Disusun oleh :
Kelompok 1
Dosen Pembimbing :
Esty Rahman Asih, S.TP, M.Sc
Sri Mulyani, S.TP, M.Si
Puji syukur bagi Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Makalah yang berjudul “Hygiene dan Sanitasi Pangan ”
ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Pengawasan
Mutu Pangan.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenaidefenisi hygiene dan sanitasi pangan, tujuan
penerapan hygiene dan sanitasi pangan, prinsip hygiene dan sanitasi pangan, dan
prosedur Standar Operasi Sanitasi (SSOP). Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
diharapkan. Untuk itu, Penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu di antaranya dikarenakan terkontaminasi. Kontaminasi yang terjadi
pada makanan dan minuman dapat menyebabkan makanan tersebut dapat menjadi
media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang
terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borned diseases) (Susanna,
2003).
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang hygine dan sanitasi dalam pangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan.
6. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat perlengkapan.
4
2.4. Prinsip Hygiene dan Sanitasi Pangan
Enam Prinsip Higiene Sanitasi tersebut adalah (DepKes, 2004);
a) Pemilihan bahan makanan
Pemilihan bahan makanan yaitu bahan makanan yang dipilih harus
mempertimbangkan beberapa hal, seperti batas kadaluarsa, terdaftar pada
Kemenkes, dan bahan tersebut diizinkan pemakaiannya untuk makanan.
Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004):
a. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang
dikendalikan dengan baik misalnya berupa swalayan.
b. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh
pemerintah daerah dengan baik.
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri
fisik dan mutunya yaitu dari bentuk, warna, kesegaran, bau, dan
lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan
pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida
(Kusmayadi, 2008).
5
Dalam penyimpanan bahan makanan, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut :
a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih
dan memenuhi syarat.
b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik sehingga :
1) Mudah untuk mengambilnya.
2) Tidak menjadi tempat bersarang atau bersembunyi serangga dan
tikus.
3) Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang
mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin.
4) Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat
digunakan untuk riwayat keluar masuk barang dengan sistem FIFO
(First In First Out).
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu
(Depkes RI, 2004) :
1. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10 ºC – 15 ºC
untuk jenis minuman buah, es krim dan sayur.
2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4 ºC – 10 ºC
untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah
kembali.
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0 ºC –
4 ºC untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu
sampai 24 jam.
4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0 ºC untuk
bahan makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24
jam.
c) Pengolahan makanan
Pengolahan makanan yang makanan meliputi 3 hal, yaitu peralatan, penjamah
makanan,dan tempat pengolahan.
d) Penyimpanan makanan matang
6
Penyimpanan makanan matang yang disimpan sebaiknya pada suhu rendah,
agar pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak makanan dapat
ditahan,
e) Pengangkutan makanan
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap
panas 600oC atau tetap dingin 40oC.
7
5. Kendraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak dipergunakan untuk
keperluan mengangkut bahan lain
f) Penyajian makanan
Penyajian makanan disajikan dengan segera, jika makanan dihias maka
bahan yang digunakan merupakan bahan yang dapat dimakan.
Prinsip Penyajian menurut Departemen Kesehatan RI (2004) terdiri dari,
a. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah masing-masing dan diusahakan tartutup, terutama wadah yang
berada tidak satu level dengan wadah makanan lainnya. Tujuannya
adalah agar makanan tidak terkontaminasi silang, bila satu tercemar
yang lain dapat diamankan, memperpanjang masa saji makanan sesuai
dengan tingkat kerawanan makanan.
b. Prinsip kadar air artinya makanan yang mengandung kadar air tinggi
(kuah, soto, saus) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan
untuk mencegah makanan cepat rusak (basi).
c. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam
penyajian adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan.
Hindari pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti
stekker besi, tusuk gigi atau bunga plastik. Bahan yang tidak untuk
dimakan harus segera dibersihkan dari tempat penyajian manakala
acara makan dimulai. Tujuannya untuk mencegah kecelakaan atau
gangguan akibat salah makan.
d. Prinsip pemisah artinya makanan yang ditempatkan dalam wadah yang
sama seperti makanan dalam doos atau rantang harus dipisah dari
setiap jenis makanan agar tidak saling mencampur aduk. Tujuannya
untuk mencegah kontaminasi silang.
e. Prinsip panas yaitu setiap penyajian makanan yang disajikan panas
diusahakan tetap dalam keadaan panas seperti sop, gulai, soto dan
sebagainya. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan
8
sebelum ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer) harus masih
Kontaminasi E-coli berada diatas 60ºC. Alat terbaik untuk
mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak
penyaji panas). Tujuannya untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan
meningkatkan selera.
f. Prinsip bersih artinya setiap peralatan yang digunakan seperti wadah
dan tutupnya, doos atau piring/gelas/mangkok harus bersih dan baik.
Bersih artinya telah dicuci dengan cara higienis, baik artinya utuh,
tidak rusak atau cacat atau bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah
penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
g. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat
makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama dengan
bibir tujuannya untuk mencegah pencemaran dari tubuh dan
memberikan penampilan yang baik dan sopan.
h. Prinsip tepat penyajian artinya pelaksanaan penyajian makanan harus
tepat sesuai dengan pesanan.
9
1. Bahwa program hygiene dan sanitasi akan meningkatkan kualitas sehingga
tingkat keamanan produk meningkat, seirama dengan menurunnya mikroba.
2. Menjelaskan prosedur sanitasi untuk digunakan di tempat kerja.
3. Memberikan jadwal prosedur sanitasi.
4. Memberikan landasan untuk memonitoring di tempat kerja.
5. Mendorong perencanaan untuk menjamin tindakan koreksi.
6. Mengidentifikasi trend an mencegah terjadinya kembali.
7. Membawa perbaikan berkelanjutan di tempat kerja.
8. Peraturan GMP mengharuskan digunakan zat tertentu yang aman dan efektif.
9. Tahapan dakam hygiene dan sanitasi.
10. Persyaratan minimum penggunaan klorine pada air pendingin (khusus industri
pengolahan pangan).
11. Pengaruh faktor pH, suhu, konsentrasi disinfektan pada hasil akhir sanitasi.
12. Masalah potensial yang timbul jika sanitasi dan hygiene tidak dijalankan.
1. Keamanan Air
Air merupakan komponen penting dlm industri pangan yaitu sebagai
bagian dari komposisi; untuk mencuci produk; membuat es/glazing; mencuci
10
peralatan/sarana lain; untuk minum dan sebagainya. Karena itu dijaga agar
tidak ada hubungan silang antara air bersih dan air tidak bersih (pipa saluran
air hrs teridentifikasi dengan jelas) (Pudjirahaju, 2017).
Beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam industri pangan, yaitu :
a. Air PAM (Perusahaan Air Minum), air tersebut biasanya dan
seharusnya telah memenuhi standar mutu, artinya telah melalui
treatment, dan dianalisis secara periodik;
b. Air sumur, hal yang perlu diperhatikan bila akan menggunakan air
sumur adalah peluang kontaminasinya sangat besar seperti dari banjir
atau hujan deras, septic tank, dan air pertanian; dan
c. Air laut, walaupun jarang digunakan, namun dalam beberapa industri
perikanan kadangkadang digunakan dan standarnya harus sesuai
standar air minum kecuali kadar garam.
11
pangan yang terakreditasi sebelum suatu usaha bisnis pangan dimulai dan
dilakukan paling tidak sekali dalam setahun atau lebih sering.
- Sedangkan untuk monitoring air laut, harus dilakukan lebih sering dari
PAM atau air sumur. Untuk monitoring dengan inspeksi secara visual atau
organoleptik, prosedur seharusnya sesuai persyaratan dan dibuktikan
dengan pengujian laboratorium.
• Tindakan Koreksi
Tindakan koreksi harus dilakukan segera apabila terjadi atau
ditemukan adanya penyimpangan terhadap standar atau ketentuan lainnya.
Sebagai contoh tindakan koreksi apabila mutu keamanan air tidak sesuai,
maka dilakukan penyetopan saluran, stop proses produksi sementara serta
tarik (recall) produk yang terkena. Sedangkan, apabila ditemukan adanya
koreksi silang maka stop proses, tarik produk yang terkena, dan apabila terjadi
arus balik pada pembuangan, harus segera perbaiki dan catat setiap hari.
• Rekaman
Rekaman harus dilakukan setiap monitoring serta apabila terjadi
tindakan koreksi. Bentuk rekaman dapat berupa rekaman bukti pembayaran
dan rekaman monitoring periodik, rekaman periodik inspeksi plumbing, dan
rekaman monitoring sanitasi harian.
• Monitoring
Tujuan monitoring pada prinsip ini adalah memberikan jaminan bahwa
permukaan yang kontak dengan pangan dirancang untuk memfasilitasi proses
sanitasi serta dibersihkan secara rutin. Beberapa hal yang seharusnya
dimonitor terhadap kondisi kebersihan adalah kebersihan alat/bahan yang
kontak langsung dengan produk, meliputi kondisi permukaan alat yang kontak
12
dengan pangan, kebersihan dan sanitasi permukaan alat yang kontak dengan
pangan, tipe dan konsentrasi bahan sanitasi, kebersihan sarung tangan dan
pakaian pekerja. Monitoring kondisi kebersihan permukaan yang kontak
dengan bahan dapat dilakukan dengan inspeksi visual terhadap permukaan
apakah dalam kondisi baik, apakah terpelihara kebersihan dan kondisi
sanitasinya, apakah sarung tangan dan pakaian luar dalam kondisi baik.
Pengujian kimia juga dapat dilakukan untuk memonitor konsentrasi sanitizer
(dengan test strips/kits). Selanjutnya, untuk verifikasi dapat dilakukan dengan
pengujian microbial permukaan secara berkala.
• Tindakan Koreksi
Beberapa hal yang perlu diobservasi terhadap kondisi kebersihan
permukaan yang kontak langsung dengan bahan adalah konsentrasi sanitizer
apakah bervariasi setiap hari, apabila hal ini terjadi maka tindakan koreksi
yang dapat dilakukan adalah memperbaiki atau mengganti peralatan dan latih
operator. Selanjutnya adalah observasi lokasi pertemuan dua meja apakah
terisi rontokan produk, apabila terjadi pisahkan meja agar mudah dibersihkan.
Observasi lainnya yang penting untuk dilakukan adalah apakah meja kerja
menunjukkan tanda-tanda korosi, apabila terjadi perbaiki atau ganti meja yang
tidak korosi.
• Rekaman
Rekaman harus dilakukan pada setiap monitoring maupun setiap waktu
jika terjadi tindakan koreksi. Bentuk rekaman dapat berupa rekaman
monitoring periodik, rekaman periodik konsentrasi bahan kimia, dan rekaman
monitoring sanitasi harian/bulanan.
13
3. Pencegahan Kontaminasi Silang
- Tindakan Koreksi
Beberapa tindakan koreksi yang seharusnya dilakukan jika pada
monitoring ditemukan ketidaksesuaian yang mengakibatkan kontaminasi
silang adalah :
1) Stop aktivitas sampai situasi kembali sesuai;
2) Ambil tindakan yang mencegah terjadinya kembali; dan
3) Evaluasi keamanan produk. Jika perlu, disposisi ke produk lain,
reproses atau dibuang untuk produk terkontaminasi.
- Rekaman
14
Dokumentasikan koreksi yang dilakukan, di samping rekaman periodik
pada saat dilakukan monitoring.
- Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mendorong program pencucian tangan
sehingga mencegah penyebaran kotoran dan potensi mikroorganisme
pathogen pada area penanganan, pengolahan, dan produk pangan.
- Tindakan Koreksi
Beberapa tindakan koreksi yang seharusnya dilakukan apabila kondisi
fasilitas-fasilitas sanitasi tersebut di atas tidak sesuai adalah perbaikan atau isi
bahan perlengkapan toilet dan tempat cuci tangan, buang dan buat larutan
baru jika konsentrasi bahan sanitasi salah, observasi catatan tindakan koreksi
ketika kondisi sanitasi tidak sesuai, dan perbaiki toilet yang rusak.
- Rekaman
Beberapa rekaman yang dapat dilakukan untuk menjaga ketelusuran dari
sanitasi adalah kondisi dan lokasi fasilitas cuci tangan dan toilet; kondisi dan
ketersediaan tempat sanitasi tangan; konsentrasi bahan sanitasi tangan; dan
tindakan koreksi yang dilakukan pada kondisi yang tidak sesuai.
15
5. Proteksi dari Bahan-Bahan Kontaminan
Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa produk pangan, bahan
pengemas, dan permukaan kontak langsung dengan pangan terlindung dari
kontaminasi mikrobial, kimia dan fisik (Pudjirahaju, 2017).
- Monitoring :
Yang perlu dimonitor : bahan-bahan berpotensi toksin dan air yang tidak
saniter. Dilakukan dlm frekuensi cukup, saat dimulai produksi dan setiap 4
jam Observasi kondisi dan aktivitas sepanjang hari.
16
grade dengan non food grade, dan jauhkan peralatan dan barang-barang
kontak dengan produk. Penggunaan bahan toksin harus mengikuti instruksi
perusahaan produsen dan prosedur yang menjamin tidak akan mencemari
produk. Waktu untuk monitoring harus dilakukan dengan frekuensi yang
cukup, direkomendasikan paling tidak sekali sehari, serta observasi kondisi
dan aktivitas sepanjang hari.
- Tindakan Koreksi
Koreksi yang dapat dilakukan apabila terjadi ketidaksesuaian pelabelan,
penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin diantaranya adalah pindahkan
bahan toksin yang tidak benar penyimpanannya; bahan yang tidak dilabel
dengan benar, kembalikan kepada pemasok; perbaiki label; buang wadah yang
rusak; periksa keamanan produk; dan laksanakan pelatihan.
- Rekaman
Rekaman untuk monitoring dan tindakan koreksi yang seharusnya
dilakukan adalah rekaman kontrol sanitasi periodik, rekaman kontrol sanitasi
harian, dan log informasi harian.
7. Kesehatan Karyawan
Tujuan dari kunci 7 ini adalah untuk mengelola personil yang mempunyai
tandatanda penyakit, luka atau kondisi lain yang dapat menjadi sumber
kontaminasi mikrobiologi (Pudjirahaju, 2017).
- Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengontrol kondisi kesehatan yang dapat
menyebabkan kontaminasi mikrobiologi pada pangan, bahan pengemas, dan
permukaan kontak dengan pangan. Beberapa tanda-tanda kesehatan personil
yang perlu mendapat perhatian pada saat monitoring adalah diare, demam,
17
muntah, penyakit kuning, radang tenggorokan, luka kulit, bisul, dan dark
urine.
- Tindakan Koreksi
Beberapa tindakan yang seharusnya dilakukan oleh manajemen adalah
memulangkan atau mengistirahatkan personil/pegawai, dan menutup bagian
luka dengan impermeable bandage.
- Rekaman
Rekaman yang perlu dilakukan adalah terhadap data kesehatan hasil
pemeriksaan kesehatan regular serta rekaman koreksi apabila terjadi
penyimpanan.
8. Pengendalian Hama
Hama harus dicegah agar tidak masuk ke unit penanganan atau
pengolahan. Hama dapat mencemari bahan pangan dengan kotoran maupun
potongan tubuhnya. Hama juga dapat menjadi hewan perantara bagi mikroba
pencemar. Rodentia pembawa Salmonella dan parasit. Lalat dan kecoa
merupakan serangga pembawa Staphylococcus, Shigella, Clostridium
perfringens, dan Clostridium botulinum. Sedangkan, burung pembawa
Salmonella dan Listeria (Pudjirahaju, 2017).
- Monitoring
Tujuan dari monitoring hama ini adalah untuk mengkonformasikan bahwa
hama (hama pengganggu) telah dikeluarkan dari area pengolahan seluas-
luasnya dan harus ada konfirmasi bahwa prosedur diikuti untuk mencegah
investasi. Monitoring dapat dilakukan dengan inspeksi visual, gunakan senter
(flashlight) untuk mengetahui tempat persembunyian dan alat perangkap tius,
alat menjaga kebersihan dan memfasilitasi pengawasan.
18
- Tindakan Koreksi
Sebagai contoh setelah dilakukan observasi ternyata setelah pestisida dan
perangkap digunakan, lalat memasuki kembali ke ruang pengolahan, maka
tindakan koreksi yang dapat dilakukan adalah tambahkan air curtain di atas
pintu luar dan pindahkan wadah buangan keluar.
- Rekaman
Rekaman yang seharusnya dilakukan adalah rekaman kontrol sanitasi
periodik dan rekaman kontrol sanitasi harian (Pudjirahaju, 2017).
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subyeknya. Misalnya mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi
kebersihan piring serta membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Contohnya minum air
yang direbus, mencuci tangan sebelum memegang makanan, dan pengawasan
kesegaran makanan.
2. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk
mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan.
3. Secara umum tujuan dari penerapan hygiene dan sanitasi pada pangan ialah
menjaga keamanan pangan, menjaga konsumen dari penyakit yang
disebabkan oleh makanan dan mencegah beredarnya produk yang dapat
merugikan bagi produsen maupun konsumen.
4. Prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan telah diatur oleh DepKes Indonesia,
yakni pemilihan makanan, penyimpanan makanan, pengolahan makanan,
penyimpanan makanan matang, pengangkutan makanan dan penyajian
makanan yang mengikuti prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan.
5. Prosedur Standar Operasi Sanitasi (SSOP) bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kemanan pangan dan bermanfaat dalam menjamin sistem
keamanan produksi pangan serta memperhatikan setiap langkah-langkah
dalam menerapkan SSOP.
20
3.2. Saran
Sanitasi dan hygiene dalam pangan hendaknya diperhatikan dan diawasi oleh
berbagai pihak yang terkait, baik itu pemerintah, produsen dan
konsumen/masyarakat. Karena sanitasi dan hygiene dalam pangan memberikan
pengaruh yang cukup besar bagi kesehatan masyarakat dan dapat menghindarkan
produsen dari kerugian.
21
Daftar Pustaka
22
23