Disusun Oleh:
Lailatul Islamia NIM. 1714018
Shierly Ayu Wulansari NIM. 1714024
1. Mencegah atau mendeteksi bahan baku atau ingredien yang tidak aman sebelum
memasuki sistem produksi
2. Menjaga masalah tidak menjadi besar dan tertangani dengan menerapkan deteksi dini
3. Waspada terhadap adanya kontaminasi pada fasilitas yang digunakan bersama untuk
berbagai produk
Juicer Pemerasan
penyaringan
Penyaringan Asam sitrat
Sari jeruk
1,5 gram
Sari wortel
Pencampuran
Pencampuran
Pengering 1,5 gram
Blower
Packing
Keterangan :
B : Bahaya biologis M : Sedang
K : Bahaya kimia H : Tinggi
F : Bahaya fisika TN : Tidak nyata (tidak signifikan)
L : Rendah N : Nyata (signifikan)
Tahap 7. Penetapan Critical Control Point / CCP (Prinsip 2)
Untuk setiap bahaya yang signifikan maka harus ditetapkan apakah suatu Titik
Kendali Kritis atau bukan. Titik kendali kritis adalah suatu tahap atau prosedur dimana
pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan
atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima sehingga resiko dapat diminimalkan.
Apabila tahap ini tidak dapat dikendalikan maka dapat menimbulkan bahaya keamanan
pangan.
Tim HACCP menetapkan dimanan bahaya-bahaya yang tinggi risikonya dapat
dikendalikan. CCP dapat diidentifikasi dengan menggunakan pengetahuan tentang proses
produksi dan semua potensi bahaya dan signifikasi bahaya dari analisa bahaya serta
tindakan pencegahan yang ditetapkan. Untuk membantu menemukan dimana seharusnya
CCP yang benar, dapat digunakan Diagram Pohon Keputusan CCP (CCP Decision Tree).
Diagram pohon keputusan adalah seri pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya.
Jawaban dari setiap pertanyaan akan memfasilitasi dan membawa Tim HACCP secara logis
memutuskan apakah CCP atau bukan. Disamping diagram pohon kepurusan untuk proses,
untuk membantu menetapkan dapat juga digunakan Pohon Keputusan CCP untuk bahan
baku dan formulasi. Berikut merupakan contoh diagram alir penetapan CCP pada produksi.
Gambar 2.3. Diagram Pohon Keputusan untuk Proses
Gambar 2.4. Penetapan CCP pada Bagan Alir Proses Produksi Permen Wolly
Tabel 2.10. Tabel Penetapan Keputusan CCP pada Produksi Permen Wolly
Tahap/ Proses Bahaya P1 P2 P3 P4 Ringkasan
Penerimaan bahan baku - Adanya mikroba yang menempel pada Y Y Y N CCP
basah wortel dan jeruk
- Adanya sisa pestisida yang masih
menempel
Penerimaan bahan baku - Adanya kemasan yang rusak Y Y Y N CCP
kering menyebabkan bahan baku menggumpal
- Adanya benda lain yang tercampur
dalam bahan baku kering
Penerimaan kemasan - Adanya mikroba yang menempel pada Y N N Bukan CCP
kemasan pembungkus
Penyimpanan bahan baku - Adanya mikroba yang menempel pada Y Y Y N CCP
basah lemari pendingin
- Suhu yang terlampau dingin merusak
bahan
Penyimpanan bahan baku - Adanya mikroba yang menempel pada Y Y Y N CCP
kering lemari bahan
- Adanya serangga dalam lemari bahan
Penyimpanan bahan - Adanya mikroba yang menempel pada Y N N Bukan CCP
pengemas lemari bahan
Penimbangan - Adanya mikroba yang menempel pada Y N N Bukan CCP
alat timbangan
Pencucian dan - Adanya mikroba dalam air Y N N Bukan CCP
pemotongan bahan - Adanya logam berat yang menempel
pada alat pemotong
Juicer - Adanya mikroba dalam alat Y N N Bukan CCP
- Adanya logam berat yang menempel
pada alat
Pemerasan - Adanya mikroba yang menempel pada Y N N Bukan CCP
alat
Pencampuran (Blending) - Adanya logam berat pada alat Y N N Bukan CCP
- Adanya mikroba pada alat, udara
Pemanasan - Adanya mikroba pada udara Y N N Bukan CCP
Pencetakan - Adanya mikroba pada udara, loyang Y N N Bukan CCP
- Adanya debu yang menempel
Blower - Adanya mikroba menempel pada lemari Y N N Bukan CCP
uv dan blower
- Adanya debu yang menempel pada
lemari
Sterilisasi pengemas - Adanya debu yang menempel pada Y N N Bukan CCP
lemari
Packing - Adanya mikroba pada udara, alat seal Y Y Y N CCP
- Adanya mikroba yang masuk ke dalam
produk karena kemasan yang kurang
tertutup rapat
Penyimpanan produk - Adanya mikroba pada udara Y Y Y N CCP
akhir - Adanya perbedaan suhu yang signifikan
membuat produk cepat rusak
- Adanya mikroba yang masuk ke dalam
produk karena kemasan yang kurang
tertutup rapat
Pendistribusian - Adanya mikroba pada udara Y N N Bukan CCP
- Adanya perbedaan suhu yang signifikan
membuat produk cepat rusak
Tahap 8. Penetapan Batas Kritis (Prinsip 3)
Untuk setiap CCP yang teridentifikasi maka harus ditentukan batas kritis. Batas kritis
menunjukkan perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman sehingga proses
produksi dapat dikelola dalam tingkat yang aman. Batas kritis ini tidak boleh dilewati untuk
menjamin bahwa CCP secara efektif mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik.
Kriteria yang lazim digunakan untuk menentukan batas kritis adalah kriteria fisik seperti
suhu, waktu, tingkat kelembaban, Aw dan kekentalan, serta criteria kimia seperti pH, residu
klorin bebas, kadar asam tertitrasi, konsentrasi pengawet, konsentrasi garam. Kriteria
mikrobiologi tidak digunakan sebagai batas kritis karena pengukurannya memerlukan
waktu lama. Selain itu pengukuran fisik dan kimia dapat digunakan sebagai indikator
pengukuran atau pengendalian mikrobiologis.
Untuk menetapkan batas kritis dapat digunakan sumber-sumber data dari artikel
dalam jurnal, peraturan dan dokumentasi pemerintah, panduan dari asosiasi, publikasi dari
universitas, riset di pabrik, konsultan dan pembuat peralatan yang digunakan. Penetapan
batas kritis produksi Permen Wolly terdapat pada Tabel 2.13.
Tahap 9. Menetapkan Prosedur Monitoring/ Pemantauan Batas Kritis (Prinsip 4)
Prosedur Pemantauan (Monitoring) adalah tahapan pengamatan atau pengukuran
batas kritis secara terencana untuk menghasilkan rekaman yang tepat dan ditujukan untuk
meyakinkan bahwa batas kritis tersebut mampu mempertahankan keamanan produk. Tim
HACCP menetapkan rangkaian prosedur pemantauan untuk tiap-tiap batas kritis yang
ditetapkan yang mencakup apa, siapa, di mana, kapan dan bagaimana pemantauan tersebut
dilakukan.
Pertanyaan apa dijawab dengan apa yang harus dimonitor, yaitu berdasarkan batas
kritis yang ditetapkan seperti suhu, waktu, ukuran dan sebagainya. Pertanyaan mengapa
dijawab dengan alasan bahwa apabila tidak dimonitor dan melampaui batas kritis akan
menyebabkan tidak terkendalinya bahaya tertentu dan memungkinkan menyebabkan tidak
amannya produk. Pertanyaan dimana seharusnya dijawab pada titik mana atau pada lokasi
mana moni-toring harus dilakukan. Pertanyaan bagaimana menanyakan metode
monitoring, apakah secara sensori, kimia, atau pengukuran tertentu. Berikutnta adalah
pertanyaan kapan dila-kukan monitoring, idealnya minimal dimana terjadi interupsi dalam
aliran produksi, atau lot, atau data lain yang menetapkan periode suatu monitoring.
Terakhir adalah pertanyaan siapa yang melakukan monitoring, dimana idealnya adalah
personil yang mempunyai akses yang sangat mudah pada CCP, mempunyai keterampilan
dan pengetahuan akan CCP dan cara monitoring, sangat terlatih dan berpengalaman.
Dengan menetapkan batas kritis maka diperoleh data dan informasi untuk mendasari
keputusan-keputusan, mendapat early warning jika ada penyimpangan,
mencegah/meminimalkan kehilangan produk, menunjukkan sebab-sebab timbulnya
masalah dan menyediakan dokumen bahwa produk telah dihasilkan sesuai dengan rencana
HACCP. Semua dokumen dan pencatatan yang berhubungan dengan monitoring CCP harus
ditandatangani oleh seseorang yang melakukan monitoring dan oleh penanggung jawab.
Tahap 10. Menetapkan Tindakan Koreksi (Prinsip 5)
Tindakan Koreksi adalah semua tindakan yang diambil jika hasil pemantauan pada
CCP menunjukkan penyimpangan batas kritis (kehilangan kendali) karena jika kendali
hilang, maka produk menjadi tidak memenuhi syarat. Dalam pelaksanaannya terdapat 2
level tindakan koreksi, yaitu :
a. Tindakan Segera (Immediete Action), yaitu penyesuaian proses agar menjadi terkontrol
kembali dan menangani produk-produk yang dicurigai terkena dampak penyimpangan.
b. Tindakan Pencegahan (preventive Action), yaitu pertanggungjawaban untuk tindakan
koreksi dan pencatatan tindakan koreksi.
Tabel 2.11. Tindakan Koreksi yang harus dilakukan jika ditemukan penyimpangan
dari batas pada CCP-nya
Tingkat Resiko Tindakan Koreksi atau Perbaikan
Makanan beresiko tinggi - Makanan tidak boleh diproses/diolah
sebelum semua penyimpangan
dikoreksi / diperbaiki.
- Makanan ditahan / tidak didistribusikan
dan diuji keamanannya
- Jika keamanan makanan tidak memenuhi
syarat, perlu dilakukan tindakan koreksi
yang tepat.
Makanan beresiko sedang - Makanan dapat diproses/diolah, tetapi
penyimpangan harus dikoreksi dalam
waktu singkat
- Pemantauan khusus diperlukan sampai
semua penyimpangan dikoreksi.
Makanan beresiko rendah - Makanan dapat diolah (diteruskan),
penyimpangan harus dikoreksi /
diperbaiki jika waktu memungkinkan
- Pengawasan rutin harus dilakukan untuk
menjamin status resiko tidak berubah
menjadi resiko sedang atau tinggi.
Daulay, Sere Saghranie., dkk. 2010. HAZARD Analysis Critical Control Point (HACCP)
Dan Implementasinya Dalam Industri Pangan
Koswara, Sutrisno. 2009. HACCP Dan Penerapannya Pada Produk Bakeri.
eBookPangan.com
Widianingrum., Winarti, Christina. 2007. Studi Penerapan HACCP Pada Proses Produksi
Sari Buah Apel. Jurnal Standarisasi Vol.9 No. 3 Tahun 2007: 94-105.