibir, atau lidah, gangguan
pernapasan, perdarahan yang tidak
biasa atau memar, muntah,
menguningnya kulit atau mata,
sembelit atau diare, pusing, sakit
kepala, mual
PARACETAMO 160 6 jam Infus Penurunan jumlah sel-sel darah,
L mg seperti sel darah putih atau trombosit,
muncul ruam, terjadi pembengkakan,
atau kesulitan bernapas karena alergi,
tekanan darah rendah (hipotensi) dan
jantung berdetak cepat (takikardia),
kerusakan pada hati dan ginjal jika
menggunakan obat ini secara
berlebihan, bisa menyebabkan
overdosis jika digunakan lebih dari
200 mg/kg, atau lebih dari 10 gram,
dalam 24 jam.
STESOLID 10 mg Jika Rectal
kejang
4
Riwayat Rs. doris Sylvanus (8 maret 2019) :
Diagnosa :
Obs. Febris h-7, dengue feber suer typhoid
Riwayat : kejang demam kompleks
Anamnesa :
Mengalami kejang tanpa demam dengan durasi > 25 menit pada tanggal 27 02
2019. Mengalami demam menggigil selama 7 hari, tidak disertai batuk, gusi
berdarah, BAB cair, muntah dan flu).
Klinis :
5
Recall tanggal 8 maret 2019 :
6
B. TERAPI DIET DARI RUMAH SAKIT
TKTP
7
BAB III
PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI RAWAT INAP
I. PERENCANAAN
A. SKRINING
8
B. ASSESMENT GIZI
CH.2.1.14 Lain-lain (demam kejang kompleks, ayah dan kakek dari ibu)
9
CH.3.1.3 Letak geografis rumah : dekat sungai, jauh dari pasar sehingga
untuk sayuran menanam sendiri, namun
beberapa dibeli seminggu 1x.
CH.3.1.4 Pekerjaan : ayah (pegawai swasta), ibu (pedangan
online)
CH.3.1.5 Agama : kristen protestan
FH.1.2.1 Jumlah cairan melalui oral : 4 gelas air (air kemasan 220 ml) : 880 ml
FH.1.2.2 Suplemen : Pediagrow (1 x sehari 7,5 ml)
10
FH.2. PEMBERIAN MAKANAN DAN ZAT GIZI
FH.2.1.1. Mak
FH.4.2. Kesukaan makan : tidak menyukai lauk hewani berupa daging merah,
tidak begitu menyukai lauk nabati tahu, hanya menyukai wortel sebagai sayuran,
menyukai ikan dan telur sebagai lauk hewani , namun untuk telur tidak menyukai
bagian kuningnya.
11
FH.6.2. Ketersediaan fasilitas belanja : rumah pasien jauh dari pasar, sehingga
untuk mendapatkan makanan berasal dari tanaman sendiri, hanya sebagian yang
dibeli jika perlu, dengan frekuensi 1x seminggu kepasar.
FH.7. Masalah menyusui : pasien mulai diberikan susu formula saat berusia 2
bulan, dikarenakan ada kelaian anatomi pada payudara ibu sehingga ibu harus
memeras asi setiap kali akan menyusui.
AD. ANTROPOMETRI
12
C. DIAGNOSA GIZI
NC.2. BIOKIMIA
NC.2.
13
D. INTERVENSI
Jangka panjang : Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan kerja saluran
cerna dan mencegah atau mengurangi risiko dehidrasi dan malnutrisi.
a. Prinsip Diet
- Energi diberikan cukup
- Protein cukup
- Lemak tinggi
- Karbohidrat cukup
- Serat rendah
- Vitamin dan Mineral sesuai AKG
b. Syarat diet
1. Mudah cerna, porsi kesil tapi sering diberikan.
5. Rendah serat, terutama serat larut air, yang ditingkatkan secara bertahap.
7. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu tajam, baik secara termis,
mekanis, maupun kimia.
8. Laktosa rendah bila ada gejala laktosa intoleransi, umumnya tidak di anjurkan
minum susu terlalu banyak.
14
10. Pada fase akut dapat diberikan makanan penetral saja selama 24-48 jam, untuk
memberi waktu lambung beristirahat.
Sumber Protein Hewani Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam di rebus,
disemur, ditim, dipanggang, telur ayam di rebus,
ditim, didadar, di ceplok air, dan dicampur dalam
makanan, susu.
Sumber Protein Nabati Tahu, tempe, direbus, di tim, di tumis, kacang hujau
rebus dan dihaluskan.
Buah-buahan Papaya, pisang, jeruk manis, sari buah, pir, dan peach
dalam kaleng.
15
berbagai kue yang terlalu manis dan berlemak.
Sumber protein hewani Danging, ikan, ayam yang diawet, digoreng, daging
babi, telur ceplok, atau di goring.
Sumber protein nabati Tahu tempe di goring, kacang, tanah, kacang merah,
kacang tolo.
c. Perhitungan Kebutuhan
Diketahui :
BB Aktual pasien : 15,1 kg
Tinggi Badan (metlin) : 98 cm
BB/U : 0,1 (normal)
TB/U : -0,5 (Normal)
BB/TB : 0,2 (normal)
IMT/U : 0,2 (Normal)
16
= 1.288,9 kkal
Protein = BB ideal sesuai usia (BB/TB) x kebutuhan protein sesuai usia AKG
= 14,9 kg x 2 gram
= 29,8 gram
29,8 x 4
% protein = x 100 % = 9%
1.288,9
31% x 1.288,9
Lemak = = 44,4 gram
9
60 % x 1.288,9
Karbohidrat = = 193,3 gram
4
RENCANA INTERVENSI
Energi = 1.288,9 kkal x 80% = 1.031,1 kkal
Protein = 29,8 gram x 80% = 23,8 gram
Lemak = 44,4 gram x 80% = 35,5 gram
KH = 193,3 gram x 80% = 154,6 gram
1200+1300
Cairan = = 1250 ml
2
b. RUTE
Oral
c. KOMPOSISI MAKANAN/MINUMAN
1. Tekstur : lunak
2. Frekuensi : 3x makanan utama.
3. Perencanaan menu :
17
TABEL URT SEHARI
URT PAGI
URT SIANG
18
Perhitungan Total Kebutuhan Zat Gizi
Bahan Makanan Penukar Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan Pokok 1 175 4 0 40
Lauk Hewani Sedang 1 75 7 5 0
Sayur B 1/4 6,25 0,25 0 1,25
Buah 1 50 0 0 12
Minyak 1,8 90 0 9 0
Gula 1 50 0 0 12
Jumlah 446,25 11,25 14 65,25
1. TUJUAN :
Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung
serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
2. PRIORITAS MODIFIKASI
Pendamping (Ibu).
3. REKOMENDASI MODIFIKASI
Memberikan konseling tentang Diet Lambung
Memberi tahu makanan apa saja yang di anjurkan dan tidak di anjurkan.
19
ASSESMENT TANGGAL MONEV
HARI 1 HARI 2
A. ANTROPOMETRI TETAP TETAP BB tetap,
BB : 15,1 kg status gizi
TB : 98 cm tetap.
x/menit normalnya.
Saturasi O2 99%
20
II. IMPLEMENTASI
HARI PERTAMA
A. ASSESMENT GIZI
IDENTIFIKASI : Pasien masih berusia 3,6 tahun, sehingga perlu pemantauan terhadap
makanan yang dikonsumsinya, karena belum mengerti mana yang baik dan tidak baik.
CH.2.1.14 Lain-lain (demam kejang kompleks, ayah dan kakek dari ibu)
IDENTIFIKASI :
21
CH.3.1.4 Pekerjaan : ayah (pegawai swasta), ibu (pedangan
online)
CH.3.1.5 Agama : kristen protestan
IDENTIFIKASI : letak geografis rumah yang jauh dari pasar, dan dekat sungai
menyebabkan beberapa masalah kesehatan.
FH.1.2.1 Jumlah cairan melalui oral : 4 gelas air (air kemasan 220 ml) : 880 ml
FH.1.2.2 Suplemen : Pediagrow (1 x sehari 7,5 ml)
IDENTIFIKASI : penggunaan suplemen vitamin kurang tepat, 7,5 ml diperuntukan
anak usia < 1 tahun, untuk usia 1-6 tahun diberikan 15 ml.
22
FH.1.5.2 ASUPAN PROTEIN
FH.2.1.1. Mak
23
bersin, ruam kulit, gatal pada kulit,
sakit kepala.
CEFOTAXIME 350 8 jam IV (Hz) Diare, pusing, nyeri atau
mg pembengkakan di bagian yang
disuntik, ruam kulit, demam.
RANITIDINE 10 mg 12 jam IV Kegelisahan, depresi, halusinasi,
reaksi alergi seperti kulit ruam, gatal
atau gatal-gatal, pembengkakan
wajah, bibir, atau lidah, gangguan
pernapasan, perdarahan yang tidak
biasa atau memar, muntah,
menguningnya kulit atau mata,
sembelit atau diare, pusing, sakit
kepala, mual
PARACETAMO 160 6 jam Infus Penurunan jumlah sel-sel darah,
L mg seperti sel darah putih atau trombosit,
muncul ruam, terjadi pembengkakan,
atau kesulitan bernapas karena alergi,
tekanan darah rendah (hipotensi) dan
jantung berdetak cepat (takikardia),
kerusakan pada hati dan ginjal jika
menggunakan obat ini secara
berlebihan, bisa menyebabkan
overdosis jika digunakan lebih dari
200 mg/kg, atau lebih dari 10 gram,
dalam 24 jam.
STESOLID 10 mg Jika Rectal
kejang
IDENTIFIKASI : beberapa obat dapat menyebabkan mua, muntah jika dosis tidak tepat.
Sehingga dapat menyebabkan asupan pasien berkurang.
24
FH.3.2.1 Penggunaan obat pelengkap/alternative berkaitan dengan gizi :
Pediagrow
FH.4.2. Kesukaan makan : tidak menyukai lauk hewani berupa daging merah,
tidak begitu menyukai lauk nabati tahu, hanya menyukai wortel sebagai sayuran,
menyukai ikan dan telur sebagai lauk hewani , namun untuk telur tidak menyukai
bagian kuningnya.
IDENTIFIKASI : pola makan pasien yang pemilih dapat menyebakan pasien defisit
terhadap zat gizi tertentu, seperti vitamin, serat, dan mineral.
FH.6.2. Ketersediaan fasilitas belanja : rumah pasien jauh dari pasar, sehingga
untuk mendapatkan makanan berasal dari tanaman sendiri, hanya sebagian yang
dibeli jika perlu, dengan frekuensi 1x seminggu kepasar.
FH.7. Masalah menyusui : pasien mulai diberikan susu formula saat berusia 2
bulan, dikarenakan ada kelaian anatomi pada payudara ibu sehingga ibu harus
memeras asi setiap kali akan menyusui.
IDENTIFIKASI :
AD. ANTROPOMETRI
25
BD.1.10 PROFIL ANEMIA GIZI
26
B. DIAGNOSA GIZI
NC.2. BIOKIMIA
NC.2.
27
PRIORITAS
Dari hasil diagnosa gizi, makan akan diprioritaskan pada domain intake, guna menunjang
kenaikan atau perubahan nilai biokimia dan klinis dari paien, dan diberikan edukasi gizi
tentang Diet Lambung kepada Ibu pasien agar lebih mengerti tentang penyakit dan asupan
atau makanan yang aman untuk diberikan kepada anak (pasien).
28
C. INTERVENSI
a. Tujuan diet
Jangka panjang : Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan kerja saluran
cerna dan mencegah atau mengurangi risiko dehidrasi dan malnutrisi.
b. Prinsip Diet
c. Syarat diet
1. Mudah cerna, porsi kesil tapi sering diberikan.
4. Lemak tinggi diberikan gram , untuk perkembangan otak dan membentuk komposisi
tubuh.
5. Rendah serat, terutama serat larut air, yang ditingkatkan secara bertahap.
7. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia.
8. Laktosa rendah bila ada gejala laktosa intoleransi, umumnya tidak di anjurkan minum
29
susu terlalu banyak.
10. Pada fase akut dapat diberikan makanan penetral saja selama 24-48 jam, untuk
memberi waktu lambung beristirahat.
Sumber Protein Hewani Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam di rebus,
disemur, ditim, dipanggang, telur ayam di rebus,
ditim, didadar, di ceplok air, dan dicampur dalam
makanan, susu.
Sumber Protein Nabati Tahu, tempe, direbus, di tim, di tumis, kacang hujau
rebus dan dihaluskan.
Buah-buahan Papaya, pisang, jeruk manis, sari buah, pir, dan peach
dalam kaleng.
30
Sumber karbohidrat Beras ketan, beras rumbuk, roti, whole wheat,
jagung, ubi, singkong, tales, cake, dodol, dan
berbagai kue yang terlalu manis dan berlemak.
Sumber protein hewani Danging, ikan, ayam yang diawet, digoreng, daging
babi, telur ceplok, atau di goring.
Sumber protein nabati Tahu tempe di goring, kacang, tanah, kacang merah,
kacang tolo.
d. Perhitungan Kebutuhan
Diketahui :
BB Aktual pasien : 15,1 kg
Tinggi Badan (metlin) : 98 cm
BB/U : 0,1 (normal)
TB/U : -0,5 (Normal)
BB/TB : 0,2 (normal)
IMT/U : 0,2 (Normal)
31
Energi = BB ideal sesuai usia (BB/TB) x energi sesuai usia AKG
= 14,9 kg x 86,5 kkal
= 1.288,9 kkal
Protein = BB ideal sesuai usia (BB/TB) x kebutuhan protein sesuai usia AKG
= 14,9 kg x 2 gram
= 29,8 gram
29,8 x 4
% protein = x 100 % = 9%
1.288,9
31% x 1.288,9
Lemak = = 44,4 gram
9
60 % x 1.288,9
Karbohidrat = = 193,3 gram
4
RENCANA INTERVENSI
Energi = 1.288,9 kkal x 80% = 1.031,1 kkal
Protein = 29,8 gram x 80% = 23,8 gram
Lemak = 44,4 gram x 80% = 35,5 gram
KH = 193,3 gram x 80% = 154,6 gram
1200+1300
Cairan = = 1250 ml
2
b. RUTE
Oral
c. KOMPOSISI MAKANAN/MINUMAN
Tekstur : lunak
Frekuensi : 3x makanan utama.
Perencanaan menu :
32
33
TABEL URT SEHARI
URT PAGI
URT SIANG
34
Perhitungan Total Kebutuhan Zat Gizi
Bahan Makanan Penukar Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan Pokok 1 175 4 0 40
Lauk Hewani Sedang 1 75 7 5 0
Sayur B 1/4 6,25 0,25 0 1,25
Buah 1 50 0 0 12
Minyak 1,8 90 0 9 0
Gula 1 50 0 0 12
Jumlah 446,25 11,25 14 65,25
1. TUJUAN :
Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung
serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
2. PRIORITAS MODIFIKASI
Pendamping (Ibu).
3. REKOMENDASI MODIFIKASI
Memberikan konseling tentang Diet Lambung
Memberi tahu makanan apa saja yang di anjurkan dan tidak di anjurkan.
35
HARI KEDUA
A. ASSESMENT GIZI
IDENTIFIKASI : Pasien masih berusia 3,6 tahun, sehingga perlu pemantauan terhadap
makanan yang dikonsumsinya, karena belum mengerti mana yang baik dan tidak baik.
CH.2.1.14 Lain-lain (demam kejang kompleks, ayah dan kakek dari ibu)
IDENTIFIKASI :
36
CH.3.1.4 Pekerjaan : ayah (pegawai swasta), ibu (pedangan
online)
CH.3.1.5 Agama : kristen protestan
IDENTIFIKASI : letak geografis rumah yang jauh dari pasar, dan dekat sungai
menyebabkan beberapa masalah kesehatan.
FH.1.2.1 Jumlah cairan melalui oral : 4 gelas air (air kemasan 220 ml) : 880 ml
FH.1.2.2 Suplemen : Pediagrow (1 x sehari 7,5 ml)
IDENTIFIKASI : penggunaan suplemen vitamin kurang tepat, 7,5 ml diperuntukan
anak usia < 1 tahun, untuk usia 1-6 tahun diberikan 15 ml.
37
FH.1.5.2 ASUPAN PROTEIN
FH.2.1.1. Mak
38
bersin, ruam kulit, gatal pada kulit,
sakit kepala.
CEFOTAXIME 350 8 jam IV (Hz) Diare, pusing, nyeri atau
mg pembengkakan di bagian yang
disuntik, ruam kulit, demam.
RANITIDINE 10 mg 12 jam IV Kegelisahan, depresi, halusinasi,
reaksi alergi seperti kulit ruam, gatal
atau gatal-gatal, pembengkakan
wajah, bibir, atau lidah, gangguan
pernapasan, perdarahan yang tidak
biasa atau memar, muntah,
menguningnya kulit atau mata,
sembelit atau diare, pusing, sakit
kepala, mual
PARACETAMO 160 6 jam Infus Penurunan jumlah sel-sel darah,
L mg seperti sel darah putih atau trombosit,
muncul ruam, terjadi pembengkakan,
atau kesulitan bernapas karena alergi,
tekanan darah rendah (hipotensi) dan
jantung berdetak cepat (takikardia),
kerusakan pada hati dan ginjal jika
menggunakan obat ini secara
berlebihan, bisa menyebabkan
overdosis jika digunakan lebih dari
200 mg/kg, atau lebih dari 10 gram,
dalam 24 jam.
STESOLID 10 mg Jika Rectal
kejang
IDENTIFIKASI : beberapa obat dapat menyebabkan mua, muntah jika dosis tidak tepat.
Sehingga dapat menyebabkan asupan pasien berkurang.
39
FH.3.2.1 Penggunaan obat pelengkap/alternative berkaitan dengan gizi :
Pediagrow
FH.4.2. Kesukaan makan : tidak menyukai lauk hewani berupa daging merah,
tidak begitu menyukai lauk nabati tahu, hanya menyukai wortel sebagai sayuran,
menyukai ikan dan telur sebagai lauk hewani , namun untuk telur tidak menyukai
bagian kuningnya.
IDENTIFIKASI : pola makan pasien yang pemilih dapat menyebakan pasien defisit
terhadap zat gizi tertentu, seperti vitamin, serat, dan mineral.
FH.6.2. Ketersediaan fasilitas belanja : rumah pasien jauh dari pasar, sehingga
untuk mendapatkan makanan berasal dari tanaman sendiri, hanya sebagian yang
dibeli jika perlu, dengan frekuensi 1x seminggu kepasar.
FH.7. Masalah menyusui : pasien mulai diberikan susu formula saat berusia 2
bulan, dikarenakan ada kelaian anatomi pada payudara ibu sehingga ibu harus
memeras asi setiap kali akan menyusui.
IDENTIFIKASI :
AD. ANTROPOMETRI
40
BD.1.10 PROFIL ANEMIA GIZI
41
B. DIAGNOSA GIZI
NC.2. BIOKIMIA
NC.2.
42
PRIORITAS
Dari hasil diagnosa gizi, makan akan diprioritaskan pada domain intake, guna menunjang
kenaikan atau perubahan nilai biokimia dan klinis dari paien, dan diberikan edukasi gizi
tentang Diet Lambung kepada Ibu pasien agar lebih mengerti tentang penyakit dan asupan
atau makanan yang aman untuk diberikan kepada anak (pasien).
43
D. INTERVENSI
a. Tujuan diet
Jangka panjang : Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan kerja saluran
cerna dan mencegah atau mengurangi risiko dehidrasi dan malnutrisi.
b. Prinsip Diet
c. Syarat diet
1. Mudah cerna, porsi kesil tapi sering diberikan.
5. Rendah serat, terutama serat larut air, yang ditingkatkan secara bertahap.
7. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu tajam, baik secara termis,
44
mekanis, maupun kimia.
8. Laktosa rendah bila ada gejala laktosa intoleransi, umumnya tidak di anjurkan
minum susu terlalu banyak.
10. Pada fase akut dapat diberikan makanan penetral saja selama 24-48 jam, untuk
memberi waktu lambung beristirahat.
Sumber Protein Hewani Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam di rebus,
disemur, ditim, dipanggang, telur ayam di rebus,
ditim, didadar, di ceplok air, dan dicampur dalam
makanan, susu.
Sumber Protein Nabati Tahu, tempe, direbus, di tim, di tumis, kacang hujau
rebus dan dihaluskan.
Buah-buahan Papaya, pisang, jeruk manis, sari buah, pir, dan peach
dalam kaleng.
45
BAHAN MAKANAN TIDAK DIANJURKAN
Sumber protein hewani Danging, ikan, ayam yang diawet, digoreng, daging
babi, telur ceplok, atau di goring.
Sumber protein nabati Tahu tempe di goring, kacang, tanah, kacang merah,
kacang tolo.
d. Perhitungan Kebutuhan
Diketahui :
BB Aktual pasien : 15,1 kg
Tinggi Badan (metlin) : 98 cm
BB/U : 0,1 (normal)
TB/U : -0,5 (Normal)
BB/TB : 0,2 (normal)
IMT/U : 0,2 (Normal)
46
Energi (dengan AKG)
Energi = BB ideal sesuai usia (BB/TB) x energi sesuai usia AKG
= 14,9 kg x 86,5 kkal
= 1.288,9 kkal
Protein = BB ideal sesuai usia (BB/TB) x kebutuhan protein sesuai usia AKG
= 14,9 kg x 2 gram
= 29,8 gram
29,8 x 4
% protein = x 100 % = 9%
1.288,9
31% x 1.288,9
Lemak = = 44,4 gram
9
60 % x 1.288,9
Karbohidrat = = 193,3 gram
4
RENCANA INTERVENSI
Energi = 1.288,9 kkal x 80% = 1.031,1 kkal
Protein = 29,8 gram x 80% = 23,8 gram
Lemak = 44,4 gram x 80% = 35,5 gram
KH = 193,3 gram x 80% = 154,6 gram
1200+1300
Cairan = = 1250 ml
2
1. JENIS DIET
Diet lambung II
2. RUTE
Oral
3. KOMPOSISI MAKANAN/MINUMAN
Tekstur : lunak
47
Frekuensi : 3x makanan utama.
Perencanaan menu :
TABEL URT SEHARI
URT PAGI
48
URT SIANG
4. TUJUAN :
Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung
serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
5. PRIORITAS MODIFIKASI
Pendamping (Ibu).
6. REKOMENDASI MODIFIKASI
Memberikan konseling tentang Diet Lambung
Memberi tahu makanan apa saja yang di anjurkan dan tidak di anjurkan.
49
ASSESMENT TANGGAL MONEV
9 Maret 2019 10 Maret 2019
E. ANTROPOMETRI TETAP TETAP BB tetap, status
BB : 15,1 kg gizi tetap.
TB : 98 cm
Pernapasan 60 normalnya.
x/menit
Saturasi O2 99%
H. RECALL
Energi 594,6 Kkal 46% Energi 1126 kkal Energi 454,1 kkal Mengalami
(Def.Berat) 87% (De.Ringan) 35,2% (Def.Berat) penurunan asupan
Protein 21,2 Gram 71 % Protein 32,8 gram Protein 24,2 gram makan, berkaitan
110% (Normal) 81,2% dengan nafsu
(Def.Sedang)
Lemak 17,5 gram (Def.Sedang) makan pasien.
Lemak 12,0 Gram 44,4
39,4% (Def,Berat) Lemak 6,4 gram
Gram 27 %
Karbohidrat 208,8 1,4% (Def.Berat)
(Def.Berat)
gram 108% Karbohidrat 72,6
Karbohidrat 96,3 (Normal) gram 37,6%
Gram 49,8 % (Def.Berat) Cairan 1243 ml (Def.Berat)
Cairan 1.184 Ml 94,7% 99% (Normal)
(Normal)
E. MONITORING DAN EVALUASI
50
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Diet di Rumah Sakit Diet dalam istilah umum sesungguhnya memiliki dua makna,
pertama sebagai makanan dan kedua pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari agar kita tetap sehat, Bila diet dilakukan di Rumah sakit tujuannya adalah untuk
meningkatkan status nutrisi dan atau membantu kesembuhan pasien. Maka istilah yang lazim
digunakan adalah diet rumah sakit ( Hartono, 2000 ). Pengaturan makanan bagi orang sakit
rawat inap di Rumah Sakit bukan merupakan tindakan yang berdiri sendiri dan terpisah dari
perawatan dan pengobatan, akan tetapi ketiganya merupakan satu kesatuan dalam proses
penyembuhan penyakit pasien antara Dokter, Perawat dan Ahli Gizi ( Moehyi,1992 ) Di
rumah sakit terdapat pedoman diet tersendiri yang akan memberikan rekomendasi yang lebih
spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan atau
mempertahankan status nutrisi pasien tetapi juga mencegah permasalahan lain seperti diare
akibat inteloransi terhadap jenis makanan tertentu. Tujuan selanjutnya adalah untuk
meningkatkan atau mempertahankan daya tahan tubuh dalam menghadapi penyakit / cedera
khususnya infeksi. Dan membantu kesembuhan pasien dari penyakit / cideranya dengan
memperbaiki jaringan yang aus atau rusak serta memulihkan keadaan homeostasis yaitu
keadaan seimbang dalam lingkungan internal tubuh yang normal / sehat ( Hartono, 2000 ).
Dengan memperhatikan tujuan diet tersebut Rumah Sakit umumnya akan menyediakan
( Hartono, 2000 ) adalah :
1. Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik dan seimbang, menurut keadaan
penyakit dan status gizi masing – masing pasien.
2. Makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastro intestinal
dan penyakit masing – masing pasien.
3. Makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti misalnya tidak
mengandung bahan yang bisa mengandung bahan yang bisa menimbulkan gas, tidak
mengandung bahan yang lengket, tidak terlalu pedas, asin, berminyak serta tidak
terlalu panas atau dingin.
4. Makanan yang bebas unsur aditif berbahaya misalnya pengawet dan pewarna.
Makanan alami jauh lebih baik daripada makanan yang diawetkan atau dikalengkan.
51
5. Makanan dengan cita rasa yang menarik untuk menggugah selera makan pasien yang
umumnya terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau pembau.
Kebutuhan gizi adalah kebutuhan energi dan zat gizi minimal yang diperlukan tubuh
untuk hidup sehat ( Krisnatuti dkk, 1999 ) . Zat gizi yang penting bagi kesehatan adalah
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Semua ini dibutuhkan untuk membangun
dan mengganti jaringan yang rusak, memberi energi dan membuat zat – zat penting seperti
enzyme dan hormon. Zat gizi tersebut dapat diperoleh melalui makanan dan proses
pencernaan. Proses pencernaan memecah zat gizi secara mekanis dengan mengunyah dan
gerak peristaltis usus, dan secara kimiawi dengan kelenjar mulut dan usus ( Alisahbana, A
1995 ). Kebutuhan gizi pasien terpenuhi melalui preskripsi diet yang terkonsumsi habis.
Penurunan sisa makanan dapat dilakukan dengan peningkatan manajemen, peningkatan
ketrampilan petugas pengolah, penerapan standar resep dan bumbu, penerapan jadwal makan
dan penyajian makanan yang menarik (Catur , 2003 ).
C. WAKTU MAKAN
Pada manusia secara alamiah akan merasa lapar setelah 3 – 4 jam makan, sehingga
setelah waktu tersebut sudah harus mendapatkan makanan, baik dalam bentuk makanan
ringan atau berat ( Almatsier, S 2002 ). Jarak waktu antara makan malam dan bangun pagi
sekitar 8 jam. Selama waktu tidur metabolisme di dalam tubuh tetap berlangsung, akibatnya
pada pagi hari perut sudah kosong. Kebutuhan energi diambil dari cadangan lemak tubuh.
Keterlambatan pemasukan zat gula ke dalam darah dapat menurunkan konsentrasi dan dapat
menimbulkan rasa malas, lemas, mengantuk dan berkeringat dingin ( Muhilal, 1998 ).
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan akan makan yang meliputi faktor kepercayaan dan pemilihan makanan
( Khumaidi, 1994 ).
Selain makanan dari rumah sakit yang dimakan, pasien juga memakan makanan dari
luar rumah sakit ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan. Dan apabila hal ini
selalu terjadi artinya pasien selalu makan makanan dari luar maka makanan yang disajikan
oleh rumah sakit selalu saja tidak termakan habis, akhirnya berdampak pada sedikit banyak
terjadinya sisa makanan ( Catur, 2003 ).
Setiap bangsa mempunyai waktu makan yang berlainan. Hal ini adalah warisan turun
temurun dari nenek moyang sampai dengan sekarang. Yang dimaksud dengan waktu makan
52
adalah berapa kali orang lazim makan dalam sehari. Waktu makan orang Eropa dan Amerika
berlainan dengan waktu makan orang timur, karena akhir dan jam kerja yang berlainan.
( Almatsier, 1999 ). 8
Makanan di rumah sakit harus tepat waktu, tepat diet, dan tepat jumlah. Apalagi untuk
pasien penderita diabetes mellitus. Waktu rawan yang seharusnya dimonitor ketepatannya
yaitu waktu makan pagi, dimana telah terjadi selang waktu yang panjang antara makan waktu
makan malam dan makan pagi. Di Indonesia umumnya tiga kali waktu makan yaitu pagi,
siang dan sore / malam ( Krisnatuti, 1999 ).
Makanan yang memiliki cita rasa yang baik adalah makanan yang disajikan menarik,
menyebarkan bau yang sedap dan memberikan rasa yang lezat. Waktu sajian yang tepat
menyebabkan temperatur makanan yang tepat pula. Makanan yang terlalu panas atau terlalu
dingin akan mengurangi sensitifitas syaraf pengecap terhadap rasa makanan ( Moehyi,1999 ).
D. SISA MAKANAN
Perubahan yang terjadi pada pasien dalam hal makanan bukan saja macam makanan
yang disajikan berbeda dengan makanan yang biasa dimakan di rumah, akan tetapi juga cara
makanan itu dihidangkan, tempat makan, waktu makan, lingkungan makan dan sebagainya.
Semua keadaan ini sering menjadikan beban mental bagi orang sakit yang apabila tidak
diperhatikan justru merupakan penghambat dalam proses penyembuhan penyakit. Faktor
psikologis, sosial, budaya, keadaan jasmani dan keadaan gizi penderita adalah beberapa
faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penyelenggaraan pengaturan makanan bagi
pasien di Rumah Sakit ( Moehyi, 1992 ).
Analisa sisa makanan merupakan salah satu cara untuk melakukan evaluasi pelayanan
gizi yang diberikan, terutama pelayanan makan. Penyelenggaraan makan di Rumah Sakit
lebih banyak dihadapkan pada beberapa masalah yang tidak ditemui pada penyelenggara
makanan di instansi lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan bisa
berasal dari dalam diri pasien itu sendiri dan faktor yang berasal dari luar yaitu makanan
yang disajikan. ( Almatsier, 1992 ).
Sisa makanan adalah makanan yang tidak dimakan. Sisa makanan dibedakan menjadi
dua, yaitu waste dan platewaste ; a. Waste yaitu makanan yang hilang karena tidak dapat
diperoleh/diolah atau makanan hilang karena tercecer. b. Platewaste yaitu makanan yang
terbuang karena setelah dihidangkan tidak habis dikonsumsi ( Hirsch, 1999 ).
53
Yang dimaksud sisa makanan dalam pembahasan disini adalah platewaste yaitu sisa
makanan yang terjadi karena makanan yang disajikan tidak habis dikonsumsi. Cara
penentuan sisa makanan menurut Aisah 2005 yaitu:
1. Weighed platewaste , cara ini biasanya digunakan untuk mengukur / menimbang sisa
makanan setiap jenis hidangan atau mengukur total sisa makanan pada individu atau
kelompok, cara ini mempunyai kelebihan dapat memberikan informasi yang lebih
akurat / teliti, kelemahan cara mengukur / menimbang ini, yaitu memerlukan waktu,
cukup mahal karena perlu peralatan dan tenaga pengumpul data harus terlatih dan
terampil.
2. Observasional method, pada cara ini sisa makanan diukur dengan cara menaksir
secara visual, banyaknya sisa makanan untuk setiap jenis hidangan. Hasil taksiran
bisa dalam bentuk berat makanan yang dinyatakan dalam gram atau dalam bentuk
skor bila menggunakan skala pengukuran.
3. Self reported consumption, yaitu cara pengukuran sisa makanan individu dengan
menanyakan kepada responden tentang banyaknya sisa makanan, pada cara ini
responden yang menaksir sisa makanan mengunakan skala taksiran visual.
4.
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil Recall :
HARI I
55
Ikan 1 ptg
HARI II
Keluhan pasien :
56
B. PEMBAHASAN
Dari hasil yang didapatkan bahwa asupan pasien pada hari pertama meningkat
menjadi (energi 87%, protein 110%, lemak 39,5%, KH 108%) dan mulai menunjukan
kemajuan, walau pun lemak masih emngalami defisit berat, namun sebagian pula
sudah dalam range normal. Pada hari kedua pasien mengalami penurunan asupan,
sehingga asupan kembali pada audit gizi awal, semua asupan zat gizi makro defisit
berat yaitu (energi 35,2%, protein 81,2%, lemak 1,4%, KH 37,6%). Penyebab
kurangnya asupan berkaitan dengan nafsu makan pasien, pada hari kedua di duga
pasien mengalami penurunan nafsu makan.
Dari hasil audit gizi juga didapatkan bahwa makan pada plato pasien bukan
hanya pasien yang memakannya, namun keluarga pasien juga ikut memakannya.
Setelah pasien makan, keluarga pasien yang menghabiskan makanan pasien. Sehingga
sering terlihat plato pasien dalam keadaan kosong.
Pada saat hari pertama pemberian makanan, pasien di ditanyai kenapa tidak
menghabiskan beberapa menu didalam plato, ibu pasien mengatan bahwa pasien lebih
menyukai nasi lunak dibandingkan bubur, lebih menyukai ikan sebagai lauk
dibandingkan danging ayam, dantidak begitu menyukai lauk nabati, sehingga lauk
nabati tidak pernah dimakan. Unyuk sayuran pasien hanya mau mengkonsumsi wortel
saja, sayuran lain tidak dimakan oleh pasien.
Walau pun menu makanan sudah di aplikasikan sesuai dengan keinginan dan
kesukaan pasien, ternyata nafsu makan paien tetap mempengaruhi asupan, sehingga
asupan tetap rendah.
57
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa :
1. Asupan pasien pada hari pertama meningkat.
2. Asupan pada hari kedua menurun.
3. Makanan yang disediakan rumah sakit belum tentu pasien yang memakannya hingga
habis.
4. Perubahan jenis makanan pokok yang diberikan dari bubur menjadi nasi lunak.
5. Perubahan jenis lauk menjadi ikan saja.
6. Sayuran yang diberikan hanya wortel pada hari kedua.
B. SARAN
Diharapkan pada pengkajian dan analisis kasus yang akan datang bisa lebih teliti lagi,
sehingga didapatkan hasil yang memuaskan.
58
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
60