Anda di halaman 1dari 1

Menurut PP Nomor 68 tahun 2002 (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2002)

yang dimaksud dengan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan terjangkau. Ketersediaan pangan merupakan prasyarat penting bagi
keberlanjutan konsumsi, namun dinilai belum cukup. Untuk itu perlu pemahaman kinerja
konsumsi pangan menurut wilayah dan pendapatan. Indikator yang dapat digunakan untuk
menilai kinerja konsumsi adalah tingkat partisipasi dan tingkat konsumsi pangan. Keduanya
menunjukkan tingkat aksesibilitas fisik dan ekonomi tehadap pangan (Dirjen Perikanan
Tangkap, 2003). Indikator lainnya adalah mutu pangan, yaitu dapat dinilai atas dasar kriteria
keamanan pangan dan kandungan gizi. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Untuk
mendapatkan kualitas gizi yang baik, diperlukan variasi konsumsi dengan instrumen yang
dapat digunakan adalah skor Pola Pangan Harapan (FAO-RAPA, 1989 dalam Hariyadi et al.
2003).
Kemudian, bagaimana dengan kondisi ketahanan pangan di Indonesia, terutama saat kondisi
pandemi COVID-19? Ketahanan pangan itu mencakup kecukupan stok dan daya beli
masyarakat. Menurut Ketua Harian Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Kerukunan
Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat, Entang Sastraatmadja pada Selasa, 7 April 2020
mengakatakan data kecukupan stok pangan sering kali meragukan. Melihat perkembangan
dan fenomena yang ada, di mana dalam beberapa waktu belakangan ini Indonesia masih
mengimpor beberapa barang pangan, kondisi ketahanan pangan saat ini menimbulkan
keraguan. Namun, persoalannya bukan sekadar cukup stok karena umumnya menjelang
Ramadan, harga bahan pangan mulai naik. Jika tak ada intervensi pemerintah, ketahanan
pangan akan terganggu. Masalah lain dari sisi produksi adalah potensi gagal panen. Salah
satu faktor yang dapat menyebabkan gagal panen adalah faktor iklim. Berdasarkan data BPS,
luas panen padi pada 2019 sebesar 10,68 juta hektare atau mengalami penurunan sebanyak
700,05 ribu hektare atau 6,15% dibandingkan dengan 2018. Produksi padi pada 2019 sebesar
54,60 juta ton GKG atau mengalami penurunan sebanyak 4,60 juta ton atau 7,76%
dibandingkan dengan 2018. Jika produksi padi pada 2019 dikonversikan menjadi beras untuk
konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2019 sebesar 31,31 juta ton atau mengalami
penurunan sebanyak 2,63 juta ton atau 7,75% dibandingkan dengan 2018.

Anda mungkin juga menyukai