Anda di halaman 1dari 3

“Rasulullah 

shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu pagi pernah berbicara tentang Dajjal. Dalam


ceritanya terkadang beliau menghinakan Dajjal dan terkadang menjelaskan kedahsyatan fitnah yang
ditimbulkannya sehingga kami seolah-olah mengira Dajjal itu berada di dalam sebagian perkebunan
kurma.”

Setelah kami kembali kepada beliau dan beliau mengetahui bahwa kami mempunyai persoalan,
maka beliau bertanya: “Ada apa dengan kalian?” Kami menjawab: “Wahai Rasulullah, tadi pagi
engkau berbicara tentang Dajjal. Dalam pembicaraan itu, terkadang engkau menghinakan Dajjal dan
terkadang menjelaskan kedahsyatan fitnahnya sehingga kami mengira kalau Dajjal itu berada di
sebagian perkebunan kurma.”

Beliau bersabda: “Bukan Dajjal itu yang paling aku khwatirkan terhadap kallian. Jika dia muncul dan
aku masih berada di antara kalian, tentu aku akan membela kalian untuk menghadapinya. Namun,
jika dia muncul sedang aku sudah tidak bersama kalian, maka setiap orang akan membela diri
masing-masing dan Allah Ta’ala sebagai penggantiku, menjadi pembela setiap muslim. Dajjal adalah
seorang pemuda berambut sangat keriting, matanya hampir keluar. Seakan-akan aku menyerupakan
dengan ‘Abdul ‘Uzza bin Qathan. Barangsiapa di antara kalian yang bertemu dengannya maka
bacakanlah kepadanya permulaan surat Al-Kahfi. Dia akan muncul di suatu jalan antara Syam dan
Irak, lalu dia pergi membuat kerusakan, ke kanan dan ke kiri. Wahai hamba Allah! Teguhkanlah
pendirianmu!”

Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa lama dia tinggal di bumi?”

Baca Juga:

Penghapus-Penghapus Pahala (Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, empat puluh hari. Satu hari seperti satu tahun,
satu hari seperti satu bulan, satu hari seperti satu pekan, dan selebihnya seperti hari-hari kamu
sekarang.”
Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, ketika sehari seperti setahun, cukuplah bagi kami kalau shalat
hanya sehari?”

Beliau menjawab, “Tidak, tetapi perkirakanlah sebagaimana hari biasanya.”

Kami bertanya, “bagaimana kecepatan Dajjal berjalan di bumi?” Beliau menjawab, “Dajjal berjalan
seperti hujan ditiup angin.” Dia akan mendatangi suatu kaum, lalu diajaknya kaum itu supaya
beriman kepadanya, maka mereka pun beriman dan mematuhi segala perintahnya.
Diperintahkannya langit supaya menurunkan hujan, sehingga turunlah hujan dan diperintahkannya
bumi supaya subur sehingga tumbuhlah tumbuh-tumbuhan. Kemudian (Jika hari sudah petang)
ternak-ternak mereka pun pulang ke kandang dalam keadaan lebih gemuk, berpunuk lebih tinggi,
kantung susunya lebih besar, dan perut lebih lebar (kenyang).”
Setelah itu, didatangi kaum yang lain, lalu diajaknya mereka supaya beriman kepadanya, tetapi
mereka menolak ajakannya, maka dia berlalu dari mereka. Keesokan harinya, daerah kaum itu
menjadi gersang, hujan tidak turun, dan tidak sedikit pun kekayaan mereka tersisa.

Kemudian, dia melewati suatu daerah yang sudah hancur, lalu dia berkata kepada daerah itu:
“Keluarkanlah perbendaharaan kekayaanmu.” Maka keluarlah seluruh kekayaan negeri itu dan
kekayaan-kekayaan itu mengikuti Dajjal seperti raja lebah yang pergi dengan diikuti rakyatnya.

Baca Juga:

Bab Kewajiban Bersyukur dan Bab Keutamaan Shalawat atas Nabi Muhammad - Bagian ke-1 - Bab
242-243 - Kitab Riyadhush Shalihin (Syaikh Prof. DR 'Abdur Razzaq bin 'Abdil Muhsin Al-Badr)

Setelah itu, Dajjal memanggil seorang pemuda belia, lalu ditebasnya dengan pedang sehingga tubuh
anak muda itu terbelah menjadi dua, bahkan belahannya terlempar sejauh sasaran anak panah yang
ditembakkan. Kemudian, Dajjal memanggil tubuh yang telah terbelah itu untuk kembali, tenyata dia
kembali datang seutuhnya dengan wajah berseri-seri sambil tertawa.

Sementara Dajjal berada dalam keasyikannya dengan perbuatan-perbuatannya yang amat merusak,
Allah Ta’ala pun mengutus ‘Isa Al-Masih bin Maryam ‘alaihis salam. Dia turun di menara putih
sebelah timur Damaskus dengan memakai dua pakaian berwarna sambil berpegangan pada dua
sayap malaikat. Apabila dia menundukan kepala, turunlah air dari kepalanya, sedangkan apabila ia
mengankat kepalanya, berjatuhanlah air jernih bagaikan biji=-biji perak seperti mutiara. Tidaklah
orang kafir mencium bau nafasnya, melainkan dia pasti mati, sedangkan bau nafasnya tercium
sejauh pandangan mata.

Kemudian, ‘Isa ‘alaihis salam mencari Dajjal sampai beliau mendapatkannya di pintu gerbang kota
Ludd, lalu beliau membunuhnya. Setelah itu, ‘Isa ‘alaihis salam didatangi oleh suatu kaum yang
dilindungi Allah dari kejahatan Dajjal. Beliau pun mengusap wajah dan menceritakan kedudukan
mereka di surga. Kemudian, pada saat itu juga, Allah Ta’ala mewahyukan kepada ‘Isa ‘alaihis salam:
“Aku pasti akan mengeluarkan hamba-hambaKu yang tidak terkalahkan oleh siapa pun yang
memerangi mereka. Oleh karena itu, selamatkanlah hamba-hambaKu ke suatu bukit.”

Baca Juga:

Tanda-Tanda Kiamat Kecil yang Sedang Berlangsung - Bagian ke-8 - Aqidah Prioritas Utama (Ustadz
Arman Amri, Lc.)

Setelah itu, Allah Ta’ala membangkitkan Ya’juj dan Ma’juj. Mereka datang dengan cepat dari tempat
yang tinggi (muncul dimana-mana). Bagian terdepan dari kelompok besar ini melewati danau
Thiberia, lalu mereka meminum habis air danau tersebut sehingga ketika rombongan yang paling
akhir melewatinya, mereka berakta: “Sesungguhnya dahulu danau ini ada airnya.”

Pasa saat itulah, Nabi ‘Isa ‘alaihis salam dan para sahabat beliau terkepung, sampai-sampai sebuah
kepala sapi lebih berharga bagi mereka daripada seratus dinar bagi seseorang di antara kalian pada
hari ini (karena mereka kehabisan makanan dan sangat membutuhkannya). Nabi ‘Isa ‘alaihis
salam dan para sahabatnya berdo’a: “Semoga Allah menghancurkan Ya’juj dan Ma’juj.” Maka dari
itu, Allah mengirimkan ulat yang menyerang leher mereka, sehingga mereka semua mati mendadak.
Kemudian, Nabi ‘Isa ‘alaihis salam dan para sahabatnya turun semua ke daerah tersebut. Tidak
sejengkal tanah pun yang didapatinya, melainkan tanah itu penuh dengan bau busuk.

Nabi Allah ‘Isa ‘alaihis salam dan para sahabatnya berdo’a lagi kepada ALlah (agar menyingkirkan
bangaki-bangkai busuk itu). Maka Allah mengirimkan burung-burung sebesar unta untuk
mengangkat bangkai-bangkai tersebut dan melemparkannya ke tempat yang dikehendaki Allah.
Selanjutnya Allah menurunkan hujan sehingga ia menyapu bersih semua rumah permanen dan
kemah-kemah dari bulu, sampai-sampai air tersebut menggenangi bumi sehingga keliahatan seperti
cermin. Allah pun memerintahkan kepada bumi: “Tumbuhkan tumbuh-tumbuhanmu dan
kembalikanlah keberkahanmu.”

Baca Juga:

Larangan Makan dan Minum Menggunakan Bejana dari Emas dan Perak - Ensiklopedi Larangan
dalam Islam (Ustadz Mahfudz Umri, Lc.)

Pada waktu itulah, sekelompok orang dapat kenyang dengan memakan sebutir delima saja, bahkan
mereka dapat berteduh di bawah kulitnya. Rizki mereka penuh keberkahan, sehingga susu seekor
unta cukup untuk sekian banyak orang. Susu seekor sapi cukup untuk prang satu suku. Susu seekor
kambing cukup untuk sekelompok keluarga terdekat.

Ketika mereka sedang berada dalam keridhaan Allah yang demikian, tiba-tiba Allah mengirim angin
balik yang berhembus melewati ketiak mereka. Angin tersebut mencabut roh setiap mukmin dan
muslim sehingga yang tertinggal hanyalah orang-orang yang jahat pada waktu itu. Mereka pun hidup
dengan melakukan hubungan badan secara terang-terangan seperti keledai. Pada saat itulah, kiamat
terjadi.” (HR Muslim)

Anda mungkin juga menyukai