Dosen Pembimbing :
Meilinasari, S.K.M., M.Kes.
Disusun oleh :
Kelompok 6
Fitri Cahyani (P21331118034)
Hana Nisrina (P21331118039)
Jihan Deri Zahira (P21331118047)
Leni Purbasari (P21331118049)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur Kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah sehingga Kami
dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktikum Pengawasan Mutu Pangan dengan
judul “HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) Industri Pangan”.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam memenuhi dan
menyelesaikan tugas Pengawasan Mutu Pangan jurusan gizi pada Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta 2.
Atas bantuan dan dukungan yang secara langsung , maupun tidak langsung yang telah
Kami terima, oleh karena itu Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Allah Swt., yang telah membantu Kami memudahkan dan melancarkan dalam proses
pembuatan makalah ini sesuai ajaran islam
2. Orang Tua Kami, yang telah membimbing serta memberikan semangat dan doa
kepada Kami selama menyelesaikan makalah ini.
3. Ibu Meilinasari, SKM.,M.Kes selaku Dosen yang memberikan arahan dan
pengetahuan serta motivasi sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu.
Demikian makalah ini Kami buat, Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna. Karena itu Kami mohon saran dan kritik agar bisa lebih baik dalam
penugasan makalah mendatang. Dan Kami berharap makalah ini bisa memberikan
penambahan pengetahuan dan dapat diterapkan dalam kehidupan. Amiinn.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
2.1 Pengertian...................................................................................................3
2.2 Deskripsi Produk........................................................................................5
BAB 4 PENUTUP...................................................................................................................33
4.1 Kesimpulan...............................................................................................33
4.2 Saran..........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
Jaminan mutu dan keamanan pangan terus berkembang sesuai dengan persyaratan
konsumen, Keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan terpenting dari
seluruh parameter mutu pangan yang ada. Berapapun tinggi nilai gizi suatu bahan
pangan atau makanan, penampilannya baik , juga lezat rasanya, tetapi bila tidak aman,
maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi. Hal ini membawa dampak perubahan
mulai dari bisnis pangan tanpa adanya pengawasan, pengawasan produk akhir, hingga
pengawasan proses produksi bagi jaminan mutu secara total. Pada tahun-tahun
terakhir, konsumen menyadari bahwa mutu pangan khususnya keamanan pangan
tidak dapat hanya dijamin dengan hasil uji produk akhir dari laboratorium. Mereka
berkeyakinan bahwa produk yang aman didapat dari bahan baku yang ditangani
dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik akan menghasilkan produk akhir
yang baik. Suatu langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya
tuntutan dalam pasar bebas, telah dikembangkan suatu sistem jaminan mutu oleh
Komite Standar Internasional/ Codex Allimentarius Commission yang telah diakui
secara internasional yaitu Sistem Jaminan Mutu berdasarkan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan suatu
sistem jaminan mutu yang menekankan pada pengawasan yang menjamin mutu sejak
bahan baku hingga produk akhir.
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem jaminan
mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau penghayatan bahwa hazard (bahaya)
dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu tetapi dapat dilakukan
pengendalian untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut. Atau dimanakah letak
bahaya dari makanan atau minuman yang dihailkan oleh suatu industri, serta
melakukan evaluasi apakah seluruh proses yang dilakukan adalah proses yang aman,
dan bagaimana kita mengendalikan ancaman bahaya yang mungkin timbul. Kunci
utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan kepada
pengujian produk akhir. Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan
pangan yang zero-risk atau tanpa resiko, tetapi dirancang untuk meminimumkan
resiko bahaya keamanan pangan. HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi
pangan mulai dari produsen utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan,
pengolahan, distribusi, pemasaran hingga sampai kepada pengguna akhir.
Karena HACCP dikenal sebagai sistem keamanan pangan yang efektif, maka dengan
menerapkan HACCP secara konsekuen maka perusahaan jaminan pangan akan dapat
memberikan kepercayaan pada pelanggan terhadap jaminan keamanan yang telah
dilakukan, dan akan memberikan kesan yang baik bahwa industri pangan yang
bersangkutan memenuhi komitmen yang kuat dan profesional dalam menjamin
keamanan pangan. Bahkan suatu industri pangan penerap HACCP dapat
mendemonstrasikan bahwa sistem keamanan pangannya telah memenuhi persyaratan
regulasi pemerintah dalam menjamin masyarakat terhadap kemungkinan timbulnya
bahaya keamanan pangan.
1. Bagaimana proses Hazard Analisis Critical Control Point ( HACCP ) pada proses
pembuatan es puter ?
2. Apakah proses Hazard Analisis Critical Control Point ( HACCP ) pada proses
pembuatan es puter sudai sesuai dengan standar HACCP ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui proses produksi dengan system keamanan pangan atau HACCP mulai
dari penerimaan bahan baku, proses produksi, sampai produk jadi
2. Tujuan Khusus
a) Mengamati proses produksi dengan system keamanan pangan atau
HACCP mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi, sampai
produk jadi
b) Mengetahui kemungkinan bahaya yang terjadi dalam proses pembuatan es
puter
c) Menetapkan teori dan pengetahuan yang telah diperoleh di jurusan gizi
yang berbasis keamanan pangan pada system keamanan pangan atau
HACCP
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)
2. Deskripsi Produk
Mendeskripsikan produk artinya membuat gambaran yang lengkap tentang
produk yang dihasilkan. Penjelasan lengkap dari produk mencakup informasi
mengenai komposisi struktur fisika/kimia (termasuk Aw, pH, dan lain-lain),
perlakuan-perlakuan mikrosidal/stasis (pemanasan, pembekuan, penggaraman,
dan lain-lain), pengemasan, kondisi penyimoanan, daya tahan produk, dan cara
distribusi.
3. Identifikasi Rencana Penggunaan
Identifikasi rencana penggunaan artinya membuat daftar kemungkinan-
kemungkinan pengguna konsumen dari produk yang dihasillkan. Satu produk
yang sama memiliki kemungkinan untuk digunakan dengan cara dan maksud yang
berbeda oleh konsumen. Hal-hal yang bersifat riskan perlu dipertimbangkan untuk
menghindari timbulnya bahaya.
4. Penyusunan Diagram Alir
Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir harus
memuat segala tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP diterapkan pada
suatu operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan tahapan sebelum dan sesudah
operasi tersebut.
5. Verifikasi Diagram Alir di Lapangan
Tim HACCP, sebagai penyusun diagram alir harus mengkonfirmasikan
operasional produksi dengan semua tahapan dan jam operasi. Jika terdapat
kesahalan makan diagram alir perlu diperbaiki dengan segera.
6. Analisis Bahaya dan Identifikasi Tindakan Pencegahan
Tim HACCP harus membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat pada
tiap tahapan dari produksi utama, pengolahan, manufaktur, dan distribusi hingga
sampai pada titik konsumen saat konsumsi. Tim HACCP harus mengadakan
analisis bahaya untuk mengidentifikasi program HACCP dimana bahaya yang
terdapat secara alami. Kemudian tim HACCP menetapkan jenis tindakan untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya.
Keseriusan bahaya dapat ditetapkan dengan pertimbangan, terutama
adanya dampak terhadap kesehatan konsumen dan terhadap reputasi bisnis. Secara
umum tingkat keseriusan ini dikelompokkan menjadi 3 tingkat yaitu: rendah,
sedang, dan tinggi. Pengelompokkan bahaya dapat dilihat di Tabel 1. Karakteristik
Bahaya.
(Haccp, 2006)
a. Tepung Sagu
Tepung sagu biasanya ada 2 macam yaitu tepung sagu yang terbuat dari batang pohon
sagu dan tepung sagu yang terbuat dari pohon aren yang biasa disebut sagu aren.
Keduanya dibuat melalui proses dari pengambilan air saripati dari batang pohon
sagu/pohon aren yang kemudian diendapkan hingga menghasilkan endapan pati yang
dikeringkan. Pati sagu merupakan butiran berwarna putih mengkilap, tidak berbau dan
tidak mempunyai rasa. Namun ada juga yang secara genetic berwarna kemerahan
yang disebabkan oleh senyawa phenolik. Kadar pati sagu berjumlah 85,08% yang
terdiri dari 27% ammilosa dan 73% amilopektin.
Berikut pada tabel 3 komposisi zat gizi tepung sagu dalam 100/gram
Syarat mutu tepung sagu tinggi rendahnya ditentukan oleh banyak faktor mutu seperti
ukuran, bentuk, warna, aroma, rasa, serta banyak faktor lainnya. Badan Standarisasi
Nasional (BSN) telah mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai
standar mutu pasti sagu seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Syarat Mutu Tepung Sagu
b. Tepung Hunkwe
Tepung hunkwe merupakan tepung yang terbuat dari pati kacang hijau. Warnanya
putih, beraroma harum dan teksturnya sedikit lebih kasar dari tepung terigu. Saat
tepung hunkwe diberikan pada adonan akan menghasilkan adonan yang lentur dan
kenyal. Untuk standar kadar air 14% b/b, serat kasar 0.5% b/b, dan protein 23%
b/b (SNI, 1995). Tepung hunkwe masih tergolong gluten free. Viskositas tepung
hunkwe sebesar 10-20 BU, viskositas dingin sebesar 20-30 BU, dan viskositas
setback sebesar 9-12 BU (Ginting, 2010).
c. Gula Pasir
Gula pasir merupakan bahan pokok rumah tangga yang sering digunakan untuk
penyedap rasa dan kebutuhan lainnya. Gula pasir memiliki kualitas yang baik
dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
- Warna, gula pasir umumnya memiliki warna putih, justru pilihlah gula yang
tidak terlalu berwarna putih karena biasanya gula dengan ciri ini sudah diberi
bahan pewarna. Pilihlah gula dengan warna gading, akan jauh lebih alami.
- Tekstur, gula pasir yang baik akan terasa kasar dan bergeronjal ketika
dipegang. Jika terlalu halus dan berwarna putih bersih maka bisa jadi gula
tersebut merupakan gula rafinasi yang digunaan untuk membuat produk-
produk kemasan dan bukan konsumsi harian
- Kondisi fisik, gula pasir yang baik harus kering jika basah kualitas menurun dan
teridentifikasi gula yang tidak baik. Hal ini juga berlaku dalam tata cara
penyimpanan (tempat yang sejuk).
- Tingkat kelarutan, jika gula pasir tidak mudah larut makan gula sudah
menurun kualitasnya.
Bahan Syarat/Karakteristik
Kering
Manis
d. Susu bubuk
Pada dokumen SNI 01-2970-2006 terdapat persyaratan mutu produk susu bubuk
yang harus dipenuhi oleh setiap produsen susu bubuk. Adapun persyaratan mutu
susu bubuk terdapat pada Tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6. Syarat Mutu Susu Bubuk
g. Santan kelapa
Santan dibedakan menjadi santan encer dan santan kental. Pada proses pembuatan
es krim, kedua jenis santan ini dapat digunakan. Untuk mendapatkan santan yang
kental dan berminyak, pilih kelapa yang tua, ditandai dengan kulitnya berwarna
coklat tua dan kering. Santan kental atau santan kani adalah hasil perasan pertama.
Santan encer atau santan kabar adalah perasan berikutnya setelah santan kental.
Selain santan segar ada pula santan siap pakai berbentuk krim atau bubuk.
Penggunaan santan pada resep dibagi menjadi dua yaitu memakai santan panas
dan santan dingin (ZAKARIA, 2012).
h. Vanili
Vanili juga berperan penting dalam karakteristik organoleptik es krim karena
dapat menambah aroma pada es krim sehingga lebih harum (Dapur Anissa, 2010).
Vanili (Vanila planifolia Andrew) digunakan sebagai bahan pewangi pada proses
pembuatan makanan seperti kue, cokelat, sirup, dan es krim. Bahan ini memiliki
rasa dan bau harum yang khas. Vanili mengandung vanilin (C8H8O3).
Penggunaan vanili pada es krim berguna sebagai bahan yang memunculkan aroma
pada eskrim, sehingga dihasilkan es krim yang beraroma sedap. Karena hanya
digunakan sebagai bahan pewangi maka penggunaan vanili hanya dibutuhkan
dalam jumlah yang sangat sedikit (ZAKARIA, 2012). Adapun syarat mutu vanili
sebagai berikut tabel 10
Tabel 10. Syarat Mutu Vanili Kering Menurut SNI 01-0010-1990
i. Garam
Di Indonesia hanya mengenal 2 jenis garam dapur, yaitu garam balok (unrefined
salt) dan garam halus (refined salt), sedangkan di luar negeri dikenal sekitar 60
macam garam. Sebenarnya kandungan dalam garam-garam tersebut sama yaitu
NaCl. Perbedaannya hanyalah kehalusan dan bentuk kristal garam tersebut.
Semakin halus dan beraturan kristal - kristal maka akan semakin tidak asin bagi
lidah. Garam yang memiliki kristal kasar akan menghasilkan rasa asin yang kuat
di lidah. Garam bersifat menyerap air sehingga makanan yang ditambahkan garam
dalam konsentrasi tinggi akan sangat berkurang kadar airnya. Dengan ketiadaan
air dalam komponen pangan tentu menghambat kehidupan mikroba. Selain itu
garam meningkatkan tekanan osmosis bahan pangan sehingga bakteri tidak dapat
hidup karena air dalam sel akan terosmosis keluar. Pada pembuatan es krim,
penambahan garam selain sebagai penegas rasa dapat berfungsi sebagai pengawet
karena dapat mengikat air bebas dalam bahan (ZAKARIA, 2012).
Tabel 11. Syarat Mutu Garam Beryodium
j. Es batu
Standarisasi Nasional Indonesia untuk komoditas es batu meliputi definisi es batu,
syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penendaan dan cara
pengemasannya. Es batu adalah air minum yang telah dibekukan. Syarat mutu es
batu harus memenuhi syarat-syarat air minum [Permenkes RI No.
416/Men.Kes/Per/IX/1900] kecuali kesadahan jumlah (maksimum 10 derajad D.
Sedangkan warna, bau dan rasa normal serta kejal (masif) harus sesuai dengan
SNI 01-2891-1992. Cara uji pengambilan contohnya sesuai dengan SNI 19-0429-
1989. Adapun persyaratan mutu es batu adalah sebagai berikut : tidak berbau,
kandungan jumlah zat padat terlarut maksimal 1000 ml, kekeruhan 5 skala NTU
dan tidak berasa, untuk warna adalah 5 skala TCU, suhu sekitar 3 derajad Celcius,
kesadahan meksimal 10 derajad D mg/l, air raksa 0,001 mg/l, aluminium 0,2 mg/l,
arsen 0,05 mg/l, barium 1,0 mg/l, besi 0,3 mg/l, flourida 1,5 mg/l, kadmium 0,005
mg/l, klorida 250 mg/l, krom valensi 6 0,05 mg/l, Mangan 0,1 mg/l, natrium 200
mg/l, nitrat sebagai N 10 mg/l, nitrit sebagai N 1,0 mg/l, perak 0,05 mg/l dan pH
antara 6,5-5Se 0,01 mg/l, Zn 5,0 mg/l, CN 0,1 mg/l, H2S 0,05 mg/l sulfat 400
mg/l Cu 1,0 mg/l Pb 0,05 mg/l dan lainnya serta kandungan mikrobiologis 0.
k. Air
Kadar air bahan makanan berperan dalam pertumbuhan mikroorganisme, sehingga
sangat menentukan kualitas dan masa penyimpanan. Kandungan air dalam bahan
mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap pertumbuhan mikroba
dinyatakan dengan aw. Kapasitas kebutuhan air untuk mikroba supaya dapat hidup
dan berkembang dalam makanan erat kaitannya dengan nilai RH. Dengan
membuat kadar air bahan suatu bahan di bawah nilai minimal yang dibutuhkan
oleh mikroba untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sehingga mikroba
tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk tumbuh. aw merupakan jumlah air
bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. aw
atau aktivitas air yang dapat untuk tumbuh jamur yaitu 0,65. Bahan pangan
dengan kadar air tinggi umumnya dapat ditumbuhi oleh semua mikroorganisme.
Khamir dan kapang dapat tumbuh pada nilai aw lebih rendah daripada bakteri.
Kandungan air dan aktivitas air mempengaruhi perkembangan reaksi pembusukan
secara kimia dan mikrobiologi dalam makanan. Makanan yang dikeringkan atau
dikering-bekukan, yang mempunyai kestabilan tinggi pada penyimpanan,
biasanya rentang kandungan airnya 5 sampai 15%.(ZAKARIA, 2012).
BAB III
2. Deskripsi Produk
Produk es krim “es krim puter priangan” ini dapat dikonsumsi oleh semua kalangan
masyarakat dari anak-anak hingga orang tua terkecuali bayi berusia 0-2 tahun dan orang-orang
dengan laktosa intoleran. Cara mengkonsumsi es krim dapat dikonsumsi langsung.
Pemanasan
Pemeras
Pengadonan an
Pemutaran
Pencetakkan
Pembekuan
Pendistribusian
6. Analisis Bahaya
No. Tahap Proses Bahan baku Identifikasi Sumber Risiko Keparahan Pencegahan
bahaya T S R
1. Penerimaan Tepung B : Bacillus Terbawa dari Rendah √ Cek label pada
tapioka cereus, supliyer atau kemasan dan
serangga, kutu penerimaan penerimaan bahan
F : Debu, batu bahan tidak sesuai SOP dan
kerikil sesuai dengan spesifikasi
K : Pemutih dengan yang sesuai
tepung spesifikasi
yang baik
Tepung B : Bacillus Terbawa dari Rendah √ Cek label pada
hunkwe cereus supliyer atau kemasan dan
F : Debu, batu penerimaan penerimaan bahan
kerikil bahan tidak sesuai SOP dan
K : Pemutih/ sesuai dengan spesifikasi
pematang dengan yang sesuai
tepung spesifikasi
yang baik
Gula pasir B : serangga Mikroba Rendah √ Cek label pada
F : benda asing Terbawa dari kemasan dan
seperti Batu supliyer atau penerimaan bahan
kerikil penerimaan sesuai SOP dan
bahan tidak dengan spesifikasi
sesuai yang sesuai
dengan
spesifikasi
Susu bubuk B : serangga Terbawa dari Rendah √ Cek label pada
dancow F : benda asing supliyer kemasan dan
seperti debu, karna penerimaan bahan
batu kerikil kemasan sesuai SOP dan
bolong atau dengan spesifikasi
penerimaan yang sesuai
bahan tidak
sesuai
dengan
spesifikasi
Kelapa B : Bakteri Terbawa dari Tinggi √ Penerimaan bahan
untuk pembusuk supliyer sesuai dengan
santan F : debu karna kelapa spesifikasi
mutunya
sudah
rendah,
penerimaan
bahan tidak
sesuai
dengan
spesifikasi
Susu kental B : Kapang Terbawa dari Rendah √ Cek label pada
manis seperti supliyer kemasan dan
Saccharomyce kemasan penerimaan bahan
ss spp. bocor atau sesuai SOP dan
F : debu penerimaan dengan spesifikasi
K : bahan bahan tidak yang sesuai
pengawet sesuai
dengan
spesifikasi
yang baik
Vanili cair B : E.coli Terbawa dari Rendah √ Cek label pada
F : debu supliyer atau kemasan dan
penerimaan penerimaan bahan
bahan tidak sesuai SOP dan
sesuai dengan spesifikasi
dengan yang sesuai
spesifikasi
yang baik
Air B : E.coli Mikroba, Sedang √ Penerimaan bahan
F : cemaran terbawa dari sesuai SOP dan
debu supliyer atau dengan spesifikasi
penerimaan yang sesuai
bahan tidak
sesuai
dengan
spesifikasi
yang baik
Garam B : Serangga Mikroba, Rendah √ Cek label pada
F : cemaran terbawa dari kemasan dan
benda asing supliyer atau penerimaan bahan
seperti batu penerimaan sesuai SOP dan
kerikil bahan tidak dengan spesifikasi
sesuai yang sesuai
dengan
spesifikasi
yang baik
2. Penyimpanan Tepung B : Bacillus Wadah Rendah √ Simpan dalam wadah
tapioka cereus, penyimpanan yang bersih, kering
serangga, kutu tidak sesuai dan tertutup rapat serta
F : Debu, batu tempat dan dengan suhu
kerikil suhunya penyimpanan yang
K : Pemutih sesuai
tepung
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi
B = Mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi/konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
Kategori Risiko
No Bahan P1 P2 Keterangan
1. Tepung tapioka Ya Ya Bukan CCP
2. Tepung hunkwe Ya Ya Bukan CCP
3. Gula pasir Ya Ya Bukan CCP
4. Susu bubuk dancow Ya Ya Bukan CCP
5. Santan Ya Ya Bukan CCP
6. Susu kental manis Ya Ya Bukan CCP
7. Vanili Ya Ya Bukan CCP
8. Air matang Ya Ya Bukan CCP
9. Garam Ya Ya Bukan CCP
2. Tahapan proses
No Tahapan proses Jenis bahaya Justifikasi Pertanyaan CCP
. penyebab P1 P2 P3 P4
bahaya
1. Penerimaan B : Bakteri Lingkungan Ya Tidak Tidak - Bukan
pembusuk dan bakteri CCP
F : kotoran,
debu, batu
kerikil
2. Penyimpanan B : Bakteri, Wadah Ya Ya - - CCP
serangga penyimpanan
F : Kotoroan, yang tidak
debu, batu sesuai dengan
kerikil suhunya
3. Pemarutan F : Kotoroan, Lingkungan, Ya Tidak Ya Tidak CCP
debu, batu wadah dan alat
kerikil yang tidak
bersih
4. Pemerasan B : E.coli Lingkungan, Ya Ya - - CCP
F : debu wadah dan alat
yang tidak
bersih
5. Penimbangan F : Kotoroan, Lingkungan, Ya Tidak Ya Ya Bukan
debu, batu wadah dan alat CCP
kerikil yang tidak
bersih
6. Penakaran F : Kotoroan, Wadah Ya Tidak Ya Ya Bukan
debu, batu penakaran CCP
kerikil yang tidak
bersih serta
lingkungan
7. Pemanasan B : E.coli Bakteri dan Ya Tidak Tidak - Bukan
F : debu lingkungan CCP
8. Pengadonan F : Kotoran Lingkungan, Ya Tidak Ya Tidak CCP
seperti alat
rambut, debu, pengadonan,
pasir tangan pekerja
pengadonan
9. Pemutaran F : kotoran, Lingkungan, Ya Tidak Ya Tidak CCP
debu, minyak tangan pekerja
mesin pemutar mesin
pemutar
eskrim
10. Pencetakkan F : debu Lingkungan Ya Tidak Tidak - Bukan
CCP
11. Pembekuan B : Listeria Bakteri Ya Tidak Ya Tidak CCP
12. Pendistribusian F : debu Lingkungan Ya Ya Tidak - Bukan
CCP
Alat yang
digunakan
dapat
berfungsi
dengan
baik
4. Pengadona Adonan F : Kotoran Lingkungan, Ya Tid Ya Tid CCP Alat dan Alat dan
n es krim seperti rambut, alat ak ak wadah wadah
debu, pasir pengadonan, dicek yang
tangan pekerja secara digunakan
pengadonan berkala dalam
apakah keadaan
masih layak bersih
dipakai sehingga
atau tidak tidak
terjadi
Sebelum kontamin
maupun asi silang
sesudah dari alat
pemakaian
alat dan Alat yang
wadah digunakan
dicuci dapat
bersih berfungsi
dengan
Setelah baik
selesai
pengadona
n, pada saat
menunggu
pemutaran
adonan
ditutup agar
tidak
terjadinya
kontaminas
i silang
dengan
lingkungan
sekitar
proses
pengadona
n
Alat yang
digunakan
dapat
berfungsi
dengan
baik
6. Pembekuan Es krim B : Listeria Bakteri Ya Tid Ya Tid CCP Membersih Freezer
ak ak kan freezer adonan es
secara krim pada
berkala suhu
-18℃
Para
pekerja Gunakan
dalam prinsip
keadaan first in
bersih first out
Para
pekerja/pe
njamah
memastik
an tangan
dan
tubuhnya
yang akan
berkontak
langsung
dengan es
krim
dalam
keadaan
bersih
Namun pada
pemerasan
menggunaka
n baju partai
bukan kasa
penyaring
No CCP Verifikasi
.
1. Penyimpanan Melihat secara langsung
2. Pemarutan Melihat secara langsung
3. Pemerasan Melihat secara langsung, melihat kelengkapan
APD
4. Pengadonan Melihat secara langsung, melihat kelengkapan
APD
5. Pemutaran Melihat secara langsung, melihat kelengkapan
APD
6. Pembekuan Melihat secara langsung
Susu
kental
manis
Vanilla
Santan
Pemarutan Kelapa F : Kotoroan, Menjaga Bahan tidak Dengan cara Memper Pemantau
debu, batu kebersihan ada menjaga baiki apa an ulang
kerikil alat kontaminasi kebersihan alat yang
dari alat dan wadah salah
yang sebelum
digunakan digunakan dan
serta bersih sesudah
dari bahan digunakan
berbahaya
yang dapat Mengganti alat
merugikan dan wadah
konsumen apabila sudah
tidak layak
pakai
Pemerasan Kelapa B : E.coli Menjaga Bahan tidak Dengan cara Memper Pemantau
F : debu kebersihan ada menjaga baiki apa an ulang
alat dan kontaminasi kebersihan alat yang
wadah dari air dan dan wadah salah
dari alat sebelum
yang digunakan dan
digunakan sesudah
serta bersih digunakan
dari bahan
berbahaya Mengganti alat
yang dapat dan wadah
merugikan apabila sudah
konsumen tidak layak
pakai
Pengadonan Adonan es F : Kotoran Menjaga Bahan tidak Dengan cara Memper Pemantau
krim seperti kebersihan terkontamin menjaga baiki apa an ulang
rambut, debu, alat dan asi dari kebersihan alat yang
pasir wadah wadah dan dan wadah salah
alat yang sebelum
digunakan digunakan dan
serta bersih sesudah
dari bahan digunakan
berbahaya
yang dapat Mengganti alat
merugikan dan wadah
konsumen apabila sudah
tidak layak
pakai
Pemutaran Adonan es F : kotoran, Menjaga Adonan Dengan cara Memper Pemantau
krim debu, minyak kebersihan tidak menjaga baiki apa an ulang
mesin alat dan terkontamin kebersihan alat yang
pemutar menghidari asi dari dan wadah salah
eskrim pemakaian wadah dan sebelum
minyak mesin alat yang digunakan dan
pemutar es digunakan sesudah
krim serta bersih digunakan
dari bahan
berbahaya Mengganti alat
yang dapat dan wadah
merugikan apabila sudah
konsumen tidak layak
pakai
Pembekuan Adonan es B : Listeria Menjaga Adonan Menjaga suhu Memper Pemantau
krim kebersihan tidak freezer dan baiki apa an ulang
freezer terkontamin rutin yang
asi dari membersihkan salah
wadah dan freezer
alat yang
digunakan Mengganti
serta bersih freezer jika
dari bahan sudah tidak
berbahaya layak pakai
yang dapat
merugikan
konsumen
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan HACCP pabrik home industry ice cream Priangan
apabila dibandingan dengan teori yang ada, dapat disimpulkan dari proses awal
pembuatan ice cream ini adalah dengan memarut daging kelapa tua terlebih dahulu
untuk mendapatkan santan yang segar, kelapa yang digunakan dalam proses
pembuatan sudah sesuai dengan syarat yaitu berwarna coklat tua dan kering, dan
santan yang digunakan adalah santan encer yang merupakan perasan selanjutnya
setelah santan kental. Dalam proses pembuatan santan ini hamper semuanya
memenuhi syarat, hanya dalam proses pembuatan alat yang digunakan tidak
mendukung kebersihan dalam proses pembuatan santan ini, seperti alat memeras
santan menggunakan kaos bekas dan wadah menampung santan yang sudah diperas
tidak dibersihkan terlebih dahulu. Lalu setelah sudah mendapatkan santan yang encer,
santan ini digabungkan dengan adonan campuran tepung hunkwe, susu bubuk, tepung
sagu, gula pasir, susu kental manis, perisa, dan garam. Untuk semua bahan yang
digunakan dalam pembuatan adonan ini, bahan yang digunakan kondisi bahannya
sudah memenuhi syarat dan penggunaannya sudah sesuai takaran yang sudah
dijelaskan di teori. Tetapi dalam proses pembuatan alat yang digunakan tidak
memadai dengan menggunakan ember bekas cat dan diaduk langsung dengan tangan
bapaknya. Selama pembuatan ice cream ini, bapak ini tidak menggunakan APD
lengkap yang sesuai dengan aturan, hanya menggunakan kaos dan celana rumah biasa
dan sendal jepit. Proses selanjutnya adalah memasukan ice cream kedalam mesin
putar yang digunakan untuk mengubah adonan tadi menjadi ice cream. Pada saat
proses ini, pada saat pembersihan sisa ice cream yang menempel pada mesin putar itu
dibersihkan langsung oleh tangan si bapak dan ice cream yang sudah jadi langsung
dimasukkan kedalam cetakan dan disimpan di freezer agar membeku dan dapat tahan
lama. Dari hasil pengamatan ini, sebenarnya bahan – bahan yang digunakan untuk
pembuatan ice cream ini sudah baik, tetapi dalam proses pembuatannya alat yang
digunakan kurang memadai, kebersihan tempat pembuatan dan alat serta kelengkapan
alat pelindung diri yang kurang memadai. Dan air yang digunakan berasal dari toren
dan bersih. Untuk terjaminnya air yang digunakan bersih atau tidaknya tidak dapat
dipastikan, karena kami hanya melihat dari jarak agak jauh tetapi cukup bersih air
yang digunakan.
4.2 SARAN
Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini, adalah dengan memberikan
pengetahuan tentang bagaimana cara dalam membuat sebuah produk industry sangat
perlu diperhatikan dalam kebersihan, baik kebersihan alat, kebersihan tempat, dan
kebersihan diri sendiri. Karena dalam proses produksi ice cream ini hanya kurang
dalam kebersihan, untuk bahan – bahan yang digunakan sudah sesuai dengan
ketentuan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, E.2010. Petunjuk Teknis Produk Olahan Kedelai (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH).
Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi. Umbian Malang
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3728-1995. Syarat Mutu Tepung Kacang Hijau. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.