Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN DIARE DAN

GASTROENTERITIS TERMASUK DISENTRI,


KOLERA DAN GIARDIASIS

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT ttd Kepala UPT Puskesmas


PUSKESMAS Jatibanteng
JATIBANTENG

Amrozi, S.Kep.Ners
NIP. 19641008 198503 1 004

1. Pengertian Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare, yaitu buang air besar lembek atau cair, dapat bercampur
darah atau lender, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam, dan
disertai dengan muntah, demam, rasa tidak enak di perut dan menurunnya
nafsu makan. Apabila diare > 30 hari disebut kronis.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan diare

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Jatibanteng Nomor


440/ /431.202.7.02/2023 tentang penanganan diare dan gastroentritis
termasuk disentri,kolera dan giardiasi
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 Tahun 2015

5. Alat dan Bahan

6. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesa dan mendapatkan keluhan pasien datang


langkah karena buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau
langkah lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat
disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah
serta tenesmus setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang
besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari usus besar).
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
a. Menentukan tingkat/derajat dehidrasi akibat diare.
Tanda-tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan adalah turgor kulit
perut menurun, akral dingin, penurunan tekanan darah, peningkatan
denyut nadi, tangan keriput, mata cekung tidak, penurunan
kesadaran (syok hipovolemik), nyeri tekan abdomen, kualitas bising
usus hiperperistaltik. Pada anak kecil cekung ubun-ubun kepala.
b. Pada tanda vital lain dapat ditemukan suhu tubuh yang tinggi
(hiperpireksi), nadi dan pernapasan cepat.

Derajat dehidrasi sebagai berikut


Gejala Derajat Dehidrasi
Minimal (< Ringan sampai Berat (> 9% dari
3% dari berat sedang (3-9% berat badan)
badan) dari berat
badan)
Baik, sadar
Status mental Normal, lemas, Apatis, letargi,

1/5
penuh atau gelisah,
tidak sadar
iritabel
Minum normal, Sangat haus, Tidak dapat minum
mungkin sangat ingin
Rasa haus
menolak minum
minum
Normal Normal sampai Takikardi, pada
Denyut jantung meningkat kasus berat
bradikardi
Kualitas denyut Normal Normal sampai Lemah atau tidak
nadi menurun teraba
Pernapasan Normal Normal cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Air mata Ada Menurun Tidak ada
Mulut dan
Basah Kering Pecah-pecah
lidah
Turgor kulit Baik < 2 detik > 2 detik
Memanjang,
Isian kapiler Normal Memanjang
minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin
Normal sampai Menurun Minimal
Output urin
menurun

3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang

a. Darah rutin (lekosit) untuk memastikan adanya infeksi.


b. Feses lengkap (termasuk analisa mikrobiologi) untuk menentukan
penyebab.

4. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan


fisik dan penunjang.
5. Petugas memberikan terapi
a. Memberikan cairan dan diet adekuat
1. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang
adekuat untuk rehidrasi.
2. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase
transien. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol
atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi
usus.
3. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak
mengandung gas, dan mudah dicerna.
b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti diare
untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.
c. Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien
yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea,
dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan
antibiotik atau antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya.

Obat antidiare, antara lain:


1. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur opium.
2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri
yang disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila

2/5
diare semakin berat walaupun diberikan terapi.
3. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunocompromised,
seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth
encephalopathy.
4. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau
smectite 3x 1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
5. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x 1/ hari

Antimikroba, antara lain:


1. Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7
hari, atau
2. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2x 1 tablet/hari.
3. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, metronidazole dapat
digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.
4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan
etiologi. Terapi probiotik dapat mempercepat penyembuhan diare
akut.

Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, pasien


ditangani dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang
hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2.5 g
Natrium bikarbonat dan 1.5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan
secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan lain adalah cairan
ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena.
2. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang dibutuhkan
adalah: BJ plasma dengan rumus:
Defisit cairan : Bj plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml
0,001
Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter
15
3. Menentukan jadwal pemberian cairan:
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono
diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi
optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikutnya/ jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan
berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi
inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor daldiyono
kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan
kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss
7. Diagram alir

8. Hal – hal yang 1. Colok dubur dianjurkan dilakukan pada semua kasus diare dengan feses
perlu berdarah, terutama pada usia >50 tahun. Selain itu, perlu dilakukan
diperhatikan identifikasi penyakit komorbid.
2. Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut apabila
ditemukan:
a. Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus dianalisa
lebh lanjut.
b. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥
38.5⁰C, nyeri abdomen yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun
c. Pasien usia lanjut
d. Muntah yang persisten
e. Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable.

3/5
f. Terjadinya outbreak pada komunitas
g. Pada pasien yang immunocompromised.

9. Unit Terkait 1. UGD


2. Poli Umum
3. Pustu Ponkesdes

10. Dokumen -
Terkait

11 .Rekaman Historis

No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan


Tgl.

4/5

Anda mungkin juga menyukai